NovelToon NovelToon

I Found You

Chapter 1 We are different

PROLOG...

“Pernahkah kalian terfikir, di luar sana ada seseorang yang menunggu kalian?”.

“Apa pernah kalian memikirkan orang lain yang sama sekali tak tahu akan keberadaan nya?”.

“Juga, apa pernah melayang satu nama di fikiran kalian, yang mana kalian tak tahu itu siapa?”.

“Dan, pernahkah kalian membayangkan sebuah wajah, yang sama sekali tak kalian ingat?”.

“Sehingga kalian berfikir itu hanyalah sebuah kebetulan yang biasa”.

“Tapi tidak bagi semua orang”.

“Sebagian orang beranggapan itu adalah pertanda seseorang memikirkan mu”.

“Padahal kalian lah yang memikirkan orang itu”.

“Sama hal nya seperti ku, melukis wajah seseorang yang sama sekali tak ku ingat, dan ada satu nama yang melekat pada ingatan ku, nama itu adalah Archery. Bagai mimpi buruk yang datang setelah badai”.

 

\~\

 

Ketika aku terbangun. Ada banyak lampu menerangi ku. Sekilas seperti sedang berada di rumah sakit. Kepala ku berbalut perban,tangan kanan ku terpasang infus, kaki ku begitu berat untuk di rasakan. Ada apa dengan kaki ku?

"Marshal? Sudah bangun?".

Suara ini, aku mengenal nya. Suara milik ibu ku.Dia menyapa ku sambil menenteng botol air panas berwarna pink. " Sudah lama bangun nya sayang?". Aku tak menjawab hanya mengangguk. Ibu duduk di depan ku, raut wajah nya begitu sedih ketika melihat kaki ku.

"Ada yang ingin Ibu katakan?" Tanya ku.

"Jangan berbohong,aku sudah bukan anak kecil lagi" Sambung ku.

"Apa kamu sudah merasa tidak sakit lagi?".

Dia mengalihkan pembicaraan. Aku mengatakan yang sejujurnya pada nya, tentang kaki ku begitu berat untuk di rasakan. Dia diam, dan kemudian menghela nafas. " Marshal, nanti kita lakukan therapy ya, biar kaki mu tidak sakit lagi. Untuk saat ini kamu pakai kursi roda dulu ya". Pahit rasanya menerima kenyataan, kalau aku harus berakhir di kursi roda. Tapi mau bagaimana lagi?

 

\~\

 

Akhirnya aku kembali ke rumah. Ibu membantuku mendorong kursi roda yang kududuki ini. Rumah kosong melompong, tadinya, sekarang ada nenek di rumah menemani Ibu. "Marshal! Akhirnya kamu pulang nenek khawatir padamu". Nenek memelukku dengan erat. " Sesak nek". Nenek mengantarkan ku ke meja makan, tunggu bau ini, ayam bakar madu kesukaan ku. "Nenek yang terbaik" ujarku sambil mengacungkan dua jempol ku. "Oh ya jelas"jawab Nenek sembari memeluk ku dari samping.

"Ibu jadi obat nyamuk nih".

"nggak dong sini" ajak Nenek sambil merangkul kami berdua.

Note: jangan sangka kami Teletabiess ya, yang suka berpelukan.

Sekarang apa? Aku sudah tak sabar untuk memakan hidangan yang ada di hadapan ku, tapi mereka berdua tetap memeluk ku, kucoba menjangkau garpu di samping kanan ku. Dapat! Langsung ku santap hidangan itu yang sudah dipotong kecil-kecil.

"Nah ayo makan sepertinya Mashal sudah tak sabar untuk makan".

"finally. Akhirnya makan".

Siang itu aku makan begitu lahap. Tapi anehnya pikiran ku melayang kemana-mana. Aku memikirkan sesuatu tapi tak tahu mengenai apa, aneh, pikiran ku Aneh. "kenapa kamu melamun?". "tidak ada, aku sudah kenyang. Aku akan kembali ke kamar".

Karena sekarang aku menggunakan kursi roda, kamar ku dipindahkan ke lantai bawah. Ku lihat pintu berwarna pink bertulis "Marshal's room" dan aku masuk ke dalamnya. Isinya tetap sama hanya letak dan cat dindingnya yang berubah. Di sebelah meja belajarku, terdapat piano warna putih lengkap dengan buku musiknya.

Piano itu milik Ayah ku, ia memberikannya pada ku sebagai hadiah ulang tahun ku yang ke 8 tahun. Tahun lalu dia sempat mengajari ku beberapa lagu untuk dimainkan bersama piano. Aku masih ingat wajah cerianya yang ketika memainkan piano. Matanya terpejam menikmati melodi piano yang ia mainkan, suara senandungnya membuat ku tertidur dalam sadar. Suara nya yang indah bagai lagu pengantar tidur, tapi tidak untuk waktu yang lama aku merasakan kebahagiaan bersama nya, because why?! I don't know.

Aku bergegas ke arah piano itu, aku mainkan beberapa lagu yang masih kuingat dalam benak ku. Sejujurnya, aku benci piano ini ada di kamarku, tapi benda ini, hanya benda ini yang menjadi satu-satunya pengingat ku bersama ayah. Ayah di mana kau berada?

tok tok tok

"siapa? ".

Seseorang mengetuk jendela kamar ku, aku tak menghadap ke belakang, aku mendengar suara jendela terbuka kemudian tertutup kembali. Ku tolehkan kepala ku ke belakang, ku lihat kotak dengan dilapisi pita berwarna merah. Ku dekat kan kursi roda ku ke arah kotak itu, ku ambil dan ku buka kotak itu. Isinya gelang manik-manik berbentuk kerang laut. "Siapa yang memberikan ini lewat jendela lagi?, " tanya ku.

Sementara di luar kamar;

" Marshal...".

 

\~\

 

Gelang itu indah, warna nya cocok sekali dengan kulit ku. Dia, yang meletakkan kotak ini di jendela ku, hanya meninggalkan sepucuk kertas padaku. Bertuliskan "for you from 'A'". Inisial " A" Siapa itu? Aku sama sekali tak tahu mengenai inisial itu, apa dia orang yang kukenal, ataukah pengagum rahasia ku? heleh ngayal

"Gelang Siapa itu Marshal? Indah sekali"tanya ibu

" tidak tahu. Aku mendapatkannya di jendela " ujar ku.

"Gelangnya Indah cocok sekali dengan kulitmu".

Aku mengangguk dalam diam. Pkiranku masih terpikirkan dengan inisial "A" tadi siapa dia. Selesai makan malam, aku kembali ke dalam kamarku sebelum kembali ke kamarku, Ibu berkata "Marshal, besok akan ada guru yang akan mengajarimu di rumah".

Lagi? Aku harus homeschooling lagi? Dari SD aku selalu bersekolah di rumah, hanya TK yang tidak, bahkan aku sudah melupakan bagaimana rasanya sekolah di sekolah. Ngomong-ngomong tentang sekolah, waktu TK apa aku punya teman di sana? Jika ada siapa dia, laki-laki kah ataukah perempuan, yang jelas aku akan sangat senang bertemu dengannya lagi.

Kamar ku begitu dingin, pantas saja selimutnya begitu tebal. Kalau tidak salah, dulu aku punya koleksi buku cerita bertema horor. Dari kecil aku suka hal berbau mistis. Aku ingat waktu kecil aku pernah mengintip salah satu kakak sepupu ku sedang menonton film horor, dia berteriak ketakutan ketika hantu itu muncul di depan matanya. Aku masih ingat ekspresi ketakutan nya sungguh lucu.

 

\~\

 

Matahari bersinar begitu terang. Sinar nya membuat tubuh ku hangat. " Sudah pagi, jam berapa ini? What?! Jam tujuh! Nanti ada guru, aku harus bersiap". Aku beranjak dari tempat tidurku. Tapi, aku lupa. Gubrak!! Aku lupa kalau kaki ku sedang sakit. Aku terjatuh keras di lantai. Tangan ku meraba kaki ku yang kesakitan. Ku gapai kursi roda ku dengan kaki yang bergemetaran. Aku langsung mandi, berpakaian, sarapan, dan langsung aku temui guru baru ku.

Aku pergi ke ruang tamu. Ku lihat seorang wanita berambut cepol sedang duduk sambil membaca bukunya. "Pagi" sapa ku yang mencoba akrab. "Pagi Marshal". Lah? Dia tahu nama ku? Sejak kapan?. Kami langsung melakukan proses belajar mengajar. Suasana belajar ini sudah lama tak kurasakan. Biasa nya ayah yang selalu mengajari ku banyak hal. Tapi... dia sudah tidak ada.

2 jam kemudian:

Setelah selesai belajar, guru itu pergi ketika selesai berbicara dengan ibu dan aku pergi merenung ke dalam kamar ku. Tiba-tiba terdengar suara mobil truk menurunkan barang, ku intip dari balik gorden. Ada banyak orang menurunkan barang di depan rumah ku. Disana juga berdiri sosok nenek yang mengamati para pekerja itu.

"Apa yang sedang nenek lakukan? ".

Karena penasaran, lebih baik aku tanya langsung pada nenek. Ketika keluar dari kamar, aku melihat banyak tumpukan kardus dan nenek yang yang sedang menghitung kardus itu. " Kardus apa itu nek? " tanya ku yang membuat nenek berhenti menghitung.

"Ini mainan dan pakaian, kalau Marshal mau, silakan diambil".

" Tidak mau. Tapi untuk apa semua ini? " tanya ku.

"Untuk di sumbangkan".

" Disumbangkan? ".

" Iya. Saling berbagi itu, sama hal nya seperti bersedekah. Kita bersedekah tidak membuat kita jatuh miskin. Melainkan sebagian harta yang kita punya adalah hak anak yatim dan fakir miskin, jadi nenek akan membawa ini ke panti asuhan" ujar nenek.

"Kalau begitu aku akan ikut nenek".

" Boleh ".

 

\~\

 

Aku pergi bersama nenek ke panti asuhan. Panti asuhan nya tidak jauh, hanya memakan waktu 15 menit untuk sampai kesana. Ketika sampai, aku mlihat papan tanda bertulis " Panti Asuhan Dandelion ". Namanya unik begitu fikir ku.

Kami turun dari mobil, ketika turun, pintu rumah terbuka dan isinya keluar. Ah maaf, maksud ku anak-anak di dalam sana. Mereka berlari dan memeluk nenek, dan aku? Aku kacang. Wkwkwk. Tiba-tiba ada yang mendorong kursi roda ku, ku tolehkan kepala ku dan kulihat seorang anak lelaki mendorong kursi roda ku.

" Halo".

Dia tersenyum. Masya Allah ganteng nya. Dia membawa ku ke taman, mengikuti segerombolan anak-anak yang berlarian membawa bola. Sedangkan nenek, dia di dalam bersama pengurus panti asuhan ini. Dan aku? Mengalami masa canggung bersama laki-laki yang tak ku kenal sama sekali.

"Ada apa? Ada sesuatu di wajah ku? " Tanya nya yang memergoki ku sedang menatapnya.

Aku menggeleng. Tiba-tiba dia kembali bersuara "Kamu kok naik kursi roda? Kamu lumpuh? ". Hati ku terasa tertohok benda tajam sangat dalam. " Iya. Kata ibu kaki ku akan sembuh dengan melakukan therapy " ujar ku yang malas mengakui kenyataan pahit ini T-T.

"Kalau begitu lakukan lah".

Dia berkata begitu seakan dia pernah merasakan apa yang ku rasakan. Walau pada kenyataannya, dia sama sekali tidak merasakan apa yang kurasa. Menyebalkan memang, jika harus mendengar kata-kata yang menyemangati orang, walau pada akhirnya, dia hanya ingin mengolok-olok keadaan itu.

" Aku memang sama sekali tidak merasakan bagaimana rasa nya lumpuh. Tapi... aku punya keinginan untuk menyemangati orang lain agar ia tambah semangat untuk menjalani hidup walau seberat apapun".

Selama ini, bukan, maksud ku selama aku harus menerima banyak kenyataan pahit. Aku hanya diam menangis sendirian. Dalam keadaan gelap gulita, aku termenung memikirkan perlakuan orang lain terhadap ku. Menganggap mereka seakan-akan sedang menghina ku. Padahal, banyak orang membutuhkan semangat dari orang yang mereka kasihi. Sedangkan aku? Aku lupa kalau aku punya keluarga yang selalu menyemangati ku, termasuk laki-laki yang tak ku kenal ini.

"Ayah ku selalu berkata padaku, hal yang menyakitkan itu, adalah ketika orang lain membutuhkan bantuan kita, dan kita hanya bisa berpaling dari nya".

" Kamu punya Ayah? " tanya ku.

"Punya dong ".

" Kenapa kamu ada di panti asuhan ini? " tanya ku.

"Aku hanya mampir".

" Kamu enak punya Ayah, lah aku? ".

" Ayah mu? ".

" Dia sudah pergi".

"Kemana? ".

" Ke tempat yang sama sekali tak ku ketahui ".

to be continue...

Chapter 2 Marshal's past (1)

Nama ku Marshal Aprilia. Panggil saja Marshal. Aku tidak terlahir sebagai anak orang kaya. Aku lahir di keluarga yang biasa. Terlalu biasa. Mereka memperhatikan pertumbuhan ku, memperhatikan pendidikan ku, memperhatikan hubungan pertemanan ku. Mereka selalu mengkhawatirkan segala tentang ku. Aku bosan terlalu di khawatirkan. Tapi... mereka kan keluarga ku. Wajar bukan?! Ayah ku nama nya Joel, dan Ibu, Merisa. Dari kecil, aku selalu hidup serba kekurangan.

Aku ingat waktu ketika kami makan satu nasi kotak bagi tiga. Kalau kebanyakan orang, mereka pasti tidak kenyang makan nasi kotak satu bagi tiga pula. Tapi bagi ku, itu sudah kenyang, karena aku memakan nya bersama keluarga ku. Kenangan itu masih saja selalu membuat hati ku teriris. Karena hidup kami yang cuma tinggal di gubuk tua waktu itu, aku sering menangis karena digigit nyamuk. Saat kecil, aku belum terlalu mengerti yang namanya hidup susah. Karena difikiran ku hanya ada kata "main". Ya jelas anak kecil:).

Waktu TK, aku sekolah seperti anak pada umumnya. Waktu kecil aku sering dihina teman-teman sekelas ku, mereka menghina ku kalau baju ku usang dan bau tanah. Aku tak menghiraukan semua itu. Karena bagiku, pakaian usang dan bau tanah ini adalah hasil jerih payah ayah dan ibu ku. Tadinya aku memang tidak menghiraukan hal itu, tapi mereka semakin menghina ku. Mereka menghina ku kalau aku tidak pantas bersekolah di sana. Karena aku terlalu miskin bagi mereka. Jadi, kami pindah rumah ke Surabaya.

Disana kehidupan baru ku dimulai. Ayah mulai membuka usaha kecil-kecilan. Dengan berjualan makanan di depan rumah. Ketika membuka warung, hidup kami berubah. Kami tinggal di rumah, bukan gubuk lagi. Kami makan tidak bagi tiga lagi. Aku juga sudah punya kamar sendiri. Aku juga sudah masuk ke TK yang baru. Disana teman-teman nya lebih baik dari sekolah sebelumnya. Mereka diajarkan untuk tidak membeda-bedakan manusia. Karena di mata Tuhan, manusia itu sama. Tidak ada yang kaya dan miskin.

Pernah suatu ketika, aku bermain jungkat-jungkit bersama orang yang tak ku kenal. Saat itu aku lihat ada seorang anak laki-laki yang termenung sendirian. Dia duduk sambil membaca buku. Aku menghampiri nya tanpa rasa takut sedikit pun. Aku mencoba untuk menyapa nya.

" Halo sedang baca apa? " sapa ku yang mencoba akrab.

Dia menatap ku sambil tersenyum pada ku. Aku duduk di sebelah nya sambil memperhatikan apa yang dia baca. Saat aku kepergok ngintipin dia, aku langsung menarik pandangan ku dari buku nya itu.

"Ada apa sih? " tanya nya.

"Nggak ada. Kamu kok sendirian? Gak punya teman? Kalau gitu kamu mau gak temenan sama aku? Nama ku Marshal" tanya ku sambil mengajak nya bersalaman.

"Boleh. Nama ku Archery, panggil saja begitu" jawab nya sambil bersalaman dengannya.

"Nama mu bagus. Archery dalam Bahasa Inggris, yang berarti panahan dalam Bahasa Indonesia".

"Tepat sekali".

Aku malah dapat teman, laki-laki lagi. Aku memang tidak terlalu mengenal banyak orang di TK itu. Tapi... Aku mungkin saja bisa berteman dengan Archery. Ku rasa dia akan menjadi teman yang baik. Setiap malam aku selalu bercerita pada diary kesayangan ku. Kalau, betapa senang nya aku bertemu dengan Archery. Ketika kami bermain bersama, membaca bersama, dan ketika kami menjahili orang bersama.

Aku menceritakan semua kejadian yang kami lewati bersama pada diary ku. Siapa tahu kan diary ini bisa mengingat kan aku pada nya. Jika suatu saat kami tidak bisa bertemu lagi. Aku sangat takut kalau aku tidak bisa bertemu dengan nya lagi, ya semoga saja tidak. Kurasa, hidup ku akan sempurna di sini, apalagi kalau bersama Archery. Tapi tidak untuk waktu yang cukup lama. Sampai...

Hari lulus nya kami dari TK. Aku tidak bisa mengikuti Archery yang akan sekolah di sekolah negeri. Aku akan sekolah di rumah. Lebih tepat nya homeschooling. Karena pada saat kelulusan TK, hidup kami sudah banyak berubah.

Ayah yang punya jiwa kewirausahaan, membuat warung kecil-kecilan kami menjadi restoran yang besar. Kami pindah rumah kembali. Ke rumah yang lebih besar dari rumah yang kami tinggali sekarang ini. Semenjak itu aku tidak pernah bertemu dengan Archery lagi. Hal yang kutakuti benar terjadi. Aku tak dapat bertemu dengan nya lagi.

Tapi, kami sempat bertemu sebelum aku pindah rumah. Aku masih ingat tangisan nya yang mengalir ketika melepas kepergian ku. Dia sempat berkata "Jangan lupakan aku Marshal. Walau suatu saat ketika kamu melupakan aku, aku akan tetap mengingat mu. Karena kamu adalah sahabat ku".

Aku dan dia sempat bersalaman sebelum pergi. Aku juga ingat ketika dia meneriakkan nama ku ketika aku mulai pergi menjauh dari nya. Dia melambaikan tangan mungil nya ke arah ku, dan aku membalas nya dengan lambaian dan senyuman. Yang mungkin senyuman terakhir ku yang mengingat nya.

Karena...

Brukk!!

Ketika aku terjatuh dari rumah pohon kerabat ku. Kepala ku berdarah, ibu tak henti-henti nya menangis melihat kondisi ku saat itu. Aku langsung dilarikan kerumah sakit. Beruntung nya, aku tidak apa-apa. Hanya saja aku melupakan seseorang. Yaitu sahabat terbaik ku, Archery.

Aku sama sekali tak mengingat nya kembali. Aku hanya mengingat semua keluarga ku. Tidak dengan Archery. Selama aku tidak mengingat nya. Aku selalu melakukan kegiatan bersama orang tua ku, terutama Ayah. Kami bernyanyi bersama, bermain piano bersama, memasak bersama, belajar bersama, membaca dongeng sebelum tidur bersama, dan yang paling ku suka, adalah ketika kami berfoto bersama.

Saat berfoto bersama, wajah ayah begitu gugup. Karena ini pertama kali nya kami berfoto bersama. Hidup kami begitu sempurna. Ayah menjadi orang yang sukses dari Ayah yang sebelumnya. Ibu sendiri, menjadi koki di restoran itu, karena dari dulu ibu ingin menjadi seorang koki. Kuakui masakan ibu sangat lezat. Makanan kesukaan ku itu, ayam bakar madu. Uenak!

Perasaan kayak lagi promosi:)

Setelah beberapa tahun pindah rumah. Keluarga ku kini berada di ambang kehancuran. Seperti yang ku katakan tadi, kalau keluarga ku begitu biasa. Bisa jatuh cinta kapan saja. Saat itu umur ku yang ke delapan tahun.

Hari itu, aku baru saja pulang dari toko buku. Di luar pintu, aku dapat mendengar suara teriakan Ayah dan Ibu ku di dalam. Saat itu, aku tak mengerti apa yang mereka teriakkan. Kupikir mereka sedang bernyanyi. Tapi... Di sela-sela teriakan mereka berdua, aku mendengar kata " Cerai".

Aku tak tahu apa itu cerai. Saking penasaran nya aku, malah ku cari dalam kamus. Walau tak terlalu mengerti secara detail, aku tahu kata "Cerai" bukanlah kata yang baik. Melainkan kata yang buruk bagi keluarga ku. Malamnya, aku tak bisa tidur memikirkan teriakan kedua orang tua ku tadi pagi. Hingga aku tahu, mengapa mereka mengeluarkan kata-kata "Cerai". Karena...

Brakk!!!

Ketika Ayah melemparkan vas bunga tepat ke arah ibu.

To be continue...

Chapter 3 Marshal's Past (2)

Malam itu, aku masih belum tertidur lelap. Tiba-tiba aku mendengar suara teriakan kembali. Aku keluar dari kamar ku dengan cepat. Ku lihat ibu terduduk di lantai dan Ayah mencoba memukul ibu dengan vas bunga. Aku berlari dengan cepat ke arah ibu ku. Dan.

Brakk!!

Vas bunga itu mengenai tepat ke bahu ku. Meninggalkan bekas luka pada bahu ku. Saat itu, aku benar-benar tidak sadar, seakan ada seutas tali yang menggerakkan tubuhku untuk melindungi Ibu dari lemparan vas bunga itu. Vas itu mengenai tepat di bahu ku. Rasanya begitu sakit. Sangat sakit. Bahu ku tak bisa diam meronta kesakitan.

Ayah terduduk di hadapan ku memperhatikan lantai yang tak lain adalah darah ku yang mengucur dari bahu ku. Aku tahu bahu ku sakit, aku tahu akan hal itu. Tapi... tetap saja aku tidak menghiraukan rasa sakitnya. Melainkan perhatian ku tertuju pada sikap ayah yang berubah drastis.

"Apa yang kau lihat Joel?! Bawa Marshal ke rumah sakit" Teriak ibu yang masih bisa dapat kudengar.

"bukan urusanku".

Bagai petir menyambar di siang bolong, hati ku sakit akan perkataan Ayah yang sama sekali tidak seperti ayah yang ku kenal. Ayah berdiri kemudian berkata "suka atau tidak, aku akan tetap meninggalkan kalian, aku sudah menemukan kebahagiaan yang lebih bisa membuat ku bahagia daripada kalian berdua, satu hal lagi restoran dan rumah ini akan menjadi milik kalian, jadi tidak perlu khawatir untuk hidup gelandangan di jalan" ujarnya.

"Maksud Ayah apa? Ayah mau pergi kemana? Bawa Marshal dan ibu juga! " jawab ku yang tak bisa lagi menahan bendungan air mata di ujung mata ku. Dia berbalik membelakangi ku "ayah akan pergi ke tempat yang sama sekali tidak kamu ketahui". Dia mulai melangkah untuk pergi menjauh dariku. Tempat yang sama sekali tak kuketahui katanya?! Itu sama saja aku tak bisa bertemu dengan yang kembali. Takkan ku biarkan?!.

" Pembohong! " teriakku sambil berlari dan memeluk Ayah dari belakang.

"Pembohong! ".

" Ayah pembohong! ".

" Ayah pernah bilang kalau Ayah tidak akan pernah meninggalkan aku dan ibu".

"Lalu kenapa Ayah ingin meninggalkan kami sekarang?! Ayah gak ingat ketika bernyanyi bersama? Ketika kita memasak bersama? Ketika kita bermain di pinggir danau? Apa Ayah gak ingat ketika aku belajar bermain piano? Ayah gak ingat ekspresi Ayah ketika Ayah senang aku bisa bermain piano? Ketika kita membuat kue? Dan ketika kita berfoto keluarga bersama? Ayah gak ingat?! Apa Ayah gak merasa semua itu adalah sebuah kebahagiaan? Lalu apa nya yang kurang bahagia Ayah? Ayah bilang bahagia itu ketika kita selalu di kelilingi keluarga. Lalu kenapa Ayah berbohong?! ".

Ayah tidak menjawab pernyataan ku. Dia hanya mendengus kesal, dan melepaskan pelukan ku dengan kasar, membuat ku terjatuh ke lantai. Aku mencoba berdiri, tapi kaki ku terkunci. Ayah langsung pergi dari rumah, aku masih bisa melihat punggung lebar yang selalu menggendong ku pergi menjauh dari jangkauan ku. Aku meneriakkan nama nya dengan keras, tetap saja dia tidak menjawab teriakan ku.

Dia pergi, dia benar-benar pergi. Setelah kepergian nya dari rumah, ibu langsung membawa ku kerumah sakit. Selama di perjalanan ke rumah sakit, aku masih tetap meneriakkan nama Ayah. Ibu, mencoba untuk menenangkan aku yang kini berada di pelukan nya. Aku tak henti-henti nya menangisi kepergian Ayah.

Sekarang aku tanya, bagaimana perasaan kalian ketika kalian di tinggal pergi oleh orang yang kalian sayangi?! Sakit bukan?!

*~*

Sehari

Dua hari

Tiga hari

Empat hari

Ayah sudah empat hari pergi meninggalkan kami. Tanpa kabar dari nya. Sampai... aku melihat berita di siaran televisi yang menyatakan di bawah nya tertulis kata " menikah". Aku bingung, kenapa wanita di sebelah Ayah bukan ibu, melainkan wanita yang sama sekali tak ku kenal. Aku tersadar, Ayah telah menikah lagi. Jadi ini alasannya pergi meninggalkan kami? Itukah?

Grrr!!

Aku berlari ke kamar ku sambil membawa gunting di tangan kanan ku. Ku lepaskan semua foto-foto Ayah yang terpajang di dinding kamar ku, dan ku gunting semua. Ku gunting foto Ayah dan hanya menyisakan foto ku dan ibu. Aku menangis. Aku menangis sejadi-jadinya ketika menggunting foto ini.

Aku benci dia! Aku sangat membenci ayah! Tapi tak bisa. Aku juga menyayangi nya. Dia Ayah ku. Dia bukan suami yang buruk. Dia bukan Ayah yang buruk. Dia Ayah yang baik. Tapi... Kenapa dia malah memilih orang yang baru saja ingin menyanyangi nya, sedangkan kami yang di sini akan selalu menyayangi nya?! Kenapa?!

Setelah mengetahui kabar Ayah yang hilang selama 4 hari. Kesehatan ku memburuk. Aku tak mau makan dan keluar dari kamar. Sehingga aku harus di rawat di rumah sakit. Di rumah sakit, aku masih tetap mencari-cari keberadaan Ayah. Walau tak tahu dia dimana, aku masih berharap kalau dia akan kembali ke sisi ku. Tapi... Hari itu tak kunjung datang. Aku masih bersedih atas kepergian Ayah. Aku hanya ingin dia kembali ke rumah. Hingga... Sesuatu datang pada ku.

"Jangan terlalu bersedih, kamu terlihat seakan-akan menyalahkan Tuhan atas ke tidak adilan pada diri mu, lihatlah sekeliling mu, banyak orang yang memiliki masalah lebih sulit dari mu"

-FROM A-.

Sepucuk surat datang bersamaan perawat membawa makan siang ku. Membuat ku terasa tertampar. Aku lupa, Tuhan memberikan cobaan karena makhluk nya bisa mengatasi nya. Seharusnya aku tidak perlu terus bersedih seperti ini. Seharusnya aku bersyukur, aku masih punya ibu dan keluarga yang sayang pada ku. Benar.. Aku tidak boleh meratapi semua ini. Aku harus berubah.

Aku sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Semenjak surat itu datang, aku benar-benar berubah. Aku tak pernah menangisi dan menanyakan keberadaan ayah lagi. Karena aku sendiri sudah melupakan itu. Ibu... yang tahu kalau aku pasti akan menanyakan keberadaan ayah, dia membuang semua gambar ayah.

Karena itu, aku tidak melihat gambar diri yang terpajang di dinding. Hanya tersisa foto ku bersama ibu. Tadi nya sih begitu. Aku berharap aku bisa melupakan semua ini. Tapi... aku lupa. Jika suatu saat nanti masalah yang lebih besar akan datang pada ku.

Brakkk!!!

Saat itu sudah 2 tahun berlalu. Kakek ku meninggal dunia, bertepatan dengan itu, aku melihat sosok ayah di pemakaman kakek. Karena melihat nya, aku berlari ke arah nya, sambil meneriakkan nama nya. Tapi, ada yang aneh, dia juga berlari menjauh dari ku. Seakan dia tidak senang akan keberadaan ku di sana. Aku tak menyerah, aku masih berlari ke arah nya. But, yeahh, aku lupa.

Di sana ada jalan raya. Aku tak melihat truk putih melaju kencang ke arah ku berlari mengejar ayah. Aku tertabrak, tubuh ku terpental hingga ke trotoar. Ironis nya, ayah hanya melihat ku dari kejauhan dengan tatapan datar. Karena tabrakan itu. Membuat kaki ku lumpuh seperti sekarang ini.

Pertama, aku harus menerima kenyataan kalau ayah tidak bisa kembali ke sisi ku. Dan kedua, aku harus menerima kenyataan kalau aku akan berakhir di kursi roda. Entah untuk berapa lama aku berada di kursi roda, mungkin selamanya. Dan itu adalah... Keadaan yang sangat berat untuk di terima anak berumur 10 tahun seperti ku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!