NovelToon NovelToon

Menitip Benih Di Rahim Pembantuku

Bab.01 Menitip Benih di rahim pembantuku.

...🌹Happy Reading 🌹...

Menitip Benih di rahim pembantuku

Niar mengucapkan salam sebelum masuk kedalam kamar Arvitha pembantunya, gadis belia yang masih berumur delapan belas tahunan.Kemudian Niar pun duduk di kasur kecil milik Arvitha dan meminta Arvitha duduk disamping nya.

" Ada apa nyonya?," tanya Arvitha membuka suara saat melihat wajah sendu Niar majikannya.

Niar menggurat kan senyum tipis di bibirnya lalu menggemgam tangan Arvitha, dengan tatapan berbinar penuh rasa sedih.Tentu saja Arvitha bisa merasakan sedih yang dirasakan majikannya itu.Sekali lagi Arvitha menanyakan kembali ada apa yang terjadi pada majikannya.

" Ar, maaf sebelumnya tapi bolehkah aku meminta tolong padamu?," ucap Niar dengan harapan Arvitha akan menyetujui.

" Tentu saja nyonya,selagi Ar masih mampu bantu, apa itu?," lanjut Arvitha bertanya seraya mengulas senyum.

" Kamu butuh uang kan?,aku dan Mas Arham membutuhkan mu Arvitha. " ujar Niar semakin mengeratkan genggamannya, dan hal itu berhasil membuat Arvitha semakin penasaran.

" Arvitha, kamu tahu kan mertuaku sangat ingin mempunyai cucu, sedang aku adalah wanita mandul yang tak bisa memberikan keturunan untuk Mas Arham"Niar kemudian menghela nafasnya panjang sebelum melanjutkan ucapannya.

Sedangkan Arvitha semakin dibuat bingung plus penasaran ada maksud apa dibalik cerita majikannya itu.

" Arvitha, aku minta tolong sebesar besarnya tolong wujudkan keinginan Mas Arham, tolong lahirkan anak untuk Mas Arham,"lanjut Niar kini berurai air mata yang kian deras membasahi pipinya.

Shok, tentu saja Arvitha shok mendengar hal itu, sampai ia menarik paksa tangan nya dari gemgaman Niar.

" Ta ta ta tapi..." ucap Arvitha terbata, seketika suasana hatinya jadi keruh,Arvitha seakan merasa sesak didadanya yang seakan sedang di timpa masalah besar.Ia bingung dengan cara apa dia menjawab sang majikan.Sementara Niar masih terus memohon dan menangis sendu.

" Aku mohon Arvitha, aku hanya bisa mempercayai kamu.Tolong kamu wujudkan keinginan ini," pinta Niar penuh harap sampai sampai ia berlutut di hadapan Arvitha yang tentu saja hal itu membuat Arvitha tak merasa enak.

" Jangan begitu nyonya," ucap Arvitha membantu Niar berdiri dan membawa Niar kembali duduk di kasurnya.

" Nyonya maafin Ar tapi...Ar belum bisa membuat keputusan,jujur Ar takut nyonya maaf Ar gak bisa membantu nyonya" ucap Arvitha meminta maaf dengan tulus.

Benar.Harusnya Niar tidak meminta tolong pada Arvitha, Arvitha hanyalah seorang gadis polos yang tidak faham dengan hal hal seperti itu dan Arvitha adalah gadis baik baik yang tidak mungkin melakukan hal hal yang tidak senonoh.

Akhirnya Niar memberikan waktu selama tiga hari buat Arvitha untuk memikirkan hal itu, tidak lupa Niar mengiming imingi Arvitha dengan bayaran yang sangat tinggi.

" Arvitha, aku akan membayar seberapa pun yang kamu mau, apapun itu, semuanya,asal kamu mau mewujudkan mimpi ini, kamu lagi buyuh uang untuk biaya kemoterapi ayah kamu kan, pikirkan tentang ini Ar, aku memberikan waktumu selama tiga hari.Sebelumnya aku minta maaf tolong kamu ngerti yah," ucap Niar kemudian mengelus lembut rambut Arvitha.Sedang Arvitha kini diam mematung dilanda ketakutan dan kebingungan.

" Kamu takut ya?," tanya Niar yang melihat Arvitha terus memilin jarinya dan menghela nafasnya panjang.Arvitha pun mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan majikannya.

" Gak usah takut, Mas Arham gak akan pernah menyentuh kamu, kamu hanya perlu menyetujui nya dan ikut aku ke rumah sakit.Tapi sebelum itu,aku ingin setelah kamu setuju kamu menikah dulu sama Mas Arham"sontak hal itu semakin membuat Arvitha shok.

" Menikah? dengan tuan?,"

"Tenang Ar, hanya sebuah status, tidak akan ada hal lain yang berubah selain kamu mengandung anak kami,"ucap Niar kemudian berdiri dari duduknya ia pun menghela nafasnya panjang kemudian melangkah ingin keluar kamar itu.

" Hum aku harap kamu menyetujui nya Arvitha. "ucapnya penuh harap sebelum ia benar benar pergi dari sana.

***

" Arvitha, kok kamu gak ikut makan?," tanya Arham menatap Arvitha yang terus menunduk sedari tadi.

" Gak papa tuan," jawab Arvitha singkat dan segera berlalu dari ruang makan.

" Arvitha kenapa yank? sakit dia?," tanya Arham sembari mengambilkan lauknya.

" Mungkin Ar lagi kesal sama aku mas," jawab Niar seadanya, tentu hal itu membuat Arham mengernyitkan kening nya dan ia pun menatap istrinya itu.

" Kenapa sayang? kalian ada masalah apa? atau kamu belum kasih gaji Ar bulan ini ya?" tebak Arham mengira ngira.

" Aduh sayang..kalau soal itu mah, Arvitha akan kesal, kamu kan tahu sendiri dia butuh uang tiap saat untuk ayah nya, terlebih Arvitha juga masih labil jadi suka ngambekan." ujar Arham melanjutkan ucapannya.

" Bukan soal itu mas," ucap Niar terlihat serius, Arham yang melihat keseriusan di wajah sang istri kemudian menghentikan acara makannya.

" Terus? soal apa?," tanya Arham kembali menatap sang istri.

" Aku sudah ngomong sama Arvitha soal yang aku omongin sama kamu kemaren malam mas," jawab Niar tho the point, sontak hal itu membuat Arham terkejut.

" Astaqfirullohalazim..."

" Aku capek Mas, aku capek diteror terus sama mama kamu, cuma itu kan jalannya, apa ada cara lain? enggak kan mas, mama kamu itu pengen cucu mas, dia pengen kamu punya anak," ujar Niar menjelaskan.

" Iya.Tapi gak gini caranya Niar," jawab Arham lembut.

" Kamu gak tahu gimana sakitnya Mas,"ucap Niar kemudian berdiri dari duduknya dan melenggang dengan tangisan nya.

" Niar, maksud aku bukan gitu," ucap Arham segera mengejar Niar istrinya.

" Terus gimana mas? kamu setuju kan? hanya dengan cara ini Mas kecuali cara satu lagi yang Mas mau, cerai," ucap Niar berurai air mata, hal itu terjadi tepat di hadapan Arvitha yang sedang mengelap meja di ruangan itu.

" Dan kamu Arvitha, kamu hanya perlu menyetujui nya, begitu juga dengan kamu Mas.Kalian sayang sama aku kan? tolong lakukan hal itu agar semua kembali baik baik saja," ucap Niar masih dengan tangisan dan menatap wajah suaminya kemudian menatap Arvitha penuh harap. Setelahnya ia pun pergi berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Arvitha hanya bisa diam seribu bahasa ia bahkan ia tidak mengira begitu besarnya harapan Niar padanya.

Arham menghampiri Arvitha.

" Arvitha, maafkan istri saya, dia terlalu ditekan sama mama sampai berbuat hal ini, tolong kamu mengerti ya dan tolong kamu lupakan semuanya, apapun yang diucapkan istri saya pada kamu tolong kamu maafkan," ucap Arham meminta maaf dengan tulus kemudian ia mengulas senyum, kemudian ia pun pergi menaiki anak tangga.

" Bagaimana jika Ar setuju tuan?," tanya Arvitha menghentikan langkah Arham kemudian Arham pun menghampiri Arvitha.

Bersambung.

Hayo gimana jadinya itu???

Bab.02 Menitip Benih di rahim pembantuku.

...🌹Happy Reading 🌹...

" Enggak Ar, jangan gila kamu, masa depan kamu masih panjang masih banyak kisah yang harus kamu jalani, menyetujui permintaan Niar sama saja kamu menjual diri kamu, untuk pengobatan ayah kamu, kan saya sudah bilang biar saya saja tapi kamu selalu menolak."ucap Arham panjang lebar.

" Bukan soal itu tuan, tapi soal balas budi tuan dan nyonya sudah baik sama Ar, dan Ar gak kuat lihat nyonya selalu menangis tuan," jawab Arvitha yang malah membuat Arham geram.

" Arvitha!,"Ucap Arham menatap tajam pada gadis itu." Tatap aku!,Apa kamu pikir begitu cara yang baik buat balas budi?, enggak Ar! jangan rusak masa depan kamu, jangan dengarkan Niar, tidak mungkin bagi saya menikahimu sedang kamu itu seperti adik saya sendiri, mengerti!," ucap Arham kemudian, Arvitha nampak menunduk kali ini beban pikirannya semakin banyak saja ia bingung harus menuruti Niar atau Arham.

***

" Apapun itu, bagaimana pun itu, aku mohon mas, nikahi Arvitha demi aku, apa mas gak kasihan sama aku tiap ketemu sama mama selalu direndahkan, diremehkan,dikucilkan bahkan aku gak dianggap mas, aku capek mas, aku cuma ingin bahagia apa salah? tolong mas nikahi Arvitha ya mas," pinta Niar penuh harap dengan air mata yang kian membanjiri pipinya.

Sedang Arham yang melihat itu terus menghela nafasnya panjang, hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini, sakit hati rasanya bagi Arham melihat tangisan orang yang sangat ia cintai tapi permintaan Niar sungguh tidak bisa diindahkan sedikitpun.

Jika orang lain tidak mau suaminya mendua, lain hal dengan Niar yang sampai memohon mohon agar suaminya menduakannya.

***

Malam ini harusnya Arvitha harus tidur nyenyak agar besok ia terlihat fit untuk menemui sang ayah, tapi justru Arvitha tidak bisa tidur bahkan setelah ia terus berusaha memejamkan matanya.Ia terus terngiang akan permintaan Niar yang mana besok pagi adalah hari ia memberikan jawaban untuk bersedia atau tidak menjadi istri kedua dari Arham.

Ia juga terniang akan ucapan Arham, yang mana jika ia setuju itu sama saja ia menjual diri nya.

Berkali kali Arvitha memejamkan matanya tapi ia tetap tidak bisa tertidur.

Begitu halnya dengan Arham di ruangan yang berbeda, hatinya gundah gulana antara mengiyakan dan tidak mau.Jujur saja ia menganggap Arvitha seperti adik sendiri dan ia tidak mau dan tidak pernah terlintas dipikirannya untuk menikahi gadis itu.

Disisi lain Arham merasa kasihan sama apa yang sudah Niar istrinya rasakan selama menjadi istrinya,selalu menjadi bahan gosipan di keluarga nya karena Niar yang tak kunjung hamil.Belum lagi sang mama yang terus terusan menekan bathin Niar.

Arham dan Arvitha memandangi langit yang sama, malam bertabur bintang dengan bulan sabit yang sedang memancarkan sinar keindahan nya tak diindahkan keduanya sebab hati yang dilanda gundah gulana malam ini mereka harus bijak dalam membuat keputusan.

***

" Bagaimana Mas? Arvitha?," tanya Niar saat mereka selesai sarapan pagi ini.Niar menatap keduanya bergantian dengan tatapan berbinar penuh harap.

" A a aku...em biar tuan saja yang lebih dulu menjawab." jawab Arvitha singkat dan kemudian menunduk kan pandangannya kelantai.

" Bagaimana Mas?," tanya Niar menggemgam tangan suaminya.

" Kita harus ngomong berdua," jawab Arham kemudian membawa Niar istrinya ke kamar mereka.

" Niar, apa kamu sudah siap dengan segala resikonya?, kamu sudah siap melihat aku bersama wanita lain?,"

"Em, tentu.Lagian pernikahan kalian hanya untuk itu tidak akan terjadi apa apa kan? kamu tidak akan mungkin menaruh hati juga kan sama Arvitha?," tanya Niar tersenyum menggemgam tangan suaminya.

" Aku tidak menjamin hal itu, aku gak tahu setelah menikahinya malah membuat ku menyukainya bahkan mencintainya, apa kamu sudah siap akan hal itu? apa kamu tidak akan cemburu nantinya melihat aku dan Arvitha berduaan?," tanya Arham menatap serius Niar istrinya. Alih alih Niar akan membatalkan niatnya itu.

" Berbagi suami itu memang sakit Mas, tapi lebih sakit aku diremehkan di keluarga mu.Mudah mudahan aku sudah siap Mas, lagipula kamu kan memang sudah biasa bercanda sama Arvitha," ucap Niar meyakinkan niatnya itu.

" Itu akan sangat berbeda Niar, selama ini aku anggap dia sebagai adik dan kamu tahu candaan kakak adik dan suami istri itu sangat jauh berbeda,"

" Aku percaya sama kamu Mas,"lanjut Niar kemudian memeluk Arham.

***

Akhirnya, Arham dan Arvitha pun menikah.Berbeda dengan pernikahan orang lain pada umumnya, Arham dan Arvitha menikah di kediaman Arham dan hanya ada penghulu, Niar dan 4 orang saksi lainnya disana.

Meski begitu,acara pernikahan mereka berjalandengan baik.

Arvitha menyalim tangan Arham yang kini menjadi suaminya begitu sebaliknya Arham balik mencium tangan Arvitha.Seketika Arvitha malah segan apalagi ada Niar juga disitu.Ia pun cepat cepat menarik tangannya dengan perasaan tak enak hati.

***

" Aku gak tahu kenapa kita melakukan pernikahan ini, hah..aku minta maaf Arvitha, aku akan menjadi duri dalam masa depanmu yang harusnya masih banyak bermain dengan teman seumuran mu malah terlibat pernikahan dengan ku,"ucap Arham tulus, ada perasaan bersalah dihatinya dengan mengiyakan permintaan Niar.

Arvitha menunduk diam lalu menghela nafasnya panjang. " Aku juga minta maaf tuan," ucap Arvitha kemudian mengulas senyum.

" Hum malah kamu yang minta maaf, ya sudah kamu istirahat ya sudah larut" ucap Arham seraya mengusek rambut Arvitha singkat.

Arvitha hanya mengangguk sebagai jawaban nya.Saat Arvitha membaringkan tubuhnya,Arham pun keluar dari kamar itu.

" Belum tidur yank?," tanya Arham setelah membuka pintu kamarnya dan mendapati Niar yang masih terjaga.

" Loh Mas, kok Mas kesini? Arvitha...,"

Arham menaruh telunjuk nya dibibir Niar membungkam Niar seketika.

" Hust,aku kangen kamu," ucap Arham segera memeluk Niar istrinya dengan manja kemudian ia membawa Niar ikut berbaring dengan nya.

" Mas, Mas gak bisa hindari Arvitha seperti ini dong," rungut Niar seraya duduk disamping Arham.

" Masih banyak waktu, aku mau sama kamu aja," ucap Arham memeluk Niar dari belakang.

" Mas..gak bisa gitu dong Mas, Arvitha harus secepatnya hamil biar semuanya juga cepat berakhir," ucap Niar terlihat kesal dengan Arham yang terlihat seolah mempermainkan pernikahan nya dengan Arvitha .

"Kita bisa pake alat rumah sakit Niar, besok kamu tanya aja sama Arvitha soal kesiapan dia.Sekarang aku hanya ingin istirahat oke,"lanjut Arham kemudian membawa Niar istrinya ke dekapannya seraya berbaring.

" Mas yang benar aja dong, Mas gak bisa cuekin Arvitha,"ucap Niar masih dengan tatapan kesalnya pada Arham.

" Udah, besok kita pikirkan tidur aja dulu." ucap Arham segera menarik selimutnya.

Bersambung.

Bab.03 Menitip Benih di rahim pembantuku

...🌹Happy Reading 🌹...

Niar mengucapkan salam sebelum masuk kedalam kamar Arvitha, kemudian ia pun menyuruh Arvitha untuk bersiap siap.

" Ar, kita kerumah sakit ya, kamu udah siap kan untuk tanam benih?," tanya Niar tersenyum menggemgam tangan Arvitha.

" Hem, maap nyonya apa hal itu sakit?," balik Arvitha bertanya.

" Enggak kok, kamu tenang aja ya, oh ya mulai sekarang jangan panggil nyonya lagi ya, biar gimana pun kini kamu sudah menjadi istrinya Mas Arham tentunya aku jadi kakak kamu iyakan? panggil mbak aja ya, Mas Arham juga panggil mas aja." ucap Niar yang kemudian diangguki oleh Arvitha.

***

"Suntik??," ucap Arvitha seraya membelalak ketakutan melihat jarum suntik di tangan dokter yang akan merawatnya.

" Sebentar ya mbak, cuma sebentar kok tahan sakitnya ya," ucap dokter itu seraya menyuntik lengan Arvitha yang otomatis membuat Arvitha memejamkan matanya.

Selanjutnya, dokter itu menyuruh Arvitha membuka kedua kakinya, Arvitha pun menuruti ucapan dokter tersebut namun matanya berkeliaran sedang mencari cari dokter yang akan melakukan tanam benih tersebut.

" Nanti akan sakit sedikit ya, tapi cuman sebentar kok," ucap dokter tersebut, barulah Arvitha sadar jika dokter lelaki yang sedari tadi merawatnya adalah dokter yang akan melakukan tanam benih tersebut padanya.

" Anda dokternya? dokternya laki laki?," ucap Arvitha bertanya menatap dokter itu, dokter itu pun mengangguk dan tersenyum.

" TIDAK!!!, gak mau saya" ucap Arvitha seraya berdiri dan melepaskan selang infus ditangannya setelahnya ia pun pergi berlari keluar dari ruangan rawat tersebut. Sementara dokter itu kini hanya bisa menggeleng tak percaya.

Niar heran melihat Arvitha berlari keluar ruangan,akhirnya ia pun berlari mengejar Arvitha.

" Arvitha, Ar..." ucap Niar namun tak didengar oleh Arvitha.

Arvitha mengatur napasnya yang sudah ngos ngosan karena berlari sedari tadi.Kemudian ia memilih untuk duduk sebentar di tepi jalan sembari mengistirahatkan dirinya.

" Arvitha?," ucap Rakha lirih, antara percaya dan tidak percaya jika Arvitha lah yang ia lihat dipinggiran jalan sana, akhirnya tanpa berlama lama lagi ia pun berlari menyebrang dan segera menghampiri gadis yang bernama Arvitha tersebut.

" Arvitha!!," ucap Rakha yang malah membuat Arvitha terkejut.Ia memengangi dadanya karena shok.

" Ih lu ngapain disini? mau ngamen?," tanya Rakha sembari tertawa kecil.

" Is apaan sih?, datang datang bikin orang jantungan,gak lucu tahu" jawab Arvitha mengerucutkan bibirnya.

Melihat itu, Rakha pun duduk disamping Arvitha sembari mendekapnya.

" Gua bercanda tahu, gitu aja langsung manyun tuh bibir," ucap Rakha kemudian merapihkan anak rambut Arvitha yang terhembus angin.

" Lagian lu ngapain disini sih?," lanjutnya bertanya.

" Aku habis lari tadi, jadi capek makanya istirahat dulu," jawab Arvitha seadanya, seraya menopangkan dagunya ditangannya hal itu justru mengalihkan atensi Rakha pada sebuah cincin kawin yang terpasang di jari manis Arvitha.

" Cincin siapa lu pakek?," tanya Rakha seraya memegang dan memperhatikan tangan Arvitha.

" Oh, ini cincin majikan Ar, gak sengaja kepakek tadi," bohong Arvitha seraya menarik tangannya paksa kemudian ia pun berdiri.

"Ya sudah, Ar pulang yah,"

" Aku antar," ucap Rakha seraya berdiri dan merangkul lengan Arvitha.

" Gak usah, dekat kok.Mas Rakha pulang aja, Ar dekat kok disitu," tunjuk Arvitha kearah depan.

" Dekatkan? ayok aku antar...," ucap Rakha lagi seraya berjalan kearah yang ditunjukkan Arvitha.

" Gak, gak, gak usah Ar bisa sendiri kok.Dadah Mas Rakha, mas pulang ya." pinta Arvitha kemudian ia pun pergi melangkah.

" Arvitha!!," teriak Rakha setelah melihat Arvitha cukup jauh darinya.

" Dadah...," jawab Arvitha melambaikan tangannya tinggi tinggi tanpa membalikkan badannya dan ia pun terus berjalan.

" Ck tuh anak gak sopan bangat ninggalin gua," kesal Rakha memanyunkan bibirnya, namun akhirnya ia pun kembali ke mobil nya dan melenggang dari sana.

***

" Arvitha, kamu dari mana keringatan gitu?," tanya Arham setelah Arvitha membuka pintu rumah.Arvitha tak langsung menjawab, ia duduk dulu di sofa tepatnya di samping Arham.

" Habis lari tuan, hah capek, haus, mau minum," ucap Arvitha pelan pelan.

Arvitha akhirnya meminum jus Arham tanpa persetujuan dari Arham.Arham pun hanya bisa menggeleng tak percaya.

" Abisnya kamu lari dari mana sih? marathon?," tanya Arham kemudian.

" Yang benar aja marathon ,Arvitha habis kabur dari rumah sakit tahu tuan, abisnya...masa Nyonya nyuruh dokternya laki laki sih, ya gak maulah Arvitha. ya udah, lari deh," jelasnya menceritakan semua kejadian sebenarnya, Arham justru merasa lucu dengan cerita Arvitha namun jika ia tertawa Arvitha bisa salah mengartikan nya.

Arham menahan tawa nya sampai sampai membuatnya gemas melihat tingkah gadis satu ini.Arham sudah mencoba menahan diri tapi tetap saja Arvitha semakin membuat nya gemas, akhirnya ia mencubit pipi Arvitha.

" Sakittt," ringis Arvitha mengelus pipinya.

" Eh sory sory," ucap Arham segera menghembus pipi Arvitha kemudian tertawa kecil.Di detik berikutnya mereka malah saling memandang.

Pada saat yang sama Niar membuka pintu dan melihat adegan itu.

Bersambung

Jangan lupa like, komen dan vote ya masukan juga ke faforit biar gak ketinggalan cerita makasih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!