NovelToon NovelToon

MY MONSTER BUNNY

BAB 1 "MENDADAK DILAMAR"

Suasana kantor masih sepi pengunjung. Tanpa mengetahui kekacauan yang terjadi beberapa waktu lalu,Gilda Marcia melangkah terburu-buru melewati pintu masuk setelah paste card dan menyapa beberapa karyawan yang berpapasan. Memasuki lift karyawan dengan beberapa orang didalamnya. Bunyi alarm lift tepat di lantai 7. Gilda turun masih dengan langkah lebarnya menuju ke satu ruangan dipojok lantai 2. Terlihat beberapa karyawan menyapanya sopan dengan pandangan tak biasanya. Tanpa berprasangka buruk, Gilda membuka perlahan pintu kaca yang terhubung pada ruangannya. Gadis berusia 23 tahun itu sesekali merapikan rambut pirang gelombangnya yang terurai sampai ke tengah punggungnya melirik ke arah seorang wanita sambil tersenyum.

"KARINA!"

Panggil Gilda sambil berjalan kearah wanita yang tampaknya memang seumuran.

"Morning, pretty..."

Sahut Karina santai.

"Siapkan Tim, berita yang sudah disiapkan malam tadi akan tayang hari ini. Semuanya sesuai yang sudah ditetapkan ya."

Pinta Gilda profesional, tanpa menyadari tumpukan kertas yang sedikit berserakan diatas meja Karina.

Gilda adalah seorang PEWARA yang ditetapkan kantornya 1 tahun belakangan setelah sudah 4 tahun berjalan bekerja pada stasiun TV Swasta terkenal ke 5 di Amerika. Dengan kecerdasan dan ketelitiannya yang ia miliki, dia diberi kepercayaan CEO untuk memimpin beberapa acara TV mulai dari pengumpulan berita hingga sampai berita bisa ditayangkan. Namun semua itu tidak membuatnya serakah. Ia malah semakin memberikan peluang bagi mereka yang mau belajar padanya dengan membiarkan beberapa diantara karyawan bertanya dan memanfaatkan waktu dan situasi yang memang memungkinkan.

Gilda merapikan beberapa berkas dan menyimpannya didalam sebuah map dokumen berwarna kuning dengan 1 iPad diatasnya. Menghadap sebuah cermin yang ada di ruangan itu, merapikan setelan warna Ivory, jas dengan dalaman tank top putih dan celana panjang senada dibawah betis menyisakan sedikit kulit mulusnya yg terlihat. Ia mengenakan hills yang senada juga dengan setelannya hari ini. merapikan sedikit make up nya yg tidak berlebihan namun cukup cantik untuk dipandang sambil mengolesi lipstik ke bibir mungilnya.

"Ok, let's go!"

Gilda tersenyum semangat.

Karina memerhatikan teman seperjuangannya itu dengan raut wajah bangga sambil mengacungkan kedua jari jempol dengan sedikit tertawa geli. Rasanya tidak tega harus membuyarkan semangat sahabatnya itu saat ini. Namun dengan berani Karina akhirnya angkat bicara.

"Hhhmmm.. sepertinya kita harus memastikan sesuatu, nona Gilda Mercia."

Karina menghentikan langkah Gilda yang ingin keluar dari ruangan itu. Sontak itu membuatnya menghentikan gerakannya yang sebentar lagi akan mendorong pintu keluar.

"Apa yang harus dipastikan lagi? semuanya sudah kita siapkan kemarin, dan hari ini sudah waktunya untuk ditayangkan."

"Hey,,, ini perintah atasan Gil!"

"Tapi ini sudah hampir waktunya."

"Ini perintah dan kamu disuruh ke ruangannya. lagi pula kita sudah wanti-wanti dengan tanggapanmu."

Karina tersenyum meminta meminta pengertian Gilda.

"Jam penayangannya Masih bisa kita atur kok, hanya menunda beberapa jam."

"Beberapa jam bukan waktu yang sedikit ."

"Mari dengan aku, kita ke ruangannya."

Ajak Karina sambil mengambil map dokumen milik Gilda lalu meletakkannya kembali ke meja. Membuka pintu lalu berjalan menaiki lift. Kini mereka sudah berada di lantai 8 berjalan menyusuri koridor ke arah ruangan utama. Wajah masam Gilda tidak bisa disembunyikannya.

"A da apa lagi dengan pak tua itu? pikirnya pekerjaan ini gampang?"

Segala kekesalan dan sumpah serapah Gilda saat itu hanya didengar Karina dengan penuh kesabaran demi kesehatan mental sahabatnya itu tentunya. Mereka sudah melewati ruang resepsionis, beberapa karyawan tampak sadar dengan raut wajah Gilda hingga mereka hanya menyapa dengan menunduk sungkan padanya.

"DASAR GENDUT!"

Tanpa sadar,Sekertaris CEO sudah membuka pintu ruangan utama dan mempersilahkan kedua sejoli itu untuk masuk.Dan benar saja kalimat itu kini sudah terdengar jelas oleh seseorang yang duduk di sofa kemegahannya dengan membelakangi pintu masuk. Sontak semua mata terbelalak setelah mendengar ungkapan kekesalan Gilda. Karina mencubit pelan pinggang sahabatnya memberi isyarat agar dia bisa menahan amarahnya.

"Selamat pagi pak!"

Sesaat kemudian Karina menyapa untuk membuka pertemuan pagi itu.

"Pak, saya minta kejelasannya."

"......."

"Rating perusaan sudah naik. Apa jadinya hari ini jika berita yang lagi ramai ditelinga masyarakat itu tidak segera kita tayangkan?"

"........"

"Semuanya sudah dipersiapkan, masakan harus menunda jam tayang?"

"........"

"Pak tua, Mohon konfirmasinya!"

"......"

kali ini Gilda Dengan amarahnya yang hampir membludak namun Masi dari kejauhan.Bagaimana tidak semua pertanyaannya tidak dijawab sama sekali oleh atasannya yang menurut dia tidak terlalu kejam sebagai pimpinan. Dia sudah beberapa kali membahas berita dan memberi laporan terkait beberapa kasus bersama dengan pimpinan perusahaannya itu sehingga untuk memberi beberapa pertanyaan ini tidak harus menguras mentalnya.

"PAK!!!"

Sesaat setelahnya semua mata terbelalak menyaksikan perbuatan apa yg terjadi diantara CEO dan karyawan cantiknya itu. Bagaimana tidak, tiba-tiba dari balik sofa kejayaan itu muncul sesosok asing. Yah, asing di kantor tetapi tidak untuk penjuru negeri Paman Sam. Tinggi tegap pria itu lebih tinggi kira-kira 19 centi diatas Gilda. Mata birunya memancarkan pesona kepercayaan dirinya. Rambut gondrong berikal yang hanya dibiarkannya terurai ramah sedikit menutupi dahinya menambah paripurna wajahnya dengan bentukan rahang yang sempurna. Hidung mancung dan body proporsionalnya, apa lagi kemeja putih yang menampakan bagian pinggang rampingnya menambah ketampanannya yang sangat berkharisma. Adakah terbersit dipikiran seseorang untuk tidak memilikinya? oh, sepertinya TIDAK. Meskipun dengan usinya yang sudah memasuki 30 tahun, pria itu berjalan mendekati Gilda posisi 1 kakinya berlutut tepat dihadapannya.

Dari dalam genggamannya bisa terlihat jelas ada kotak merah yang saat ini sudah menampakan isinya. Cincin mungil rose gold dengan hiasan kristal putih di bagian atasnya tampak amat sangat indah mencap pada bantalan mewah itu. Siapa yg tidak ingin berada diposisi itu? semua wanita akan menjawab YA sebelum pria tampan itu mengungkapkan isi hatinya. Lain halnya dengan Gilda yang masih berdiri terpaku sambil perlahan mencerna situasi yang saat ini tidak bisa dia tebak.

" Gilda Mercia Braylen... untuk yang pertama kalinya dalam hidup aku. Mau kah kamu menjadi tunangan ku?"

Tidak terbersit sedikitpun di bayangan Gilda bahwa hari ini akan tiba. Apa?, bagaimana bisa dia tau nama itu? meskipun dia adalah seorang presenter tidak semua orang tau tentang nama kebesarannya termasuk semua orang di kantor kecuali Karina, karena dia satu-satunya sahabat kecilnya dan yah, dia lah yang tau garis besar persoalan hidup Gilda.

Gilda masih bingung dengan situasi yang terjadi. Dan yang bikin dia dia shock adalah ketika belum sempat dia menjawab pertanyaan dari Pria dengan nama Alvin Gabriel Deacon, CEO muda pemilik perusaan besar ternama se-Amerika Serikat itu, sesaat setelahnya benda bulat nan cantik itu telah melingkar sempurna dijari manis tangan kirinya. Dan seketika itu juga kilatan blitz kamera dan beberapa wartawan lainnya sedang memanfaatkan situasi tersebut dan mengambil beberapa gambar dan vidio.

Senyuman penuh kemenangan dari Alvin seketika menyadari rencananya berjalan lancar. Sebelum memprotes kejadian tersebut:

"Diam mu membawa persetujuan pada pernyataan ku, honey."

Setelah itu bibir seksi milik Alvin sudah menempel sempurna dibibir mungil Gilda dan itu membuatnya bertambah frustasi. Mata coklat nya membulat sempurna.

Jangan tanya dengan keberadaan Karina yang tampak sudah berdiri menjauh sejak Alvin menghampiri Gilda. Shock, entah bahagia entah tidak. Dia bahkan saat ini tidak bisa mencerna bahkan menebak situasi dadakan itu.

"Good job!"

Kata Alvin yang memang bukan ditujukan kepada Gilda melainkan kepada semua kameramen dan wartawan yang tiba-tiba hadir disitu. Dan yah semuanya sudah diatur olehnya sebelum ini.

"PLAKKK!"

Tamparan keras yang tidak diduga oleh Alvin sebelumnya. Pikiran dia yang katanya semua cewek akan takluk dengan pesonanya namun lain halnya dengan wanita yang ada didepannya saat ini. Raut wajah marah terlukis jelas di wajah Gilda saat ini. Wajahnya memerah bukan hanya karena marah saja tetapi juga karena menahan malu dihadapan beberapa orang yang hadir disitu. Melihat hal tersebut sontak membuat Jay yang merupakan sekertaris dan orang terdekat Alvin yang ada bersama disana sejak awal bergerak siap menarik Gilda menjauh lebih tepatnya demi keselamatan Bosnya. Tapi hal itu diurungkannya ketika melihat kode dari Alvin yang seolah berkata tetaplah di tempat mu.

Alvin menyeka pipinya yang kalau untuk jiwa atletisnya tidak seberapa sakitnya dan sekali lagi tersenyum sinis pada Gilda.

"Tayangkan berita itu sekarang juga!"

Pinta Alvin kepada CEO perusaan itu dengan nada seperti atasan.

"Apa maksudmu? siapa kamu sampe mengobrak abrik kandang orang lain?"

"Kamu pikir kamu siapa sampai merenggut ciuman pertama ku MONSTER?"

kata-kata itu keluar dengan penuh amarah dan frustasi sampai-sampai Gilda berteriak cukup keras, hitung-hitung untuk melampiaskan kemarahannya juga.

......................

...****************...

...----------------...

BAB 2 " RUMAH SAKIT "

Mungkin ada yang bertanya-tanya sejak kapan CEO perusaan tersebut ada disitu. Yah, sejak dengar keributan itu dia yang berada di ruangan direktur utama langsung buru-buru memeriksa keadaan tersebut. Sehingga tepat saat itulah Alvin langsung memerintahkannya.

Keringat dingin mulai membasahi bagian wajah dan leher Gilda. Mendadak ia merasa pegal pada bagian pundak dan lehernya, hingga kakinya pun mulai perlahan melemah Nafasnya sudah tidak bisa dia atur dengan baik. Gilda merasa lemah seketika setelah mendapat serangan ciuman itu. Pusing saat ini menyerangnya perlahan. Tangan mungil itu bergerak memijat dahi dan matanya yang perlahan buram. Alvin menyadari hal tersebut sehingga disaat yang tepat tangan perkasanya menangkap pinggang Gilda yang hampir ambruk. Karina pun panik dengan keadaan temannya itu, sehingga ia buru-buru mendekati Gilda dan Alvin.

"Ada masalah apa dengan kesehatannya, sehingga masih pagi begini sudah menyebabkan kekacauan?"

Tanya Alvin kesal.

"Tetapi sebelumnya dia tidak seperti ini, Tuan."

Karina menimpali dengan nada panik. sebab ini adalah pertama kalinya Gilda kalah dalam sebuah perdebatan sampai menyebabkan dirinya ambruk seperti ini.

"Jay, urus sisanya. wanita ini biar aku yang tangani!"

"Baik, pak!"

setelah berkata demikian Alvin langsung menggendong Gilda ala bridal style dan berjalan masuk ke lift diikuti oleh Karina.

......................

Jay dan beberapa karyawan yang diutus Alvin dari kantor utama, yaitu kantor miliknya sendiri tanpa campur tangan keluarga Deacon. Dan ini adalah perusahaan pertama yang dia rintis dengan kemampuan dan dari penghasilannya sendiri, sehingga perusahaan atas nama A.G.D GROUP ini kini sudah berkembang pesat hingga melewati perusaan milik keluarga Deacon sendiri dan menjadi puncak investor utama di negara itu.

Jay mulai menggerakkan beberapa bawahannya untuk mengontrol orang-orang bekerja di bagian studio penayangan dan juga ada beberapa yang mulai mengawasi bagian penyunting naskah dan vidio. Semuanya berjalan dengan baik, termasuk pemulihan perangkat dan juga penghapusan beberapa berita yang pernah ditayangkan sebelumnya mengenai keluarga Deacon.

......................

Diruang rawat rumah sakit saat ini tepatnya dirumah sakit milik Deacon, Gilda sedang ditangani oleh seorang dokter yang merupakan dokter kepercayaan keluarga Deacon. Gilda masih belum juga siuman. Dokter Gery mendekati Alvin dan Karina yang masih setia menunggu informasi darinya disudut ranjang.

"Alvin, sepertinya dia mengalami philophobia. Ini adalah gangguan terhadap seseorang yang merasa cemas akan hal percintaan. Bisa saja seperti ciuman, atau panik saat berhadapan dengan lawan jenis."

"Dia hanya butuh waktu untuk beristirahat sampai dia tersadar kembali."

Jelas dokter Gery panjang. BTW dokter Gery adalah teman dekat ayahnya Alvin, karena itu saat berbicara dengannya dokter Gery hanya menggunakan bahasa santai. Bagaiman pun juga dia sudah cukup lama bekerja dirumah sakit itu dari Alvin yang masih berusia 12 tahun, jadi tak heran diangkat sebagai dokter pribadi keluarga Deacon.

Alvin mengangguk paham dengan sedikit tersenyum lega.

"Terimakasih banyak, Dokter Gery."

"Sama-sama, kalau begitu saya permisi."

Dokter Gery meninggalkan ruang rawat tersebut dengan tersenyum, isyarat permisi pada Karina yang ada disamping Alvin.

"Tunggu saja sampai dia siuman, lalu kamu bisa mengantarnya pulang. saya harus pergi!"

"Ba.. baik Tuan."

jawab Karina terbata setelah mendengar perintah Alvin yang kini sudah berlalu meninggalkan mereka.

Beberapa saat setelah kepergian Alvin, kini Gilda sudah siuman dengan kebingungan mendapati dirinya yang berada di ruangan yang berbeda. Matanya tertuju pada Karina yang masih setia menemaninya. Karina terlelap dengan posisi duduk disamping ranjang.

Berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya dan sedikit mengatur pernafasannya, Gila berusaha bangun dan mengoyakkan badan Karina yang masih terlelap.

"Karina, apa yang terjadi, kita dimana ini?"

suara Gilda masih terdengar serak meski badannya sudah terasa membaik.

Karina menatap wajah sahabatnya dan dia sedikit menitipkan airmata.

"Kamu kenapa, Karina. untuk apa menangis?"

"Maaf, kamu sakit tetapi aku tidak menyadarinya. seharusnya kamu cerita pada ku. hu..hu..hu...."

"Sudah, aku tidak apa-apa. jawab dulu kita dimana ini?"

"Di Rumah Sakit."

"Apakah dokter mengatakan sesuatu terjadi pada ku?"

"Hu..hu..hu.... iya! Dokter berkata bahwa kamu mendwrita philophobia. hu..hu..hu.."

" Oowh.... sudah lah. jangan menangis. lagi pula aku masih hidup."

Gilda berusaha menenangkan Karina dan menyeka air mata sahabatnya itu.

"Itu saja? bahkan kamu tidak terkejut dengan pernyataan itu?"

"Tidak! tidak sama sekali. Aku bahkan sudah menduganya saat dia mencium ku tadi. aku merasakan ada yang aneh dengan diriku. itulah sebabnya aku hilang kendali.Tapi, ini adalah yang pertama kalinya."

"Benarkah, kamu tidak apa-apa sekarang? baiklah kita pulang sekarang."

"Karina, dimana ponselku?"

"ponselmu ada di kantor!"

"kalau begitu, periksa berita hari ini di ponsel mu. Apakah berita tadi sudah dirilis?"

Gilda panik akan nasibnya yang sebentar lagi akan menjadi serangan tulisan netizen. Bagaimana tidak, dia bahkan tidak menduga bahwa Alvin akan bertindak sejauh ini setelah beberapa hari yang lalu dia berhasil merilis berita yang datang dari keluarga Deacon. Salah satu anggota keluarga Deacon, dia adalah bibi termuda alias adik dari ayahnya Alvin. Dia adalah Natalia Deacon putri bungsu dari mantan komisaris Gabriel Deacon (kakek Alvin) yang masih terlihat muda diusianya yang suda menginjak 35 tahun. Wanita ini adalah seorang model ternama di negara itu, dan saat ini sedang mengalami perawatan intensif akibat kecelakaan maut bersama suaminya Allan Edward. Keduanya belum dikaruniai anak setelah sudah 5 tahun menikah. Diduga kecelakaan tersebut terjadi karena keduanya dalam keadaan mabuk. Hal ini menjadi topik hangat publik, dan menjadi bahan konsumsi Mulut masyarakat. Untuk itu Alvin tidak tinggal diam dengan hal tersebut. Dia akan melakukan segala upaya untuk melindungi nama baik keluarganya.

......................

...****************...

...----------------...

BAB 3 " CEO BARU "

 Karina membuka web dari link perusahaan yang memang sudah disimpannya secara otomatis. Dia melihat beberapa notifikasi yang ia lewatkan beberapa jam lalu.

"Oh My God!"

 Kaget Karina sambil menunjukan isi berita yang tertera dilayar handphonenya kepada Gilda. Mata Gilda melotot kaget karena apa yang sudah dia duga terjadi saat ini.

*POV berita video:

" Selamat pagi pemirsa. Berita hangat dan bahagia hari ini datang dari teman seperjuangan kami yang dilamar oleh pria mapan dan CEO ternama di negeri ini yang tidak lain lagi adalah CEO ALVIN GABRIEL DEACON. Kabar gembira ini dilangsungkan dengan lamaran mendadak dari sang kekasih kepada wanita pujaannya pagi tadi tepat pukul 08.30 waktu setempat. Dan menariknya lagi bahwa bukan lagi tempat kerja sang pujaan yang dibooking melainkan, Perusahaan stasiun TV ini kini menjadi milik resmi CEO muda ALVIN GABRIEL DEACON yang sudah resmi dibeli dan menandatangani kepemilikan gedung pagi ini pukul 07.00 tepat sebelum acara lamaran di mulai*........."

......................

Sementara di ruangan yang kini menjadi kepemilikannya, Alvin sedang tersenyum menikmati kemenangannya. Matanya tak berhenti melihat vidio berita yang saat ini sedang diputar dilayar iPad miliknya.

"Sepertinya hari ini mood bos sedang baik."

Timpal Jay yang tiba-tiba sudah berada dihadapannya.

"Yah, seperti yang kamu lihat sendiri. hari ini aku menangani kasus keluarga ku dengan baik. Terimakasih atas bantuanmu , Jay."

ucap Alvin dengan senyuman terbaiknya saat itu.

"Tapi.... aku rasa wanita itu tidak akan terima dengan apa yang sudah pak bos lakukan."

"Hehehehe... kamu tenang saja Jay, bagian dia adalah urusan ku. lagi pula dengan begini aku tidak terus-menerus dipaksa untuk dijodohkan oleh kakek."

"Bukankah kalian sudah dipertemukan saat itu? sepertinya wanita gila itu akan terus mengejar mu."

"Hhmm...kita lihat saja nanti."

......................

Di apartemen, Gilda masih ditemani oleh sahabatnya Karina, karena apartemen mereka bersebelahan sehingga ketika sampai tadi Karina memilih untuk menemani Gilda terlebih dahulu. Setelah selesai dengan urusan rumah sakit mereka memilih untuk pulang ke rumah karena rasa kesal Gilda masih terlalu besar apa lagi kalau di kantor harus kembali melihat bos barunya itu.

Berendam dan membersihkan diri adalah pilihan terbaik saat ini.

 Didalam kamar mandi miliknya,Gilda merendam diri kedalam bak pemandian yang seukuran tubuhnya dengan aroma kayu putih kesukaannya. Menarik nafas panjang membiarkan hidungnya menyerap aroma kayu putih lalu menutup matanya berusaha melepaskan sejenak semua masalah yang terjadi hari ini. Sementara, Karina yang mengerti dengan situasi sahabatnya itu ia memutuskan untuk kembali ke apartemennya, karena mungkin saja Gilda membutuhkan waktu untuk sendiri.

"Awas saja kau MONSTER!!"

"Prak... prak... prak!!"

Gerutu Gilda kesal sambil menggebrak-gebrak air mandinya.

"Oke, lihat saja nanti kalau aku bertemu dengan mu. Aku pastikan untuk memberi pelajaran pada mu MONSTER..."

"Hmmmm.... tapi dia tampan dan mapan... Gilda."

Menggeleng kepalanya

"Oh.... tidak tidak tidak... ingat Gilda dia tetaplah MONSTER. okey!!"

"Pikirkan apa yang sudah dia lakukan pada mu!"

Berbicara sendiri adalah nasihat terbaik yang hakiki buat dirinya saat ini.

......................

 Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 dan karyawan kantor sudah bergantian shift. Saat ini Alvin dan Jay sudah berada di Kantor pusat A.G.D GROUP. Mereka baru saja kembali setelah dokumen kepemilikan perusahaan stasiun TV itu sudah beres dan resmi serah terima. Acara hari ini memang mendadak sehingga serah terima dilakukan secara tertutup dan hanya dihadiri CEO lama dan beberapa staf pengurus, serta Alvin yang menjadi pemilik baru dan beberapa saksi dari perusaan pusatnya. Meski begitu Alvin tetap mempersiapkan dokumentasi lengkap baik secara rekaman maupun foto sehingga tidak merepotkannya dikemudian hari jika saja ada perselisihan.

" Jay, apakah sudah ada data yang aku minta kemarin?"

"Sudah Tuan! saya menyimpannya di laci meja kerja di ruangan Tuan Muda."

"Ada yang mengganjal?"

"Hmm... saya rasa tidak ada pak. Dia single dan sepertinya belum pernah pacaran sebelumnya. itu mungkin karena dia memiliki trauma dari keluarganya."

Alvin hanya mengangguk mendengar penjelasan Jay. tampaknya mereka sedang mengobrol tentang Gilda. Itu karena lamaran tadi terjadi begitu saja sebelum Alvin menerima data dari Jay yang memang belum menemukan secara detail. Hal itulah yang menyebabkan Alvin hanya mengetahui nama panjang Gilda melalui Karina. Bagaimana tidak, Karina diancam dengan keras oleh Jay sehingga membuatnya terpaksa buka suara. Itulah sebabnya juga mengapa Alvin menyebut nama kebesaran keluarga Gilda.

flashback

......................

...****************...

...----------------...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!