NovelToon NovelToon

Perfect Show Window

BAB 1

"Arhhh!!!!!" teriaknya.

"Kenapa aku?!" pekiknya, "Apa yang sudah mas lakukan padaku?!"

Dengan emosi yang meledak-ledak, Winda meraih selimutnya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Di saat itulah, netra Bryan menangkap bercak-bercak lengket yang di atas kasur.

Hati Bryan langsung mencelos, melihat bercak merah yang tercampur dengan noda lainnya disana.

"Jangan bilang... " Bryan menatap nanar pada Winda. "Apa ini adalah kali pertamamu?!"

****

Beberapa bulan sebelumnya.......

"Si*l!" Gadis itu mengumpat perlahan. Sembari berlenggok dengan cepat, ia berjalan melewati kerumunan orang-orang yang memperhatikannya.

Ia malu bukan kepalang saat orang-orang itu menatapnya, seolah-olah ia adalah seekor hewan langka di kebun binatang.

Kontras dari penampilannya yang anggun berbalut kebaya peach dan kemben, ia menyeret sebuah koper besar dengan tangan kanannya. Dan menenteng sebuah tas besar di tangan kirinya.

Kaluna Levronka, seorang gadis berusia dua puluh lima tahun itu adalah seorang desainer muda yang baru saja mendarat setelah melakukan penerbangan yang melelahkan dari Paris.

Jika bukan karena pernikahan kakak laki-laki satu-satunya, Luna ogah meninggalkan Paris. Apalagi saat ini, ia tengah disibukkan dengan persiapan untuk mengikuti ajang mode paling bergengsi di Paris.

Setelah bertahun-tahun menjadi seorang desainer pemula, akhirnya muncul kesempatan baginya untuk menunjukkan kreatifitasnya. Ia dan timnya dipercaya mewakili perusahaannya, untuk berpartisipasi dalam ajang Paris Fashion Week.

Namun tepat di saat tersibuknya, ia terpaksa harus terbang melintasi samudera untuk menyaksikan kakaknya menikah.

Bukannya marah, hanya saja Luna sedikit jengkel. Berita pernikahan kakaknya datang secara tiba-tiba, yaitu dua hari sebelum hari pernikahan. Alhasil ia datang di waktu mepet seperti ini.

Saking mendesaknya, ia bahkan berdandan dan bersiap-siap di toilet bandara.

"Duh... Malunya aku..." Gumam Luna. Ia memalingkan wajahnya yang merah merona, saking malunya diperhatikan oleh setiap orang yang lalu lalang.

Ia hendak mengeluarkan umpatan lainnya, namun dering ponsel menghentikannya.

Dengan tergopoh ia mencari benda pipih itu di tasnya. Saat dirasa sudah diujung jarinya, Luna langsung meraihnya.Luna segera menerima panggilan tersebut tanpa memperhatikan siapa orang yang meneleponnya.

"Hallo!" Sapanya refleks.

"Hallo, Hallo, Dimana kamu?!" Sembur suara di seberang.

Mendengar suara cempreng itu, Luna langsung mengernyit ngilu. Ia tahu benar siapa orang yang menghubunginya bahkan tanpa melihat kontaknya segala.

"Ini baru mendarat ma!" Sahut Luna.

"Apa?! Baru mendarat?!" Sembur suara di seberang lagi, "Acara pernikahannya sebentar lagi!! Ayo cepat kamu kesini!!!"

Belum sempat Luna menjawab, sambungan telepon sudah terputus.

Luna tidak bisa berkata-kata, jika sudah ibunya yang berbicara maka harus dilakukan. Tidak ada sanggahan ataupun penolakan.

Luna kemudian menyeret kakinya yang terasa sangat berat untuk melangkah. Mau tidak mau, Ia harus sampai ke tempat pernikahan kakaknya segera, jika tidak ingin dicoret dari daftar keluarga.

****

Secepat apapun mobil itu berusaha melaju, Luna yakin ia tidak akan tiba tepat waktu. Apalagi mobil yang ditumpanginya tidak bergerak seinci pun sejak beberapa menit yang lalu.

Memang benar, salah satu kelebihan dari kota ini adalah kemacetannya yang hakiki.

'Tapi tidak seperti ini juga kali!!' batin Luna. 'Tidak tahu apa, aku sedang berjuang untuk tetap menjadi bagian dari keluargaku?!'

Karena hal itu, Luna akhirnya telat sekitar tiga jam-an. Ia sudah yakin dan percaya saat ia datang, ibunya yang bak macan betina itu akan langsung menerkamnya.

Namun berbanding terbalik dari apa yang ia bayangkan. Ibu nya tidak menerkamnya sama sekali. Ia menerkam orang lain sebagai gantinya.

"Bagaimana ini jeng?!" Sergah Felicia, ibu Luna dengan lantang bertanya, "Sebenarnya apa yang terjadi?! Kemana Elvina pergi?!"

Di dalam ruangan yang khusus di sediakan untuk keluarga kedua mempelai, seluruh keluarga besar kedua keluarga berkumpul.

Di sanalah Luna yang telat datang, masuk dengan mengendap-endap agar tidak ketahuan. Ia berdiri di pojok ruangan diantara orang-orang yang berkerumun.

"Saya juga tidak tahu jeng!" Ujar seorang wanita paruh baya sepantaran ibu Luna. Mengenakan setelan kebaya yang sama, wanita itu adalah ibu Elvina, Nimas Gayatri. "Saya benar-benar minta maaf, jeng..!"

"Bagaimana bisa dia kabur di hari pernikahannya!!" Seru salah seorang pria, kemungkinan besar itu adalah saudara jauh dari keluarga mempelai wanita. Karena Luna tidak mengenalnya.

"Dia benar-benar membuat malu keluarga kita!" Ujar wanita yang ada di sebelahnya.

Seruan-seruan lain mencuat lebih banyak, hingga Luna mampu menyimpulkan kejadian yang terjadi di depan matanya tanpa harus bertanya pada siapapun.

Pernikahan kakaknya hancur berantakan. Mempelai wanita yang seharusnya menikah dengannya hari ini, kabur dengan pria lain.

Pernikahan kakak laki-laki Luna dan seorang wanita bernama Elvina merupakan sebuah perjodohan. Namun perjodohan itu bukan dilakukan sehari dua hari belakangan.

Karena perjodohan itu adalah perjodohan yang telah ada sejak kakek buyut mereka.

Kedua leluhur mereka memiliki hubungan yang lekat. Tidak hanya hubungan persahabatan, mereka juga terhubung secara bisnis. Sehingga wajar ada pembicaraan mengenai penyatuan dua keluarga.

Namun ternyata, tidak semudah yang dibayangkan!! Meski mereka menginginkan sebuah penyatuan, generasi demi generasi diantara mereka selalu melahirkan keturunan pria. Sehingga sulit mewujudkan keinginan mereka.

Barulah saat kakak laki-laki Luna, Adrian Bagaskara dan Elvina Ethan Bradley lahir. Mereka dapat melakukannya.

Walaupun perjodohan itu adalah ketentuan yang sudah ada sejak lama, Adrian dan Elvina tidak serta merta dijodohkan sejak mereka lahir. Mengingat ada kemungkinan penolakan dari mereka berdua, kedua keluarga memutuskan untuk melakukan perjodohan saat keduanya mencapai batas usia pernikahan.

Tepatnya dua tahun yang lalu saat Luna terpisah jauh di seberang lautan, ia mendengar kisah perjodohan kakaknya itu.

Luna tidak terlalu ambil pusing, dipikirnya perjodohan itu hanya perjodohan biasa yang bisa ditolak jika tidak ada kecocokan. Sehingga ia hanya menggoda kakaknya sembari cengengesan.

Namun ternyata kedua keluarga bersikeras. Bahkan ayah dan ibunya yang selalu membebaskan apapun keinginan kedua buah hatinya, menekan Adrian untuk menikah.

Luna sempat berpikir kakaknya akan memberontak, tapi ternyata takdir mengatakan sebaliknya. Adrian jatuh cinta pada Elvina.

Menurut penuturan Adrian yang selama ini di dengar oleh Luna, Elvina juga mencintai Adrian. Sehingga saat mendengar kabar keduanya menikah, Luna tidak kaget lagi.

Tapi apa ini?! Jika memang penuturan kakaknya benar, lalu apa yang terjadi disini?! Kenapa wanita yang konon mencintai kakaknya itu malah kabur dengan pria lain di hari pernikahannya?!

Apa ini semacam lelucon April mob?!!

Di saat suasana semakin memanas, sekelompok orang masuk ke dalam ruangan. Dengan wajah yang gelap, Adrian masuk bersama dengan yang lainnya.

Melihat kondisi orang-orang yang masuk itu, semua orang menyadari apa yang telah terjadi. Elvina pasti tidak berhasil di temukan.

"Ya Tuhan!!!" Seorang pria tua dengan rambut dan jenggot yang telah memutih sepenuhnya tiba-tiba ambruk, ia adalah kakek mempelai wanita. Maximillian Bradley.

Beberapa orang kemudian memapahnya, menuntunnya menuju ke sofa yang sudah disediakan.

Max benar-benar merasa frustasi, ia malu pada sahabatnya dan juga merasa cemas akan keadaan cucunya yang kabur. Ia tidak bisa menahan rasa stress nya hingga jantungnya seakan mau meledak.

"Aku minta maaf Irwan!" Ujar Max sembari meremas dadanya yang berdenyut nyeri, "Aku benar-benar malu... Aku malu pada dirimu dan keluargamu. Cucuku... Cucuku..."

Dengan nafas yang tersengal-sengal, ia terus berusaha mengucapkan kata-kata pada sahabatnya.

"Sudahlah! Jangan kau pikirkan itu dulu! Kita ke rumah sakit, keadaanmu sepertinya tidak baik!" Ujar Irwan, kakek Luna.

"Pernikahan ini... Perjodohan.. gagal semua!" Lirih Max. Buliran bening tumpah mengalir dengan deras.

Perjodohan ini begitu penting bagi Max yang telah melihat perjuangan orang tua mereka untuk menyatukan kedua keluarga. Bahkan demi bisa menjodohkan anaknya dengan keluarga Bagaskara, ayah Max menerima saat dipaksa untuk menikah lagi.

Max yang menganggap perjodohan ini sebagai wasiat dari ayahnya, sangat menjunjung perjodohan ini sebagai tujuan hidupnya.

Ia telah menaruh harapan besar pada cucunya. Namun ternyata hal yang telah pasti di depan matanya, kini menghilang seolah tidak pernah ada.

Max benar-benar syock. Ia merasa seperti dihantam oleh palu gada saat mengetahui Elvina menghilang.

Irwan yang juga memahami perasaan sahabatnya itu pun merasa sedih. Ia menatap sahabatnya dengan sendu.

"Tidak apa-apa Max.." gumam Irwan, "Adrian dan Elvina mungkin memang tidak berjodoh. Tapi bukan berarti perjodohan ini gagal!"

"Kau dan aku masih memiliki satu cucu lagi, bukan?!" Imbuh Irwan.

BAB 2

"Tidak kek, aku tidak ingin menikah!!" Luna menolaknya mentah-mentah saat kakeknya, mengungkap ingin menjodohkan Luna dengan adik Elvina, Bryan Ethan Bradley.

"Bryan adalah pria yang baik, dia juga tampan dan cerdas!" Bujuk kakeknya.

"Bukan itu masalahnya!" Balas Luna, "Aku tidak ingin menikah karena ingin mengejar mimpiku kek!!"

"Bukankah kakek yang bilang, aku bebas mengejar mimpiku!? Kenapa tiba-tiba kakek ingin aku menikah?!" Tanya Luna.

Ia datang hanya untuk menyaksikan pernikahan kakaknya, tidak sedetik pun pernah terlintas di benaknya untuk melakukan hal yang sama.

Segera setelah acara pernikahan usai, Luna berencana kembali ke Paris. Ada Paris Fashion Week yang tengah menantinya disana.

"Tinggal selangkah lagi aku akan mencapai mimpiku, kek! Tinggal selangkah lagi!" Lirih Luna, "Aku tidak ingin menikah!"

"Lagipula kami tidak saling mengenal!! Bagaimana bisa kami menikah?!" Tangis Luna pecah.

Meskipun keluarga mereka telah memiliki hubungan sejak lama dengan keluarga Bradley. Luna secara pribadi tidak begitu mengenal keluarga Bradley. Hanya bertemu beberapa kali saat makan malam bersama.

Itu karena Luna tidak memiliki banyak waktu bersama keluarganya. Luna pernah tinggal di Paris selama beberapa tahun dengan ibunya, yang pada saat itu sedang merintis karir sebagai fashion designer.

Namun setelah ibunya kembali pulang, Luna yang menyukai Paris tidak ingin kembali. Alhasil Luna tinggal di Paris bersama dengan bibinya (dari pihak ibu) yang juga kebetulan menetap di Paris.

Saat bibinya meninggal, tepat saat Luna berusia tujuh belas tahun. Luna kembali pulang ke Indonesia dan sempat mengenyam pendidikan sejenak di sebuah Sekolah Menengah Atas Swasta.

Luna kembali lagi ke Paris saat ia akan berkuliah dan terus menetap disana hingga sekarang. Sehingga ia tidak mengenal dengan baik keluarga Bradley, apalagi pria yang bernama Bryan yang disebutkan oleh kakeknya.

"Benar, pa! Aku juga tidak setuju jika papa menjodohkan Luna dengan keluarga mereka!!" Felicia angkat bicara, "Sudah cukup apa yang terjadi pada Adrian, jangan seret Luna juga!!"

"Pa, kasihan Luna. Dia masih sangat muda!" Darian Bagaskara, ayah Luna pun ikut bicara.

"Ada apa dengan kalian?! Aku tidak memintanya untuk menikah sekarang juga!" Sahut Irwan kemudian, "Aku hanya memintanya untuk melakukan perjodohan dengan Bryan. Aku tidak memintanya menikah sekarang!"

"Tapi pa, coba dipikir kan lagi. Apa tidak lebih baik kita sudahi saja rencana perjodohan ini?!" Darian berkata, "Ini sudah bukan zaman Siti Nurbaya, biarlah mereka memilih masa depan mereka sendiri!"

Mendengar perkataan anaknya, Irwan mendelik. Ia berteriak gusar, "Berani-beraninya kau berkata seperti itu!!!!"

"Kau tahu seberapa besar janji diantara keluarga kita kan?! Ini tidak hanya diantara aku dan Max, ini sudah ada sejak dulu!" Ujar Irwan, "Perjodohan ini harus berlanjut, tidak peduli apapun yang terjadi!!!"

Mendengar ucapan kakeknya, Adrian yang sedari tadi hanya diam akhirnya buka suara.

"Sudah cukup kek!" Ujarnya, "Apa kakek tidak memahaminya?!"

"Bagaimana Aku dan Elvina pada akhirnya?!" Ucap Adrian. "Apa kakek mau Luna dan Bryan juga mengalami hal yang sama?!"

Meski kecewa dan marah akan apa yang telah dilakukan oleh Elvina padanya, Adrian memahami bahwa itu sepenuhnya bukan salah Elvina semata.

Orang-orang yang mendorong mereka untuk bersama juga memiliki andil akan masalah yang terjadi.

Kemungkinan besar, Elvina dipaksa oleh kedua orang tua dan kakek nya untuk menikah. Meski Elvina berhasil menahannya selama dua tahun belakangan, ia pasti 'meledak' di hari pernikahannya.

Yah, meski diakui olehnya bahwa sikap tidak bertanggung jawab Elvina sudah mencoreng nama baik keluarganya. Dan membuatnya malu bukan kepalang.

"Keluarga kita sudah sangat dipermalukan, apakah kakek masih ingin kita dipermalukan lagi?!" Tanya Adrian.

"Mereka juga tidak berniat melakukannya! Itu juga bukan keinginan mereka!" Balas Irwan, "Bukan hanya kita yang dipermalukan disana, mereka juga sama!"

"Iya, karena itulah kek. Jangan sampai kita dipermalukan lagi!!" Adrian berkata, "Jika ini terjadi lagi, mau taruh dimana muka kita?!"

Irwan terdiam. Ia tidak bisa membantah perkataan cucunya yang benar. Kejadian tempo hari memang sudah sangat mempermalukan keluarga mereka.

"Mungkin jika ini terjadi padaku, tidak akan begitu terpengaruh karena aku seorang pria. Tidak sulit mencari wanita yang baik menjadi istriku. Tapi bagaimana dengan Luna?! Jika sampai dia mengalami hal yang sama seperti ku, akan sulit baginya untuk menemukan pria yang mau menerimanya!! Bagaimana masa depannya kelak?"

"Tolonglah pa! Tolong pikirkan ini sekali lagi!" Felicia memohon.

Awalnya dia tidak mempermasalahkan perjodohan untuk anak-anaknya. Itu hal yang bagus juga, karena dengan begitu anak-anaknya akan menikah dengan orang-orang yang jelas bebet bibit bobotnya. Namun sekarang Felicia meragukannya.

Kejadian yang menimpa Adrian telah sangat menyakitinya. Apalagi untuk menjodohkan anaknya lagi dengan keluarga Bradley, melihat wajah-wajah dari keluarga itu saja ia merasa enggan.

"Pa, tolong pikirkan sekali lagi!" Pinta Felicia.

"Tolonglah pa!!" Pinta Darian juga.

Mendengar penolakan dan permohonan dari anak dan menantunya, Irwan merasa kesal.

Ia tahu keluarganya mungkin akan marah dengan kejadian tempo hari, namun ia tidak menyangka mereka akan menolak pemikirannya sekeras ini.

Penolakan itu tidak hanya terjadi pada keluarga Irwan, hal serupa juga terjadi pada keluarga Max.

Cucunya, Bryan juga mengungkapkan penolakan yang sama.

"Tidak, kek!!" Sergah Bryan, "Bagaimana bisa aku menikahi gadis yang tidak aku kenal?!"

"Dia bukan gadis yang tidak kau kenal, dia adik Adrian!!" Ujar Max.

"Iya, dia memang adik Adrian. Tapi kami tidak pernah saling bicara!" Sahut Bryan.

Memang benar, Bryan dekat dengan Adrian karena pria itu adalah pacar kakaknya. Tapi itu tidak ada hubungannya dengan Luna. Ia sungguh-sungguh tidak mengenal Luna.

"Bagaimana mungkin dia dan aku akan menikah?!" Bryan frustasi. "Lagipula aku tidak yakin keluarga mereka akan menyetujui hal ini. Setelah apa yang terjadi tempo hari"

Bryan tahu pasti, semarah apa keluarga Adrian terhadap keluarganya. Secara, kakaknya telah mempermalukan mereka dengan tindakan tidak bertanggung jawabnya. Tidak mungkin mereka akan dengan sukarela membuat ikatan yang sama lagi kali ini.

"Perjodohan ini tak akan berakhir hanya karena hal semacam itu, Bryan!" Terang kakeknya, "Kau tidak perlu memikirkan hal itu, lakukan saja apa yang aku suruh!"

"Tapi kek..." Bryan hendak menyanggah. Namun ayahnya meremas tangannya dengan kuat, menghalangi Bryan melanjutkan kata-katanya.

Ethan sudah merasa sangat bersalah dengan sikap putrinya yang kabur dari pernikahannya itu. Ia tahu benar arti dari perjodohan ini untuk ayahnya.

Ethan benar-benar tidak tahu putrinya akan senekat itu.

Ia tidak ingin membuat ayahnya marah lagi dan membuatnya jatuh tersungkur seperti sebelumnya.

"Jika kau tidak melakukannya, semua warisan yang seharusnya menjadi milikmu akan ku berikan pada Arion!!" Ancam Max kemudian.

Saat Max mengancam cucunya dengan harta warisan, Irwan mengancam keluarganya dengan kesehatannya.

Setelah keinginannya ditolak. Irwan mogok makan kemudian jatuh sakit. Ia bahkan menolak melakukan perawatan sampai keinginannya dipenuhi.

Hal itu membuat seluruh keluarga kelimpungan.

Dengan berbagai pertimbangan, Luna pun akhirnya memutuskan untuk menuruti keinginan kakeknya.

BAB 3

Setelah kedua cucu mereka setuju, Max dan Irwan pun menjadwalkan pertemuan kedua anak muda itu.

Meski merasa keberatan, Luna tidak memiliki pilihan lain. Ia akhirnya merelakan mimpinya demi sang kakek.

Dengan berat hati ia mengajukan pengunduran diri dari perusahaan tempatnya bekerja.

Berulang kali ia menghibur diri. Berusaha mendikte dirinya bahwa ini adalah pilihan terbaik untuknya. "Benar, Mimpi bisa dikejar lagi. Karier bisa dirintis kembali tapi kakek tidak!! Ini pilihan yang benar! Ini pilihan yang benar!!"

Namun sekuat apapun ia berusaha. Sulit baginya untuk membohongi hatinya yang hancur berkeping-keping.

Mimpi yang sudah sejak lama ia idam-idamkan, akhirnya ada di depan matanya. Tapi dalam sehari, semua itu harus ia lepaskan.

Luna menghela nafas berat. Ia kemudian menatap pantulannya di cermin. Gara-gara meratapi nasibnya, ia lupa harus segera berdandan. Ia dijadwalkan untuk makan malam bersama Bryan.

Dengan perlahan ia memoleskan sedikit make up diwajahnya agar terlihat segar. Kemudian ia mengganti pakaiannya dengan yang telah disiapkan.

Setelah menyisir ulang rambutnya yang sedikit kusut, ia berangkat menuju ke tempat pertemuan.

Brads Hotel, sebuah hotel bintang lima milik keluarga Bradley. Yang kebetulan disana lah, Bryan menjabat sebagai general manager nya.

Saat ia datang, ia langsung diarahkan menuju ke meja dimana Bryan berada. Ternyata Bryan sudah menunggunya.

Untuk sesaat Luna linglung. Pria yang ada di depannya sangat jauh berbeda dari pria urakan yang diingatnya.

Terakhir kali bertemu dengan Bryan merupakan tahun terakhir Luna berada di Sekolah Menengah Atas. Saat itu Bryan masih kuliah. Penampilannya acak-acakan dan tidak terawat. Ia terlihat seperti pria paruh baya yang pengangguran saat itu.

Saat melihat penampilan Bryan kala itu, yang ada di benak seorang Kaluna Levronka adalah 'om-om aneh'!

Tapi Bryan yang kini dilihatnya sangatlah berbeda.

Pria itu terlihat tampan dengan setelan jas lengkap. Menyapa Luna dengan ramah, senyumnya tersungging dengan indah.

Bayangan om-om aneh, sirna begitu saja dari kepala Luna.

"Hallo, apa kabar Luna?!" Sapa Bryan. "Lama tidak berjumpa!"

Selama ini mereka hanya saling mengenal wajah dan nama. Tidak pernah sekalipun bertegur sapa, meskipun beberapa kali hadir di acara makan-makan keluarga.

Bagi mereka berdua, antara satu sama lain tidaklah berhubungan. Seperti seseorang yang hanya dilewati saat di jalan.

Namun ternyata takdir mempermainkan mereka. Dua orang yang merasa tidak akan pernah memiliki hubungan, harus duduk bersama untuk melakukan perjodohan.

****

Anak SMA yang tomboy itu ternyata bisa berubah menjadi gadis manis yang sangat cantik. Bagaimana bisa bocah yang terlihat akan memukul setiap kali didekati, berubah menjadi gadis yang anggun dan elegan?! Bryan hampir tidak mempercayai pengelihatannya, jika gadis itu tidak muncul dan menghampiri mejanya.

"Hallo, apa kabar Luna?!" Sapa Bryan. "Lama tidak berjumpa!"

"Hallo, mas Bryan!" Balas Luna.

"Kamu mau pesan apa?!" Bryan menyerahkan daftar menu ke arah Luna.

"Apa aja!" Sahut Luna sekenanya. Ia datang tidak untuk makan. Ada hal penting yang ingin ia sampaikan "Mas pasti lebih tahu daripada saya!"

Mendengar ucapan Luna itu, Bryan langsung memanggil pelayan dan memesan makanan terbaik di restauran nya.

"Bagaimana penerbangan kamu dari Paris?! Apa melelahkan?!" Bryan basa basi.

"Ah, biasa saja sih mas!" Sahut Luna.

"Mmn.. kapan kamu balik kesana?!" Tanya Bryan berusaha mencari topik pembicaraan.

"Ha.. untungnya karena perjodohan ini, saya tidak akan kembali ke paris. Dan menetap disini!" Sahut Luna.

"Oh!" Bryan kaget. Ia tidak menyangkanya sama sekali. Ia langsung terdiam, menyadari kejengkelan tersirat dari kata-kata yang dilontarkan Luna.

Memang benar penampilannya berubah, tapi sifatnya ternyata tidak.

Menyadari kecanggungan Bryan, Luna kemudian berkata. "Apa mas diancam oleh kakeknya mas untuk datang kesini?!"

Bryan terkejut, ia tidak menduga Luna akan menanyainya dengan blak-blakan.

"Benar.." sahut Bryan. Jika saja kakeknya tidak menyebut akan menyerahkan warisannya pada sepupunya, Bryan akan tetap kukuh menolak perjodohan ini meski apapun yang terjadi.

"Saya juga!" Aku Luna.

"Maaf ya, semua ini karena kakakku!" Ujar Bryan.

Jika bukan karena perbuatan tidak bertanggung jawab kakaknya, mereka berdua tidak akan terjebak dalam hal rumit semacam ini. Bryan memang merasa marah, tapi di satu sisi juga mengasihani kakaknya.

Elvina menerima perjodohan dengan Adrian juga karena ancaman yang sama seperti Bryan.

Awalnya Elvina hanya ingin menenangkan hati kakeknya, dengan bertemu Adrian sesuai perintah sang kakek. Ia berniat menolak perjodohan itu di waktu yang tepat. Tapi siapa sangka, Adrian malah jatuh hati padanya. Sehingga Elvina tidak bisa lepas dari perjodohan itu, meski ia memberontak.

Beberapa kali kakeknya mengancam dan menekan Elvina. Sehingga dengan putus asa, Elvina berusaha menyukai Adrian.

Namun pada akhirnya, Elvina yang sudah tidak sanggup lagi nekat kabur dari pernikahannya.

Bryan tidak ingin hal itu terjadi padanya dan Luna, sehingga ia berkata. "Saya tahu kamu disini bukan karena keinginanmu sendiri. Kamu tidak perlu memaksakan diri! Jika kita menolak perjodohan ini bersama-sama, pasti akhirnya kakek kita akan mengerti juga!"

"Apa mas berfikir begitu?!" Tanya Luna.

"Tentu saja, saya yakin jika kita sama-sama menolak, mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa!" Sahut Bryan yakin.

"Saya rasa tidak..." Balas Luna. "Jika memang hanya dengan menolak dapat mempengaruhi hati kedua kakek kita, saya rasa hal yang terjadi tempo hari di pernikahan itu tidak akan pernah terjadi!"

"Kalau memang dengan menolak perjodohan ini bisa berakhir, mereka tidak akan repot-repot mengancam kita sampai seperti ini, bukan?!" Imbuh Luna, "Menolak bukanlah jawabannya mas!"

"Lalu... Bagaimana menurutmu?!" Tanya Bryan kemudian.

"Alih-alih menolak, kita lebih baik menerimanya!" Ujar Luna.

"Apa?!" Bryan kaget, "Apa kamu benar-benar ingin menjalin hubungan denganku?!"

"Pfft..." Luna menahan tawa, "Bukan begitu maksud saya mas!"

Bryan mengernyit. Ia tidak mengerti maksud gadis di depannya ini.

'Tadi katanya menerima, sekarang bukan?! Bagaimana sih maksudnya?! Dasar bocah labil!!' batin Bryan.

"Kita bisa berpura-pura menerimanya!" Ujar Luna.

Luna kemudian mengungkapkan idenya. Ia mengajak Bryan melakukan pernikahan show window. Hubungan pernikahan pura-pura di depan orang lain.

Di luar hubungan show window tersebut, mereka bebas menjalani kehidupan pribadi. Bebas berhubungan dengan orang yang mereka cintai. Dan tidak saling mencampuri urusan masing-masing.

Luna menyebutnya 'win win solution'. Dimana kedua kakek mereka akan senang dan mereka mendapatkan keinginan mereka, tanpa harus menyakiti perasaan satu sama lain.

"Aku yakin jika kita menolaknya, kedua kakek kita akan tetap bersikeras! Kita juga akan terus terbelenggu oleh perjodohan ini!" Ujar Luna.

"Selang setahun atau dua tahun setelah menikah, kita bisa bercerai dengan alasan yang tepat. Dengan begitu kita bisa terlepas dari ikatan pernikahan dan juga perjodohan!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!