NovelToon NovelToon

ARSEN The Good Husband

Bab 1

"Sayang, kamu benar - benar cintakan sama aku?"

"Iya, kamu nggak percaya ya dengan cintaku?"

Mengelus rambutnya dengan menatap matanya, " Aku percaya ,tapi aku butuh bukti."

"Bukti?" mwngernyit tidak mengerti.

"Buktikan pada kalau kamu itu beneran cinta sama aku." kata sang pria, yang bernama Ardiansyah.

"Caranya bagaimana?"tanya Cewek itu.

"Aku mau kamu mendekati seseorang dan bawakan aku sesuatu miliknya" ucap Ardiansyah.

"What? Apa - apaan itu, kamu jangan aneh -aneh." tolak Ziana.

"Ayolah sayang, aku sangat membutuhkannya"

"Suruh anak buahmu itu, kenapa harus aku"Ziana tidak mau menuruti permintaan kekasihnya itu. Bagaimana bisa dia mendekati pria lain hanya untuk mendapatkan sebuah informasi.

"Kamu kekasih aku dan kamu tidak mungkin berkhianat padaku. Lagi pula, anak buahku sudah rata - rata di kenali sama pria itu."

"Tapi..."

"Ayolah sayang, katanya kamu mencintaiku."Ziana terdiam, dia benar - benar tidak tahu harus menjawab apa.

~_~

Arsen marvino, seorang ketua mafia yang sangat di takuti oleh semua orang. Berwajah dingin dan tegas. Angkuh dan kejam adalah semua ciri khasnya.

Siapa yang tidak tau Arsen si mafia berdarah dingin. Begitu banyak orang yang mengincar jejak kejahatannya. Tapi, sayangnya semakin orang itu menggali. Maka semakin dalam pula dirinya terkubur dalam galiannya sendiri.

Hari ini Arsen berniat akan mengunjungi sebuah toko bungan yang terkenal dengan keindahan bunga - bunganya.

Arsen mengunjungi toko itu dengan pengawalan yang begitu ketat. Dia memang tidaj pernh luput dengan para bodyguardnya.

Arsen menghentikan mobilnya di toko bunga yang di carinya tadi, melihat sekeliling. Dengan langkah angkuhnya ia melangkah masuk, dan melihat setiap sudut toko serta setiap jenis bunga yang ada di dalam toko itu.

"Permisi tuan, ada yang bisa saya bantu?"tanya seseorang yang di yakini Arsen sebagai pegawai toko itu.

"Saya ingin mencari bunga, mawar putih. Apa ada?"Arsen menatap gadis itu.

"Ada, berapa banyak yang ada butuhkan?"tabya gadis itu pada Arsen saat pria itu sedang asik melihat bunga - bunga.

"Begini, saya mau kamu mendekor sebuah ruangan dengan mawar putih itu. Apa bisa?"

Gadis yang tidak lain adalah Ziana pun mengernyit heran.

"Maaf tuan, apa anda hanya menginginkan warna mawar lain juga? Menurut saya kalau warna mawar putih saja, hanya akan telihat biasa saja. Bagaimana kalau kita campur kan dengan bunga mawar merah, menurutku warnanya akan terlihat sangat manis" kata Ziana memberi saran.

Arsen menatapnya tajam, dengan tatapanntajam Arsen menarik Ziana ke pelukannya.

"Apa urusanmu? Tugasmu hanya mendesain ruangan!"Arsen menghempaskan tubuh Ziana.

Dengan langkah lebarnya Arsen pergi meninggalkan Ziana yang masih diam mematung.

~_~

Ziana yang sangat senang mendapatkan orderan bungan yang begitu banyak. Ia menyiapkan nya dengan sebaik mungkin. Dan ternyata Arsen akan membuat acara ulang tahun adiknya di sebuah gedung.

Dengans angat hati - hati Ziana menyiapkan semuanya. Ziana menambahkan beberapa bungan kesukaannya ,yaitu bunga mawar merah. Dia sangat menyukai bunga itu dan di setiap rangkaian buket bunganya dia pasti akan menambahkan setangkai mawar merah.

"Hanya beberapa tangkai dan itu tidak akan menjadi masalah besar bukan "gumamnya.

Arsen datang mengunjungi gedung tersebut, ia tersenyum puas melihat dekor ruangan itu, sesuai permintaanya. Ia berjalan mencari Ziana si gadis bunga.

"Bagaimana tuan? Apa anda puas dengan dekornya?"tanya Ziana saat melihat Arsen yang berjalan mendekatinya.

"Lumayan" balas Arsen acuh. Ziana mengerucutkan bibirnya mendengar jawab Arsen.

'Bener - bener deh ini, orang nggak ngehargai kerja keras orang banget sih' gerutu Ziana dalam hati.

Membawa Arsen untuk melihat - melihat. Pria itu menghentikan langkahnya, saat melihat ada beberapa bunga mawar merah.

"Ini kenapa ada yang merah? Bukankah saya minta yang putih semua?"tanya Arsen dengan nada dingin.

"Maaf tuan, ini memang sudah menjadi ciri khas saya kalau mendekor"balas Ziana.

"Saya tidak peduli dengan itu! Ganti!". Ucap Arsen tegas.

"Tapi tuan..."

"Ganti!!" potongnya dengan suara dingin dan menatap Ziana tajam.

"Baiklah."

~_~

Pukul 8 malam acara pun di mulai, semua tamu undangan yang datang berdecak kagum melihat dekorasi acara. Semua terlihat sangat indah dengan hiasan bunga mawar putih.

Malam ini pesta ulang tahun adiknya Arsen yang bernama Tasya Marvino. Adik kesayangan Arsen itu memang paling suka dengan mawar Putih. Makanya Arsen memilih konsep pestanya black and white. Dekor yang putih dengan para undangan yang wajib mengenakan busana berwarna hitam.

"Thank you kakakku sayang, pestanya snagat indah" ucap Tasya memeluk sang kakak. Arsen hanya tersenyum sambil mencium kening adiknya itu.

"Nikmati waktumu, kakak akan kembali" kata Arsen.

"Cepatlah kembali, aku tidak mau memotong kue tanpa mu di sampingku."kata Tasya.

"Iya, aku tahu." Arsen melangkah pergi, menemui salah satu tamu undangannya.

"Selamat datang tuan, aku tidak menyangka anda akan hadir malam ini"kata Arsen memberikan kata sambutan pada tamu undangannya.

"Kami tidak akan bisa melewatkan pesta seluar biasa ini"balas Salah satu pria yang ada di hadapan Arsen.

Arsen tersenyum, dan mereka pun mulai berbincang.

Tak jauh dari tempat Arsen dan tamunya berdiri, seorang pria dari kejauhan diam - diam memperhatikan Arsen. Dia tersenyum puas melihat Arsen yang seperti sedang termakan dalam perangkapnya.

"Sebentar lagi kamu akan ada dalam genggemanku Arsen Marvino" gumamnya sambil tersenyum sinis.

~_~

Seperti biasa Ziana sibuk mengurus bunga - bunganya yang baru saja datang. Hari ini Ziana memesan begitu banyak bunga, karena setelah dia selesai mendekor acara pria angkuh (Arsen) itu seketika tokoh bunganya langsung menjadi kosong.

"Huft, pinggangku rasanya akan patah" gumamnya saat berdiri dari duduknya. Ziana sangat kecapean. Seharian bekerja tanpa ada yang namanya istirahat.

"Mau sampai kapan kamu akan bekerja seperti ini?"tanya seseorang dari ambang pintu toko.

Zania menoleh, dia tersenyum melohat sahabatnya Ziana mengunjunginya.

"Kamu sudah pulang kerja? Masuk lah akan ku buatkan teh yang sangat enak" kata Ziana.

Pamela, masuk dan menghampiri Ziana. "Duduklah dulu, aku mau cuci tangan dulu" kata Ziana. Pamela mengangguk, sambil menunggu Ziana Pamela pun memutuskan untuk berkeliling toko bubga sahabatnya itu.

"Dia bemar - benar pekerja keras, padahal ini dulunya hanya toko besar"ucap Pamela lirih.

Sekarang lihat lah, berkat kerja kerasna Ziana telah berhasil menjadikan toko ini menjadi toko bunga terbesar dan toko bunga yang paling di minati oleh setiap kalangan.

"Na, aku punya kabar baik untuk mu" kata Pamela saat melihat Ziana yang baru keluar dari toilet.

"Apa? " tanya Ziana, berjalan ke arah dispenser dan akan membuatkan teh untuk Pamela.

"Bosku ingin memesan 1000 tangkai mawar putih"kata Pamela gembira.

"Waw benarkah?"tanya Ziana tidak percaya.

'Kenapa hari ini begitu banyak orang pesan bunga mawar putih' lirih Ziana dalam hati.

Bab 2

Ziana telah menyiapkan 1000 tangkai bungan mawar yang dipesan oleh temannya kemaren. Sesuai alamat yang di tinggalkan oleh temannya itu, siang ini dia akan mengantarkan bunga - bunga itu ke alamat tersebut.

"Semoga tidak ada halangan" ucapnya, karena sedang mengantarkan pesanan bunga. Dengan terpaksa toko bunganya harus di tutup untuk sementara.

Ziana mengantarkan bunga - bunga itu dengan menggunakan mobil bak miliknya. Sesampainya di depan rumah yang ada di alamat.

"Wah rumahnya besar dan mewah sekali..." gumam Ziana, berdecak kagum melihat indahnya rumah yang ada di depannya saat ini.

Tiinnn~

Ziana membunyikan klakson mobilnya dan seketika gerbang nan tinggi itu terbuka secara otomatis. Ziana menjalankan mobilnya memasuki rumah yang luas itu.

Seorang pelayan menghampiri Ziana saat dia menghentikan mobilnya di depan rumah itu.

"Ayo bawa bunga itu kedalam, dan sini biar saya bantu!"pelayan itu mulai mengangkat bunga - bunga itu. Ziana tidak henti - henti nya bercak kagum saat memasuki rumah itu.

Saat melewati ruang tamu, seorang wanita paruh baya menghentikannya.

"Tunggu!" Ziana menoleh.

"Bisakah kamu menatanya sekalian di taman itu, aku sangat suka tatananmu." ucap wanita itu.

"Baik, bu" balas Ziana tersenyum.

"Terima kasih"balas wanita itu diakhiri dengan senyuman.

Ziana melanjutkan langkahnya, dia di bimbing oleh pelayan itu menuju ke taman yang di maksud wanita tadi.

~_~

Seteah selesai menata semua bunga - bunga itu, Ziana pun mendapatkan bayarannya. Dia pun berpamit pergi, saat melewati ruang tamu, dia tidak sengaja bertabrakan dengan seorang pria tinggi dan tegap.

"Aw..." desis Ziana, ia pun mendongak melihat wajah orang yang di tabraknya. Untuk beberapa saat mereka terpaku dalam pandangan satu sama lain.

Pria itu memutuskan kontak mata mereka, "Apa kau tidak punya mata?"tanyanya dengan nada sinis.

"Maaf tuan, saya tidak sengaja"

"Tc" pria itu berlalu meninggalkan Zania yang masih berdiri di tempatnya.

"Bukan kah dia Arsen marvino?"gumamnya.

Zania pun tersenyum simpul, dia sangat senang karena bisa masuk ke rumah targetnya dan itu tanpa susah paya.

"pertanda apa ini, kami di pertemukan sebanyak dua kali dan itu semua tanpa di sengaja.

~_~

Malam ini Ziana akan Pergi makan malam berdua dengan sang kekasinya Ardian. Dia berdanda secantik mungkin, dia tidak ingin terlihat cupu di depan pria pujaannya itu.

"Sudah lama Ardian tidak mengajakku makan di luar, dan malam ini adalah malam yang sudah ku tunggu sejak lama" ucap nya tersenyum senang.

Dengan balutan dress selututnya, Ziana keluar dari rumah dan menghampiri Ardi yang sedang berdiri di pintu mobil yang terpakir di depan rumah Ziana..

"Apa kamu sudah lama menunggu?"tanya Zania.

"Tidak, aku juga baru sampai"balas Ardian.

"Aku terlalu gugup, makanya aku butuh waktu yang sedikit lama untuk berdanda" kata Ziana.

Mereka pun meninggalkan rumah Ziana. Malam ini Ardi membawa mobil, tidak swperti malam - malam atau pertemuan mereka sebelumnya Ardi selalu memawa motor CBR nya.

Sesampainya di restoran Ardi membawa Ziana ke meja yang telah di pesannya. Khusus untuk kali ini Ardi memilih meja yang ada di balkon restoran. Dia ingin memperlihat nuansa indahnya pemandangan kota pada malam hari pada Ziana.

"Wah, sayang ini indah sekali" Ziana berdecak kagum.

"Apa kamu menyukainta?" Ziana mengangguk.

"Sangat, aku sangat menyukainya."Ziana memeluk Ardi tanda ucapan terima kasihnya.

Ardi tersenyum, dia membawa Ziana untuk duduk di meja yang telah di pesannya. Memanggil pelayan, menyuruh untuk menghidangkan makanan yang sudah di pesannya tadi saat membooking meja ini.

Ziana benar - benar bahagia malam ini, dia tidak menyangka kalau Ardi bisa seromantis ini.

"Zia... Sayang" panggilnya, merahi tangan Ziana yang ada di atas meja.

Menggenggamnya, lalu mengecupnya lembut. Ziana hanya diam menerima perlakuan tersebut.

"I love you" ucapnya, kembali mengecup tangan yang sedang ada di genggamannya itu.

"Apa kamu tahu Zia... Aku sangat takut kehilanganmu dan aku tidak tahu harus bagaimana tanpa dirimu.." ucap Ardi.

Ziana mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti kemana arah pembicaraan Ardi saat ini. Ziana tidak menyela, dia hanya diam menunggu kelanjutan ucapan pria itu.

"Jadi sebelum kamu melakukan misi yang aku berikan padamu, aku ingin kita bertunangan lebih dulu agar, saat kamu dengannya kamu selalu mengingat diriku" lanjutnya.

Ziana sangat kaget mendengar ucapan Ardi, dia masih belum percaya dengan kata - kata yang keluar dari mulut pria itu. Kenaoa pria itu berubah sangat posesive, bukankah selama ini Ardi selalu bersikap cuek padanya dan bisa di bilang selama ini Ziana lah yang lebih agresif mendekati pria itu.

"Apa kamu mau bermengikat hubungan ini bersamaku?"tanya Ardi. Ziana hanya diam, dia masih belum bisa percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Zia..." Ardi menggoyangkan tangan Ziana.

"Bagaimana?"

"Iya aku bersedia" ucapnya.

Ardi tersenyum, dia pun berdiri dan mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah dari dalam saku celananya. Berlutut di hadapan Ziana, mengerluarkan sebuah cincin dari dalam kotak.

Ziana menutuup mulutnya tak percaya, bagaimana bisa Ardi mempersiapkan semua ini . Dengan perlahan Ardi oun menyematkan cincin itu ke jari manisnya.

"Sangat indah" ucapnya, Ardi pun berdiri kemudian mengecup kening Ziana lama.

~_~

Sudah dua hari dari maam lamaran itu, Ziana terus saja menatap cincin itu. Dia belum bisa oercaya jalau sekarang dia sudah terikat dengan pria yang sangat di cintainya itu.

Ting~

Ziana membuka pesan yang masuk kedalam ponselnya.

'Aku sedang ada di cafe sebrang toko mu, ayo kemari lah.'

Ziana tersenyum membaca pesan itu, dengan segera Ziana pun mulai menutup tokonya untuk sementara. Setelah mengunci pintu, Ziana pun hndak pergi dan baru beberapa langkah gafis itu kembali menghentikan langkahnya.

"Oh Astaga, untung belun jauh. Bagaimana mungkin aku meninggalkan dompetku, saat aku ingin pergi makan."gumamnya lirih. Dengan terpaksa Ziana pun kenbali membuka kunci pintu tokonya.

Setelah menemukan dompetnya, Ziana kembali keluar dan mengunci pintunya kembali.

Ziana berjalan dengan perlahan, dia sangat menikmati setiap langkah menuju Cafe. Ziana juga tidak henti - hentinya menetap cincin itu. Mengusap dan bahkan ia juga mengecup nya sesekali.

Tanpa melihat kanan kiri, Ziana menyebrang dengan mata yang fokus dengan cincin pemberian Ardian sang kekasih.

Dari kejauhan, sebuah mobil sedang melaju dengan kecepatan di atas rata - rata kearah nya. Semua orang yang melihatnya berteriak histeris.

Ziana yang kaget mendengar teriakan itu pun menoleh. Membulatkan kedua matanya, dia tidak bisa berbuat apa - apa. Tubuhnya seolah kaku, tidak bisa bergerak.

"ARRRGGHHH..." Ziana berteriak dengan sangat keras saat mobil itu mendekati tubuhnya dan..

BRAKH~

Bab 3

Arsen mengemudikan mobilnya debgan kecepatan tinggi, ia mendapatkan telpon kalau adiknya sedang berada di sekolah sendiri tanpa ada pengawal yang menemani.

Arswn sangat marah, dia tidak bisa berpikir jeenih setelah mendengar kabar itu. Bagaimana mungkin adiknya berada di luar tanpa pengawal? Bagaimana nanti jika para musuh Arsen mengetahuinya dan melakukan sesuatu hal yang tidak di inginkan oleh parah musuh - musuhnya.

Menggenggam erat stir mobil, Arsen semakin menginjak pedal gas mobilnya. Hingga....

CITTT...

BRAK...

Arsen, banting stir hingga menabrak tiang listrik yang tidak jauh dari sana.

Arsen mengembuskan nafasnya, untung dia tidak kenapa - kenapa. Dengan kesal Arsen keluar dari mobil. Tidak jauh dari mobilnya dia melihat seorang gadis yang terduduk lemes di aspal.

Dengan langkah lebar, Arsen menghampiri gadis itu. "APA YANG KAU LAKUKAN?"bentak Arsen pada gadis itu.

"KALAU INGIN MATI JANGAN DI SINI, APA KAU TAHU KALAU TINDAKAN MU ITU SANGAT MEMBAHAYAKAN ORANG LAIN!!" bentaknya lagi.

Gadis itu belum juga merespon ucap Arsen, kesabaran Arsen tidak sebesar gunung Himalaya. Jadi, dengan tidak sabaran di tariknya tubuh gadis itu hingga gadis itu berdiri dan menatapnya.

"KAU...."ucapan Arsen seketika terhenti ketika menatap mata sayu milik gadis itu.

"Ziana!.."seseorang datang menghampiri Ziana dan Arsen.

"Apa kamu baik - baik saja?"tanya orang itu, menarik tubuh Ziana dari Arsen dan memeluknya.

Ziana masih diam, gadis itu benar - benar sangat shok dengan apa yang baru saja terjadi.

"Hei nona, urusanku belum selesai dengan temanmu itu." kata Arsen.

"Apa anda tidak lihat, teman saya sedang sangat shok. Berikan kartu nama anda dan kami akan menghubungi anda untuk ganti rugi"kata teman Ziana.

Arsen tiba - tiba teribgat dengan adiknya, dan tanpa pikir panjang dia pun menyerahkan sebuah kartu dan berlalu pergi meminggalkan dua gadis yang sedang berpelukan itu.

Menghentikan taxy yang kebetulan lewat, Arsen melihat sekeliling wilaya itu, menandai setiap sudut tempat itu. Dan tidak lupa dia juga melihat begitu banyak kerumunan manusia mendekat kearahnya.

Setelah kepergian Arsen, Rika membawa Ziana ke cafe yang tempatnya tadi.

"tolong air putihnya!"pinta nya pada pelayang.

"Kamu tenanglah, Zia. Sekarang semuanya sudah baik - baik saja, kamu tenang tidak terjadi apa - apa, ok" ucap Rika.

Ziana, meneteskan air mata. Kejadian hari ini mengingatkannya pada hari dimana dia dan ayah ibunya mengalami ke celakaan. Dan karena ke celakaan itulah Ziana harus kehilangan kedua orang tuanya.

Dan bagainama keadaan Ziana? Dia saat itu koma selama 1 bulan, dan saat dia sadar dia sangat terpukul dengan keadaan yang menimpa keluarganya.

"ini nona, airnya" seorang pelayan menyerahkan segelas air mineral pada Rika.

"Terima kasih." ucap Rika.

"Minumlah ini" Rika menyerahkan gelas itu pada Ziana. Dengan perlahan Ziana meminumnya, kemudian memejamkan matanya. Masa lalunya kembali berkelabat di pelupuk matanya.

~_~

Arsen sampai di tempat adiknya, dia melihat adiknya sedang duduk santai dengan teman - temannya. Dengan langkah lebar Arsen menghampiri adiknya dan memanggil adiknya dengan suara lembut, agar adiknya tidak malu dengan para teman walau dari raut wajah terlihat kalau dia sedang khawatir.

"Iya, ada apa kak?"tanya Sila.

"Apa kelasmu sudah selesai?" Arsen melihat keadaan adiknya.

"sudah kak, kenapa?"

"Kalau begitu, ayo kita pulang."ajaknya.

"Tapi kak, bisakah aku duduk berkumpul dulu dengan para sahabatku" pinta Sila.

Arsen tidak menjawab, dia hanya menatap adiknya itu dan Sila yang mengerti dengan arti tatapan itu pun hanya diam dan menuruti kakaknya.

"Tunggu aku pamitan sama mereka dulu" Sila pun kembali menghampiri para teman - temannya.

"Guys, gue pamit ya. Sampai jumpa besok" Dila melambaikan tangannya. Semua teman Sila mengerti dengan Sila, mereka kmtau bagaimana tabiat kakaknya gadis itu.

"Ayo kak" Sila mengandeng lengan kakaknya. Mereka pun berlalu pergi meninggalkan tempat itu.

~_~

Ziana yang sudah mulai sadar, langsung meminta minum. Ia langsung berjalan keluar kafe dan berjalan kembali ke tokonya. Dia mengabaikan Rika tang sedari tadi memanggilnya.

Sesampainya di dalam toko, Ziana langsung mencari tasnya dan mengambil obat yang ada dalam botol kecil. Meminumnya dengan tergesa - gesa.

Bayangan kejadian tadi masih telihat sangat jelas di matanya. Ziana menyeka keringat yag membajiri dahinya. Tubuhnya mulai bergetar dan suara sesegukan pun mulai terdengar.

"Mama~ hiks... Hiks..."

~_~

Dengan tubuh tegapnya Ardian melangkah masuk ke dalam ruangannya.

"Apa kamu sudah menemukan sesuatu?" tanya Ardian pada anak buahnya yang saat itu sedang melacak sesuatu.

"Belum pak, datanya sangat susah untuk di lacak" balas anak buahnya.

"Aish..."

"Pak, dia itu bukanlah orang sembarangan, jadi wajar kalau dia itu sangat sulit untuk di retas."kata karyawannya.

Ardi menggeram, dia sudah memikirkan berbagai cara agar dia bisa mendapatkan semua bukti kejahatan dari si mafia itu.

~_~

Arsen duduk di sofa kamarnya, dia menatap keluar melihat bulan yang sedang menerangi malam yang kelam.

Entah apa yang sedang ada di pikirannya, tapi dari raut wajahnya, pria itu seperti sedang terganggu oleh suatu hal.

Tok... Tok... Tok...

"Masuk!"sahut Arsen saat mendengar suara ketukan pintu. Arsen mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekatinya.

"Bos, semuanya sudah siap."

"Tunggulah di bawah, aku akan menyusul"balasnya tanpa mengalihkan pandangannya dari terangnta bulan.

"Baik, bos" Arsen pun mendengar suara langkah yang menjauh dan tak lama terdengar suara pintu tertutup.

Huft~

Arsen menghembuskan napas berat, dengan enggan dia pun beranjak berdiri, bersiap - siap kemudian keluar kamar menyusul anak buahnya tadi ke bawah.

Melihat Arsen ynag sudah turun semua pria yang berpakaian serba hitam itu pun spontan berdiri dan memberi hormat.

"Aku tidak ingin semuanya sia - sia, dan lakukan semuanya dengan bersih!"ujarnya.

"Siap, bos" jawab anak buahnya serempak.

Arsen dan semua anak buahnya oun berlalu pergi meninggalkan rumahnya dan pergi menuju ke markas mereka yang berada di pinggir kota.

Sesampainya di markas, Arsen masuk kedalam dan melihat seseorang yabg sedang duduk dengan tangan dan kaki yang terikat serta mulut yang di lakban.

Arsen berjalan deng berlahan mendekati orang itu, "buka lakbannya!"perintah Arsen.

Salah seorang anak buahnya pun berjalan mendekati pria itu dan tanpa bela kasihan. Anak buahnya Arsen melepaskan lakbannya dengan sangat kuat dan membuat pria itu berteriak keras. Bagaimana tidak, pria itu memiliki kumis dan jenggot. Dengan di tariknya dengan keras hingga sebelah kumis nya ikut tercabut.

"Arrgghh!!!"Teriak pria itu, memekakan telinga, spaa pun itu

"Arsen?!" panggil orang itu. Arsen tersenyum miring saat nama nya di sebut oleh pria itu.

"Brengsek!"umpat pria itu dengan kesal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!