Johan terengah-engah ketika melihat pintu depan rumahnya terbuka lebar dan pintu jendela di ruang tamu sudah pecah. Ketika ia masuk ke dalam rumah, ia melihat seluruh isi rumah berantakan dan ibunya tergeletak di lantai, tidak bernyawa. Johan langsung terduduk di samping tubuh ibunya, air matanya mengalir deras.
Ia merasa seperti dunianya runtuh, seolah-olah tidak ada lagi yang penting dalam hidupnya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya, selain mencoba menghubungi polisi untuk melaporkan pembunuhan ibunya.
Beberapa hari kemudian, Johan merasa seperti hidupnya tidak memiliki arti lagi. Ia merasa seperti tidak memiliki tujuan atau makna dalam hidupnya lagi. Ia merasa seperti tidak ada yang bisa memperbaiki rasa sakit dan kesedihan yang terus memenuhi hatinya.
Suatu hari, saat Johan sedang duduk sendirian di ruang tamu, ia teringat sebuah cerita dari kakeknya tentang sebuah mesin waktu yang dapat membawa seseorang kembali ke masa lalu. Pada awalnya, Johan menganggap cerita itu tidak lebih dari dongeng belaka, tetapi pikirannya terus tertuju pada cerita itu.
Johan duduk di kamarnya, mencoba meredakan detak jantungnya yang cepat. Ia tak bisa berhenti memikirkan ibunya, yang telah meninggal beberapa bulan yang lalu. Ia masih terguncang dengan kejadian tersebut, dan tak bisa menerima kenyataan bahwa ibunya benar-benar sudah tiada.
Sambil menatap foto ibunya yang terpampang di dinding kamarnya, Johan merasakan sesuatu di tangannya yang terasa dingin. Ia menoleh dan melihat sebuah surat yang terlipat rapi di sampingnya. Dengan gemetar, ia membuka surat itu dan membaca dengan teliti.
"Johan,
Aku tahu bahwa kematian ibumu masih sangat berat bagimu. Namun, aku punya kabar baik untukmu. Aku telah menemukan seseorang yang bisa membantumu kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan ibumu.
Seseorang ini adalah seorang ilmuwan gila yang tinggal di sebuah kota kecil di daerah pegunungan. Namun, perjalanannya tidak mudah. Kamu harus berhati-hati dan menghadapi berbagai tantangan yang mungkin mengubah sejarah. Namun, jika kamu berhasil, kamu bisa menyelamatkan ibumu dan mengubah takdir.
Aku tahu kamu bisa melakukannya. Jadi, jangan menyerah dan jangan lupa bahwa ibumu selalu ada di hatimu.
Salam,
Seseorang yang peduli padamu."
Johan merasa campur aduk. Ia tak pernah mendengar tentang orang ini sebelumnya, dan tak tahu bagaimana caranya untuk menemukannya. Namun, ia merasa bahwa ini adalah satu-satunya kesempatan untuk menyelamatkan ibunya, dan ia harus mencoba.
Setelah mencari tahu di internet dan bertanya pada beberapa temannya, akhirnya Johan menemukan lokasi kota kecil yang disebutkan di surat tersebut. Ia memutuskan untuk pergi ke sana dan mencari orang tersebut, meski ia tahu bahwa perjalanan ini mungkin sangat berbahaya.
Dengan hati-hati, Johan mengemudi mobilnya menuju kota kecil itu. Perjalanan yang seharusnya hanya berlangsung selama beberapa jam, terasa seperti seumur hidup. Johan mengalami berbagai rintangan, seperti hujan deras, jalan yang berlubang, dan bahkan kehilangan arah beberapa kali. Namun, ia tak menyerah dan terus maju.
Setelah tiba di kota kecil, Johan mengemudikan mobilnya ke sebuah jalan kecil yang terletak di tepi kota. Di ujung jalan tersebut, ia melihat sebuah rumah yang tampak tua dan terbengkalai. Ia yakin bahwa rumah itu adalah rumah orang yang ia cari, dan perjalanan Johan yang panjang pun dimulai.
Dengan hati-hati, Johan mendekati rumah tersebut. Ia melihat seorang pria yang tampak aneh dan gila keluar dari rumah itu. Pria itu mengenakan pakaian yang lusuh dan rambutnya kusut. Namun, Johan tidak takut dan memutuskan untuk mendekati pria tersebut. "Permisi, apakah Anda seorang ilmuwan?" tanya Johan dengan lembut.
Pria itu menoleh ke arah Johan dan menatapnya tajam. "Ya, saya adalah seorang ilmuwan. Apa yang kau inginkan?" jawabnya dengan suara yang keras.
Johan merasa agak gugup, namun ia tetap berusaha tenang. "Saya ingin berbicara dengan Anda tentang sesuatu yang sangat penting. Saya ingin kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan orang yang saya cintai," kata Johan sambil menatap pria itu dengan tegas.
Pria itu mengangkat alisnya. "Kembali ke masa lalu?" tanyanya. "Bagaimana mungkin? Anda pasti bercanda."
Johan tersenyum pahit. "Saya tahu suara ini terdengar gila, tapi saya benar-benar serius. Ada mesin waktu yang dapat membantu saya kembali ke masa lalu?"
Pria itu terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Ya, ada. Saya menciptakannya sendiri."
Johan merasa lega. "Lalu, apakah Anda bisa membantu saya kembali ke masa lalu? Saya harus menyelamatkan orang yang saya cintai."
Pria itu memandang Johan dengan tatapan tajam. "Saya bisa membantumu, tapi Anda harus berhati-hati. Kembali ke masa lalu bukanlah hal yang mudah, dan setiap tindakan yang Anda lakukan bisa berdampak besar pada masa depan."
Johan mengangguk tegas. "Saya siap mengambil risiko itu. Tolong, bantu saya untuk kembali ke masa lalu."
Pria itu tersenyum kecil. "Baiklah, ikuti saya."
Dengan hati-hati, Johan mengikuti pria itu ke dalam rumah. Ia melihat banyak mesin dan alat ilmiah yang sangat rumit. Johan merasa sedikit gugup karena ia tidak mengerti apa-apa tentang alat tersebut. Namun, pria itu terlihat sangat yakin dan berpengalaman dengan alat-alat tersebut.
"Pertama-tama, Anda perlu memakai baju pelindung ini," kata pria itu sambil memberikan sebuah baju khusus kepada Johan. "Ini akan melindungi Anda dari dampak negatif dari perjalanan waktu."
Johan mengenakan baju pelindung tersebut dan merasa sangat berat dan tidak nyaman. Namun, ia tahu bahwa itu adalah sesuatu yang harus dilakukan jika ia ingin kembali ke masa lalu.
Kemudian, pria itu membawa Johan ke sebuah ruangan yang penuh dengan kabel dan mesin yang rumit. Di tengah-tengah ruangan itu, terdapat sebuah mesin yang sangat besar dan aneh. Johan tidak pernah melihat mesin seperti itu sebelumnya. Ia merasa sedikit takut namun juga sangat bersemangat.
"Inilah mesin waktu saya," kata pria itu sambil menunjuk ke arah mesin tersebut. "Ini akan membantu Anda untuk kembali ke masa lalu."
Johan mengangguk. "Baiklah, apa yang harus saya lakukan sekarang?"
Pria itu memberikan instruksi yang sangat rinci dan terkesan ilmiah kepada Johan. Ia menjelaskan bahwa perjalanan waktu ke masa lalu memiliki risiko besar dan memerlukan persiapan yang matang. Pria itu mengatakan bahwa ia telah berhasil menciptakan sebuah mesin waktu yang dapat membawa Johan kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan ibunya.
Meski terdengar sangat tidak mungkin, Johan merasa bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan ibunya. Ia merasa terhimpit oleh waktu dan keputusan sulit harus segera diambil. Dengan ragu-ragu, Johan akhirnya setuju untuk mengikuti instruksi ilmuwan gila tersebut dan pergi ke masa lalu.
Pria itu membawa Johan ke sebuah ruangan rahasia yang berisi mesin waktu tersebut. Ruangan itu gelap dan dipenuhi oleh alat-alat elektronik yang rumit. Setelah beberapa saat, ilmuwan gila tersebut memberikan pakaian khusus dan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan waktu. Johan mengenakan pakaian tersebut dan mempersiapkan diri untuk pergi ke masa lalu.
Sesaat sebelum Johan melakukan perjalanan waktu, ilmuwan gila tersebut memberikan peringatan terakhir. Ia mengatakan bahwa perjalanan waktu memiliki konsekuensi besar yang tidak dapat diubah. Johan harus memastikan bahwa ia tidak merubah sejarah dan tetap berpegang pada misi utamanya, yaitu menyelamatkan ibunya.
Dengan hati yang berdebar, Johan memasuki mesin waktu dan memulai perjalanan waktu ke masa lalu. Ia merasakan sensasi aneh dan tak terlupakan ketika mesin waktu tersebut mengirimnya ke masa lalu. Setelah beberapa saat, Johan membuka mata dan melihat dirinya berada di sebuah tempat yang asing dan jauh dari tempat asalnya.
Johan melihat pemandangan yang sangat berbeda dari yang ia kenal di masa depan. Bangunan-bangunan di sekitarnya terlihat kuno dan tidak seperti yang ia lihat di masa depan. Ia merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Namun, Johan tidak panik dan mengingat instruksi dari ilmuwan gila tersebut. Ia mulai mencari-cari ibunya dan berusaha untuk mengubah takdir yang telah menimpanya di masa depan.
Johan memejamkan matanya dan memusatkan pikirannya pada masa lalu. Ia membutuhkan waktu beberapa menit untuk merasakan energi yang tepat. Ketika ia membuka mata, ia mendapati dirinya berada di tengah-tengah sebuah kota kecil yang tampak sangat berbeda dari lingkungannya di masa depan.
Johan tidak membuang waktu. Ia memulai pencariannya dengan mengunjungi tempat-tempat yang pernah diceritakan oleh ibunya. Johan berjalan ke desa-desa terdekat dan mencoba menemukan tanda-tanda yang mengarah ke ibunya.
Namun, Johan tidak mendapatkan petunjuk yang jelas. Ia hanya menemukan beberapa orang yang tampaknya mengenal keluarganya, tetapi mereka tidak memiliki informasi yang berguna.
Setelah berhari-hari berkeliling, Johan merasa putus asa. Ia berpikir untuk kembali ke masa depan dan mencari cara lain untuk menemukan ibunya. Namun, di saat itulah, Johan bertemu dengan seorang gadis muda yang tampak putus asa dan sedih.
"Gadis ini pasti butuh bantuan," pikir Johan.
"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Johan pada gadis itu.
Gadis itu menatap Johan dengan penuh harap. "Saya memiliki masalah besar. Ayah saya sakit dan kami tidak memiliki cukup uang untuk membayar obat-obatan yang dibutuhkan."
Johan merasa iba pada gadis itu dan bertanya, "Apakah kamu tahu di mana saya bisa mendapatkan pekerjaan?"
Gadis itu tersenyum, "Saya memiliki ide. Anda bisa membantu saya dengan masalah saya, dan saya akan membantu Anda mencari ibumu."
Johan setuju dan mereka pergi ke rumah gadis itu. Di sana, Johan bertemu dengan ayah gadis itu, seorang pengrajin kayu. Johan melihat potensi pada kayu-kayu yang diproses oleh ayah gadis itu dan menyarankan cara baru untuk mengubahnya menjadi kerajinan yang lebih bernilai.
Kemudian, Johan membawa kerajinan kayu tersebut ke pasar dan berhasil menjualnya dengan harga yang baik. Ia memberikan sebagian uang hasil penjualan itu untuk membayar obat ayah gadis itu.
Setelah menyelesaikan masalah gadis itu, Johan kembali memulai pencarian ibunya dengan bantuan gadis itu.
Gadis muda itu bernama Maria. Gadis itu menarik perhatian Johan karena ia merasa memiliki kemiripan dengan ibunya.
Setelah beberapa kali bertemu, Johan dan Maria menjadi dekat dan berbicara tentang banyak hal. Johan menceritakan tentang kehidupannya di masa depan dan perjalanannya untuk mencari ibunya, sedangkan Maria menceritakan tentang kehidupannya di masa lalu dan kesulitan yang dihadapinya.
Mereka menghabiskan banyak waktu bersama dan menjadi teman baik. Johan membantu Maria menyelesaikan masalah-masalahnya.
Maria sangat menghargai bantuan Johan dan merasa senang memiliki teman seperti dia. Johan juga merasa senang dapat membantu dan merasa bahwa ia telah menemukan tujuan dalam hidupnya.
Suatu hari, ketika Johan sedang berjalan-jalan bersama Maria, mereka melihat sekelompok orang yang sedang mengejar seorang gadis muda. Maria merasa iba dan berlari untuk membantu. Johan juga berlari mengikuti Maria dan mencoba menolong.
Mereka berhasil menyelamatkan gadis tersebut dan membawanya ke tempat yang aman. Gadis tersebut bernama Ana, dan ia mengucapkan terima kasih pada Maria dan Johan atas bantuan mereka. Ana adalah seorang pelajar yang telah melarikan diri dari rumahnya karena masalah keluarga.
Maria dan Johan berusaha membantu Ana dengan memberinya tempat tinggal dan mencarikan solusi untuk masalah keluarganya. Mereka berusaha keras untuk membantu Ana dan membuatnya merasa aman dan nyaman.
Ketika Ana akhirnya bisa pulang ke rumahnya dengan bantuan Maria dan Johan, Maria merasa sedih harus melepaskan Ana. Namun, mereka tetap berhubungan dan menjaga persahabatan mereka.
Sementara itu, Johan semakin dekat dengan Maria dan merasa bahwa ia telah menemukan seseorang yang sangat istimewa. Mereka menghabiskan banyak waktu bersama dan Johan merasa bahwa ia jatuh cinta pada Maria.
Namun, Johan menyadari bahwa ia tidak bisa mengungkapkan perasaannya karena ia tahu bahwa mereka berasal dari zaman yang berbeda dan takdir tidak memungkinkan mereka bersama. Johan merasa sedih namun tetap berusaha untuk menjaga persahabatan mereka.
Suatu hari, ketika mereka sedang duduk di tepi sungai, Johan menemukan sebuah kalung yang tergeletak di tanah. Dia memberikan kalung itu pada Maria sebagai hadiah karena merasa bahwa Maria adalah orang yang paling pantas menerimanya.
Maria sangat senang dengan hadiah tersebut dan mengucapkan terima kasih pada Johan. Mereka menghabiskan sisa hari bersama dan merasa bahagia. Namun, Johan tahu bahwa ia harus kembali ke masa depan pada suatu saat nanti.
Johan berpamitan kepada Maria untuk melanjutkan misinya yaitu mencari segala informasi dan keberadaan ibunya.
Johan melangkah dengan lelah di sebuah jalan di pedesaan. Langit mulai gelap, dan ia merasa lapar. Koper yang dibawanya terasa berat di tangan. Ia belum menemukan tempat untuk bermalam dan makan. Namun, ia tidak berputus asa. Ia terus berjalan, mencari tempat untuk menginap dan memenuhi kebutuhan dasarnya.
Tiba-tiba, ia melihat sebuah warung kecil di sisi jalan. Johan memutuskan untuk masuk dan berharap menemukan makanan. Ketika ia membuka pintu, suara lonceng kecil berdering. Seorang remaja yang masih muda tampak berdiri di belakang meja kasir.
"Selamat datang, apa yang bisa saya bantu?" tanya si remaja dengan ramah.
Johan mengucapkan terima kasih dan meminta makanan. Si remaja mengambil beberapa roti dan sepotong daging asap dari rak dan meletakkannya di atas meja.
"Sudah berapa lama Anda tidak makan?" tanya si remaja.
Johan merasa malu untuk menjawab pertanyaan itu. Ia tidak ingin membuat si remaja merasa iba padanya.
"Tidak terlalu lama," jawab Johan singkat.
Namun, si remaja bisa melihat bahwa Johan lapar dan kelelahan. Ia memberikan beberapa roti lagi dan menawarkan untuk membawakan Johan minuman hangat.
"Sudahkah Anda memiliki tempat untuk bermalam?" tanya si remaja.
Johan menggelengkan kepalanya.
"Tidak," jawabnya.
"Jika Anda mau, Anda bisa tinggal di gudang di belakang warung. Tidak terlalu nyaman, tapi itu lebih baik daripada tidur di jalanan," kata si remaja.
Johan merasa terharu dengan tawaran itu. Ia menerima tawaran si remaja dan bersyukur telah bertemu dengan orang baik seperti dia.
Malam itu, Johan tidur dengan nyenyak di gudang di belakang warung. Pagi hari, ia bangun dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanannya. Namun, sebelum ia pergi, ia ingin memberikan sesuatu sebagai tanda terima kasih kepada si remaja.
"Terima kasih atas semua bantuanmu. Saya sangat berterima kasih," kata Johan.
Si remaja hanya tersenyum dan mengatakan bahwa itu tidak perlu.
Namun, Johan tidak akan membiarkannya begitu saja. Ia ingin memberikan sesuatu sebagai tanda terima kasih. Ia melihat sebuah gitar yang tergeletak di sudut ruangan. Ia meminta izin untuk memainkannya, dan si remaja mengizinkannya.
Johan mulai memainkan gitar dan menyanyikan sebuah lagu. Si remaja merasa terkesan dengan suaranya dan menyadari bahwa Johan memiliki bakat dalam bermusik.
"Mungkin kamu bisa menghasilkan uang dengan bermain musik," kata si remaja.
Johan tersenyum dan mengangguk. Ia merasa terinspirasi oleh kata-kata si remaja dan memutuskan untuk mencoba menghasilkan uang dengan bermain musik. Si remaja memberikan sebuah gitar kesayangannya sebagai hadiah untuk Johan, ia mengatakan bahwa ia tidak bisa bermain gitar tetapi Johan pasti bisa menggunakannya dengan baik.
Johan sangat terharu dengan pemberian si remaja. Ia berjanji akan memainkan gitar tersebut dengan baik dan memperoleh uang untuk membeli makanan. Johan mulai memainkan gitar di jalanan dan segera menarik perhatian banyak orang. Mereka berkerumun di sekitar Johan, memuji kepiawaiannya bermain gitar dan memberikan uang sebagai penghargaan.
Sementara itu, si remaja masih sering mengunjungi Johan setiap kali Johan bermain gitar di jalanan. Mereka berbicara tentang musik dan kehidupan, dan si remaja mulai membuka diri kepada Johan. Ia mengatakan bahwa ia memiliki perasaan kepada seseorang, tetapi takut untuk mengatakannya karena takut akan ditolak.
Johan merasa bersimpati dengan si remaja dan memberikan nasihat yang bijaksana. Ia mengatakan bahwa tak perlu takut untuk mengungkapkan perasaannya, karena jika ia tidak mencobanya, ia tidak akan pernah tahu apa yang bisa terjadi. Si remaja merenungkan kata-kata Johan dan berterima kasih atas nasihatnya.
Pada suatu hari, si remaja memberitahu Johan bahwa ia harus pergi ke kota besar untuk mencari pekerjaan. Ia berharap dapat menghasilkan uang dan memberikan kehidupan yang lebih baik untuk keluarganya. Johan merasa sedih mendengarnya, tetapi ia memberikan dukungan dan keberanian kepada si remaja.
Setelah si remaja pergi, Johan merasa kesepian. Namun, ia terus memainkan gitar dan mencari cara untuk memperoleh uang untuk membeli makanan.
Johan sedang asyik bermain gitar di taman. Dia telah bermain selama beberapa jam, mencoba menambah penghasilannya dengan memainkan beberapa lagu populer. Sambil bernyanyi dengan penuh semangat, ia melupakan segala sesuatu di sekitarnya.
Namun, suatu malam ketika Johan sedang bermain gitar di taman, seseorang mendekatinya. Pria bertubuh besar dengan tatapan yang ganas dan pakaian yang jelas-jelas membuatnya terlihat seperti seorang penjahat. Sebelum Johan bisa berkata apa-apa, pria itu menyeretnya ke dalam sebuah mobil tua dan membawanya ke tempat yang tidak ia kenal.
Saat Johan membuka mata, ia menyadari bahwa ia telah diculik dan dipaksa untuk bekerja di tambang emas yang terpencil. Kehidupan Johan berubah drastis dalam semalam. Ia kini hidup dalam keadaan yang sangat buruk, dipaksa untuk bekerja tanpa istirahat dan berada di bawah pengawasan yang ketat. Johan tidak tahu bagaimana ia bisa kabur dari tempat itu, ia bahkan tidak tahu di mana tempat itu berada.
Johan mencoba mencari jalan keluar, tetapi upaya-upayanya selalu sia-sia. Suasana di tempat itu sangat suram dan Johan tidak tahu berapa lama ia harus bertahan di sana. Ia kehilangan harapan dan merasa tidak berdaya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!