NovelToon NovelToon

Cinta Terakhirku

Bab. 1.

Seorang gadis sedang termenung di dalam kamarnya, ia teringat akan temannya yang sudah lama berpisah. Beberapa tahun yang lalu saat aura masih menginjak kelas enam SD, ia mempunyai teman bernama Gilang. Mereka memiliki pertemanan yang unik.

Berteman tapi juga bermusuhan. Setiap ada kegiatan mereka akan terlihat kompak, tidak ada yang bisa menyaingi kekompakan mereka. Tetapi jika sudah ulangan berlangsung mereka akan menjadi musuh bebuyutan. Mereka akan bersaing dengan gigih.

Kedua orangtua mereka mengharuskan sama-sama menjadi juara kelas. Jadilah mereka bersaing dengan keras.

Tetapi satu sama lain saling melindungi terutama dari teman- teman yang ingin melihat mereka berdua hancur.

Di akhir kelulusan nilai Aura ataupun Gilang sama tingginya, seharusnya Aura akan mendapatkan saingannya jika saja Gilang dan keluarganya tidak memutuskan untuk pindah ke luar pulau.

Sekarang sudah lebih dari enam tahun mereka tidak berkabar sama sekali, membuat aura memikirkan bagaimana keadaan gilang sekarang.

Aura sendiri sekarang sudah memasuki bangku kuliah tingkat pertama di salah satu universitas negeri di kotanya. Sesuai dengan keinginannya ia masuk jurusan kedokteran.

Selalu dituntut untuk menjadi yang terbaik membuat jiwa kompetisi aura selalu tinggi.

Aura sendiri mempunyai jiwa pemenang yang tinggi. Walupun orangtua aura menuntutnya selalu menjadi yang terbaik, aura tidak pernah merasa terbebani.

Seseorang mengetuk pintu kamar aura membuyarkan lamunan aura.

" Aura ayo turun, kita makan malam. Semua orang sudah menunggu di meja makan."

Suara ibunya aura memintanya untuk bergabung di meja makan.

" Iya bu, nanti aura turun." seru aura menjawab panggilan ibunya.

Beberapa menit aura sudah ada di meja makan bersama keluarganya. Keluarga yang terdiri ayah, ibu dan kakaknya laki- laki aura. Aura sendiri anak kedua dari kedua bersaudara. Kakak laki-laki aura juga seorang dokter di salah satu rumah sakit swasta di kotanya. Ibu aura seorang pegawai negeri sipil yang mengajar di sebuah sekolah menegah atas negeri. Sedangkan ayah aura juga seorang ASN di salah satu perusahaan BUMN.

Setiap harinya keluarga aura selalu sibuk dan hanya bisa berkumpul saat pagi hari sarapan dan makan malam. Jadi sebisa mungkin mereka akan menyempatkan waktu di waktu itu.

Terkadang aura merasa kesepian jika pulang kuliah sebelum anggota keluarga yang lain pulang. Ingin rasanya memiliki seorang adik agar ada yang bisa di ajaknya untuk bermain.

" Aura bagaimana kuliah kamu?" tanya fadlan sang ayah.

" Lancar yah, mungkin beberapa minggu kedepan aura akan pulang terlambat dan tidak bisa ikut makan malam bersama." Ucap aura memberitahukan kegiatannya pada orangtuanya.

Ayahnya aura menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Kakaknya aura dan sang ibu hanya diam menyimak pembicaraan aura dan ayahnya.

" Kamu arfa, bagaimana pekerjaan kamu dirumah sakit?" tanya fadlan pada putranya.

" Arfa juga sekarang sedang sangat sibuk yah, banyak pasien terkena demam berdarah. Jadi rumah sakit sekarang amat ramai." Ucap arfa kakaknya aura.

" Kalian pandai- pandai menjaga kesehatan ditengah kegiatan kalian yang padat. Jangang lupa minum vitamin biar badan kalian selalu fit." kata fadlan menasehati kedua anaknya.

Makan malam selesai dan setelah sedikit bercengkrama di ruang tv, semua orang masuk ke kamarnya masing- masing.

Dikamar ponsel aura berdering menampilkan nama vina temannya sefakultas dengan aura.

" Hai vin, ada apa telepon malam- malam?"

" Uara lusa kamu jadi ikut kan kegiatan debat antar kampus?"

" Iya, kamu kan tahu aku salah satu perwakilan kampus kita. Sudah pasti aku akan ikut dong!" kata uara.

" Kamu harus mempersiapkannya dengan matang, karena menurut info yang aku dapat lawan kamu kali ini cukup hebat. Walaupun ia dari luar pulau tapi kemampuan dan wawasannya cukup tinggi." ucap vina memperingati.

" Ya terimakasih kamu sudah memperingatiku vina, semoga lusa aku bisa memberikan performa terbaikku." jawab aura lagi.

Setelahnya mereka menutup sambungan telepon. Aura jadi berpikir lawan yang di maksud oleh vina. Sejauh ini setiap aura menjadi perwakilan kampus ataupun sekolah dulu ia tidak pernah kalah dari para lawannya.

Aura selalu unggul dalam bidang yang dilombakan. Dulu ada gilang yang kadang dapat mengalahkannya tapi beberapa tahu kebelakang sampai aura kuliah tidak ada yang bisa mengalahkan aura.

*********

Pagi hari aura sudah siap berangkat ke kampusnya menggunakan motor maticnya. Aura memakai helmnya dan mulai menjalankan motornya saat sang kakak dengan enaknya sudah duduk di belakangnya.

" Ish...kakak kok duduk dibelakang aura. Sana menyingkir aura mau berangkat ke kampus!"

" Kakak nebeng sampai rumah sakit de, mobil kakak mogok dan pagi ini kakak ada operasi. Bisa telat kalau harus ke bengkel dulu." Seru arfa pada aura.

" Kakak kan bisa pesan ojek atau taxi online." jawab aura.

" Gak da waktu de, kalau kakak gak cepet berangkat ntar kesiangan. Udah kamu jangan banyak omong antar kakak aja."

Dengan malan aura akhirnya mengantarkan arfa kerumah sakit. Sampai rumah sakit arfa turun dari motor aura dan berlari memasuki rumah sakit tanpa berkata apapun pada aura.

" Terimakasih!" Teriak aura kencang menyindir sang kakak yang sudah berlalu. Dan arfa hanya tersenyum sambil mengacungkan jempolnya pada uara.

" Dasar kakak tidak tahu terimakasih, udah ditolongin malah langsung ngacir aja gak ada apa niatan ngucapin terimakasih sama adeknya." kesal aura sambil mulutnya komat kamit menghujat arfa.

Arfa memang diburu waktu dengan jadwalnya. Saat mau berangkat kerumah sakit mobilnya tiba- tiba tidak bisa menyala dan arfa mencoba untuk memperbaiki tapi hasilnya mobil tetap tidak mau menyala. Jadilah dirinya agak sedikit terlambat datang.

Beruntung aura belum berangkat ke kampusnya dan arfa bisa nebeng kepada aura.

Aura sampai ke kampusnya dan kedatanganya disambut dengan teriakan cempreng dari temannya vina.

" Aura.... Kok kamu baru datang sih!" sapa vina.

" Emang ada apa sih, lagian juga jam masuk kuliah juga belum!" seru aura.

" Kamu dicariin sama bu dewi, tentang lomba untuk besok. Kayaknya bu dewi khawatir tentang lomba besok."

" Lho bu dewi kan tahu aku udah ngusain materi buat lomba besok, lagian kenapa jadi parno gini sih!" tutur aura lagi.

" Pokoknya lawan kamu kali ini tidak bisa dianggap remeh, makanya bu dewi mau kasih kamu tips dan trik." ucap vina sambil tersenyum menampilkan gigi gingsulnya.

Aura segera menghadap bu dewi untuk membenarkan perkataan vina.

Aura memasuki ruangan dosen dan menghampiri bu dewi.

" Pagi bu, kata vina ibu lagi nyari saya?" ucap aura.

" Ya, ibu emang lagi nyari kamu. Ini tentang lomba esok hari. Ibu harap kamu sudah mempersiapkannya dengan matang karena lawan kamu yang ibu denger kali ini berbahaya. Ibu juga mau ngasih tambahan materi yang harus kamu pelajari. Biar besok penampilan kamu bagus.

{ Bersambung }

BAB. 2.

Pulang dari kampus aura mempelajari materi yang diberikan oleh bu dewi sampai menjelang sore hari. Ibu aura sendiri sudah pulang tadi sekitar jam empat sore.

Sampai makan malam tiba aura mempelajari semua yang besok kira- kira akan menjadi pertanyaan. Begitu seriusnya aura sampai tidak menyadari ibunya sudah berada di belakangnya.

Pintu kamar memang saat itu sengaja tidak aura kunci, karena tadi sore sebelum mbak yang membantu pekerjaan ibunya pulang sempat membersihkan kamar aura.

Aura sendiri anak yang rapi, jadi tadi mbak hanya membersihkan lantai yang memang harus di pel.

" Duh anak ibu serius banget belajarnya, sampai- sampai ibu masuk aja gak nyadar!" oceh ibunya aura. Aura mendongakkan kepala dan berbalik menoleh ke belakang. Benar saja ibunya sedang memperhatikan apa yang aura kerjakan.

" Ibu dari tadi di belakang aura?" tanya aura.

" Yah cukup lama untuk memperhatikan kegiatan anak ibu." jawab ibu sambil tersenyum.

" Ayo kita makan malam dulu, belajarnya dilanjut nanti aja!"

Setelahnya ibu aura keluar dari kamar dan di ikuti aura setelah merapikan meja belajarnya. Ternyata hanya ada ayahnya saja, sementara arfa tidak terlihat sama sekali.

" Lho kakak arfa kemana bu? Belum pulang ya?" tanya aura.

" Iya kakakmu malam ini tidak bisa pulang cepet, katanya masih ada operasi." ucap ibunya aura.

Seperti biasa ayahnya aura akan menanyakan setiap kegiatan anaknya di luar. Mereka terlibat pembicaraan seperti biasa.

Aura juga meminta doa dari kedua orangtuanya agar acara besok lancar dan pulang membawa kemenangan.

Esok pagi aura sudah berangkat ke tempat lomba dengan diantar oleh ayah, karena arah tempat kerja ayah dan tempat berlangsungnya lomba searah. Lagi pula tempatnya agak jauh, jadi aura agak malas jika harus kesana menggunakan motornya.

Disana aura bertemu dengan bu dewi, selain bu dewi pembimbing aura di kampus, bu dewi juga salah satu panitia penyelenggara acara tersebut.

Setelah berbincang singkat dengan bu dewi, aura mempersiapkan mental dan pikirannya. Vina dan kawan- kawan yang lain juga datang untuk memberikan support pada uara. Mereka bahkan membawa berbagai benda untuk menunjukkan dukungan pada aura.

Begitupun teman satu team aura sudah datang dan berbincang tentang materi dan strategi apa yang akan melakukan pada lomba tersebut. Aura satu team dengan mahsiswa dari jurusan lain. Aura menjadi satu- satunya perempuan dari team mereka.

Acara debat di bagi menjadi dua sesi, babak penyisihan dan babak final. Setiap regu di bagi dua group, group A dan group B. Pemenang group akan menuju babak final.

Lomba berlangsung di gedung yang berbeda antara group A dan group B. Aura dan kawan- kawannya seteamnya berada di group B.

Acarapun berlangsung cukup alot dan tegang. Sampai teamnya aura masuk ke babak final yanga akan melawan pemenang dari group A.

sebelum final di mulai seluruh peserta di berikan waktu istirahat. Karena waktunya memang bertepatan dengan makan siang dan waktu shalat dzuhur.

Setelah makan siang aura memutuskan untuk shalat di masjid kampus tempat di adakannya lomba. Aura selesai shalat memakai sepatunya di bibir teras masjid.

Sekelebat aura melihat seseorang yang akhir- akhir ini selalu ada dalam pikirannya. Tapi aura meyakinkan tidak mungkin orang tersebut ada di sini. Dari yang aura pernah dengar orang tersebut bukan hanya pergi keluar pulau tapi dia juga sudah pindah di luar negeri.

Aura mengenyahkan pemikiran yang akan mengganggu konsentrasi dalam lomba.

Aura dan rekan satu teamnya sudah bersiap- siap melanjutkan pada babak selanjutnya. Mereka pun dipanggil ke atas panggung setelah kelompok lawan dipanggil ke atas panggung.

Aura masih tertunduk saat berjalan di ke atas panggung. Sampai aura duduk di kursinya barulah aura mendongakkan wajahnya menatap lawan.

Betapa terkejutnya aura mendapati seseoranf yang tadi sekilas ia pikirkan ada di hadapannya menjadi lawan debatnya kali ini.

" Gilang!" lirih aura terkejut.

Sementara di sebrang meja gilang menatap aura dengan pandangan yang sulit di artikan.pandangan yang sangat berbeda. Tatapannya tajam mengarah pada aura.

Sesat aura terpaku dan menjadi blank. Saat acara sudah dimulai pun aura masih diam membeku. Rekan satu team aura menepuk aura dari keterpakuan.

" Aura, kenapa kamu malah bengong. Ayo lombanya sudah dimulai." Ucap teman di sebelahk kirinya aura.

Aura mencoba menguasai dirinya dan mengambil nafas yang panjang untuk menetralkan suasana hatinya. Aura mencoba menguasai dirinya jangan sampai mengganggu konsentrasinya.

Lomba pun berjalan dengan alot masing- masing memiliki keunggulan dan sanggahan- sanggahan yang masuk akal. Bahkan tak jarang mederator memberikan teguran pada masing- masing team bisa tenang.

Perlombaan dimenangkan oleh team aura dengan nilai yang terpaut satu point saja.

Acara selesai, aura mencari sosok yang tadi jadi team lawan. Matanya melirik kesana kemari sampai ia melihat gilang tengah berbincang dengan seorang perempuan yang mungkin aura pikir teman dekatnya, terlihat dari interaksi di antara keduanya.

Aura mencoba menghampiri dan menyapa gilang.

" Gilang!" panggil aura. Dan gilang pun menoleh pada aura. Aura tersenyum ramah tapi sambutan dari gilang sungguh diluar dugaannya. Gilang hanya menatap aura sinis.

" Ada apa?" tanya gilang singkat.

" Apa kabar?" tanya aura lagi.

" Baik. Jika tidak ada hal yang penting sebaiknya jangan membuang waktu saya." ucap gilang ketus. Aura sungguh tidak mengerti mengapa sikap gilang padanya jadi berubah. Aura pikir saat mereka bertemu setelah sekian lama, gilang akan menyambutnya ramah.

Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Aura jadi terdiam ditempat dan ditinggalkan oleh gilang. Air mata meluncur begitu saja dari matanya seolah tidak bisa membendung luka hatinya karena sikap gilang.

Vina menepuk bahu aura. Dan bingung kenapa aura malah menangis sambil melihat kepergian team lawan.

" Kamu kenapa aura? Kok malah nangis disini?" anak- anak dari tadi nyariin kamu lho!" ucap vina. Aura menengok ke arah vina. Ia menghapus air matanya dan menampilkan senyuman.

" Aku gak apa- apa kok. Hanya keinget ibu saja. Tadi pagi ini mendoakan aku biar menang lomba."

" Menangis bahagia maksud kamu. Tapi wajah kamu kok sendu gitu?" ucap vina lagi.

" Udah ah kita gabung sama teman yang lain yuk!" ajak aura.

Untuk merayakan kemenangan mereka teman satu team aura yang memang orang berada mentraktir semua teman yang datang saat ini. Sekalian juga untuk mengucapkan terimakasih atas dukungan mereka.

Puas dengan perayaan kemenangan, satu persatu meninggalkan cafe tempat mereka makan- makan tadi.

Aura sedang menunggu ojek on line yang memang tadi ia pesan sebelum keluar dari cafe. Sambil menunggu aura membuka ponselnya yang memang sedari pagi tidak ia aktifkan.

Banyak pesan masuk ke ponselnya. Salah satunya dari teman aura yang memberitahukan bahwa gilang berada di kota mereka, tak lupa teman SD nya aura mengirimkan foto kebersamaan mereka di salah satu cafe.

{ Bersambung }

BAB. 3

Aura sungguh merasa sedih, mengapa gilang begitu acuh dan ketus padanya.

Bahkan gilang seperti tidak mengenalnya. Teman- teman satu SD nya saja seperti disambut baik oleh gilang.

Aura jadi bertanya-tanya apakah ia dahulu melakukan suatu kesalahan pada gilang.

Aura masih menunggu ojek on line nya saat fahmi kakak tingkatnya berhenti di depan aura.

" Ra, belum datang ojeknya?" tanya fahmi.

" Iya kak, ini masih nunggu." sahut aura.

" Mau bareng sama aku?"

" Gak deh kak makasih, mungkin bentar lagi juga datang ojeknya."

" Ya udah aku temenin kamu sampai ojeknya datang!"

" Gak usah kak nanti malah ngerepotin kakak."

Karena fahmi juga memaksa, aura jadi menyetujui keinginan fahmi. Lagi pula hari semakin gelap.

Di sebrang jalan seseorang mengepalkan tangannya sampai buku- buku jarinya terlihat memutih. Rasanya begitu kesal menatap kedekatan aura dengan kakak tingkatnya.

Hampir sepuluh menit aura menunggu ojeknya datang. ojek on line nya datang dan aura langsung berpamitan serta mengucapkan terimakasih pada fahmi karena menemaninya.

Sampai ojek aura menghilang dari pandangan orang yang tadi memperhatikan aura juga mengemudikan mobilnya.

Aura sampai rumah lewat dari magrib, ia segera membersihkan diri dan menunaikan kewajibannya. Nampak sekali aura tidak bersemangat membuat ibunya bertanya- tanya.

Padahal yang ibu aura tahu, putri memenangkan perlombaan, tapi entah kenapa aura malah bermuram durja.

Bahkan aura lebih memilih makam malam dikamarnya. Dan tentu saja itu bukan kebiasaan aura. Karena sebisa mungkin aura pasti tidak akan melewatkan makan malam bersama keluarganya.

Ayah dan juga kakaknya menanyakan keberadaan aura pada ibu. Dan ibu menjelaskan sesuai dengan apa yang dilihatnya.

" Apa aura mempunyai masalah yang berat?" tanya ayah kepada ibu.

" Ibu juga gak tau yah, tapi nanti ibu coba bicara sama aura." jawab ibu.

ayah dan kakak aura mengangguk menyetujui apa yang ibu katakan.

Sementara di dalam kamar aura merebahkan tubuhnya dan menutupi wajahnya dengan bantal. Aura masih kesal dengan gilang dan ia benar- benar merasa sedih. Bahkan masih jelas tersengar nada sinis gilang saat aura tadi menyapanya.

Makanan yang tadi ibu antarkan juga belum di sentuh sama sekali oleh aura. Ibu mengetuk pintu kamar aura meminta izin untuk masuk dan berbicara dengan aura.

Dengan malas aura mengizinkan ibu masuk. Ibu duduk di pinggir ranjang aura. Ibu membelai rambut panjang aura dengan sayang.

" Apa terjadi sesuatu hal yang buruk di tempat perlombaan?" tanya ibu lembut.

" Bu, boleh aura bertanya?" Ibu menggangguk.

" Jika seseorang berlaku sinis pada kita, apa itu berarti kita memiliki kesalahan pada orang tersebut?"

" Memang ada yang sinis sama kamu?" tanya ibu balik.

" Ih ibu aura nanya malah nanya balik."

" Udah putri ibu jangan sedih- sedih hanya karena sikap orang yang gak baik sama kita, sekarang aura makan dan lanjut shalat setelahnya tidur. Jangan banyak berpikir yang buruk nanti merusak hati kita." Ucap ibu panjang lebar menasehati aura.

Aura tipe anak yang dekat dengan kedua orangtuanya, tapi aura juga suka memedam masalahnya sendiri. Ia akan bercerita jika masalahnya sudah selesai. Jadi ibu hanya bisa memberikan nasehat untuk aura.

Aura langsung melaksanakan perintah sang ibu begitu ibu keluar dari kamarnya.

*****

Aura sudah sampai kampus dan menghampiri teman- temannya yang asik mengobrol di kelas sambil menunggu waktu masuk. Mereka membicarakan kegiatan lomba kemarin. Teman aura yang tidak hadir kemarin juga mengucapkan selamat atas prestasi yang aura raih, mereka bangga mempunyai teman seperti aura.

" Ra, pulang kampus kita belajar bareng yuk di perpus?" ajak dani seorang teman aura.

" Boleh. Sama yang lain jugakan?" tanya aura.

" Ya iyalah kita juga ikut, keenakan dani kalau dibiarin berduan sama lu di perpus." sahut teman aura yang lain.

" ntar lu ajarin kita- kita materi yang kemarin di kasih sama bu dewi ya!"

" Sip!" jawab aura sambil mengacungkan jempolnya.

Karena kegiatan kampus yang padat dan janjinya aura belajar sama teman- temannya aura jadi melupakan kejadian kemarin.

Lagi pula apa yang dikatakan ibunya juga benar, makanya aura mencoba melupakan hal tentang sikap gilang.

Tapi apa daya, tepat aura ingin menuju perpus, dijalan ia malah berpas- pasan dengan gilang. Aura mengontrol dirinya agar bersikap biasa saja.

Tepat berada di depan mata, mereka berdua seperti orang yang tidak pernah mengenal. Baik gilang ataupun aura diam tidak saling menyapa dan bertegur sapa.

Aura terlalu kapok jika harus menyapa dan mendapatkan respon seperti kemarin. Aura berpikir biarlah ia berpura- pura tidak mengenal gilang dan anggaplah mereka tidak saling mengenal satu sama lain.

Aura menoleh ke belakang memperhatikan kemana arah langkah gilang. Gilang menuju ruang rektor karena jalan yang di lalui gilang hanya menuju ke ruang rektor saja.

Walaupun penasaran, aura mencoba menepisnya. Ia bertekad untuk tidak lagi berhubungan apapun dengan gilang.

Teman - teman aura sudah menunggu aura, dan terlihay senang saat aura datang. Mereka segera memulai acara belajar bersama dengan tenang. Aura sendiri dengan sabar menjelaskan materi yang tidak dimengerti oleh teman- temannya.

Selain pandai aura juga tidak pelit ilmu, jika memang temannya membutuhkan bantuannya aura selalu membantu mereka. Jadilah sekarang terbentuk aura dengan image cewek cantik dan baik hati.

Tak ada yang tidak terpikat dengan pesona seorang aura. Bahkan banyak teman seangkatan atau pun kakak tingkatnya yang menaruh hati pada aura. Banyak juga yang menyatakan cintanya pada uara.

Tapi sayangnya aura selalu saja menolak cowok- cowok tersebut.

Aura tidak mau terlibat cinta dan mengakibatkan prestasinya merosot. Aura selalu menolaknya setiap pria dengan lembut, jadi walaupun mereka kecewa ditolak oleh aura mereka tidak malah membenci aura.

Bahkan orang- orang salut pada aura yang selalu memang prinsipnya tapi tidak melukai hati orang lain.

Selama dua jam mereka menghabiskan waktu belajar di perpus. Satu persatu balik meninggalkan kampus, begitu juga dengan aura. Aura sudah siap untuk menjalakan motornya saat bu dewi memanggil namanya.

Bu dewi datang diikuti oleh orang yang aura sangat kenal.

" Aura kamu sudah mau pulang?" tanya bu dewi.

" Iya bu, ada apa ya?"

" Kenalkan dulu ini gilang keponakan pak rektor, kamu juga pasti ingat gilang adalah lawan kamu kemarin." ucap bu dewi memperkenalkan gilang.

" Iya bu." jawab aura sungkan. Bu dewi meminta aura dan gilang berkenalan. Aura terpaksa mengulurkan tangannya menjabat tangan gilang.

Begitupun dengan gilang menjabat tangan aura dengan kencang membuat aura sedikit kesakitan. Aura jelas meringis dan melolot tidak terima dengan perlakuan gilang.

Gilang hanya menampilkan sederetan giginya yang bersih seperti tidak melakukan hal yang salah sama sekali. Itu benar- benar membuat aura kesal bukan main.

{ Bersambung }

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!