Di sebuah rumah di tengah kota.
"Mas, ayo, dong, kapan lagi?" ucap Ayu pada sang suami yang sedang berbaring di sampingnya. Sang suami yang bernama Rafa itu terlihat sedang memainkan gadgetnya.
Ayu memeluk pinggang suaminya dan berbaring di atas dadanya. Sesekali tangannya menyentuh bagian bawah pusar suaminya.
"Sabar, ya, Sayang. Aku capek banget soalnya pulang malam terus," ucap Rafa sambil menyingkirkan tangan yang nakal dan juga beralih ke laci nakas sehingga Ayu terpaksa menarik kepalanya dan menghembuskan nafas kecewa.
"Yaaah, gagal lagi, nih? Mas, kita kan udah nikah selama tiga bulan, tapi kenapa kamu nggak mau sentuh aku? Mustahil jika kamu capek terus, Mas?" omel Ayu dengan tatapan kesalnya.
"Kamu yang sabar, ya, Sayang. Bukannya aku nggak menginginkan itu. Tapi, aku memang benar-benar capek banget. Nanti aja, setelah semua kerjaanku selesai, kita akan menjadwalkan bulan madu kita," ucap Rafa sambil menyentuh kepala Ayu.
"Selalu saja itu yang Mas katakan padaku! Tapi, sekalipun nggak pernah kesampaian. Memangnya kenapa kalau sekarang, Mas? Atau...kamu malu, ya? Ya udah, sini, biar aku yang mulai duluan."
Dengan lincahnya, Ayu pun langsung menarik tubuh Rafa hingga terlentang. Dengan cepat, Ayu pun naik ke atas tubuh Rafa dan mulai memaksa untuk menciumnya.
Namun, bukannya menerima, Rafa malah menghindar dan menahan tubuh Ayu agar tak mendekat ke arahnya.
"Jangan, Sayang, Mas belum siap."
"Ayolah, Sayang, kamu nggak pengin apa? Aku udah mengesampingkan harga diriku, lho. Mana ada pengantin baru yang istrinya nyongsor kayak gini. Kamu harusnya beruntung, Mas!"
"Ayu, jangan sekarang. Mas ada kerjaan." Rafa pun mendorong lebih keras hingga akhirnya Ayu menyerah dan pergi dari atas tubuhnya.
"Sebenarnya kamu itu kenapa, sih, Mas? Kamu jijik ya sama aku makanya nggak mau sentuh aku?" Ayu berdiri di hadapan Rafa yang juga berdiri sambil menatap tajam dan bersedekap dada.
"Bukan gitu, Sayang. Aku cuma capek."
"Kamu bohong, Mas. Kamu nggak capek, tapi kamu nggak mau!"
"Sayang, bukan gitu. Mas mau, kok."
"Oh ya? Kamu mau sama aku? Kalau gitu, sekarang cium aku!" Ayu menantang Rafa dan mendekatkan wajahnya ke wajah Rafa.
"Jangan sekarang, Yu."
"Aku cuma mau dicium! Kamu capek?" Emosi Ayu semakin meledak-ledak. Dia pun menghembuskan nafas kasar dan memalingkan tubuhnya. Lama kelamaan, terdengar suara isak tangis yang berasal darinya.
"Sayang, kamu nangis?" Rafa mendekati Ayu dan melihat ke wajahnya.
"Aku bingung sama kamu. Kamu maunya apa, Mas? Kamu itu seakan menunjukkan kalau kamu nggak mau menyentuhku."
"Bukan gitu, Sayang. Aku bukannya nggak mau, tapi aku capek."
"Capek? Kalau capek, kenapa nggak mau cium aku, cium doang capek? Aneh kamu!"
"Udahlah, Yu, aku capek. Aku mau lanjut kerja. Kamu jangan lupa makan, ya." Rafa pun segera pergi dari hadapan Ayu yang masih menangis. Dia merasa sangat kecewa melihat sikap suami yang seakan-akan tidak mencintainya. Kalau tidak, mengapa Rafa mendekati dan melamarnya?
Ayu pun segera pergi ke luar menggunakan mobilnya. Dia melampiaskan kekecewaannya dengan kebut-kebutan di jalan. Marah, hancur, malu, semua jadi satu karena melihat sikap suaminya yang sangat dingin padanya.
Dia pun pergi ke sebuah apartemen, tempat dimana sahabatnya tinggal. Memang, biasanya dia selalu menceritakan keluh kesahnya pada sang sahabat yang sangat dipercayainya itu.
Ayu telah sampai ke sebuah apartemen yang cukup mewah, tempat seorang wanita yang merupakan sahabatnya tinggal. Namanya Sofia, seorang wanita berhijab yang sedang menjalani LDM atau Long Distance Marriage. Hubungan jarak jauh yang berlangsung selama dua tahun setelah suaminya diterima bekerja di perusahaan luar negeri. Sofia tidak ikut menyusul suaminya karena ingin menunggu suaminya bisa mutasi kira-kira setahun lagi.
Sofia membuka pintu dan langsung terkejut melihat Ayu yang menangis tersedu-sedu serta memeluknya.
"Yu, kamu kenapa? Ada apa?" tanya Sofia dengan tatapan cemas.
Ayu tak langsung menjawab. Dia masih menangis dalam pelukan Sofia.
Sofia pun mengajaknya masuk ke dalam unit apartemennya. Menyuruhnya duduk di sofa, sementara Sofia membuatkan teh untuknya.
"Kamu udah sholat?" tanya Sofia sambil menyuguhkan teh itu pada Ayu.
"Belum." Ayu menggelengkan kepalanya perlahan.
"Sekarang sholat dulu agar hati kamu tenang," ucap Sofia sambil mengusap lengan Ayu.
Ayu pun mengangguk dan segera ke kamar mandi. Dia mengambil wudhu, lalu melaksanakan sholat isya' di ruang sholat Sofia.
Selesai sholat, Ayu terlihat lebih baik. Seperti beban pikirannya yang mulai tersingkir sedikit.
"Sekarang kenapa lagi, Yu? Apa ini soal suamimu?" tanya Sofia dengan tatapan teduhnya.
"Mas Rafa, Sof. Biasalah, dia nggak mau aku ajak itu," ucap Ayu yang sedikit menundukkan kepalanya karena malu bercerita masalah ranjang pada sahabatnya sejak kuliah itu.
"Mungkin suami kamu capek, Yu."
"Capek gimana? Aku suruh cium aja dia nggak mau! Kan udah jelas kalau dia itu nggak mau sama aku!" Ayu kembali emosi ketika menceritakan kronologi kejadian barusan yang membuatnya sangat kecewa.
"Kamu jangan terlalu overthinking, Yu. Mungkin dia punya alasan lain."
"Kamu itu orangnya positif, wajar kalau kamu selalu berpikiran positif. Tapi aku nggak terima, Yu. Dia kayak anggap aku ini makhluk menjijikkan!" Ayu kembali menangis tersedu-sedu. Kalau mengingat perlakuan suaminya tadi, rasanya air matanya tidak akan cukup.
"Kamu yang sabar, ya, Yu. Aku yakin akan ada hikmah dibalik kejadian ini. Kamu harus tetap tawakal. Sholatnya jangan putus. Ingat, Yu, jalur langit itu nggak ada tandingannya."
Ayu tertegun mendengar ucapan Sofia. Apakah ini artinya dia harus rajin sholat agar Allah menunjukkan kebenaran padanya?
"Makasih, ya, Sof. Kalau curhat sama kamu pasti bawaannya adem terus. Kamu itu punya positive vibes." Ayu melemparkan seniman kecil pada Sofia.
"Sama-sama. Aku juga senang bisa menjadi pendengar yang baik. Kamu itu cantik, apalagi kalau pakai hijab, pasti jauh lebih cantik."
Ayu tersenyum mendengar ucapan Sofia. Ingin sekali dia mengikuti jejak Sofia yang syar'i. Tapi, sholatnya saja masih sering bolong. Terkadang dia berpikir, apakah dia pantas menjadi wanita seperti Sofia?
Ayu yang sudah merasa tenang pun langsung pulang ke rumah. Dia melihat suaminya belum ada di kamar mereka. Artinya, suaminya masih ada di ruang kerja. Tapi, apakah suaminya bekerja atau tidur? Diam-diam Ayu mengintip ke ruang kerja suaminya. Tampak sang suami yang sedang rebahan di atas ranjang sambil memainkan ponselnya. Ruang kerjanya memang dilengkapi ranjang jika sewaktu-waktu dia harus lembur sampai larut. Tapi, Ayu selalu berpikir jika Rafa sengaja memasukkan ranjang di ruang kerja itu agar mereka tidak sering berada di satu ranjang.
Namun, ada hal sedikit menyakitkan bagi Ayu. Suaminya sejak tadi tersenyum sambil memegangi ponselnya. Mungkinkah dia sedang berkirim pesan dengan orang lain? Lalu, siapa orang yang berhasil membuat suaminya senyum-senyum seperti sedang jatuh cinta itu?
Pagi menjelang, Ayu sudah selesai memasak untuk sarapan sang suami. Dia menata masakannya di atas meja makan.
"Mas, ayo, sarapan dulu," ucap Ayu sambil mempersilahkan suaminya untuk duduk di kursi makan.
"Makasih, ya, Sayang," ucap Rafa sambil tersenyum. Ayu juga ikut tersenyum dan berjalan mendekati Rafa hendak menciumnya.
Namun, tiba-tiba saja Rafa batuk hingga Ayu harus mengurungkan niatnya untuk mendaratkan kecupan di pipi suaminya. Meski hatinya sedikit teriris dengan ini, namun dia berusaha untuk bersikap biasa saja.
Mereka pun sarapan bersama. Ayu dengan setia mengambilkan menu untuknya. Tepat sesuai porsi yang biasa Rafa makan.
Selesai sarapan bersama, Rafa pun pamit hendak berangkat bekerja. Ayu langsung menyalim tangan Rafa sambil tersenyum manis.
Setelah Rafa berangkat bekerja, Ayu pun langsung merapikan meja makan karena sebentar lagi asisten rumah tangga setengah harinya akan datang. Pekerjaan asisten rumah tangganya itu hanya dilakukan setiap pukul tujuh pagi sampai dua belas siang. Yang terpenting semua pekerjaan karena sudah selesai kecuali memasak yang hanya dilakukan oleh Ayu saja.
Ayu merasa sedikit penasaran dengan ruang kerja suaminya yang selama ini tidak pernah dia masuki. Tadi malam pun hanya kebetulan saja ketika sang suami lupa mengunci pintu.
Dia pun berusaha membuka ruang kerja itu dengan memencet sandi pintu. Tadinya Dia mengira sandi ruang kerja itu sama dengan sandi pintu depan. Namun, nyatanya dia salah karena sandi itu tidak diterima.
Ayu pun kembali ke dalam kamar dan melihat apakah dia memiliki petunjuk lain mengenai sandi ruang kerja itu?
Iseng, dia pun menggeleda lemari tempat baju-baju sang suami berada. Namun, dia tidak menemukan keanehan sedikitpun.
Akan tetapi, ketika dia baru saja ingin menutup pintu lemari, tanpa sengaja dia melihat sesuatu yang berbeda di rak bagian atas. Langit-langit rak itu memiliki sedikit warna berbeda berbentuk persegi panjang.
Penasaran, Ayu pun langsung merabanya dan ternyata bagian itu timbul. Dia pun langsung menggesernya dan ternyata bisa. Rupanya itu adalah laci rahasia yang menyimpan beberapa kertas.
Ayu melihat isi kerta itu adalah foto suaminya bersama orang tuanya saat masih kecil. Dia pun menemukan sebuah tanggal dan tahun di balik foto itu.
Segera dia kembali ke depan ruang kerja suaminya untuk menekan angka itu. Dan ternyata itulah sandinya.
Dia pun segera masuk ke dalam dan melihat-lihat sekitar ruang kerja itu. Tidak ada yang aneh karena ruang kerja itu hanya ada berbagai foto dan lukisan yang tertempel di dinding.
Dia pun beralih ke laci kerja suaminya dan tak menemukan apa-apa. Dia hendak melangkah pergi, namun langkahnya bertahan ketika dia melihat sesuatu yang aneh pada bingkai kecil yang memuat foto pernikahannya dan Rafa di atas meja itu.
Dia melihat foto itu seperti memiliki bagian yang lain di belakangnya. Yang artinya, di belakang foto itu ada kertas yang sepertinya merupakan foto juga.
Dia pun langsung mengambil foto itu dan membukanya. Dan, betapa terkejutnya dia ketika melihat foto yang ada di belakang foto pernikahannya adalah foto Rafa dan seorang wanita yang sangat cantik, bahkan kecantikannya melebihi Ayu sendiri yang tak suka berdandan.
"Apa ini? Siapa wanita ini?" ucap Ayu sambil menutup mulutnya tak percaya.
Jika dilihat dari keadaan kertas foto itu, sepertinya umurnya sudah lumayan lama, mungkin juga sudah tahunan.
"Siapa dia?" Ayu pun langsung mengambil foto itu dan membalikkan gambarnya mungkin saja dia akan menemukan sesuatu.
Dan tak disangka, di belakang foto itu ada nama seorang wanita, yaitu Alini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!