Bab 1 : Terpaksa menikah.
Hari pernikahan adalah hari yang sangat ditunggu oleh Tira. Bagaimana tidak? Tira akan menikah dengan pria tambatan hatinya yaitu Alex, yang merupakan pria idaman para wanita. Namun, ketika semua persiapan pernikahannya telah rampung, Tira diculik oleh sekomplotan orang, tepat di malam sebelum pernikahannya berlangsung.
***
Suara degung khas sunda terdengar nyaring di telinga karena hari ini adalah hari yang ditunggu oleh Pak Arya dan Bu Mira. Ya, tepat di hari ini Ia akan menikahkan salah satu putrinya bernama Tira dengan seorang pria tampan nan rupawan bernama Alex. Pernikahan itu akan menjadi pernikahan termewah di kota itu, karena keluarga Pak Arya mengadakan pesta besar-besaran untuk pernikahan Tira dan Alex.
Pagi-pagi, sanak saudara sibuk kesana-kemari untuk mempersiapkan acara pernikahan yang tinggal menghitung jam. Namun, semuanya dikejutkan dengan sebuah teriakan Tisa yang merupakan adik kembarnya Tira.
"Bu ...!" teriak Tisa yang terdengar bak petir di siang hari.
Bu Mira bergegas menemui Tisa saat mendengar teriakan dari Tisa. Ia takut, terjadi hal yang tidak diinginkan. Mengingat, Tisa tidak pernah berteriak seperti itu padanya.
"Ada apa?!" tanya Bu Mira was-was dengan melebarkan kedua matanya.
"Bu! Tira gak ada di kamar! Tadi aku coba ketuk pintu kamarnya tapi dikunci dari dalam. Aku mau anterin MUA ke kamarnya tadi," jelas Tisa.
"Coba kamu cari ke semua kamar sekarang juga! Cepat! Ibu mau cari Bapak dulu," ucap Bu Mira yang langsung berlari mencari keberadaan suaminya.
Bu Mira menanyakan keberadaan Pak Arya ke beberapa orang dan Ia pun menemukan Pak Arya yang tengah berada di depan teras depan rumahnya. Ia terlihat sedang memantau tempat yang akan digunakan saat prosesi ijab kobul.
"Pak! Pak!" Bu Mira tiba-tiba mengejutkan Pak Arya.
"Ada apa sih bu?" Jawab Pak Arya berbisik.
"Gawat, Pak! Tira nggak ada di kamarnya!" Jawab Bu Mira berbisik karena Ia tak ingin orang lain tau termasuk sanak saudaranya.
Pak Arya langsung pergi menuju ke kamar Tira, sementara bu Mira mengekornya dari belakang. Saat tiba di depan Kamar, pintu kamar masih tertutup rapat dan haya ada make up artis saja di depan pintu kamar Tira.
Pak Arya langsung mengetuk pintu beberapa kali dan Ia pun mendobraknya karena tak ada jawaban dari dalam sana. Saat dobrakan ke tiga kalinya, pintu pun berhasil terbuka dan Pak Arya makin terkejut kala melihat jendela kamar Tira terbuka.
"Tira! Apa dia kabur?" ucap Pak Arya yang saat ini ada dekat jendela kamar yang terbuka dengan mengepalkan tangannya. Kesal dengan situasi yang terjadi secara tiba-tiba.
"Nggak mungkin kabur, Pak! Pernikahan ini adalah keinginannya! Mana mungkin dia kabur? Tapi dia kemana?" ucap Bu Mira yang khawatir akan keselamatan anaknya.
Pak Arya berkacak pinggang dan berjalan kesana- kemari memikirkan apa yang harus Ia lakukan. ' Jika pernikahan ini batal gara-gara Tira, apa yang harus aku katakan pada keluarga besar Alex? Belum lagi penjelasan pada setiap warga yang akan banyak bertanya padaku. Apa yang harus aku lakukan?' pikirnya mulai panik dan bingung.
Disaat keadaan genting itu, Tisa mendatangi ibunya dan langsung melapor pada Bu Mira soal pencariannya. "Bu! Tira nggak ada di kamar mandi, di kamarku dan disetiap penjuru rumah ini. Aku sudah cek semuanya," ucap Tisa pada Bu Mira.
Pak Arya menatap Tisa yang baru saja tiba. Pak Arya memperhatikan Tisa berulang-ulang dan Ia pun membuat satu keputusan.
"Tisa, kau akan menggantikan kakakmu!" Celetuk Pak Arya pada Tisa.
"Apa?! Tidak!" Jawab Tisa yang masih terbengong mendengar apa yang dikatakan oleh Ayahnya. Bak disambar petir, kala mendengar keputusan Ayahnya yang tidak masuk akal.
"Kau harus gantikan kakakmu! Bagaimanapun, acara pernikahan ini tidak boleh dibatalkan!" ucapannya seolah tak bisa diganggu gugat.
"Aku tidak mau! Kenapa bapak seenaknya?! Aku tetap tidak mau menikah? Aku hanya akan menikah dengan pria yang punya hobi sama denganku. Bukan seperti Alex yang kaku!"
"Ini hanya pura-pura, Tisa! Hanya sebentar saja. Bapak akan segera cari kakakmu dan setelah itu kau akan bebas. Bapak janji akan berikan apapun asal kau mau menuruti apa yang Bapak katakan," kata Pak Arya mencoba bernegosiasi dengan Tira. Pak Arya kenal watak Tisa yang memang tomboy dan pecicilan, tidak akan mudah membujuknya apalagi soal penikahan yang sama sekali tidak pernah Tisa pikirkan.
"Apapun?" ucap Tisa menatap Pak Arya sembari memikirkan sesuatu yang selama ini Ia impikan.
Pak Arya mengangguk pasrah saat Tisa terlihat memikirkan sesuatu. Karena keinginan Tisa biasanya sulit untuk ditebak.
"Aku mau motor gede keluaran terbaru. Dan Bapak nggak boleh larang-larang aku buat nongkrong bareng komunitas moge! Gimana?"
"Baiklah. Setelah akad, Bapak akan belikan kamu." Jawab Pak Arya tak berkutik. Pak Arya langsung menyuruh make up artis untuk merias wajah Tisa yang sama sekali belum perkontaminasi dengan alat-alat make up.
Baru kali pertama wajah Tisa terkeda foundation dan perintilan lainnya. Saat MUA memoles wajah Tisa, sesekali juga ia bersin dan tak nayaman. Namun, demi impiannya Ia tetap bertahan.
Pak Arya pun terpaksa melakukan itu pada Tisa karena gengsi dengan rekan bisnis dan juga besannya yang dari kalangan konglomerat. Apa jadinya jika Ia sampai membatalkan pernikahan yang sudah dirancang itu.
Tisa tak pernah berpikir panjang jika mengambil keputusan. Ia selalu tergesa dalam memutuskan sesuatu. Bahkan, Ia menunda rencananya untuk pergi tour ke beberapa kota bersama komunitas moge.
Selesai di rias, Tisa tampak cantik mempesona dan Pak Arya tak menyangka jika Tisa benar-benar mirip seperti Tira jika dipoles make up.
"Kau cantik sekali, Tisa. Mulai hari ini, kau Tira." Ucap Pak Arya yang sekarang berada tepat dihadapan Tisa.
Saat seorang make up artis memakaikan high heels, Tisa bergidig ngeri karena Ia tak pernah memakai sepatu seperti yang disodorkan saat ini.
"Idih! Napa harus pake ginian segala sih?!" Katanya kesal sembari melemparkan sepatunya.
"Tisa! Kau ini Tira! Kau tau kan Tira seperti apa? Bersikaplah anggun untuk beberapa hari kedepan sebelum Tira kembali." Tegas Pak Arya.
Tisa membuang nafasnya kasar dan berkata pada dirinya sendiri jika Ia harus bisa menjadi Tira seperti apa yang diinginkan oleh Pak Arya.
Beberapa saat kemudian, terdengar musik penyambutan yang menandakan pengantin pria sudah tiba di lokasi acara. Pak Arya pun langsung bergegas pergi ke lokasi acara yang berada tepat di pelataran rumah.
Sementara itu, Bu Mira menemani Tisa karena Ia takut Tisa akan membuat ulah. "Tisa, kamu harus bisa, ya! Ini demi Bapakmu! Ingat! Kau juga akan diuntungkan dengan pernikahan ini!"
"Iya, Bu. Aku tau," sahutnya meniru Tira bicara.
"Bagus!" balas Bu Mira singkat.
Detik berikutnya, Bu Mira membawa Tisa bersamanya karena acara akan segera dimulai. Dalam hitungan beberapa menit, Tisa akan berubah menjadi Tira dan Ia juga akan menjadi nyonya Alex sekaligus satu-satunya menantu keluarga Andara.
Bu Mira mendudukan Tisa tepat di samping Alex. Saat Tisa duduk didekat Alex, Alex memandanginya hingga Tisa merasa sangat gugup. Cucuran keringat membasahi tubuhnya karena polesan make up dan perintilan yang dipakaikan padanya. Belum lagi, Alex menatap seolah curiga pada Tisa.
"Tira ...
***
Bab 2 : Malam pertama.
"Tira kamu sangat cantik hari ini. Aku semakin tak sabar ingin segera memilikimu seutuhnya." Bisik Alex pada telinga Tisa.
Tentu saja Tisa hanya tersenyum, senyum yang dipaksakan. 'Ini orang otaknya ngeres. Pake acara ngomong memiliki seutuhnya lagi! Iwh, kagak mau gue!' batinnya.
Tisa memang tidak pernah mendengar kata-kata manis terlontar dari mulut seorang pria. Ia merasa risih dengan hal-hal berbau ranjang dan kemesraan. Bahkan, Alex yang katanya seorang pria yang paling tampan pun tidak membuatnya tertarik. Entah pria seperti apa yang akan bisa menaklukan hati seorang Tisa.
Detik berikutnya, Alex melakukan prosesi akad dengan lancar dalam satu tarikan nafas. Pak Arya tampak lega karena acaranya sudah berjalan lancar.
Setelah acara akad, Alex dan Tira dipersilahkan untuk naik ke pelaminan dan keduanya mendapatkan banyak doa dari keluarga dan sahabat yang datang.
Saat hendak naik ke pelaminan, Tisa yang tidak pandai memakai heels berjalan oleng saat Ia langkahkan kakinya satu tingkat lebih tinggi dari tempatnya berdiri, dan beruntung Alex menangkapnya dengan melingkarkan tangannya pada pinggang Tisa.
Detak jantung Tisa berdegup kencang saat Alex mengalungkan tangannya di pinggang Tisa. Sorot mata Alex seakan menusuk hatinya hingga Tisa tersadar dan langsung berdiri dengan tegak dengan ucapan maaf pada Alex.
Suara ledekan dari teman-temannya menjadi ramai kala kejadian itu menimpa keduanya. Alex salah tingkah dan mencoba tenang, ia duduk di kursi pelaminan yang telah tersedia untuknya.
Sepersekian detik, mereka saling bertatapan. Namun, arti tatapan keduanya tentu saja berbeda. Tisa membenci tatapan Alex karena membuatnya tak nyaman. Sementara Alex, semakin jatuh hati melihat wajah Tira yang semakin cantik hari ini.
Mereka berdiri di pelaminan dan menerima ucapan salam dari setiap pasang mata yang hadir. Alex terlihat bahagia saat mendapat ucapan selamat. Begitupun Tisa yang berpura-pura bahagia di depan semua pasang mata.
Setelah prosesi itu selesai, Tisa langsung masuk ke kamar karena Ia tak ingin berlama-lama menggunakan pakaian pernikahan. Beginya, pakaian pernikahan itu membuat kulitnya gatal. Tisa hendak pergi ke kamarnya. Namun naas, saat Ia memegang tuas pintu kamar, kamarnya terkunci. Lebih tepatnya, sengaja di kunci.
"Tira, kamu tidak boleh ke kamar ini lagi. Kamarmu ada di sebelah sana," ucap Pak Arya yang tiba-tiba saja mengagetkan Tisa.
"Aku mau ganti baju!" Tegas Tisa berbisik.
"Kau harus berpakaian seperti Tisa! Apa kau mengerti?" Pak Arya langsung pergi dengan kunci di tangan kanannya.
Tisa terlihat kesal dan mau tidak mau, Ia masuk ke kamarnya. Ia membuka lemari pakaian dan mulai mencari pakaian yang bisa Ia kenakan.
"Mana bisa aku pake pakaian yang biasa Tira pakai? Idih! Jijai!" Katanya sembari mencubit pakaian Tira dengan telunjuk dan jempolnya.
Tisa pun memilih baju tidur saja. Karena hanya itu pakaian Tira yang masih mending dipakai menurutnya. 'Mana mau aku pake dres sepuluh senti di atas lutut? Ogah!'
Tisa membawa pakaian ke kamar mandi. Ia hendak menghapus make up-ya dan mengganti pakaiannya.
Sementara itu, Alex dipersilahkan oleh Bu Mira untuk beristirahat di kamarnya. Karena Bu Mira cukup perhatian pada menantunya itu.
"Selamat beristirahat, Nak." Bu Mira langsung pergi dari hadapan Alex. Dan Alex pun masuk kamar kemudian menutup pintu kamar itu dengan rapat.
Alex merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan membayangkan jika Ia akan melakukan apapun yang ada di pikirannya pada Tira, hingga Alex pun tersenyum nakal membayangkannya.
"Tira ...! Kamu di kamar mandi ya?" tanya Alex sembari merebahkan tubuhnya di ranjang.
Tisa terkejut mendengar sapaan Alex padanya. Dan Ia mulai was-was! "Jangan bilang, pria hidung belang itu ingin ... Ah! Tidak! Aku bukan Tira! Mana mungkin aku harus melakukan hal tak senonoh itu! Lagian, pernikahan ini kan cuma pura-pura saja!" Gumamnya sembari meraih handuk dan mulai memakai pakaiannya.
"Tira ...!" Panggil Alex lagi.
"Iya, sebentar." Jawab Tisa. Ia berpikir keras di kamar mandi. Ia tidak ingin Alex macam-macam padanya dan Ia memaksa otaknya untuk berpikir.
"Aduh! Aku harus apa? Dasar pria hidung belang! Apa dia tidak lelah seharian berdiri dan malam ini dia mau minta ... Ah! Ngeri!" Katanya bergidik ngeri saat membayangkan dirinya berasama dengan Alex.
Tisa sengaja diam di kamar mandi. Ia duduk di closet sampai ia pun terlelap di sana.
Sementara itu, Alex memang sudah tertidur sebelum Tisa tidur. Karena Ia lelah seharian menyapa tamunya.
Tepat jam dua dini hari, Tisa tersadar jika dirinya masih berada di kamar mandi. Ia pun berniat pergi dari kamar itu dan memastikan jika Alex sudah tertidur.
Tisa membuka pintu kamar mandi dengan sangat hati-hati dan Ia berjalan mengendap-endap hingga Ia sampai tepat di hadapan Alex yang sedang tidur.
"Ah! Syukurlah hari ini aku selamat. Bye pria hidung belang!" Kata Tisa sembari melangkah perlahan dan pergi.
Tisa membuka tuas pintu dengan sangat hati-hati dan Ia kesal karena pintunya terkunci dari luar. 'Sial! Ini pasti Ayah! Pintar sekali dia, sampai dia tau kalo gue bakal kabur di malam pertama gue sama Alex si pria hidung belang.' Batinnya sembari menyenderkan tubuhnya ke pintu yang terkunci.
Tidak ada yang bisa Tisa lakukan selain menunggu Ayahnya membuka pintunya itu. Dan selama itu, ia memutuskan untuk duduk bersila di lantai tepat dekat daun pintu hingga Ia terlelap di sana.
***
Keesokan harinya, Alex bangun lebih pagi dari Tira. Namun, Ia tak mendapati Tira disampingnya hingga Ia langsung terbangun. Ia melebarkan matanya untuk mencari Tira ke semua penjuru kamar dan Ia terkejut saat melihat jika Tira tertidur di daun pintu kamar.
Alex bangun dan berjalan beberapa langkah, mendekat pada Tira. Saat tiba di hadapan Tira, Ia berjongkok dan menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Tira.
"Kamu cantik, sayang. Dan kamu milikku, sekarang." Alex mengerucutkan bibirnya beberapa senti hendak menc*um Tira. Beberapa senti lagi, bibir Alex akan mendarat di kening Tira.
Namun, Tira membuka matanya dan langsung menendang Alex begitu saja pada bagian sensitivnya hingga Alex memekik kesakitan.
Alex tak menyangka jika Tira punya kekuatan sebesar itu saat menendang.
"Maaf, aku tidak sengaja," kata Tira langsung mendekat pada Alex yang seolah tak berdaya, dia mengaduh di atas lantai sembari memegangi bagian sensitivnya dengan kedua tangannya.
"Apa sesakit itu? Maaf," ucap Tira lagi, mengulanginya.
"Ini sakit sekali. Padahal dia belum berkenalan denganmu, kau malah menendangnya."
"Maaf, kau mengagetkanku tadi. Jika kau tidak nyosor, aku juga nggak akan nendang kok. Maaf ya, ini refleks. Mohon maaf," kata Tira pada Alex.
"Yasudahlah. Palingan, kau harus bersabar sampai dia baik-baik saja."
"Baiklah, ayo kita bersiap sarapan!" Ajak Tira sembari mengulurkan tangannya.
Tentu saja, uluran tangan Tira disambut hangat oleh Alex dan saat itu Alex malah menarik Tira hingga badannya bertumpuk di atas badan Alex.
"Sayang ...
***
Bab 3 : Menolak bulan madu?
"Sayang, kau semakin cantik saja. Aku mencintaimu," ucap Alex sembari mengarahkan bibirnya pada Tira.
Namun, Tira menutupi wajah Alex dengan kedua tangannya kemudian berbisik ke telinga Alex, "Sabar, nanti aku akan berikan apa yang kau mau. Ini bukan waktunya, sayang." Tira langsung bangkit dengan posisi berdiri. Sementara Alex masih tidur terlentang di lantai.
"Sayang ... kenapa kau membuat aku semakin penasaran?" kata Alex sedikit berteriak.
Tira mendengar suara dari pintu, Ia pastikan jika yang Ia dengar itu adalah seseorang yang membuka kunci. Tira yang takut namun harus berpura-pura santai, langsung melambaikan tangannya pada Alex saat Ia berdiri di daun pintu untuk memastikan pintunya tidak di kunci.
"Dadah, Sayang. Bergegaslah, kita akan sarapan!" Ucap Tira pada Alex.
Tira pun langsung pergi setelah menutup pintu kamarnya. Saat keluar dari kamar, Tira langsung mencari keberadaan ayahnya pagi itu. Ia mencari ke seluruh penjuru ruangan hingga Ia berpapasan dengan Bu Mira.
"Bu, mana bapak?" tanya Tira dengan wajah serius.
"Kamu nanyain bapak ada apa? Apa ada masalah? Tira, rambutmu belum kau sisir. Bersikaplah selayaknya perempuan!" Ucap Bu Mira menesehati.
Tira yang mengabaikan, langsung membuat Bu Mira hendak melakukan sesuatu pada Tira. Bu Mira mencekal tangan Tira dan membawanya ke Kamar Bu Mira.
"Ibu mau ngapain sih?" tanya Tira yang di dudukan oleh Bu Mira di kursi depan meja rias.
"Duduk dan perhatikan saja!"
Tira tak punya pilihan selain menurut apa yang dikafakan oleh Bu Mira. Dan beberapa saat kemudian, Tira telihat cantik saat Bu Mira menyisir rambut dan sedikit memoles wajahnya.
"Kau harus terlihat cantik, kau ini menantu keluarga Andara sekarang. Jangan mencoba-coba untuk lari," kata Bu Mira pada Tira.
"Tapi Bapak mana? Aku mau nagih janji!" Tandas Tira yang masih bersikap tomboy.
"Tisa, pleace! Untuk beberapa hari saja kamu bertahan sampai Bapak menemukan Tira. Mulai sekarang, ibu akan panggil kamu Tira. Beruntung Alex tidak tau jika Tira itu kembar. Kamu harus ingat, hadiah yang Bapak janjikan itu, setelah Tira kembali,"
"Tapi, Bu! Ini tidak adil! Bapak bilang setelah acara selesai?" ucap Tira kesal karena merasa dipermainkan.
"Jika Bapak belikan motor itu sekarang, mana bisa Bapak pegang janjimu untuk tidak mengemudikannya. Sudah! Ayo senyum dan kita sarapan sekarang."
Bu Mira membawa Tira ke ruang makan yang di sana sudah ada Pak Arya dan juga Alex.
"Pagi," sapa Alex pada Tira dengan senyuman.
Tira membalas senyumnya dengan terpaksa karena Ia tak mungkin juga membiarkan semuanya berantakan. Karena dirinyalah yang akan dirugikan
Tira duduk di kursi di samping Alex. Sementara, Bu Mira duduk berseberangan dengan Tira.
Sarapan pagi itu, adalah kali pertama untuk Tira. Karena sepanjang hidupnya, Ia habiskan di kos-kosan kecil pinggiran kota. Ia memang tidak mau menggunakan semua fasilitas yang orang tuanya miliki. Tidak seperti kakaknya yang penurut.
Sarapan pagi itu, berjalan lancar walaupun Tisa tak nyaman dengan gerakan-gerakan yang sedikit diatur.
"Nak Alex kapan mau bulan madu?" celetuk Bu Mira tiba-tiba menanyakan hal itu pada Alex.
Tira sampai tersedak ketika makan karena mendengar apa yang ditanyakan oleh Bu Mira. Makanan yang ada dalam mulutnya berhamburan keluar, hingga Alex langsung menepuk-nepuk punggung bagian atas dan memberi Tira minum.
"Pelan-pelan kalo makan!" Ucap Pak Arya pada Tira.
"I-iya," jawab Tira singkat. Setelah itu, semuanya kembali makan hingga Bu Mira meneruskan pertanyaannya.
"Jadi, kalian belum memutuskan untuk bulan madu?" tanya Bu Mira lagi.
'Ibu apa-apaan sih? Dia 'kan tau kalo gue ini Tisa bukan Tira! Tapi masih aja bahas ranjang!' Kesal Tira yang bisa diungkapkan dalam hati.
Alex dan Tira saling bertatapan. Alex bingung karena miliknya masih terluka akibat tendangan yang diberikan oleh Tira pagi tadi.
"Soal itu, aku mau urus dulu karena aku mau bawa Tira ke luar negeri."
"Semoga secepatnya ya," kata Bu Mira pada Alex.
"Oh ya, hari ini Alex mau ajak Tira ke rumah Andara. Boleh?"
"Ya ampun, Tira udah jadi milikmu. Kamu bawa aja, nggak usah pake izin segala," kata Pak Arya terkekeh.
"Maaf, Pak. Kebiasaan, lupa kalo sekarang kita udah nikah."
Alex tak henti-hentinya menatap wajah cantik Tira. Ia merasa jika wajah Tira semakin cantik saja setelah Ia nikahi.
Detik berikutnya, Alex pun mengajak Tira untuk pergi ke rumah kedua orang tuanya. Tira langsung mengekor Alex saat Alex mengajaknya.
Namun, pada saat Alex masuk ke mobil Ia malah terkejut karena Tira tidak membawa Tas seperti biasanya. Akhirnya, pada saat Tira masuk mobil Alex langsung menegurnya.
"Honey, kamu lupa Tasmu. Bukannya kau tak akan pernah bisa pergi jika tanpa tas itu?" celetuk Alex pada Tira.
Tira sedikit terbengong dan Ia pun pergi mengambilnya walaupun Ia tak tahu apa maksud Alex.
"Ribet banget jadi Tira. Pergi-pergi harus bawa Tas segala," gumamnya sembari tergesa.
Tiba-tiba saja, Bu Mira menegur Tira dengan membawa Tas di tangannya.
"Kamu pasti cari ini, iya 'kan?" Ucap Bu Mira saat Tira hendak pergi.
"Iya, Bu. Alex yang mau aku bawa Tas. Katanya Tira nggak bisa pergi kalo nggak bawa Tas. Ribet banget!"
"Yasudah, kamu bersikap baik ya sama keluarganya. Awas, jangan buat Ibu dan Bapak malu!" Kata Bu Mira sembari memberikan tas selempang berwarna merah muda itu pada Tira.
Tira pun langsung pergi lagi ke mobil dan kembali duduk seperti tadi.
"Udah? Kamu siap?" tanya Alex.
Tira menganggukan kepalanya. Ia memutuskan untuk tidak banyak bicara karena takut salah.
Sepanjang perjalanan, tentu saja Alex merasa jika Tira sedikit aneh.
"Honey, kamu kok diem terus? Kamu belum siap ketemu sama ayah dan ibu mertuamu ya?" tanya Alex menebak nebak apa yang tengah dipikirkan oleh Tira.
"Apa karena kita nggak jadi bulan madu ya? Honey, punyaku kamu tendang. Jadi, dia belum pulih deh." Lanjut Alex lagi.
"Lo itu ... maksud aku, kamu kok bisa tau apa yang lagi aku pikirin?" tanya Tira berbohong, padahal Ia diam karena Ia tak ingin banyak kesalahan dalam bicara.
"Maaf ya, kamu bisa nunggu 'kan?" Tanya Alex merasa bersalah.
"It's okay." Jawabnya sembari menganggukan kepalanya.
Alex tiba-tiba saja menghentikan mobilnya dan membawa Tira ke sebuah toko perhiasan. Tira yang bingung, hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh Alex saja.
"Honey, kamu pilih dua ya!" Titah Alex.
"Pilih apa?" tanya Tira polos. Ia tak tau apa yang tengah dikatakan oleh Alex.
"Kamu 'kan harus kasih hadiah buat ibuku. Kok kamu lupa? Bukannya kalian dah sepakat untuk bertukar hadiah setelah kita menikah? Kamu kok jadi pelupa sih?"
"Oh, iya. Soal itu, maaf ya. Mungkin aku memang pelupa akhir-akhir ini."
Saat Tira tengah memilih perhiasan, Ia melihat seseorang dari kaca tepat di hadapannya yang berada di toko perhiasan itu. Seseorang yang tengah mengambil fotonya diam-diam. Tira yang pemberani, tak mengadukannya pada Alex ia pamit untuk mengejarnya.
"Mas, aku mau ke toilet dulu ya. Kamu aja yang pilih. Aku titip tas aku ya," kata Tira menitipkan Tasnya dan Ia menuju ke arah Toilet.
Sengaja Tira pergi sendiri ke Toilet untuk memancing orang yang memotretnya itu agar semakin dekat dengannya. Dan saat tiba di Toilet, Tira membalikan badannya kemudian Ia berjalan mengejar orang yang mengamatinya itu.
Tira mengejar dengan sepatu high heels hingga Ia merasa tak bisa lagi mengejarnya karena tak sanggup. Karena kesal, Tira langsung mencopot sepatunya dan melemparkannya sekuat tenaga pada pria yang Ia duga mengambil foto dirinya.
"Tira,"
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!