"Tok tok tok", suara ketukan kencang berirama terdengar dari luar kamar mandi.
"Kak Indra...cepetan dong aku mau mandi juga udah keburu siang tau, ayolah buruan kak mandinya aku mau mandi juga nanti telat."
Teriakan melengking dari Akella terdengar nyaring, setiap pagi mereka terus berdebat berebut kamar mandi, bukan tanpa sebab karena kamar mandi di rumah mereka hanya satu.
Seperti pagi ini mereka kembali berebut kamar mandi. Keributan seperti ini lah yang biasanya kerap terjadi setiap harinya, siapa yang bangun lebih awal dia yang duluan mandi. Jika sama sama telat bangun, yah rebutan jadinya.
"Kak Indra buruan dong." teriak nya, sambil terus menggedor pintu kamar mandi dengan kencang sehingga menimbulkan suara yang nyaris berisik.
"Iya bentar, sabar dikit apa aku lagi keramas nih, salah siapa bangun kesiangan." sahut Indra dari dalam kamar mandi.
Ia terus melanjutkan mandi dengan santai, tak menghiraukan sang adik yang terus berteriak di luar sana.
"Aaaaa lagian kakak kenapa sih pagi pagi udah keramas lama banget, cepetan kak aku mau mandi juga."
"Kak Indra." Akella menatap kesal pintu kamar mandi, sambil melibat tangan di dada, ia mengerucutkan bibirnya mengumpat sang kakak.
"Iya iya dasar berisik." Indra langsung mengguyur badannya sampai bersih dari busa sabun yang menempel di tubuhnya.
Setelah selesai dia langsung keluar dari kamar mandi, mendapati adik kesayangannya yang sudah berdiri di depan pintu, sambil memasang wajah kesal dengan tangan berlipat di dada.
"Ih jelek tau, bibirnya manyun kek gitu," ejeknya menggoda sang adik.
"Biarin." sahut Kella kesal, ia langsung melengos masuk ke dalam kamar mandi lalu menutup pintu dengan kasar. Indra tersentak mendengar suara keras itu.
"Astagfirullah, tu anak bener bener yah." lelaki tampan nan rupawan itu, mengelus dadanya seraya menggeleng. Ia langsung menuju ke kamar.
...----------------...
Indra Andhika Pratama, adalah lelaki berparas tampan ia memiliki tubuh bak atletis dan tinggi, saat ini ia duduk di bangku kelas tiga di sebuah SMA negri di kota Bandung.
Kedua orangtuanya adalah pegawai negri. Dan ia juga memiliki seorang adik perempuan yang bernama Akella Geasti yang kerap di panggil dengan sebutan Kella atau pun Kay.
Bagi Indra keluarganya adalah harta yang paling berharga dan tak ternilai. Sehingga demi membanggakan kedua orang tuanya Indra selalu berusaha memberikan yang terbaik buat mereka berdua, termasuk dalam pendidikan.
Karena dia bercita cita menjadi aparat negara atau tentara. Di sekolahnya Indra cukup dikenal sebagai murid yang paling cerdas di setiap tahunnya. Beberapa kali dia sering mengharumkan nama sekolahnya, dan kerap ikut mewakili dalam perlombaan cerdas cermat hingga sampai ke tingkat provinsi.
Prestasinya di bidang akademik cukup membuat kedua orangtuanya bangga. Dari kelas 1 SMA hingga sekarang Indra mau lulus sekolah menengah akhir, dia selalu berada di peringkat terbaik. Mungkin karena itulah pihak sekolah memberikan beasiswa kepadanya.
"Indra cepetan turun, kita makan bersama sama."
Teriakan mamanya melengking dari ruang makan. Mendengar itu ia langsung melirik jam di tangannya hadiah dari papanya di semester tahun lalu, yang menunjukan pukul tujuh. Indra berputar di depan cermin.
"Nice, sudah rapi." Indra tersenyum simpul melihat penampilannya dari cermin, dia menyambar tas menyandangnya ke bahu, Indra berjalan tergesa gesa turun kebawah.
"Lama banget sih kamu, kaya anak perawan aja dandannya!." Rina melirik anak sulungnya yang baru turun dari tangga, sambil meletakan piring di atas meja.
"Berpakaian nya rapi amat, mungkin lagi pedekate sama cewek kali ma!." sahut Kella sambil memasukkan makanannya kedalam mulut.
"Enak aja emang cewek doang apa yang tampil kece, cowok juga harus rapi juga kali!." sahutnya sewot, menatap adiknya kesal, ia segera duduk di samping adik perempuannya.
"Sudah sudah, kalian ini selalu bertengkar cepat makan ntar kita telat lagi!." ucap papanya yang baru saja duduk, dengan stelan PNS melekat rapi ditubuhnya.
Mama nya hanya diam mendengar perbincangan mereka sambil mengoles roti tawar dengan selai stroberi.
"Kamu mau selai apa, indra? sekalian mama bikinin nih!" tanya Rina, kepada anak sulungnya sambil mengambil roti tawar lagi. Indra langsung menunjuk selai coklat.
_To Be Continued_
Masih di meja makan~
"Cokelat aja ma, strawberry kasih buat Kella aja yang sedari tadi cemberut terus." titah Indra, melirik adiknya.
"Cih manja amat sih, udah mau tamat juga masih aja di bikinin sarapan. Kaya aku dong mandiri ya kan pa?." cetus Kella mengejek Indra sambil menepuk dada pelan dengan tangan sebelah kanan, ia melirik sang ayah.
Ayahnya hanya mengangguk pelan lalu tersenyum kepada Kella.
"Yee biarin syirik aja lo." sahut Indra kesal sambil melahap makanannya. Dia sedikit rada dongkol dengan Kella, adik perempuannya itu selalu manja kepada sang ayah.
Bukannya dia iri, ya namun tetap saja dia kadang kesal dengan tingkah adiknya apa apa selalu di aduin ke papa, yang membuatnya kerap mendapatkan teguran.
"Hu manja." Kella menjulurkan lidahnya kepada kakaknya itu.
"Berisik ah...
"Udah udah kalian ini, pagi pagi udah kaya tom and jerry ga ada baikan nya. Cepetan makan nanti telat lho," ucap sang mama menegur mereka berdua. Kedua anaknya ini kalau sudah berdebat pasti akan sulit di atur,
"Indra kamu itu ya suka banget menggoda adik kamu, lagian Kella ada benernya juga, jadi cowok nggak usah terlalu manja. Nggak baik mending kamu kayak Kella minimal jago basket, walaupun Kella juga minim terhadap prestasi akademik sih."
Sahut papa menimpali, yang membuat Akella kegirangan di puji. Dia mengangkat kepalanya dengan enteng memasang wajah sombong.
"Lho Indra juga pintar futsal pa." Indra mengerucutkan bibirnya kesal. Padahal dia sudah berusaha keras mendapat nilai yang bagus, walaupun di bidang non akademik dia kurang jago.
"Iya papa tau, ya sudah papa berangkat duluan takut telat. Kalian selesaikan makannya," ucap Erzon, kepada anak dan istrinya.
"Lho nanti mama berangkat dengan siapa dong pa?." tanya Kella, biasanya sang ibu selalu berangkat kerja bersama ayahnya.
"Mama nanti naik taksi aja deh pa." sahut Rina, sembari meletakan roti tawar yang telah selesai di oles dengan selai ke dalam piring.
Erzon menganggukkan kepalanya, lalu berpamitan kepada mereka.
"Hati hati ya pa....!" ucap mama Rina mencium punggung suaminya, dan di susul oleh Indra dan Kella.
"Iya udah papa berangkat dulu, kalian berdua harus belajar dengan rajin oky."
Sepeninggal papa berangkat kerja duluan, tinggal mama dan si bawel. Adik perempuannya itu sekarang duduk di bangku kelas 2 SMP, sebenarnya dia asik dan baik namun akhir akhir ini adiknya ini rada bete karena di larang mama main basket terus menerus.
Bukan maksudnya melarang, namun hobi Kella bermain basket sungguh tak mengenal waktu. Bahkan bisa di hitung setiap harinya gadis itu terus bermain basket, yang tentunya membuat sang mama kesal.
"Ma beliin aku baju basket baru dong, baju yang kemarin udah robek ma," pinta Kella memelas.
"Ya ampun Kella, baru bulan kemaren beli yang baru udah robek, kamu itu main basket atau manjat gunung sih?."
Dia menggeleng mendengar permintaan sang anak, baru saja sebulan yang lalu ia membelikan seragam basket baru untuk anak perempuan nya, sekarang minta di belikan lagi.
"Nah ini fiks, manjat gunung dia ma!." Indra tertawa pelan, menyindir adiknya. Mendengar itu bibir Kella berubah manyun dia sangat kesal dan jengkel kepada kakaknya ini.
"Sudah sudah, Kella nanti mama liat dulu beneran atau nggak bajumu robek kalau bisa di perbaiki ya di jahit, kalau udah nggak bisa baru mama beliin yang baru.." Ucap Rina kepada anak bungsunya sambil membereskan meja makan.
"Iya!!" Jawab Kella pelan raut wajahnya berubah lesu.
Setelah selesai sarapan mereka berangkat bersama sama, dan kebetulan Indra dan adiknya satu sekolah tetapi beda gedung.
Bel pertanda istirahat telah berbunyi selama 30 menit yang lalu, saat ini Indra sedang berada di lapangan sekolah dengan seragam olahraga melekat di tubuhnya.
"Oper ke gue Ndra!!"
"Yoi, tangkap nih!" Indra langsung menendang bola dengan kecepatan penuh, sehingga benda bundar itu melambung sempurna tepat di depan kaki Chris, sahabat Indra dari bangku SD. Chris menggiring bola dengan lihai menuju ke gawang lawan dengan nafas terengah-engah layaknya benteng matador .
Hitungan detik selanjutnya bola telah memasuki gawang dan serentak sambut dengan sorak sorai dan tepuk tangan dari para penonton. "Gooool!!!"...
Skor 03-0 telah membuat tim Indra memenangkan permainan, Indra sangat suka menggiring bola di lapangan, futsal adalah alasannya untuk menghilangkan kebosanan di sekolah. Begitu juga dengan kedua sahabatnya Chris dan Ferlin mereka berdua juga sangat mahir main futsal.
Chris dan Ferlin adalah sahabat baik Indra bahkan mereka juga satu kelas, sebagai sesama cowok bola adalah liburan mereka di saat jam istirahat, diwaktu jam pelajaran yang mumet di kepala mereka ya walaupun Indra juga termasuk siswa yang paling cerdas di sekolah.
Mungkin akan banyak anak cowok yang setuju dengan pemikiran mereka, mungkin kalau cewek mereka akan alergi dengan bau keringat mereka setelah memasuki kelas di saat jam pelajaran tiba. Setelah selesai bermain mereka bertiga beriringan memasuki kelas.
"Anjir operan lo tadi keren banget Ndra!!" Pekik Chris dengan heboh.
"Nah gitu dong ngoper yang pas jangan MEMBLE terus alias melenceng ga tepat sasaran malah dapat dengan lawan, Hahaha!!" Celetuk Ferlin sambil menepuk bahu Indra.
"Biasa aja ni iguena!!" Balas Indra memukul bahu Ferlin dengan lebih kuat.
"Wadau sakit, dasar bang*e lo." Ringis Ferlin mengelus bahunya yang terasa panas.
"Iguena apaan tuh, kalo gue mah buaya tampan Hahaha." ucap Chris terkekeh, ya di antara mereka bertiga Chris yang paling heboh dan ceria.
_To Be Continued_
"Buaya buaya, pala lu nyet!." Ferlin menyentil kening Chris dengan gemas.
"Woy sakit sialan ngajak ribut lo!" Chris jengkel, karena temannya yang satu itu sangat suka menyentil jidatnya.
"Berisik lo tem!!" sahut Ferlin, bukan tanpa sebab Chris memang kerap di panggil tem alias Item oleh Ferlin, itu karena kulit Chris memang agak hitam lebih tepatnya sawo matang. Chris memelas mendengar panggilan kramat dari Ferlin.
"Eh Ndra nanti malam lo ada acara nggak?" tanya Chris sambil merangkul bahu Indra.
"Hem nanti malam?, kayaknya nggak deh paling belajar sambil ngerjain tugas biologi." jawabnya, setelah berfikir beberapa saat.
Kebetulan nanti malam dia tidak ada acara apapun, lagian kesehariannya hanya belajar belajar dan latihan futsal.
"Ya elah orang sepintar kayak lu masih aja ngerjain tugas, udah di jamin lo bakalan juara lagi semester depan udah pasti deh tenang aja!". sahut Ferlin, menggeleng.
Tentu saja dari banyaknya siswa Nilai Indra paling tinggi di bidang akademik, tentu tidak perlu di ragukan lagi, lelaki itu pasti akan menjadi juara kelas walaupun tak belajar.
"Sialan lo Fer, emangnya lo dukun apa bisa nentuin nasib gue!". Jawab Indra memelas.
"Ck iya iya, maksud gue tuh sesekali having fun lah bro, massa lo nggak bosan tiap hari pacaran sama buku terus?." Ferlin berkacak pinggang menatap sahabatnya itu.
Indra sangat gemar belajar, bahkan lelaki itu tahan membaca buku berjam jam. Sedangkan Ferlin, membaca sepuluh menit saja sudah membuatnya mengantuk.
"Hah?, maksud nya apaan sih Fer." tanya Indra mengernyitkan dahinya. Having fun bagaimana, dia tidak mengerti.
"Maksud nya gini bro, gue ya walau hitam hitam gini juga pernah pacaran, sering malahan. Massa lo yang berparas lumayan tampan putih bersih malahan, masa nggak punya pacar, hem curiga gue?." Chris memicingkan matanya menatap curiga sahabatnya yang satu ini.
"Hahaha maksud lo Indra homo gitu, kocak lo tem. Lagian ya emangnya ada cewek yang mau sama lo?." Ferlin tertawa lepas, membuat orang orang menatapnya heran.
"Cih sialan ya kalian berdua, kalian pikir gue cowok apaan, gue masih normal ya." Indra menampar bahu kedua sahabatnya.
Bisa bisanya mereka berfikir dia tak normal, jangan salah menilai. Dia belum pernah berfikir untuk pacaran, menurutnya menuntut ilmu lebih penting di banding menjalani hubungan yang tak jelas itu, baginya sungguh membuang waktu.
"Lha kok gue di tampar sih Ndra, kan yang bilang Ferlin bukan gue ya!." Chris mendelik tidak terima. Ferlin kembali tertawa puas, dia memasuki kelas mendahului kedua sahabatnya.
Tetapi setelah Indra berfikir, ucapan kedua sahabatnya itu ada benarnya juga sih. Selama ini dia tidak pernah mengenal yang namanya pacar, jangankan pacaran dekat dengan cewek pun bisa di bilang Indra tidak pernah.
Karena mamanya pernah bilang kalau punya pacar itu harus punya tanggung jawab, sedangkan tanggung jawab Indra adalah harus lulus sekolah dulu menurutnya.
Bahkan istilah having fun, yang di ucapkan oleh Ferlin barusan ia dengar, walaupun secara akademik nilai bahasa inggris Indra lumayan sempurna.
"Emangnya lo mau ngajak gue kemana?, nyari pacar gitu?." tanya indra sembari mengelap wajahnya dengan handuk kecil, yang baru ia ambil dari dalam tas.
"Pengen tau aja atau mau tau banget nih!" Ferlin mengangkat kedua alisnya, menggoda Indra.
"Buruan bilang kampret!" Cetus Indra kesal dia melayangkan tangannya ingin menampar Ferlin, namun dia telah menghindar bersembunyi di belakang Chris.
"Sabar dong bro, malam ini gue mau ngajak lu ke suatu tempat, yang tidak bisa lu lupain selama hidup lu hihi!" Ferlin terkekeh pelan merangkul bahu Chris.
"Ih lepasin Anjir, jijik gue sama lu!!", Chris menepis tangan Ferlin di bahunya.
"Woy santay Tem!".
"Serius lo? emangnya kemana?" tanya Indra penasaran. Kemana sahabatnya akan membawanya pergi.
"Ya elah banyak tanya lo, mending ikut aja deh!" Ucap Chris menimpali.
"Tau tuh, lu ikut aja deh di jamin lo bakalan senang namanya juga lagi mencari bidadari, ya kan Tem!" Ujar Ferlin menaikan kedua alisnya berulang ulang.
"Tau ah!" Chris memutar bola matanya malas mendengar panggilan dari Ferlin yang tidak pernah berubah.
Ck terus tu terus manggil gue tem tem item, mentang mentang gue item padahal gue nggak item item amat deh?!. Batin Chris kesal lalu duduk dengan muka jengkel.
Hemmm penasaran gue! apa ikut mereka aja yah lagian juga jarang jarang!!. Batin Indra bimbang dan penasaran dengan arti kata 'bidadari'. "Woy... Bentak Ferlin menepuk meja.
"Eh pagi pagi makan ayam!" Ujar Indra karena kaget.
"Hahaha bengong mikirin makan ayam lo Ndra, hahaha gila lo kocak badai!!" Chris tertawa menggelegar di dalam kelas.
"Aish, tau lo Ndra bengong aja kesambet ayam lu!" Ucap Ferlin sambil menggelengkan kepalanya.
"Apaan sih kalian, garing banget tau nggak! Eh Fer kalo lo boong gue kebiri lo yah!!" Tunjuk Indra kepada Ferlin.
"Udah, bawel lo, nanti malam gue jemput pake motor gue!". Ferlin mengedipkan matanya ala fuck boy cap kucing.
"Kalo nyokap gue ngelarang gimana?" Tanya Indra ragu, bakal di izinin atau nggak oleh mamanya.
"Haduh Indra Indra, elo itu polos atau bloon gimana sih? lu bilang aja kek mau belajar kelompok, kan beres!" Ujar Chris memelas.
"Nah bener juga tuh, tumben lo pintar Tem!" Sahut Ferlin, sedang kan Chris merasa geram mendengar panggilan dari Ferlin.
"Ah massa alasan kayak gini lu masih nanya sih Ndra, sedangkan gue ga pernah rangking kelas, hadeh!" Chris menepuk jidatnya pelan.
"Iya iya gue ikut, awas ya kalau lu pada bohong. Awas ya kalau kalian berdua ngasihnya kuntilanak bukannya bidadari, nama kalian bakalan gue blacklist dari daftar sahabat gue, karena kalian berdua udah bikin gue bohong sama nyokap dan ikut kalian !!!" Indra menunjuk wajah kedua sahabatnya sambil memicingkan kedua matanya.
Ferlin hanya mengangkat alisnya sambil tersenyum pelan, sedang kan Chris hanya mengedikan kedua bahunya.
Dan begitulah persahabatan mereka bertiga saling menghargai dan satu sama lain, walaupun mereka kadang suka bertengkar kecil namun persahabatan mereka masih utuh dan awet dari bangku Sekolah Dasar hingga sekarang.
Bagi Indra mereka berdua adalah sahabat yang Asyik dan menyenangkan dan selalu bisa mencairkan suasana dengan ocehan mereka yang membuat telinga Indra panas namun masih bisa tertawa lepas.
Kedua sahabatnya sering main kerumah Indra dan juga akrab dengan keluarga dirinya, dan begitupun dengan sebaliknya dan tak jarang Indra juga sering menginap di rumah mereka berdua apa bila ada tugas berkelompok.
Akhirnya malam yang di tunggu pun telah tiba, tepatnya pada pukul 07:00, selepas makan malam selesai tiba tiba suara motor Ferlin telah terdengar dari luar rumah sambil memanggil namanya.
"Siapa tu Ndra? Ferlin bukan!." tanya mama Rina, sambil mengelap meja makan. Dia melirik ke arah pintu, mendengar suara motor yang amat di kenalinya.
"Eh iya kayaknya ma, Indra pamit dulu ya mau ngerjain kelompok di rumah Ferlin, lagian udah di jemput juga." Indra tersenyum tipis, merasa sungkan karena telah berbohong.
Ibunya mengangguk, dan mengatakan jangan pulang terlalu malam. Indra mengangguk setuju, setelah mendapatkan Izin dia langsung berlari ke luar rumah.
Setelah berjalan di tengah jalan tiba tiba, Ferlin menghentikan motornya, dia bingung sepanjang jalan Indra sama sekali tak mengeluarkan suara.
"Lah kok lo diam terus bro, kayaknya lo beneran gabisa bohong sama nyokap?." Tanya Ferlin membuyarkan lamunan Indra.
"Jiah lu ngelamun, mirip banget kek sapi, muka lu kayak gitu!." dia melihat pantulan wajah Indra di kaca spion.
"Ya gue bukan ngelamun, tetapi bingung dengan kalimat elo. Katanya mau cari bidadari, tapi kok jalannya nggak jelas?."
_To Be Continued_
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!