NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Pak Guru Tampan

bolos

Maya seorang maha siswi kelas 3 SMA. Ia termasuk mahasiswi bar-bar dan sedikit pemalas.

Pada saat itu, Maya dan kedua temannya Hana dan Pitri tengah mengendap-endap di saat jam pelajaran sekolah. Bukan hanya 1 atau 2 kali mereka bolos. Tapi, memang sudah sering mereka lakukan. Terutama saat jam pelajaran matematika. Ia dan geng sablenk nya sudah cukup terkenal karena kenakalannya.

Pada suatu hari, Wali kelas mereka bu Novi di pindahkan ke sekolah lain. Atau di sebut juga sebagai pertukaran Guru.

"Yes, akhirnya Guru galak itu pindah juga." Ucap Maya dengan seyum merekah di bibirnya.

Entah apa yang membuat Maya tidak menyukai Guru tersebut. Maya berdiri,

"Gays, bolos yu?" Maya berbicara kepada sahabatnya. Lalu, mengambil tas yang tergeletak di atas meja.

''Iya nih, Gue juga lagi males banget." timbal Hana yang sedang duduk di kursi dengan posisi tubuh menempel pada meja.

Lalu Pitri berdiri dan mengambil tas yang tergeletak di atas meja. "Let's go." ucap Pitri sambil berjalan.

"Ok." Maya berjalan di belakang Pitri.

Hana berdiri, "Woi, tungguin Gue!" teriak Hana.Lalu mengejar Pitri dan Maya.

Seperti biasa, hari ini mereka akan bolos lagi. Keluar sekolah sambil mengendap-endap. Bahkan, terkadang mereka sampai nekat manjat tembok belakang sekolah.Tapi hari ini, jam pelajaran sedang kosong. Karena semua Guru sedang rapat di kantor. Jadi, mereka tidak perlu repot-repot lewat belakang dan manjat tembok yang tingginya kurang lebih 1,5 meter.

Maya yang masih mengendap-endap di gerbang sekolah. Ia bahkan melupakan kuda besinya yang masih terpakir di parkiran.

"Aman." ucap Maya, Lalu mengangkat tangannya membentuk ok. Pertanda bahwa situasi aman terkendali. Karena, biasanya Sanip selalu ada di sana.

Namun kali ini, sepertinya keberuntungan sedang berada di pihak mereka. "sip." balas Hana dan Pitri.

Setelah di rasa situasi benar-benar aman. Mereka berlari ke luar area sekolah sekencang-kencangnya.Takut jika satpam tersebut keburu bangun dari tidurnya dan menangkap mereka semua.

Namun tidak dengan Hana. Karena tali sepatunya yang tiba-tiba terlepas. Hana terpaksa harus mengikat tali sepatu nya terlebih dahulu.

''Woi, tungguin Gue." teriak Hana yang sedang memperbaiki tali sepatu.

Saking kencangnya teriakan itu. Hingga suara Hana masuk ke alam bawah sadar pak sanip. Yang kini sedang tidur di pos penjaga.

"Siapa yang teriak-teriak?" ucap Pak Sanip yang masih setengah sadar.

"Mampus." segera Hana mempercepat gerakannya dan berlari mengejar Maya dan Pitri yang berada di sebrang jalan.

Sanip yang baru tersadar, ''Hei, neng Maya, neng Hana, neng Pitri. Kalian mau kemana? Saya laporin ke kepala sekolah!" teriak Pak Sanip.

Namun bukanya takut, mereka malah terseyum dan melambai-lambaikan tangan mereka pada pak Sanip.

"Bye, bye Pak Sanip, Sampai jumpa." ucap Maya dan ke dua temannya Hana dan Pitri. Lalu mereka pun pergi dengan berjalan kaki.

"Haduh, itu bocah, cantik-cantik kelakuannya pada sablenk semua. Sesuai Dengan nama geng nya, Geng sablenk." ucap Sanip sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Kenapa pak?" tanya Kevin yang baru saja tiba. Dan sebagai Guru pertukaran dari SMA 11.

"Anu, Hmmmm, Itu pak geng Sablenk." ucap Sanip terbata-bata.

''Geng sablenkk?'' ucap Kevin kebingungan. Pasalnya, ini adalah hari pertama Kevin masuk ke sekolah tersebut.

"Eh... itu, Anu, maksud saya neng Maya, neng Hana sama neng Pitri pada bolos lagi.'' ucap pak sanip.

"Hmm, kalau begitu saya permisi dulu." ucap Kevin dengan penuh kesopanan.

Kevin Wijaya laki-laki bertubuh tinggi, wajah tampan, kulit putih. Berusia sekitar 30 tahun itu pun pergi menuju kantor.

warung teh susi

"iya pak. Silakan." jawab sanip selaku satpam di sekolah itu.

"haduh pak Kevin, pak Kevin.'' Sanip geleng-geleng kepala.

"masih muda, Cakep, Sopan, Berpendidikan lagi." ucapnya lalu ia kembali tidur melanjutkan mimpinya yang terpotong. Pasalnya, ia tadi sedang berpimpi bertemu wanita idamannya si Munah. Wanita yang berjualan di katin sekolah.

Saat itu suasa di dalam kelas sangat gaduh.

"Tak... Tak..'' suara langkah kaki masuk ke dalam kelas.

"Ekhm, Siang anak-anak, Perkenalkan nama saya Kevin Wijaya. Guru pertukaran dari SMAN Negeri 11. Panggil saja saya pak Kevin. Saya adalah Wali kelas baru kalian." jelas Kevin dengan seyum tipis di bibirnya.

Seketika suasa kelas menjadi hening. Melihat seorang laki-laki berwajah tampan itu masuk ke dalam kelas mereka. Tak sedikit pula murid-murid wanita yang terpesona akan ketampanan sang guru tersebut.

"Kenapa kursi yang di belakang kosong?" tanya Kevin kepada murid yang duduk nya tidak jauh dari kursi kosong tersebut.

"Pada bolos pak.'' jawab salah satu murid.

"Hmmm, Ok kalau begitu saya akan melihat datfar hadir kalian. Saya akan sebut nama kalian satu persatu. Agar saya tahu nama kalian semua. Yang saya panggil namanya harap angkat tangan dan katakan hadir .mengerti?" jelas Kevin pada semua murid-muridnya. Dan semuanya menjawab dengan kompaknya. ''Mengerti Pak."

Kevin pun mulai menyebut nama murid-muridnya secara satu-persatu. Di mulai dari daftar nama paling atas.

"Ahmad Ronaldo?"

"Hadir."

"Bambang Sentosa?"

"Hadir pak.''

"Cut Anita?"

"Hadir pak ganteng."

"Huuuuu~" Dengan kompaknya mereka berkata seperti itu.

Seketika suasa kelas kembali menjadi gaduh. "Syirik aja." ucap Cut. Sambil mengibaskan rambutnya yang terurai.

"Sudah-sudah kita lanjut. Pitri Aryani? Mana Pitri Aryani?" tanya Kevin.

Lalu, semua Murid di dalam kelas tersebut dengan kompaknya menjawab, "Bolos Pak."

"Hana Yohana?"

"Sama Pak." jawab salah satu murid.

Kemudian Kevin memberi tanda merah pada daftar nama tersebut.

"Mae Saroh?''

"Hadir Pak."

"Maya Purnama?"

"Bolos juga Pak."

"Robin Sanjaya?"

"Roy Martin?" dan seterusnya sampai dalam daftar tersebut terbaca semua.

"Ok anak-anak, sepertinya untuk hari ini kita tidak belajar dulu. Mungkin hari ini lebih ke pengenalan saja. Dan apakah ada yang ingin kalian tayakan?" ucap Kevin yang sedang duduk santai di depan kelas.

"Saya." Cut mengangkat tangan.

"Ya silakan."

"Bapak sudah menikah apa belum?" tanya Cut pada guru tampan itu.

"Belum." jawaban yang begitu singkat dan santai. Namun membuat para gadis di dalam kelas itu kegirangan."Waaaaa~"

"Boleh dong Pak daftar? hehehe..." Ucap Dinda pada Kevin.

Seketika suara sorakan kembali terdengar "Huuuu~" menyoraki Dinda.

"Kenapa? Syirik, Syirik, Syirik nih yey." Dinda menjulurkan lidahnya. Melihat tingkah murid-muridnya yang seperti itu. Kevin pun hanya bisa terseyum tipis "heh."

"Kenapa sih Bapak tampan sekali? Saya jadi ingin selalu menggodanya. Hehehe..." Cut kembali bertanya.

"Terimakasih, saya pun tidak tahu. Mungkin ini bonus dari yang maha kuasa." jawab Kevin dengan seyum di bibirnya.

"Dasar pada alay-alay Lo semua. Padahal Gue juga gak kalah ganteng." ucap Robin. Dan dengan pedenya ia berkata seperti itu. Yang membuat Dinda merasa mual mendengar nya.

"Iya. Lo emang ganteng Robin. Tapi kalau di lihat dari belakang." lrdek Dinda pada Robin. Dan seketika anak-anak di dalam kelas sana tertawa. "hahaha... ."

"wah... Lo salah Dinda. Robin emang paling ganteng. Tapi... .'' belum selesai Cut bicara. Namun Robin sudah memotongnya.

"Cakep, Lo emang paling baik." ucap Robin Full smile. Lalu Cut melanjutkan perkataanya yang sempat terpotong.

"Tapi... kalau di lihat di atas Monas. Hahaha." ledek cut.

"Ekh busyet, jauh amat ke sampe ke Monas. Apa nggak sekalian aja ke Arab Saudi." ucap Robin Yang membuat semua orang di dalam kelas tertawa. "Hahahaha."

Disisi lain. "kita mau kemana nih?'' tanya Pitri pada sahabatnya Hana dan Maya. Dan wajahnya mulai memerah karena kepanasan. Begitu juga dengan wajah Hana dan Maya.

"Kita nyeblak aja di warung teh Susi." jawab Maya.

"Ah. Lo mah nyeblak terus, lama-lama muka loe kaya seblak. Tapi, let's go.'' ucap Hana yang kini posisinya paling depan.

"Kampret lu Hana." Maya dan Pitri mengejar Hana.

antara hidup dan mati

"Teh seblaknya satu, esnya satu." ucap Maya yang baru saja tiba.

"Pasti bolos lagi yah?" Tanya Susi pada Maya dan kedua temannya Hana dan Pitri. Karena Susi sudah hapal betul. Sebab, warungnya sudah termasuk tempat persembunyian tiga sekawan itu.

"Kita mah gak bolos Teh, Cuma pulangnya aja lebih awal." jawab Hana yang baru saja tiba.

"Itu mah sama aja atuh neng. Ini teh baru jam 10.00. Kalau bukan bolos, apa lagi. hayo? Kalian mau pesan apa? Neng Maya mah udah pesen seblak sama es." kata Susi. Yang sedang sibuk menyiapkan bahan-bahan seblak.

"Biasa Teh porsi komplit. Tapi, jangan pake kecap sama cuka Teh." jawab Pitri.

"Neng Pitri mah suka bercanda. Masa seblak pake kecap sama cuka." Susi terseyum.

"Maklum Teh, dia kan sisa Sunami." ledek Hana.

"Kenapa gak sekalian aja sisa Tornado gitu. Biar makin oleng." Kesal Pitri.

"Hahaha, bukan sisa apa-apa aja Lo udah oleng. Apalagi sisa Tornado." ucap Maya.

"Lu lagi, ikut-ikutan Wawan." Pitri makin kesal.

"Kenapa jadi bawa-bawa nama bapak Gue sih Rojak." Kesal Maya.

"Sudah-sudah, Rojak sama Wawan jangan berantem. Nggak baik, Dosa." Hana melerai kedua sahabatnya.

"Diam Asep." ucap Maya dan Pitri secara bersamaan. Dan membuat Hana terdiam seribu bahasa.

Sedang kan Susi yang sedang sibuk membuat seblak hanya bisa terseyum, melihat tingkah mereka bertiga. Warungnya selalu rame kalau ada mereka bertiga.Tak lama kemudian, Susi menyodorkan seblak yang baru selesai di buatnya ke atas meja Maya dan kawannya itu.

"Ini seblaknya Neng." Susi menyodorkan mangkuk berisi seblak.

"Makasih Teh." Maya mengambil mangkuk tersebut.

"Loh, kok cuma dua Teh? Terus aku mana?." tanya Hana kecewa.

"Lah, kirain neng Hana teh nggak mau. Soalnya nggak ngomong sih. Tunggu atuh yah, Saya buatkan dulu." Susi mulai membuat seblak.

"Teh sambelnya jangan banyak-banyak nya.1 sendok saja." ucap Hana.

"Iya neng Hana." jawab Susi.

...******...

Setelah dirasa perut mereka keyang, karena telah diisi seblak. Kini mereka pun memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Karena memang sudah cukup lama juga mereka berada di sana. Waktu menunjukan pukul 12 siang.

"Guys, balik yu?" ajak Manya kepada 2 sahabatnya Hana dan Pitri.

Namun, baru beberapa langkah saja mereka ke luar dari warung Susi. Maya baru tersadar, kalau kuda besi miliknnya dan temannya masih di area sekolah.

"Bug." tubuh Hana menambrak punggung Maya.

"Aduh, Lo itu kalau mau berhenti kasih aba-aba dong. Jangan langsung ngerem gitu aja." Protes Hana.

"Makanya, kalau jalan itu liatnya kedepan. Bukan ke layar ponsel." Tegas Maya.

"Lagian Lo kenapa sih tiba-tiba berhenti. Lo belum bayar yah." Ledek Pitri.

"Enak aja, kalau soal bayar membayar Gue namber one. Yah, walau kadang-kadang suka lupa. hehehe..." seyum Tampa dosa.

"Lah, terus kenapa berhenti?" Tanya Pitri penasaran.

"Iya, kenapa sih?" Sambung Hana.

"Lo beneran pada nggak ingat?" Maya mengerutkan dahinya.

"Gak, apaan sih gak jelas banget." Ucap Pitri. Maya menepuk dahinya, "Motor kita masih di sekolah pe'a." Maya mengingatkan kedua sahabatnya.

"Terus kalian mau pulang gitu aja. Gue yakin Lo semua Auto di hapus dari daftar warisan." Ucap Maya.

"Astoge." Hana menepuk jidat.

"Kok Gue bisa lupa yah. Terus kita bagaimana dong." Hana mulai khawatir.

"Ya kita ambillah. Dari pada kita kena amuk ibu ratu di rumah." Ucap Maya.

Maya pun mulai mengatur strategi.Dia dan temannya kembali ke sekolah untuk mengambil kuda besi mereka secara diam-diam.

Maya dan kedua sahabatnya menunggu situasi sekolah sepi dulu. Karena, biasanya di jam-jam itu anak-anak sekolah mulai sudah pulang ke rumah mereka masing-masing. Paling hanya beberapa murid saja yang ada di sana.

"Ingat, ini pertarungan antara hidup dan mati." Ucap Maya sembari mengamati situasi sekitar.

"Iya." Ucap Hana dan Pitri, secara bersamaan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!