NovelToon NovelToon

Misteri Kematian Di Sekolah

Angkasa Dirgantara ~

Angkasa Dirgantara, pemuda pemilik mata hitam tajam layaknya elang, bibir tipis dan rambut hitam lurus menatap tinggi bangunan megah akan menjadi sekolah tempat menuntut ilmu.

Luas bangunan megah di sertai tinggi telah membuat sekolah SMA Gloriacastra menjadi sekolah favorit di kota Bandung. Di sertai fasilitas terbaik, terdiri dari lapangan, ruang laboratorium, perpustakaan, kolam renang dan masih banyak lagi. Tata ruangan di buat sebaik mungkin sesuai dengan fungsi.

Sekolah termahal di kota Bandung itu rata-rata di pijak oleh anak dengan kelas sosial atas. Setiap tahun SMA Gloriacastra hanya mengambil 1000 murid dengan IQ tinggi untuk menempuh pendidikan menggunakan jalur beasiswa. Kuota untuk anak beasiswa di batasi, harus memiliki kecerdasan tingkat tinggi untuk bisa menuntut ilmu di SMA favorit tersebut.

Angkasa Dirgantara, anak seorang CEO PT Citra Purnama, PT terkaya di Indonesia. Ia juga merupakan seorang vokalis band Amanda, karir dalam dunia entertainment di mulai sejak masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Angkasa pindah dari Jakarta ke Bandung mengikuti orang tua yang tiba-tiba bisnis di Bandung mengalami masalah.

Seragam putih terlapisi jas hitam, celana hitam panjang, dahi melingkar di leher, kacamata bertengger menutupi mata elang mempesona berbalut sempurna di tubuh laki-laki tampan dengan hidung mancung, bibir tipis, berkulit putih, tinggi dan memiliki suara merdu.

Bergulat dalam dunia entertainment menjadi sosok pujaan hati para wanita Angkasa susah menemukan manusia berhati tulus. Di kota Bandung Angkasa merubah seluruh penampilan dari yang keren menjadi culun. Muak dengan dunia entertainment, Angkasa ingin bermain-main dalam keadaan tenang tanpa di kejar-kejar fans apalagi tersorot kamera wartawan.

Di kanan dan kiri banyak sekali anak-anak berlalu lalang, baik laki-laki maupun perempuan masuk ke dalam gerbang sekolah. Di antara mereka tak ada yang mengenali pria sedang menatap tinggi dan megah SMA Gloriacastra.

Terangkat senyum tipis di bibir."Yes, rencana gue berhasil. Di antara mereka gak ada yang ngenalin gue. Baguslah, gue bisa mulai hidup gue dengan baik."

Kaki bergerak melangkah masuk ke dalam sekolah baru. Anak pindahan dari SMA Purnama Khatulistiwa masih duduk di bangku kelas 11 SMA akan menjalankan rencana demi ketenangan jiwa.

Mata elang melihat-lihat sekolahan masih baru tersebut, orang-orang terus di lewati terbilang cukup asing, seorangpun tak ada yang di kenali. Selain manusia, ada banyak pula penampakan-penampakan terlihat di beberapa ruangan yang Angkasa lewati.

Selain vokalis band dan anak CEO Angkasa juga punya kemampuan terpendam jarang di miliki orang. Pemuda itu bisa melihat mereka yang tak kasat mata, dari mereka yang telah tiada Angkasa banyak belajar untuk berhati-hati, mereka memberikan peringatan untuk waspada. Tak pernah Angkasa meremehkan sedikitpun imbauan mereka, selalu di jadikan pedoman untuk melangkah pasti ke depan.

"Eh kalian tau gak, temannya Angkasa bilang kalau Angkasa udah gak sekolah lagi di SMA Purnama Khatulistiwa. Dia pindah kemana ya, kok gue jadi risau?" Seorang siswi kelas 2 SMA bernama April, berkulit putih, rambut oval dan rapih, tengah bergosib ria bersama kedua teman di koridor di sertai hp dalam genggaman.

Mata April membaca postingan terbaru salah satu anggota personil band Amanda.

Tanpa sengaja telinga Angkasa mendengar suara fans sudah tau kalau dia pindah sekolah langsung mengalihkan pandangan ke arah lain. Khawatir mereka akan mengenali.

"Pasti dia pindah ke luar negeri lah, secara kan dia anak orang kaya, ganteng, tinggi, putih, selebgram lagi, paket komplit itu!" Prediksi Laras, si pemilik hidung kecil dengan mata sabit ketika tersenyum, rambut sebahu mengidam-idamkan sosok Angkasa Dirgantara yang ketampanannya mengalahkan segalanya.

Nama Angkasa Dirgantara telah melambung di kalangan para anak muda, pria introvert suka dengan alam merupakan seorang vokalis band Amanda menjadi terkenal dan sukses dalam dunia hiburan.

Seluruh kegiatan Angkasa banyak terekam kamera, lama-lama merasa tak bebas untuk kemana-mana, selalu di jaga ketat oleh pengawal dari sang ayah dengan alih-alih untuk melindungi dari serangan haters dan musuh PT Citra Purnama.

"Kapan ya gue bisa nikah sama Angkasa." Mulai berkhayal Shena, gadis memiliki rambut hitam lurus dengan bibir seksi berwarna yang di timpa liptint untuk tetap terlihat lembab dan mempesona.

Angkasa adalah salah satu artis yang Shena kagumi, mulai dari orang, suara hingga latar belakang yang tak lain adalah pewaris tunggal perusahaan PT Citra Purnama terdiri dari beberapa cabang baik di dalam negeri maupun di luar negeri. PT Citra Purnama sukses dalam berbagai bidang, memiliki relasi tinggi, di segani PT-PT besar di luar sana.

"Eh jangan mimpi ya, muka lo aja kayak gorila Sumatra pake berkhayal nikah sama Angkasa yang ganteng, kaya, pintar, tinggi, selebrgam pula. Jangan mimpi. Mimpi lo ketinggian. Sadar diri woy, sadar diri!" April mematahkan impian terbesar Shena, di samping itu ia tidak suka melihat ada orang yang menyukai idolanya.

"Eh gini-gini juga gue cantik ya, pantes gue bersanding dengan Angkasa yang ganteng itu. Bapak gue juga kaya, makin kaya kalau gue nikah sama Angkasa." Bantah Shena menggila.

"Modelan kayak lo jangan ngarepin Angkasa, kejauhan. Mending lo nikah aja sama Marsel. Udah tinggi, kekar, besaaar lagi!" Saran April di sematkan penghinaan.

"Iiiiuuu mana mau gue sama dia. Gue malah ilfeel, amit-amit gue dapatin dia, iiih menjijikkan. Mending gue jomblo aja seumur hidup dari pada harus nikah sama dia, iiih gak suka!" Shena mengangkat bahu dengan ekspresi jijik.

Marsel adalah salah satu pria berotot, memiliki postur tubuh besar. Melihat tubuh Marsel kekar dan besar membuat Shena begidik ngeri.

"Justru yang kayak gitu yang enak, kalau kita di ganggu dikit sama orang, di semekdown sama dia, terjamin keselamatan kita, bodoh lo!" Cetus April.

"Iiih tetap gue gak mau, gue gak mau yang kayak gitu, selera gue tinggi, bukan rendahan kayak dia." Tolak keras Shena.

"Eh muka kayak lo itu memang pantas sama dia, kalian itu kalau di lihat-lihat cocok. Coba aja lo dekatin Marsel, pasti dia langsung kepincut sama lo, berani jamin gue." April menjadi mak comblang antara Shena dan Marsel.

"Enggaaakk! Gue gak mau, walaupun dia udah langsing sekalipun, gue tetap gak mau!" Pertegas Shena.

"Udah ah jangan pada bahas itu, Angkasa itu selebrgam dan penyanyi terkenal, penggemarnya banyak, kalian gak ada apa-apanya di mata dia, jangan pada rebutin dia. Ayo kita balik ke kelas, nanti di marahin sama pak Zainal Effendi yang galak dan tegas itu." Lerai Laras tak mau mendengar pertikaian kedua sahabat saling memperebutkan satu pangeran.

"Ya udah ayo." Sahut mereka setuju.

Mereka bertiga meninggalkan tempat itu, balik ke kelas tak seberapa jauh dari posisi merumpi.

"Bahaya ini, jangan sampai gue satu kelas sama mereka, mereka pasti akan tau kalau gue orang yang mereka omongin. Semoga aja gak ada yang ngenalin gue." Harap Angkasa mengucapkan kalimat itu dengan nada pelan agar tidak ada orang mendengar.

Perkenalan cukup menegangkan

Kelas 2 SMA A1 IPS berubah menjadi lautan penuh keramaian, kebisingan terjadi di mana-mana, terdengar sampai keluar kelas.

Seketika pasar dadakan terhenti tatkala seorang wanita berseragam putih hitam masuk ke dalam membawa tumpukan buku di tangan. Wanita dengan senyum semanis madu menatap para murid.

"Pagi anak-anak." Sapa seorang guru cantik masih terbilang muda, bertubuh langsing, mata coklat bernama Yolanda atau bisa di sapa Yola, beliau juga merupakan wali kelas 11 A1 IPS.

"Pagi Bu." Murid-murid menjawab dengan penuh semangat.

"Anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru, dia pindahan dari kota sebelah." Bu Yola kembali berujar, menerangkan singkat kejadian baru di pagi hari.

Murid-murid penasaran sosok anak baru di kabarkan murid pindahan tersebut. Saling bisik-bisik menerka-nerka siapa sekiranya anak baru di maksud Bu Yola.

"Siapa Bu, cewek cowok?" Hendra si ketua kelas langsung semangat saat telinga mendengar berita kalau ada anak akan masuk menghuni kelasnya.

"Cowok." Singkat Bu Yola.

"Yaaah kok cowok Bu, gak ada yang cewek apa." Kekecewaan tampil di wajah Hendra, semangat lantas patah, harapan tak sesuai dengan kenyataan.

"Kalau cewek kenapa?" Laras menilik menyelusuri gerak-gerik si ketua kelas.

"Bisa gue deketinlah, tapi kalau cowok ya gagal semua rencana gue. Gini-gini juga gue masih waras kali!" Jawab Hendra si paling otak betina.

"Sejak kapan lo waras, perasaan dari kemarin-kemarin udah gak waras." Shena melototkan mata, muka imut itu shock akan penuturan ketua kelas termenyebalkan.

"Enak aja tuh mulut main ceplas-ceplos aja, gini-gini juga gue masih waras, kalau gue gak waras mana mungkin gue masih sekolah di sini." Tak terima Hendra saat trio ondel-ondel menghina.

"Sadar dia rupanya, kesambet setan mana dia." Terkesiap April.

"Udah-udah, kalian jangan pada berantem, ibu pusiiing dengar kalian cek-cok terus." Penengah Bu Yola memegang kepala tatkala murid-muridnya saling adu mulut.

Seketika mereka langsung diam, tak lagi saling merendahkan satu sama lain. Menghargai guru di depan jauh-jauh untuk datang memberi ilmu.

Bu Yola menatap ke arah pintu."Masuk nak!"

Pemuda berada di luar kelas mulai melangkah masuk, derap kaki memantul. Suasana begitu hening, semua mata para siswa dan siswi menatap ke arah pintu, penasaran berat siapa anak baru akan menjadi teman sekelas mereka.

"Perkenalkan nama saya Angkasa, saya pindahan dari kota sebelah." Ucap Angkasa agak grogi lantaran menjadi pusat perhatian teman-teman sekelas.

April menajamkan pengelihatan."Gak! Gak mungkin kan dia Angkasa selebrgam dan penyanyi terkenal itu, dia pasti orang lain."

Ketika terdengar jika nama murid baru itu Angkasa, April langsung memastikan dengan cara menatap dari ujung rambut sampai ujung kaki, April membantah keras jika pemuda itu bukan Angkasa idolanya.

"Ya iyalah, dari penampilannya aja udah beda, masa iya penampilan Angkasa si selebgram kayak gini. Mana ada yang mau ngefans sama dia kalau begini." Shena menatap jijik ke arah Angkasa yang jauh dari cowok idaman.

Penampilan Angkasa mengenakan kacamata terlihat culun, sangat jauh dari gaya hidup sehari-hari.

"Cuman namanya doang yang sama, kalian jangan pada ribut." Potong Laras.

April dan Shena berhenti berdebat, telah membuat keputusan kalau anak baru itu bukan Angkasa yang mereka idolakan. Padahal sebenarnya dia adalah Angkasa yang mereka idam-idamkan pagi, siang, petang.

"Angkasa, silahkan duduk di bangku kosong samping Clara." Bu Yola menunjuk pada gadis cantik kerap di sapa Clara, duduk di bangku barisan nomor 3 dari belakang, rambut panjang sampai ke lengan dengan poni tertata rapih, pemilik mata hazel dan lentik, bibir merah muda selalu lembab, kulit putih terlihat cantik dan anggun meski tanpa polesan make up.

Angkasa menganggukkan kepala, kaki melangkah mendekati gadis bernama Clara yang Bu Yola sebut. Ia mendudukkan diri di bangku kosong samping gadis itu.

"Hai gue Clara, sekarang kita satu bangku. Kita bisa jadi baik teman kan?" Clara menyambut ramah laki-laki di remehkan hampir seluruh anak-anak di kelas.

"Tentu saja." Tersenyum Angkasa, mengangguk kepala senang. Untuk pertama kali memiliki teman cewek. Selama ini Angkasa menghindar dari para wanita, mulai detik ini Angkasa akan mencari teman yang tulus tanpa mengharap apa-apa.

Senyum di bibir Clara tak pudar, senang ketika keinginan di terima baik anak baru tersebut.

"Semoga dia gak ngenalin gue, semoga dia gak sadar kalau ini gue. Gue pengen menemukan teman yang setia bukan mendua kayak yang lain." Batin Angkasa cenat-cenut, tidak banyak bicara, khawatir identitas terbuka.

Gerogi oleh kebohongan sendiri, Angkasa takut penyamaran baru di lakukan hancur begitu saja, seluruh penampilan di rubah. Harapan Angkasa dengan melakukan itu ia bisa merasakan kedamaian di tengah ketenaran.

April melihat Angkasa tengah mengobrol dengan Clara sekilas, lalu kembali menghadap ke depan tak mempedulikan mereka.

...TBC...

...Ig: makhluk_angkas4...

...Tiktok: Makhlukangkas4...

Perpustakaan Angker ~

Pelajaran pertama telah berakhir dengan seru. Sekarang tiba giliran kelas 11 IPS A1 mengambil nilai untuk pelajaran olahraga di lapangan. Ragam macam permainan di jalani anak-anak yang gemar berolahraga di pimpin guru penjaskes.

Tak lama kemudian pengambilan nilaipun selesai.

Angkasa berjalan seorang diri, melihat kanan dan kiri sembari lakukan perkenalan dengan tempat baru tersebut.

Di pertengahan jalan Angkasa jumpai dia, Clara Ayuda Pratama, gadis berponi itu melangkah seorang diri dengan lesu. Angkasa hampiri gadis merupakan teman satu bangku. "Lo mau kemana? Kok sendirian, di mana teman lo itu?"

Wajah lesu itu mendongak."Dia gak mau gue ajak ke kantin."

"Ya udah bareng gue aja. Kebetulan dari tadi gue nyari kantin."

Terbit senyum lebar di wajah gadis berparas cantik itu."Ayo, ikut gue."

Kantin sekolah di singgahi dua sejoli, duduk di meja yang sama. Memesan makanan untuk mengganjal perut yang sudah keroncongan. Makanan tersaji itu perlahan ludes masuk ke dalam lambung.

"Bosen nih, tapi gue gak tau mau kemana." Keluh Angkasa memang sangat tak suka dengan keramaian.

Mata hazel menatap lawan bicara."Gue mau ke perpus. Lo mau ikut?"

Angkasa mengangguk setuju, dari pada melangkah tanpa tujuan lebih baik mengikuti Clara jelas tau seluk beluk sekolah SMA Gloriacastra.

"Ayo buruan." Bangkit dari duduk, Angkasa membuntuti Clara. Terbilang masih kesulitan untuk berinteraksi dan bergerak di SMA terbesar se kota Bandung. Banyak tempat belum di ketahui, dari pada tersesat lebih baik mengikuti kemana Clara pergi. Clara adalah satu-satunya orang yang bisa Angkasa jadikan partner dalam komunikasi.

"Iiih kok mau ya sama cowok culun dan malu-maluin kayak dia." Penghinaan luput dari gadis dengan rambut panjang bergelombang dan bibir manis tapi pedas. Tatapan jijik terpampang jelas di mata indah Aprilia Zherico.

Langkah Clara terhenti, lirikan tajam mengarah pada trio ondel-ondel tertawa puas saat berhasil menghina tanpa batas.

"Maksud lo apa!" Naik pitam seorang Clara Ayuda Pratama. Sindiran itu telah membangkitkan singa tertidur pulas.

Tawa April terhenti, membalas dengan tatapan tak kalah tajam.

"Eh lo jangan nyolot ya, kita-kita ini bilang apa adanya!" Terpancing emosi April.

"Bisa gak sih kalian jangan suka nyinyirin orang!" Muak Clara.

Sikap buruk trio ondel-ondel telah lama membuat kesal dan mood hancur. Perkataan tak memikirkan dampak akan terjadi banyak menyakiti hati orang-orang. Tak hanya Clara, ada banyak pula anak menjadi sasaran empuk dari penilaian mereka.

"Enggak bisa, kita memang gak bisa diem. Eh btw kalian cocok tau, sama-sama culun hahaha." Cela Shena, lalu pergi meninggalkan mereka bersama teman-temannya.

Tangan Clara terkepal kuat, wajah merah bak udang rebus. Di tertawakan dalam maksud penghinaan menimbulkan gelora amarah melalap habis jiwa. Tatapan tajam Clara menghunus punggung 3 gadis si tukang nyinyir hidup lagi tertawa di atas kekesalan menguat.

"Iiiiiih berhenti looooo!" Gereget Clara ingin rasanya merobek mulut trio ondel-ondel pagi-pagi sudah membuat naik darah.

"Udah-udah. Gak usah ladenin orang kayak mereka, mereka itu gak pantes di ladenin." Cegah Angkasa mengusap lembut punggung gadis yang hati lagi panas membara.

Clara menatap mata teduh di samping."Tapi mereka secara gak langsung udah hina lo, gue gak terima mereka main hina orang sembarangan. Gue harus balas mereka, pokoknya mereka harus habis di tangan gue!"

Tubuh terlanjur murka, hati tergores akan penuturan keluar dari mulut pedas menusuk ke jantung.

"Clara, please dengarin gue. Lo jangan bikin masalah, gue gak apa-apa, gue gak masukin ke hati ucapan mereka, jadi lo gak perlu memperpanjang masalah." Menahan niat Clara sekuat tenaga, menerangkan dengan lembut, Angkasa tidak ingin Clara kena masalah karena memperpanjang masalah sepele.

Hembusan nafas berat keluar, kemudian menarik nafas dalam-dalam lalu dengan pelan-pelan membuangnya, tangan Clara bergerak mengusap wajah kasar. Walau sedikit emosi mulai mereda.

"Baiklah, gue akan lepasin mereka, tapi awas aja kalau sampai mereka keterlaluan lagi. Gue gak akan segan-segan bikin mereka menderita!" Ancam Clara menatap nanar punggung tiga gadis hampir tak kelihatan.

"Ayo kita pergi, tadi bilangnya mau ke perpus bukan?" Angkasa mengingat kembali tujuan awal terjeda gara-gara bedebah suka mencari masalah.

Clara mengangguk, kaki kembali melangkah menuju perpustakaan.

Setibanya di sana. Manik mata Angkasa menatap perpustakaan yang sepi, seorangpun tak ada yang singgah. Lirikan mata berganti pada gadis tampak biasa saja dengan suasana perpustakaan yang hening mencekam.

"Ayo masuk." Ajak Clara.

Ragu-ragu Angkasa melangkah memasuki perpustakaan sepi dan sunyi, di sana hanya ada mereka berdua, satupun manusia tak terlihat di mata. Angkasa tak banyak bicara, memendam semua pertanyaan memuncak di kepala dalam dada.

Angkasa menatap penjuru ruangan dengan teliti, banyak penampakan terlihat di mata. Ludah pahit ia telan, makhluk halus penunggu perpus begitu menyeramkan, terdiri dari anak kecil yang botak tak memiliki rambut, sampai seorang nenek-nenek dengan tongkat kayu di tangan. Ragam macam penghuni tak kasat mata perpus amat-amat menyeramkan. Tatapan sosok-sosok itu memusat pada Angkasa yang di rasa baru kehadirannya mereka rasakan.

"Pantesan perpus ini sepi, rupa-rupanya ada mereka di sini." Batin Angkasa.

Aneh tapi nyata, gadis membawa Angkasa ke perpustakaan seolah biasa dengan suasana dan keadaan menyeramkan di timbulkan oleh perpustakaan. Terlihat Clara di sibukkan mencari buku di inginkan, sementara Angkasa diam di tempat, bingung harus melakukan apa.

Bruukkkk!

Pandangan Angkasa teralih tatkala sebuah buku jatuh ke lantai. Kaki melangkah menghampiri, mengambil buku tergelatak.

"Eh ini bukunya jatuh." Menyodorkan buku pada seorang gadis sebaya dengannya. Wajah gadis itu pucat pasi, seragam putih berlapis jas dengan rok kotak-kotak berwarna hitam menatap sekilas Angkasa lalu menghilang tanpa aba-aba.

"Loh kok pergi, bukunya juga gak di bawa, apa udah gak penting lagi buku ini." Tercenung pemuda introvert menatapi buku dengan judul (Love Story) di tangan.

Mengernyitkan dahi kebingungan, Angkasa masih mematung di tempat.

"L-lo bisa lihat mereka?" Keterkejutan menghampiri Clara, interaksi antara Angkasa dan makhluk astral menghantam jiwa.

Kepala Angkasa memutar ke belakang menatap gadis terkejut dengan hebat, kemudian mengangguk dalam kepanikan melanda, baru kali ini kelebihan terpendam di ketahui karena kecerobohan.

"Matilah, kenapa gue ceroboh. Bagaimana kalau dia nyebarin ini semua. Gue akan kena masalah besar." Batin Angkasa menegang.

Clara terkesiap, tak pernah menyangka kalau Angkasa adalah anak indigo. Sedetik kemudian senyum lebar mengemban di wajah cantik.

"Sama dong kalau gitu, gue juga bisa lihat makhluk-makhluk kayak mereka, kita bisa jadi teman." Kegembiraan muncul di wajah Clara, menemukan teman satu frekuensi paling mengesankan ketimbang memiliki ribuan teman yang ujung-ujungnya tak bisa saling menyempurnakan.

"Lo juga bisa lihat mereka?" Terperangah Angkasa bercampur senang luar biasa.

Kepala Clara mengangguk cepat, ukiran senyum manis merekah."Iya, gue juga bisa lihat mereka. Mangkanya gue betah di sini."

"Gadis aneh, kenapa dia malah ingin berdekatan dengan makhluk halus, biasanya anak indigo memilih untuk menjauh dari yang namanya hantu. Tapi dia, sungguh gue gak bisa berkata-kata lagi." Batin Angkasa tak habis pikir.

Clara melangkah ke bangku untuk duduk dan mulai membaca setelah menemukan buku yang pas. Sementara Angkasa malah berjalan melihat-lihat isi perpustakaan, di penjuru tempat pasti ada makhluk halus yang menempati, namun itu semua tidak membuat Angkasa gentar.

Sesuatu tiba-tiba menarik perhatian, meraih buku terletak di paling atas, penasaran dengan buku tampak lebih tua dari pada buku-buku lain. Ukiran kuno berwarna gold dengan sampul buku berwarna hitam memberikan kesan mewah namun menyeramkan.

Terlihat Angkasa kesusahan mencapai buku yang paling mencuri perhatian karena letaknya yang memang tinggi dan susah di jangkau.

"Akhirnya dapat juga." Senyum tipis terukir di bibir kala buku di inginkan berada di genggaman, pelan-pelan tangan membersihkan buku penuh dengan debu. Angkasa mengerutkan alis ketika menyadari buku itu tidak memiliki judul tak seperti buku-buku pada umumnya.

"Buku apa ini, misterius banget?" Menilang-nilang dengan kerutan di dahi.

Angkasa membawa buku itu mendekati Clara, mulai membuka halaman demi halaman tertera di buku tersebut. Setiap halaman mampu membuat mulut Angkasa ternganga.

"Sa, lo baca buku apaan? Serius banget kayaknya!" Melihat Angkasa fokus dan larut dalam bacaan membuat Clara penasaran buku apa yang di baca pemuda itu sampai tak berkedip.

"Gak tau, buku ini gak ada judulnya."

Alis Clara bertaut, terlontar kata 'hah' di mulut."Kok bisa ada buku yang gak ada judulnya. Lo dapat buku ini dari mana?"

"Dari almari paling pojok, gue tadi ambil buku ini di sana."

"Apa isinya, kok kayaknya seru banget?"

Angkasa mengangkat kepala menatap seksama pemilik mata hazel."Buku ini menceritakan tentang pembunuhan sadis gitu. Akan ada banyak orang yang mau di lenyapin. Tapi yang di ceritain masih satu orang, mungkin habis ini target-target yang lain akan di bunuh juga."

"Ceritanya tragis, serem tapi kriminal, lo tau kan maksud gue?"

Dengan mulut ternganga Clara mengangguk. Termenung memikirkan ragam kata barusan masuk ke gendang telinga.

"Kok gue baru dengar ada buku kayak gitu di sini. Biasanya yang ada di sini hanya buku-buku tentang pelajaran ataupun buku cerita-cerita kuno. Gak pernah gue dengar cerita pembunuhan kayak yang lo bilang." Gelenyar aneh satu demi satu menghampiri, hal berbau darah, kriminalitas tidak pernah di dengar sebelumnya, Clara susah percaya jika kisah-kisah tragis akan ada di perpustakaan sekolah.

"Gue baru nemu buku ini di sini, alasan dia ada di sini gue gak tau. Karena gue penasaran ya udah gue baca aja. Dan ternyata isinya beginian." Sanggah Angkasa.

Dalam diam Clara mengerti, otak membayangkan hal mengerikan apa yang teringkas dalam buku di pegang kuat oleh Angkasa. "Nanti kalau lo udah selesai baca, pinjamkan ke gue. Gue mau baca juga."

Acungan jempol mengarah tanda setuju. Dengan penuh khidmat Angkasa membaca buku mengandung misteri dan kriminalitas.

...TBC...

...Ig: makhluk_angkas4...

...Tiktok: Makhlukangkas4...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!