NovelToon NovelToon

Dendam Si Cacat

Pembunuh Misterius

"Ayah.... Ayo cari aku hahaha," tawa renyah anak lelaki berusia lima tahun itu langsung menghamburkan diri berlari dan bersembunyi.

Dia sedang bermain Hide and Seek alias petak umpet. Bermain sembunyi-sembunyi, satu atau beberapa orang bersembunyi dan satu orang mencari.

"Cari aku juga, Ayah...," sahut Ibunya kepada Ayahnya.

Sang Ayah mulai mencari, ia menemukan keberadaan ibunya. Dan kini giliran anak kecil itu.

"Where are you Dalton...," ucap Ayahnya dengan melagukan ucapannya

Belum juga menemukan sang Anak, ada seseorang yang mengetuk pintu.

"Siapa yang datang malam-malam begini," Tanya Ayahnya

"Biar aku yang buka," ucap Ibunya sambil melangkah menuju ruang tamu.

Ceklek.

"Hmm maaf siapa ya?" ucap Tessa, Ibu Dalton.

Seorang Pria memakai topi bucket yang menutupi matanya, dia memakai sarung tangan dan mantel jas panjang hingga bawah kaki.

Ia menodongkan pistol ke arah Tessa, spontan saja Tessa menjerit dan langsung menutup pintunya. Namun kekuatan Tessa kalah, si pria mendominasi, ia mampu mendorong pintu itu hingga terbuka kembali.

Mendengar keributan yang terjadi, Aaron Sergei, Ayah Dalton bergerak ke depan dengan berlari.

"Apa yang...." ucapan Aaron terhenti kala melihat Tessa terjatuh di bawah dan sedang di todongkan pistol oleh pria di hadapannya.

"Siapa kau!" Seru Aaron kemudian membantu Istrinya untuk berdiri

"Cari Dalton dan larilah," bisik Aaron

Tessa mengangguk, dia berlari ke kamar. Sebenarnya ia tahu jika Dalton ada di dalam lemari di kamarnya.

Saat Tessa membuka pintu kamarnya si pria misterius itu menembaknya dari jauh mengenai punggungnya. Tessa terjatuh, namun dia masih hidup, sekuat tenaga ia mencoba bangkit lagi.

Dalton terkejut, ia mendengar suara tembakan dan melihat Ibunya terjatuh dengan darah yang memuncrat hingga ke dinding, dan mengalir di bagian belakang tubuh.

Saat Dalton ingin keluar, sang ibu mencegahnya

"No... tetaplah sembunyi dan keep silence!" ucap Ibunya

Sementara Aaron memukul pria misterius itu. Mereka berkelahi di luar kamar. Pintu kamarnya yang terbuka lebar itu membuat Dalton juga ikut menyaksikan Ayahnya memukuli pria yang tidak ia kenal. Rupanya pria itu amat sangat kuat. Aaron terhempas.

Dalton mengintip dari celah pintu lemari. Ia menuruti perkataan Ibunya untuk tetap bersembunyi di dalam

Tak berapa lama, Pria misterius itu juga menembaki Aaron tepat di dadanya berkali-kali hingga tubuhnya tak bergerak. Aaron terjatuh dengan mata terbelalak.

Ketakutan memuncak, Dalton menutup pintu lemarinya kembali, namun ia tidak benar-benar menutupnya. Ada celah kecil yang ia sisakan untuk mengintip.

Si pria misterius masih melihat Tessa yang masih hidup sedang kesakitan berusaha berdiri. Tak segan pria itu melangkah masuk ke dalam kamar dan menembakinya berkali-kali.

Mata Dalton membulat lebar. Ada keinginan untuk melawan pria itu. Tapi dia berpikir, jika ia keluar makan nyawanya pasti akan berakhir sama dengan kedua orang tuanya.

Dalton menutup pintu lemarinya kembali saat suara tembakan masih terjadi. Pintu lemari yang dapat di kunci dari dalam. Lemari itu besar. Memang di desain khusus untuk tempat persembunyian.

Aaron yang merancangnya karena Dalton senang sekali bermain petak umpet. Keistimewaan lemari itu jika dikunci dari dalam ia juga bisa membuka kunci dari luar, asal memiliki kuncinya.

Hening

Sunyi

Senyap

Dalton mendengar suara langkah kaki yang semakin menghilang juga suara pintu di tutup. Sekujur tubuhnya berkeringat, jantungnya masih berdegup cepat, karena ketakutan wajahnya pun ikut memucat.

Usia masih sangat dini, tapi ia sudah kehilangan kedua orang tuanya, dia tak kenal siapapun lagi. Keadaan ekonomi keluarganya pun terbilang miskin.

Ayahnya seorang tukang kayu, yang mendapat upah jika ada yang membutuhkan jasanya membuat lemari, kursi atau pesanan apapun. Sementara Ibunya hanya seorang pengajar anak usia dini di sekolah khusus disabilitas yang gajinya hanya cukup untuk makan sehari-hari.

Lalu apa salah mereka hingga dibunuh dengan sadis. Kejamnya manusia tak berotak. Ikrar janji penuntut balas dendam pun terukir di hati Dalton yang masih berjiwa suci.

Dalton keluar dari persembunyiannya setelah dirasa aman. Menghampiri jasad Ibu dan Ayahnya yang sudah tak bernyawa. Lantai putihnya berubah warna, menggenang darah membakar prahara.

Pandangan Dalton yang semula penuh ketakutan kini berapi, membara membakar jiwa yang tertindas. Hanya ada dengusan kekesalan dan rasa sakit hati yang ingin dibalaskan. Dalton merekam dengan baik wajah pembunuh itu.

Dalton terlahir cacat, ia tidak memiliki tangan disebelah kanan. Tangan kanannya hanya sebatas siku. Sedangkan tangan kirinya lengkap dan normal.

Sejak kejadian penembakan itu, Dalton menjadi anak yatim piatu. Ia tinggal di asrama milik yayasan gerejanya. Tak ada yang mau mengadopsi dirinya yang cacat. Ia pun tinggal di lingkungan gereja sampai ada seseorang yang mengadopsinya.

"Bapa, bagaimana dengan pembunuh itu, apakah sudah tertangkap?" tanya Dalton yang masih kecil.

Pertanyaannya tidak terlalu di tanggapi, pendeta itu hanya tersenyum dan berkata, "Polisi sedang mencari pelakunya nak, Kau belajarlah yang rajin. Agar ada seseorang yang mau mengadopsimu,"

"Aku tak ingin di adopsi siapapun. Aku akan berjuang dari nol. Tinggal di sini dan belajar setinggi mungkin. Aku ingin menjadi seseorang yang memiliki banyak uang," ucap Dalton penuh ambisi kuat.

Mentalnya telah terbentuk sejak saat kematian orang tuanya. Saat ini dia bukanlah siapa-siapa. Namun Dalton masih memiliki kesempatan, selama dia rajin belajar, banyak membaca buku, artikel, berita, informasi yang bisa ia dapatkan lewat internet. Itulah pesan dari mendiang Ibunya saat masih hidup. Yang selalu di ingat dan ia tanamkan nanti.

Cerdas

Dalton Higs berpegang teguh dengan keinginannya, tidak ingin di adopsi. Belajar mandiri mengurus dirinya sendiri meski sesekali menangis mengingat orang tuanya.

Rumah peninggalan Orang tuanya dijual untuk kebutuhan sekolah dan hidupnya. Sementara ini yayasan gereja mengambil alih sebagai walinya karena tidak ada keluarga lain yang ia miliki. Penjualan rumah pun diurus oleh Yayasan Gereja-Nya. Semua kenangan pun lenyap, tetapi Dalton menyimpan semua berkas atau barang pribadi milik Ayah dan Ibunya dengan baik.

Dua tahun berlalu. Usianya kini 7 tahun namun memiliki pikiran dewasa. Ia sering di bully karena kondisinya yang tidak sempurna. Namun Dalton acuh.

Sepulang sekolah dia selalu mampir ke gereja berdoa dan membersihkan ruangan doa, halaman juga memotong rumput.

Suatu ketika dia duduk di taman, lelah sehabis menyapu halaman gereja yang besar. Jelas dia masih kecil.

Lalu ada seorang pria yang berdiri di dekatnya dengan kegirangan dan mengatakan jika sahamnya mengalami keuntungan, dia tertawa bahagia lewat telepon. Dalton duduk mengamati

Ketika pria itu telah selesai, dia duduk di samping Dalton.

"Hey nak," sapa pria itu, seumuran dengan mendiang Ayahnya.

"Kau lelah?" tanya pria itu lagi. Dalton hanya mengangguk.

"Dengar, kau boleh lelah. Tapi jika kau terlalu lama beristirahat kau akan ketinggalan kereta," ucap Pria itu

Dalton mengernyit tak mengerti

"Begini, lihat ini," si pria memperlihatkan ponselnya

"Garis ini terus bergerak, jika perhitungan mu tepat, kapan membeli dan menjual saham. Tetapi jika kau tidak rajin melihat garis ini, kau akan kalah prediksi. Dan keberuntunganmu di dapatkan oleh orang lain, apa kau paham?"

"Ada banyak faktor, yang membuat pergerakan harga saham mengalami banyak tren. Bahkan, kau juga bisa memperkirakan tren tersebut, dengan berbagai analisis. Misalnya, kapan tren pergerakan saham mengalami Bullish (tren naik), Bearish (tren turun), Sideways (tren stabil). Atau kapan kau harus hold saham, cut loss, dan lain sebagainya,"

Pria itu terus berbicara, Dalton memperhatikan meski dia kebingungan. Sama sekali tak paham. Pria yang aneh menceritakan keberuntungan yang terus dialaminya. Pria itu hanya meluapkan kebahagiaannya, meski dia berpikir anak kecil ini pasti tidak akan tahu apa yang ia sampaikan.

Satu pertanyaan yang membuat Pria itu terkejut karena sedari tadi Dalton memasang wajah bingung dan hanya diam

"Apa yang dilakukan jika harga saham terus mengalami penurunan," tanya Dalton

Pria itu terdiam

"Rupanya kau menyimak ya. Pada saat harga saham anjlok dan lebih rendah dari harga beli, maka Smart People dapat menjual saham tersebut. Langkah ini dilakukan untuk mencegah kerugian yang lebih besar apabila harga saham terus merosot tidak terkendali. Dan perlu dicatat. Harga saham yang terus jatuh dan melemah sering dipilih perusahaan lain untuk membeli saham itu. Namun saat banyak yang tertarik untuk membeli, keadaan harga saham akan kembali menanjak. Untuk itu pentingnya kau melihat chat pergerakan saham," ucap pria itu berputar-putar.

Si cerdas Dalton tersenyum, dia memiliki ide sendiri untuk mendapatkan keuntungan. Setelah dari berbincang panjang lebar dengan Arest, pria yang ditaman, Dalton pergi ke ruang yayasan untuk meminjam komputer.

Ia mengambil buku, bolpoin lalu mencatat apapun yang dia ingat. Mencari tahu lewat internet namun tak cukup untuknya. Dalton harus memiliki buku yang mengupas hal itu sedalam mungkin.

Ia pun rela memecahkan celengannya. Bermodal nekat mempelajari bisnis yang memusingkan dirinya sendiri.

Berbulan-bulan Dalton mempelajari akhirnya dia mengerti caranya. Namun masalah datang. Dalton tidak memiliki uang untuk menanam saham.

Ia berdiri didepan bursa saham, menunggu hujan hingga reda. Lalu ada seseorang yang masuk kedalam. Pintu itu terbuka lebar, Dalton masuk ingin mencari kehangatan. Ia memperhatikan orang-orang yang terus memandang chart pergerakan saham.

Ada yang sedih dan ada yang senang. Dalton menghampiri salah satunya.

"Jangan sedih, kesempatan akan datang," ucap Dalton yang ikut menyaksikan pergerakan chart

"Kau masih kecil tidak tahu apapun?" cibir pria itu

"Kalau aku bisa membantumu, aku ingin 2 persen keuntungan," ucap Dalton tersenyum miring

Si pria yang tadinya lesu, mengangkat kepalanya serta tubuhnya. Ia memandang Dalton yang sedang berdiri.

"Hmm oke, duduklah," ucap Pria itu mengiyakan namun iya tak yakin dan menganggap remeh

"Sebentar lagi pergerakan chart akan menunjukkan pernurunan harga saham. Belilah saat dia berada di titik terendah. Siapkan ponselmu," ucap Dalton

Pria itu dengan malas mengambil ponselnya lalu tak berapa lama pergerakan mengalami penurunan drastis. Betrand nama pria itu, membelalakkan matanya. Ia langsung membelinya dengan harga yang sangat rendah. Tak berapa lama banyak orang yang juga ikut membelinya. Itu terlihat dari pergolakan yang terus meningkat.

Dalton menerima 2 persennya seminggu kemudian. Hasil yang ia terima lumayan besar. 1000 dollar (14 juta lebih). Seharusnya Dalton menerima lebih, namun Betrand menganggap Dalton hanyalah anak kecil yang tidak akan tahu keuntungan dirinya.

Perjalanan Dalton menuju kekayaan dimulai dari sini.

Begitu keluar dari kantor Betrand, Dalton di pertemukan dengan makhluk yang sangat di bencinya. Dia berada di kafe shop, tepat di seberang kantor Betrand

"Pria itu," gumam Dalton

Dia masih ingat wajah pria itu. Mana mungkin dia melupakan wajah pembunuh kedua orang tuanya. Apalagi pria itu memakai jas mantel yang sama dengan bros yang sama di ujung sakunya. Yang sangat menjadi ciri khas adalah Topi Bucket sama.

Dalton mengikuti pria yang berjalan melewati trotoar pertokoan.

"Kali ini aku tidak akan melepaskan mu!" gumam Dalton

Dalton Dewasa

Ditengah hujan yang lebat. Dalton berpura-pura menabrak pria pembunuh orang tuanya itu, lalu mengambil dompetnya dengan cepat.

Untung saja aksinya tidak ketahuan. Setelah itu Dalton langsung melihat identitasnya, hanya identitas. Dia tidak tertarik dengan uangnya.

Keesokannya, Dalton mencari alamat rumah pria itu dengan menggunakan bus dan berjalan kaki.

"Perumahan elit, pengemis dan pemulung dilarang masuk," gumam Dalton melihat informasi di depan gerbang

"Hey nak, mau apa kau? Tidak lihat tulisan itu atau kau tidak bisa membacanya? Pengemis atau pemulung dilarang masuk, kau pengemis kan? Pergi sana, " cibir satpam komplek yang berperut buncit

"Hemm saya hanya ingin mengembalikan dompet ini," ucap Dalton

"Sini berikan padaku, aku akan memberikan pada yang punya," ucap satpam itu

"Maaf, meskipun anda memakai seragam Satpam. Saya tidak percaya dengan anda. Seperti halnya Anda yang mengira saya pengemis dan tidak mempercayai saya. Saya akan memberikannya sendiri. Saya harus memastikan jika dompet ini kembali pada pemiliknya. Pemerintah saja bisa mengambil uang masyarakat, tidak menutup kemungkinan orang seperti anda juga kan," ujar Dalton dengan berani

"Kurang ajar sekali kau," geram satpam itu lalu dihentikan oleh satpam yang satunya, bertubuh lebih langsing.

"Kalau begitu kau ikut aku. Aku akan mengantarmu kerumah pemilik dompet itu. Agar kita sama-sama percaya," ucap Satpam bertubuh langsing

Setelah itu Dalton mengikuti langkah sang satpam sembari memperhatikan rumah-rumah yang begitu luas dan besar .

Tak berapa lama tibalah mereka di sebuah rumah yang mewah, seorang pria keluar dan menemui mereka.

"Apakah ini dompet mu?" tanya Satpam itu

Lalu si pria itu mengernyitkan dahinya dan membuka dompet itu sembari berkata, "Oh My God, betul sekali. Terimakasih telah menemukan dompet saya,"

"Dia yang menemukannya," ucap Satpam

"Oh terimakasih nak," ucap pria itu itu seraya menyodorkan uang kepada Dalton lalu Dalton menolaknya.

Ingin rasanya Dalton menembak mati pria itu, namun dengan apa? Dia tidak memiliki pistol

"Tidak terimakasih. Kalau begitu saya permisi," pamit Dalton

Pria itu iba melihat keadaan Dalton yang cacat juga mengira Dalton seorang pengemis.

"Ambillah, kau membutuhkan ini," ucap pria itu memaksa namun Dalton tetap tidak mau

"Lebih baik cek kembali isinya, saya takut dia telah mengambil isinya," ujar satpam yang masih tidak memercayai Dalton

"Isinya benar, hanya ada 100 dollar di dalam dompet ini. Yang terpenting kartu identitas ku sudah kembali,"

Si satpam merasa dongkol dengan pembenaran pria itu.

Mulai saat itu Dalton mengawasinya, pria misterius yang bernama Michael. Belum saatnya membalas dendam. Dia harus tumbuh besar dan memiliki banyak uang. Lalu mencari tahu apa hubungannya dengan orang tuanya.

Karena menjadi orang kecil sangat mudah ditindas.

.

.

.

Delapan belas tahun kemudian.

Dalton dewasa, 25 tahun usianya kini bukanlah pria miskin lagi. Dia memiliki segalanya. Pengusaha muda yang sukses, tidak memerlukan pendidikan yang tinggi. Tidak perlu bekerja dengan orang lain karena dialah pemiliknya.

Kemampuannya belajar secara mandiri dan otodidak, mengandalkan kecanggihan internet di jaman modern ini. Mengikuti segala kompetisi, mengandalkan kecerdasannya membuatnya mulai dihargai.

Siapa yang berani menyinggung namanya? Tidak ada seorangpun selama dia memiliki banyak uang dan menguasai semuanya. Bahkan harga diri seseorang pun dapat di beli

Tangannya yang cacat telah tergantikan oleh tangan besi. Kini Dalton terlihat sempurna di balik jas hitamnya. Dan inilah saatnya, memulai penyelidikan.

"Jadi, pria sering berganti nama dan dia hanyalah seorang pembunuh bayaran?" tanya Dalton kepada seorang detektif.

Informasi yang Dalton miliki saat itu sudah kadaluarsa. Jelas karena dia hanya fokus mencari uang setelah mengetahui identitas pembunuh Orang tuanya.

"Ya, tapi sudah 19 tahun dia telah meninggalkan pekerjaannya itu. Nama aslinya adalah Vir, kini dia menggunakan nama samaran Mark,"

"Untuk apa dia melakukan itu berganti nama, aku rasa percuma karena kau sendiri bisa melacaknya," cibir Dalton.

"Karena uangmu membuatku melakukan hal yang paling sulit dicari sekalipun," ungkap detektif Gangga seorang detektif asal India.

"Jadi setahun setelah membunuh orang tuaku, dia meninggalkan pekerjaannya. Dia tetap pembunuhnya. Dan aku akan mengesampingkan urusanku dengannya nanti, aku pastikan Mark dan keluarganya juga akan mati. Kini tinggal mencari tahu siapa dalang dari pembunuhan ini. Aku tidak bisa menunggumu, ijinkan aku ikut serta dalam pencarian," pinta Dalton

Usai pembicaraan serius dengan detektif itu, seseorang pria datang menemuinya.

"Permisi Bos, staff finance yang baru telah datang," ucap Rob asisten Dalton

"Suruh masuk," ucap Dalton

Seorang wanita masuk dengan langkah percaya diri. Pakaian ekslusif mengenakan kemeja yang memperlihatkan belahan dada dan rok setinggi atas lutut. Berkacamata dengan frame besar, rambut tergerai panjang.

"Permisi Pak, Saya Megan, staff finance yang baru," ucap wanita itu memperkenalkan diri. Dia mengulurkan tangan. Namun Dalton menyembunyikan tangannya.

Tangan kanannya menggunakan sarung tangan berwarna hitam sedangkan tangan satunya tidak. Karyawan baru, tidak akan tahu jika tangan kanannya adalah tangan Besi.

Sombong sekali dia, tidak ingin berjabat tangan, batin Megan

"Duduklah," perintah Dalton

Megan pun duduk dengan tersenyum setengah di paksa.

"Berpengalaman menjadi staff accounting, tetapi kau melamar sebagai Finance. Aku tidak mengerti mengapa HRD menerimamu. Maka dari itu aku memanggilmu kemari," ucap Dalton

"Karena tidak ada posisi di bidang accounting jadi saya mengisi di posisi tersebut. Saya tahu sedikit masalah Finance. Sebuah posisi yang mengisi untuk mengelola uang dan investasi untuk individu, perusahaan, dan pemerintah. Jadi, keuangan atau finance akan berhubungan dengan uang, kredit, aset, perbankan untuk bisa mendapatkan dana agar bisa mengelola perusahaan. Staff finance nantinya akan bertanggung jawab untuk memastikan adanya pendanaan atau modal yang cukup kebutuhan perusahaan dan mengalokasikan dana seoptimal mung...," ucapan Megan terhenti.

"Itu perkataan google. Aku tidak butuh robot. Apa kau paham membaca chart saham?" tanya Dalton

"Pa-paham," sejujurnya Megan tidak tahu. Sedikit tahu hanya tidak menguasai.

"Kenapa kau terbata? Gugup karena aku mengerikan atau kau ragu dengan jawabanmu?" tanya Dalton

Kenapa tiba-tiba hawanya mencekam seperti ini. Aku teringat tokoh novel sebelah The Big Boss For a Countess, kejam dan mengerikan, batin Megan

"Karena Anda mengerikan," jawab Megan berbohong padahal karena keduanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!