NovelToon NovelToon

AKU YANG SETIA DIA YANG KAU CINTA

PENGANTIN PRIA YANG TIDAK DI INGINKAN

Di sebuah balroom hotel ternama nampak sedang ada acara pernikahan yang begitu mewah. Para tamu undangan terlihat memenuhi tempat dekorasi indah tersebut. Namun yang mereka herankan, di depan sana hanya ada penghulu dan kedua saksi saja. Lalu dimana calon mempelai pria dan wanitanya? Padahal jadwal acara ijab qobul sudah lewat setengah jam lalu.

Desas desus tamu undangan mulai tak enak terdengar telinga. Mereka mulai menebak dan menebak apa yang terjadi.

Sedangkan di salah satu ruangan nampak calon mempelai wanita sedang bersitegang dengan ayahnya. Mereka memperdebatkan calon pengganti mempelai pria yang akan menikahi mempelai wanita tersebut.

" Menikahlah dengan Arthur!" Titah tuan Adi ayah dari mempelai wanita.

" Pokoknya aku nggak mau kalau menikahi Bang Arthur." Ucap Mara kukuh.

" Lalu kamu mau menikahi siapa Mara? Kekasihmu Aldo yang kau bangga banggakan telah meninggalkanmu di altar pernikahan tanpa alasan yang jelas. Apa kita mau mencari si Aldo brengsek itu? Itu tidak akan mungkin terjadi. Papa tidak akan mencari pria yang telah mempermalukan keluarga kita. Meninggalkanmu begitu saja di hari pernikahan adalah hinaan terbesar bagi Papa. Papa tidak akan pernah memaafkannya. Dan perlu kamu tahu, Papa mengundang banyak kolega bisnis Papa di sini, jika pernikahanmu gagal mau taruh dimana muka Papa? Bagaimana Papa bisa menghadapi mereka semua Mara?" Ujar tuan Adi.

Mara meremas gaun pengantinnya.

" Cobalah mengerti dan memahami situasi ini Mara. Demi kehormatan keluarga kita, menikahlah dengan Arthur." Sambung tuan Adi.

" Bang Arthur hanya seorang sopir Pa, lalu bagaimana dia bisa memenuhi semua kebutuhanku? Gajinya saja hanya cukup untuk makan dia dan keluarganya. Lalu aku harus makan apa setelah menjadi istrinya?" Ujar Mara mencari alasan yang tepat.

" Kamu punya usaha sendiri, tabunganmu juga banyak. Jangan khawatir kau tidak makan bila hidup bersamanya. Apa bedanya Arthur dengan Aldo? Aldo hanya pegawai biasa yang gajinya setara dengan Arthur." Sahut tuan Adi.

" Pa aku...

" Kalau kamu tidak mau menuruti ucapan Papa, lebih baik Papa mati daripada harus menanggung malu seumur hidup Papa." Ancam tuan Adi.

" Tidak Pa, jangan lakukan itu!" Sahut Mara panik.

" Kalau begitu lakukan apa yang Papa mau." Titah tuan Adi.

" Tapi Pa aku tidak mencintai bang Arthur, aku akan merasa sungkan kalau tiba tiba statusku berubah menjadi istrinya. Cari yang lain saja Pa." Ucap Mara mencoba bernegosiasi.

" Cinta tumbuh karena biasa, jika kau terbiasa bersamanya rasa cinta itu pasti akan hadir di dalam hatimu. Kecuali kalau kau tidak mau membuka hatimu untuk Arthur. Sekarang kau tidak perlu mencari alasan lagi, segera turun ke bawah karena Arthur sudah siap di depan penghulu." Ucap tuan Adi membuat Mara kesal.

" Bagaimana Bang Arthur tidak siap? Dia pasti merasa sangat beruntung bisa menikahi gadis kaya sepertiku. Dia tidak akan membuang kesempatan ini dengan percuma. Dasar pria miskin pencari peluang emas, kau lihat saja apa yang bisa aku lakukan padamu untuk membuatmu menyesali keputusanmu ini." Batin Mara mengepalkan erat tangannya.

Tamara Adijaya seorang gadis cantik berusia dua puluh tahun yang memaksa menikah muda dengan kekasihnya Aldo Bastian. Namun naas di hari pernikahannya Aldo tidak datang, entah apa alasannya hanya Aldo yang tahu.

" Mara, apa kau tidak mau mendengarkan Papa?" Tuan Adi menatap putri tercintanya.

" Pa jangan Bang Arthur! Aku siap menikah dengan siapa saja selain dia." Ucap Mara.

Mara punya keyakinan jika ia menikahi pria lain, ia bisa menawarkan semacam pernikahan kontrak sampai Aldo kembali. Ia akan membayar berapapun yang pria itu mau Tapi bukan Arthur. Jika ia menikahi Arthur, maka selamanya ia akan menjadi istri Arthur. Arthur pria yang sangat setia kepada papanya, selama bertahun-tahun ia bekerja sebagai sopir Mara sekaligus orang kepercayaan tuan Adi.

" Papa hanya percaya kepada Arthur, tidak ada pria yang bisa menjagamu sebaik Arthur." Sahut tuan Adi.

Mara menghembuskan kasar nafasnya.

" Setelah menikah, bukalah hatimu untuknya! Kau pasti akan bahagia hidup bersamanya, percayalah pada Papa! Pilihan Papa tidak akan pernah salah Mara. Papa sudah memberimu kesempatan untuk memilih calon suami sendiri, tapi kenyataannya apa? Kau salah memilih laki laki itu menjadi calon suamimu. Kali ini Papa mohon! Selamatkan rasa malu Papa di depan mereka semua Mara. Menikahlah dengan Arthur atau kau akan melihat Papa mati di depan matamu sekarang juga." Ucap tuan Adi mengatupkan kedua tangan di depan dadanya.

" Papa." Ucap Mara memeluk papanya.

" Jangan pernah lakukan itu Pa! Aku tidak punya siapa siapa kecuali Papa di dunia ini. Maafkan aku! Aku akan menuruti kemauan Papa, aku akan menikah dengan bang Arthur. Aku akan menikah dengannya Pa." Ucap Mara.

Tuan Adi menyunggingkan senyuman di sudut bibirnya. Inilah kelemahan Mara, sekeras apapun sikap Mara ia akan luluh jika berhubungan dengan keselamatan papanya. Ia sangat menyayangi tuan Adi sebagai Papa sekaligus mamanya. Karena selama ini Mara hanya hidup berdua setelah ibunya tiada.

" Terima kasih sayang." Ucap tuan Adi.

" Sekarang ayo kita turun! Pak penghulu sudah menunggu di bawah." Sambung tuan Adi.

" Iya Pa." Sahut Mara.

Tuan Adi menggandeng tangan Mara keluar ruangan menuju balroom hotel tempat acara di langsungkan. Di depan pintu Arthur menyambut mereka dengan senyuman.

Arthur Sanjaya seorang pria tampan berusia dua puluh tujuh tahun yang bekerja sebagai sopir keluarga Adijaya. Ia memiliki sikap ramah, penyabar dan penyayang kepada sesama apalagi kepada keluarganya. Kedua orang tuanya bekerja sebagai asisten rumah tangga dan tukang kebun di rumah Mara.

" Gandenglah tangan putriku calon menantuku! Jangan pernah kamu melepaskannya setelah aku menyerahkan putriku kepadamu." Ucap tuan Adi memberikan tangan Mara kepada Arthur.

" Dengan segenap raga saya berjanji Tuan, saya akan menjaga dan melindungi nona Mara. Saya tidak akan pernah melepaskan nona Mara apapun yang terjadi, kecuali jika nona Mara sendiri yang memintanya." Ucap Arthur.

" Semoga berbahagia." Ucap tuan Adi.

Arthur menggandeng tangan Mara menuju meja ijab qobul. Tatapan para tamu undangan tertuju pada keduanya. Mereka nampak terpesona dengan kecantikan dan ketampanan kedua mempelai yang akan saling mengucap janji suci di depan penghulu.

Arthur dan Mara duduk berhadapan dengan tuan Adi dan penghulu. Arthur menjabat tangan tuan Adi lalu mengucapkan ijab qobul dengan suara lantang.

" Saya terima nikah dan kawinnya Tamara Adijaya binti Adijaya Prayoga dengan Mas kawin tersebut di bayar tunai." Ucap Arthur.

" Bagaimana saksi? Sah?" Tanya penghulu.

" Sah."

" Alhamdulillah."

Selesai acara ijab qobul, acara di lanjutkan dengan acara resepsi. Arthur dan Mara di pajang sebagai raja dan ratu sehari di depan pelaminan. Banyak ucapan selamat dan doa restu yang di berikan oleh para tamu undangan.

" Selamat sayang, sekarang kau telah resmi menjadi milik Arthur. Satu pesan Papa padamu, cintai dan hormati Arthur sebagaimana kamu mencintai dan menghormati Papa. Kewajiban Papa kepadamu telah resmi berpindah kepada Arthur sayang. Jika kau menyakitinya sama saja kau menyakiti Papa. Papa selalu berdoa semoga kalian berbahagia." Ucap tuan Adi memeluk putri tercintanya.

Entah mengapa Mara merasa setiap ucapan papanya mengandung banyak makna.

Mara menatap Arthur begitupun sebaliknya. Arthur menyunggingkan senyuman manisnya.

" Maaf Pa aku tidak bisa memenuhi apa yang Papa ucapkan. Cintaku hanya untuk Aldo, dan selamanya akan seperti itu. Setelah aku mendapat penjelasan dari Aldo, aku akan mengambil keputusan apakah aku akan tetap bersama bang Arthur atau justru meninggalkannya." Ujar Mara dalam hati.

" Aku akan selalu berusaha membuatmu membalas perasaanku selama ini Mara. Aku akan menghujanimu dengan cinta dan kasih sayang yang aku punya sehingga kau akan tetap bertahan berada di sampingmu selamanya." Ucap Arthur dalam hati.

" Maafkan Papa sayang, Papa harus melakukan semua ini demi kebaikanmu Mara. Tidak ada pria sebaik Arthur. Hanya Arthur yang mencintaimu, menyayangimu dan siap mendedikasikan hidupnya untukmu dengan tulus. Papa yakin suatu hari nanti kau akan memahami apa yang Papa lakukan saat ini." Batin tuan Adi.

Apa yang sebenarnya terjadi? Nantikan jawabannya di bab bab selanjutnya.

TBC......

Hai hai readers tersayang author kembali dengan membawa cerita baru dengan nuansa baru tentunya.

Dukung karya author dan menangkan pulsa dua puluh ribu untuk tiga pendukung terbanyak di akhir bab nanti.

Terima kasih...

Miss U All....

DI BALIK HILANGNYA ALDO

Acara resepsi selesai malam hari. Mara dan Arthur masuk ke dalam kamar bersamaan untuk yang pertama kalinya. Arthur mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan, ia mendekati foto yang terpapang di figura yang terletak di atas nakas. Foto Mara bersama Aldo sedang berpelukan.

" Ingat! Jangan menyentuh barang barangku sekalipun karena aku tidak menyukainya. Dan ya kau bisa tidur di sofa atau tidur di bawah menggunakan kasur lantai." Ucap Mara dingin.

Arthur mengedarkan pandangannya mencari sofa yang Mara maksud.

" Nona Mara, dimana letak sofanya?" Tanya Arthur.

" Di si... " Mara menggantung ucapannya saat tidak menemukan sofa di tempat biasanya.

" Iya, kemana sofanya?" Mara menggaruk kepalanya yang tidak gatal membuat Arthur tersenyum.

" Ini pasti kerjaan papa, papa pasti sengaja mengeluarkan sofa itu supaya kita bisa tidur bersama. Hah aku tidak rela berbagi ranjang denganmu Bang." Ucap Mara menghela nafasnya.

" Sebentar! Aku punya karpet bulu dan kasur lantai yang bisa kau gunakan untuk tidur di bawah." Ucap Mara membuka almarinya.

Lagi lagi ia di buat kesal karena apa yang ia cari tidak ketemu.

" Apa kasur lantainya juga tidak ada Nona?" Tanya Arthur menatap Mara.

" Entah lah aku tidak tahu." Kesal Mara meninggalkan Arthur ke kamar mandi.

Arthur tersenyum melihat tingkah Mara. Ia duduk di tepi ranjang menunggu Mara selesai mandi. Lima belas menit kemudian Mara menyelesaikan acara mandinya. Arthur beranjak dari duduknya,

" Eh mau kemana?" Tanya Mara menatap Arthur.

" Mau ke kamar mandi, apa aku juga tidak boleh memakai kamar mandimu Nona Mara?" Tanya Arthur.

" Tidak, kau bisa mandi di kamar istirahat ibumu. Tapi sebelum itu ada yang ingin aku bicarakan padamu." Ucap Mara.

" Apa itu Nona?" Tanya Arthur duduk kembali.

" Pernikahan ini memang telah terjadi, tapi aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai suamiku. Jadi jangan campuri urusan pribadiku! Aku juga tidak akan mencampuri urusan pribadimu. Walaupun kita hidup dalam satu kamar sekalipun, tapi hiduplah seperti orang asing. Seperti yang kita jalani selama ini." Ucap Mara membuat Arthur sedikit terkejut. Arthur berpikir Mara akan berusaha menerima pernikahan ini dan hidup damai bersamanya.

" Bagaimana bisa aku tidak boleh mencampuri urusanmu Nona, aku suamimu. Entah menerima atau tidak tapi statusku adalah suamimu dan sudah kewajibanku untuk menjagamu jadi aku harus tahu semua urusanmu termasuk urusan pribadimu." Ucap Arthur tegas.

" Bukan... Kau bukan suamiku tapi sopirku dan selamanya akan begitu. Aku bisa memecatmu kapan saja sebagai sopirku maupun sebagai suamiku. Cukup jelas bukan ucapanku." Ucap Mara penuh penekanan.

" Kau tidak bisa memecatku karena aku bukan bekerja padamu, tapi pada tuan Adi, Nona Mara." Ucap Arthur meninggalkan Mara. Ia keluar kamar Mara menuju kamar ibunya.

" Sial!!" Umpat Mara menatap kepergian Arthur.

" Sepertinya bang Arthur sangat sulit untuk di kendalikan. Aku harus bisa bersikap lebih keras padanya. Akan aku tunjukkan di mana tempatnya yang sesungguhnya. Sekali sopir maka selamanya tetap menjadi sopirku, dia bawahanku bukan suamiku. Aku tidak bisa menghadapi teman temanku setelah ini, pasti mereka bertanya tanya kenapa aku malah menikahi sopirku sendiri dan kenapa Aldo meninggalkan aku di hari pernikahan kami." Sambung Mara.

Mara berbaring di atas ranjang menatap langit langit kamar. Tiba tiba ia teringat sang kekasih yang sangat ia cintai. Rasa sesak menjalar di hatinya, impian hidup bahagia yang mereka rancang berdua kini hancurlah sudah. Tidak ada kenangan manis, tidak ada kenangan indah melainkan kenangan buruk yang menyakitkan. Jika saja ayahnya tidak mengancam akan melukai dirinya sendiri, Mara tidak mau menikah dengan Arthur.

Tak kuasa menahan air matanya, akhirnya Mara menangis mengeluarkan kesedihannya.

" Hiks hiks Aldo... Sebenarnya kamu pergi kemana? Kenapa kau meninggalkan aku begitu saja di hari pernikahan kita? Apa kesalahan yang telah aku lakukan padamu sehingga kamu tega menyakitiku seperti ini hiks... Apa kau tidak kasihan padaku? Aku begitu percaya dengan semua kata kata dan janji manismu tapi apa yang kau lakukan padaku? Kau malah menyakiti hatiku hiks...." Mara mengusap air mata yang menetes di pipinya.

" Kau sendiri yang membujukku dan Papa untuk melangsungkan pernikahan ini, tapi kenapa kau meninggalkan aku? Apa yang ada di dalam pikiranmu saat ini Aldo? Kenapa kau melakukan ini padaku hiks... Kenapa juga nomerku kamu block? Apa kau benar benar sudah tidak mau berhubungan denganku lagi? Apa kau tidak mau mendengar kabarku lagi? Apa kau tidak mau menanyakan bagaimana keadaanku saat ini? Betapa sedihnya aku saat kehilanganmu? Aku sangat sedih Aldo... Aku merasa telah kehilangan separuh jiwaku. Aku tidak punya tujuan hidup lagi. Hiks... Aku mencintaimu Aldo, aku sangat mencintaimu." Mara semakin terisak.

" Apa kenangan yang telah kita lalui selama tiga tahun ini tidak ada artinya sama sekali bagimu? Apa kau sengaja menghancurkan hidupku dengan cara seperti ini? Hiks... Aku mohon kembalilah! Jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi? Kejadian apa yang telah kau alami saat ini? Aku mohon selamatkan aku dari pernikahan ini. Pernikahan yang tidak pernah aku inginkan hiks... Aku tidak mau menikah dengannya, aku tidak mau hidup bersamanya selamanya hiks.. Sayang kembalilah padaku! Aku akan meminta pisah dengan bang Arthur kalau kau kembali padaku." Ucap Mara di tengah tengah isakannya.

Setelah lelah menangis, Mara pun tertidur dengan sendirinya.

Di ruangan kerja tuan Adi, saat ini Arthur sedang duduk berhadapan dengan papa mertuanya.

" Ada apa Tuan memanggil saya kemari?" Tanya Arthur penuh hormat.

" Aku bukan lagi majikanmu, tapi aku mertuamu jadi panggil aku Papa seperti Mara memanggilku. Kau putraku sekarang." Ucap tuan Adi.

" Baiklah maafkan aku Pa." Ucap Arthur.

" Itu lebih enak di dengar daripada kau memanggilku tuan." Ujar tuan Adi di balas anggukkan kepala oleh Arthur.

" Aku memintamu ke sini karena ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu Arthur. Aku yakin kau bisa menjaga rahasia ini dari Mara." Ujar tuan Adi.

" Rahasia?" Arthur mengerutkan keningnya.

" Ya sebuah rahasia yang akan menjadi bencana besar jika sampai Mara mengetahuinya." Ujar tuan Adi.

" Rahasia apa itu Pa? Apa ada kaitannya dengan hilangnya Aldo hari ini?" Selidik Arthur.

" Ya kau benar, akulah pelaku yang membuat Aldo tidak datang hari ini." Ucapan tuan Adi benar benar membuat Arthur terkejut.

" Ja... Jadi semua ini telah Papa rencanakan? Tapi apa alasannya Pa? Bukankah Papa merestui hubungan mereka? Lalu kenapa Papa melakukan semua ini?" Tanya Arthur ingin tahu.

" Karena Mara." Sahut tuan Adi semakin membuat Arthur bingung.

" Aku melakukannya karena menyelamatkan Mara dari pria brengsek sepertinya." Ucap tuan Adi.

" Aku semakin bingung dengan apa yang Papa ucapkan. Bukankah Papa melihat betapa Aldo mencintai nona Mara? Dia selalu memanjakan nona Mara dan selalu membuat nona Mara bahagia Pa." Ujar Arthur.

Tuan Adi menyunggingkan senyumannya.

" Lihatlah ini saat kau sendiri! Kau akan tahu apa alasanku melakukan semua ini." Ucap tuan Adi memberikan sebuah flashdisk kepada Arthur.

" Baik Pa aku akan melihatnya nanti." Ucap Arthur.

" Sekarang kembalilah ke kamarmu! Pastikan Mara bisa menerimamu dengan baik, buat dia jatuh cinta padamu seperti kau mencintainya selama ini."

Arthur sangat terkejut mendengar ucapan Papa mertuanya.

" Papa tahu?" Tanya Arthur menatap tuan Adi.

" Sangat tahu, itu sebabnya aku membuat Mara menikahimu. Jaga putriku dengan baik karena tidak selamanya aku bisa menjaga Mara." Ujar tuan Adi.

" Baik Pa, terima kasih." Ucap Arthur keluar dari ruang kerja mertuanya.

Arthur menaiki anak tangga menuju kamar Mara sambil berpikir.

" Kira kira apa alasan Papa sengaja memisahkan Mara dan Aldo ya?"

Ada yang bisa bantu jawab? Nggak usah jawab biar makin penasaran, mending tekan like koment vote dan kasih 🌹 yang banyak buat Arthur menghadapi sikap Mara selanjutnya.

Terima kasih...

Miss U All...

TBC....

DENDAM LAMA

Arthur kembali ke kamar Mara, ia menggelengkan kepalanya saat melihat posisi tidur Mara yang tidak nyaman menurutnya. Mara tidur dengan posisi terlentang dengan kedua kakinya menjuntai ke bawah. Arthur mendekatinya, ia menatap wajah Mara yang nampak sembab. Arthur mengusap sisa air mata di pipi Mara.

" Aku tidak tahu apa yang sebenarnya ayahmu rencanakan. Tapi apapun itu aku yakin itu yang terbaik untukmu. Aku akan melindungimu Mara, aku akan menghapus setiap kesedihanmu, aku mencintaimu." Ucap Arthur.

Perlahan Arthur membungkukkan badannya, entah dorongan darimana tiba tiba ia mengecup kening Mara. Arthur tersenyum sendiri menyadari keberaniannya menyentuh Mara, jika Mara tahu pasti Mara sudah menendangnya jauh jauh dari kamarnya. Arthur membenarkan posisi Mara lalu menyelimuti tubuh Mara sampai batas bahu.

Arthur mengambil laptop milik Mara lalu duduk di sofa. Ia membuka laptop Mara yang memang tidak pernah di kunci. Arthur tersenyum sinis saat melihat wallpaper yang terpapang di sana, sebuah foto dimana Aldo sedang mencium pipi Mara, hati Arthur seperti tergores pisau yang tak terlihat namun ia mengesampingkan perasaanya karena ia sadar dimana posisinya.

Arthur menancapkan flashdisk pada laptop lalu memakai headset bluetooth yang terhubung pada laptopnya. Arthur segera membuka isi dari flashdisk tersebut. Ternyata sebuah rekaman video.

Nampak di video itu Aldo sedang bersama seorang wanita di dalam sebuah cafe. Mereka duduk berhadapan saling menggenggam tangan satu sama lain.

" Bagaimana Al? Apa kamu sudah berhasil membujuk Mara untuk segera menikah denganmu?" Tanya wanita itu.

" Sudah, aku sudah berhasil membujuknya Melin. Aku tahu dia tidak akan menolak apapun permintaanku, dia sangat mencintaiku jadi apapun yang aku mau pasti dia akan memberikannya." Sahut Aldo.

" Lalu apa rencanamu setelah ini?" Tanya wanita yang bernama Melin.

" Seperti rencana awal. Begitu aku menikah dengannya, aku akan menguasai semua hartanya sayang. Aku juga sudah menyiapkan semua berkas berkasnya, berkas pemindahan harta ke tanganku. Aku hanya butuh tanda tangan Mara saja. Setelah aku mendapatkan semua yang aku mau, aku akan menikahimu dan aku akan menjadikan Mara sebagai pelayanan di rumahku." Ujar Aldo.

" Lalu bagaimana dengan tuan Adi? Tuan Adi tidak akan membiarkan semua rencanamu berhasil Al. Apa yang akan kamu lakukan pada tuan Adi?" Tanya Melin menatap Aldo.

Aldo tersenyum smirk.

" Aku akan melenyapkannya."

" Apa?" Pekik Melin.

" Ya aku akan melenyapkannya, dengan begitu aku bisa bebas memiliki harta dan putrinya Aku tidak akan melepaskan Mara begitu saja, aku akan membuatnya benar benar merasakan penderitaan yang amat sangat perih sama seperti apa yang aku rasakan selama ini setelah kepergian adikku." Ucap Aldo mengepalkan erat tangannya.

" Bagus Aldo, kau memang harus membalas rasa sakitmu karena ulah Mara. Dia yang menyebabkan adikmu meninggal dunia, dia yang tidak bertanggung jawab setelah menabrak adikmu sehingga adikmu kehilangan begitu banyak darah hingga tidak tertolong lagi." Ujarnya.

" Ya dia harus mendapatkan ganjaran yang setimpal dari perbuatannya. Aku berterima kasih padamu karena kamu telah membantuku menemukan pelaku tabrak lari yang menimpa adikku." Ucap Aldo.

" Itu sudah menjadi kewajibanku sebagai kekasihmu. Aku harap setelah kau menikahi Mara kau tidak akan jatuh ke pelukan Mara. Aku juga berharap cintamu hanya untukmu dan tidak akan terbagi untuk yang lainnya." Ucap Melin.

" Tentu, kau segalanya bagiku. Aku tidak punya siapa siapa di dunia ini selain kamu. Aku mencintaimu, aku hanya menjadikan Mara sebagai mesin pencetak uangku. Selama ini dia tidak menyadari jika aku hanya memanfaatkan uangnya saja. Aku jadi tidak sabar menunggu hari pernikahanku tiba." Ucap Aldo mencium tangan Melin.

" Sabarlah tinggal dia hari lagi, aku juga sudah tidak sabar memberikan kejutan kepada Mara. Aku ingin lihat bagaimana reaksinya mengetahui kekasihnya menjadi milik sahabatnya." Ucap Melin.

Mereka berdua tertawa bahagia seolah menertawakan kebodohan Mara.

Arthur menutup laptopnya dengan kesal, ia mengepalkan erat tangannya menahan emosi yang siap meledak di dalam dadanya. Andai saja Aldo ada di depannya, ia pasti akan menghajar Aldo habis habisan.

" Ternyata dia hanya memanfaatkan Mara saja, bagaimana bisa aku tidak tahu akan hal ini? Aku jadi merasa bersalah dengan tuan Adi karena tidak bisa menjaga Mara. Tapi aku tidak akan membiarkan Aldo mendekati Mara lagi. Aku harus melindungi Mara dari pria jahat sepertinya. Mara milikku dan selamanya akan menjadi milikku. Beruntung tuan Adi bisa menemukan bukti ini sebelum pernikahan mereka, kalau tidak aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepada Mara ke depannya. Aldo benar benar brengsek!" Ucap Arthur geram.

" Tapi dimana Aldo sekarang? Apa tuan Adi menyekapnya di suatu tempat?" Arthur nampak sedang berpikir.

" Aku akan menanyakan pada tuan Adi besok pagi." Ujar Arthur.

Arthur mencabut flashdisk lalu menyimpannya, ia mengembalikan laptop Mara pada tempatnya. Ia naik ke atas ranjang lalu berbaring di samping Mara. Ia memejamkan mata menyusul Mara ke alam mimpi.

...****************...

Brugh....

" Awh... " Pekik Arthur saat tubuhnya mendarat sempurna di lantai. Ia mengusap usap punggungnya yang terasa nyeri.

" Beraninya kamu tidur denganku dan memelukku Bang." Ucap Mara menatap tajam ke arah Arthur.

" Benarkah aku memelukmu? Sepertinya kamu salah Nona Mara. Bukan aku yang memelukmu tapi kau yang memelukku karena selama ini aku tidak pernah tidur sambil memeluk apapun, termasuk guling. Lalu bagaimana aku bisa tidur sambil memelukmu hmm?"

Ucapan Arthur membuat Mara bungkam. Arthur memang benar, Mara lah yang memeluknya namun Mara sengaja melempar kesalahan itu kepada Arthur agar bisa melukai Arthur.

" Bagaimana? Apa kamu sudah mengingat siapa yang memeluk dan siapa yang di peluk Nona Mara?" Tanya Arthur menatap Mara.

" Tau ah... Pokoknya aku tidak suka tidur satu ranjang sama kamu." Ucap Mara.

" Terus aku harus tidur dimana Nona Mara? Tidak mungkin kan aku tidur di lantai sedingin ini, bisa bisa aku masuk angin." Ujar Arthur.

" Gue nggak peduli! Berani tidur satu ranjang lagi, gue tendang lo lebih keras lagi biar sampai ke pintu sekalian." Ancam Mara menunjuk Arthur.

Arthur membalasnya dengan melempar senyuman.

" Lakukan apa yang kamu mau Nona! Aku akan menerima apapun perlakuanmu padaku, baik buruk maupun baik. Aku menerimanya sebagai bentuk pengabdianku padamu, ISTRIKU." Ucap Arthur menekan kata terakhirnya.

Mara membulatkan matanya sempurna mendengar kata terkahir Arthur, ia menatap tajam ke arah Arthur seakan menantang berkelahi.

" Aku membenci kata terakhirmu Bang Arthur, jangan pernah menyebutkan aku dengan kata itu lagi." Ucap Mara dingin.

" Kenapa? Aku menyukainya, lagian kau memang istriku kan." Ujar Arthur.

" Aku sudah bilang aku tidak menyukainya, jadi jangan katakan itu lagi. Aku benci kata itu, bahkan aku membenci status itu. Aku benci menjadi istrimu. Aku membencinya." Teriak Mara melempar Arthur dengan bantal dan selimut.

" Iya iya baiklah, maafkan aku! Aku tidak akan menyebutmu dengan kata itu." Ucap Arthur mengalah.

Mara mengontrol emosinya, ia mengatur nafasnya yang nampak ngos ngosan.

" Bagus kalau begitu, kalau sampai kamu berani menyebut kata itu lagi aku akan membunuhmu." Ancam Mara.

Arthur beranjak berdiri, ia menata selimut dan bantal yang tadi Mara buang di atas ranjang.

" Aku tidak akan memanggilmu dengan sebutan itu tapi aku akan memanggilmu dengan sebutan SAYANG." Ucap Arthur meninggalkan Mara.

" Arthur!!!!" Teriak Mara.

Arthur tersenyum mendengar teriakan Mara.

" Lebih baik kau marah marah seperti itu daripada kau menangis seperti semalam sayang. Aku akan mulai menghapus kesedihanmu dan menggantikannya dengan kebahagiaan. Semoga kau bisa merasakan kebahagiaan yang aku ciptakan untukmu." Gumam Arthur keluar dari kamar Mara.

TBC...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!