NovelToon NovelToon

Second Chance

Salam kenal

Cuaca yang cerah dan suhu udara yang hangat menandakan akan berakhirnya musim dingin di belahan utara Jepang.Tak terkecuali Biei, salah satu kota yang terletak di tengah prefektur Hokkaido.

Kota dengan sejuta pesona alam yang menakjubkan, dimana seorang gadis asing yang kini telah menjadi bagian dari penduduknya, tengah menikmati udara segar seraya memandangi hamparan ladang dan bukit yang luas dari teras tempat tinggalnya.

Gadis itu nampak antusias menantikan peralihan musim tersebut, membayangkan betapa indahnya hamparan ladang bunga yang sebentar lagi akan bermekaran, menyambut datangnya musim semi di tahun ini.

Ya, gadis itu bernama Alya.Ia adalah gadis asal Indonesia yang bekerja sebagai perawat lansia di Jepang.Ia merawat seorang lansia bernama Nenek Asami, warga asli Jepang yang tinggal di dekat jalur Patch Work Road, tepatnya di distrik Omura, kota Biei, Prefektur Hokkaido.

Alya mendapatkan pekerjaannya tersebut berkat sahabatnya bernama Rina, yang dulunya bekerja sebagai perawat pribadi Nenek Asami.Rina yang berencana pulang ke Indonesia untuk menikah dan tidak akan kembali lagi, menawarkan pekerjaannya kepada Alya yang saat itu sedang menganggur, usai mengundurkan diri sebagai tenaga perawat profesional di salah satu pulau terpencil di Indonesia.

Meski dirinya merekomendasikan Alya berdasarkan penilaian pribadinya kepada sang majikan, namun Rina yakin Alya mampu menggantikan posisinya, karena ia tahu sahabatnya itu sangat kompeten, profesional dan bertanggung jawab dalam menjalankan pekerjaannya.

Dan terbukti penilaian Rina terhadapnya tidak salah.Nenek Asami begitu senang dengan pelayanan yang Alya berikan selama setahun bekerja merawatnya.Beliau bahkan menyayangi dan memperlakukan Alya layaknya keluarga sendiri, karena kepribadiannya yang begitu hangat dan ceria.

...****************...

Seperti biasa, aktifitas pagi Alya dimulai sejak subuh dengan membuat sarapan pagi untuk sang majikan.Setelah selesai memasak, Alya akan ke kamar Nenek Asami untuk membangunkan beliau dan mengajaknya berjalan-jalan di sekitar rumah.

Pagi ini Alya berencana ingin mengajak Nenek Asami beraktifitas diluar ruangan, setelah bosan hanya berkeliling di dalam rumah akibat cuaca dingin yang cukup ekstrem beberapa bulan ini.Kali ini ia akan membawa Nenek Asami berkeliling di sekitar ladang bunga milik beliau agar bisa menikmati udara segar di awal musim semi.

Puas berkeliling, Alya kemudian mengajak Nenek Asami untuk kembali kerumah.Setelah mendudukkan beliau di kursi goyang yang terletak di teras rumah, Alya pun bergegas ke dapur dan menyiapkan sarapan untuk majikannya itu.

"Nenek, waktunya sarapan", ucap Alya lembut sembari membawa mangkok berisi bubur dan segelas air di masing-masing tangannya.

Nenek Asami sontak menoleh sambil tersenyum lebar ke arah Alya, memperlihatkan deretan gigi palsunya yang rapi pada gadis itu.

"Hari ini kau masak apa, Alya chan?", tanya Nenek Asami saat Alya menarik kursi dan duduk tepat dihadapannya.

"Hmm...aku memasak bubur yang dicampur tuna, pakcoy dan jamur.Apa Nenek suka?"

"Tentu saja Nenek suka!Apapun yang Alya chan masak untuk Nenek, Nenek pasti suka!Apa lagi kalau kau menambahkan sedikit garam ke dalam buburnya", jawab Nenek Asami dengan wajah innocent nya.

Sontak Alya pun tertawa mendengar gurauan receh majikannya itu.

...****************...

Tahun ini Nenek Asami genap berusia 86 tahun.Beliau tinggal seorang diri di rumahnya yang besar, sepeninggal suaminya yang telah lebih dulu berpulang lima tahun silam.

Nenek Asami hanya memiliki seorang putri yang kini menetap di Tokyo bersama putra semata wayangnya.Putri Nenek Asami adalah seorang ibu tunggal yang ditinggal cerai oleh suaminya yang merupakan pria berkebangsaan Turki.

Putri Nenek Asami jarang berkunjung ke Biei, namun ia sering menghubungi beliau untuk sekedar menanyakan kabar sang Ibu.Hal itu dikarenakan pekerjaannya sebagai seorang dokter spesialis bedah kardiologi.Selain itu, ia juga mengelola rumah sakit miliknya sendiri yang berada di kota Meguro, prefektur Tokyo.

Cucu tunggal Nenek Asami pun tak kalah sibuknya dengan sang ibu.Saat ini ia tengah bekerja di rumah sakit milik Ibunya sembari melanjutkan pendidikannya sebagai seorang dokter spesialis bedah kardiologi.Karena itu, ia tak punya banyak waktu luang untuk sekedar berkunjung menemui sang Nenek.

Merasa kesepian tinggal di rumahnya yang besar seorang diri, Nenek Asami pun memutuskan untuk mempekerjakan seorang perawat dan asisten rumah tangga.

Nenek Asami juga mengubah rumahnya menjadi sebuah Villa untuk disewakan kepada para wisatawan yang datang berkunjung ke Biei dan membangun rumah yang lebih kecil disamping Villa untuk beliau tinggali bersama perawat dan asisten rumah tangganya.

Selain villa, Nenek Asami juga memiliki ladang bunga dan perkebunan yang luas.Beliau mempekerjakan banyak warga lokal untuk mengurus ladangnya di awal musim semi, hingga di akhir musim panas dan mendistribusikan hasil panennya ke kota-kota besar di beberapa prefektur di Jepang.

...****************...

Usai menyuapi Nenek Asami, Alya lanjut memandikan beliau dan membantunya berpakaian.Setelah selesai, ia mendudukkan Nenek Asami di sofa yang berada di dalam kamar beliau, kemudian melanjutkan pekerjaannya merapikan kamar sang majikan.

Disaat Alya tengah asyik menata bantal di atas kasur, tiba-tiba ponsel Nenek Asami berdering.Beliau segera menjawab panggilan tersebut dan menyapa sang penelpon dengan lembut.Dari obrolan mereka, terdengar jelas jika Nenek Asami begitu bersemangat menerima panggilan telepon dari orang tersebut.

Alya yang sejak tadi masih berada di dalam kamar Nenek Asami pun tak sengaja mendengar percakapan antara majikannya itu dengan sang penelepon.Ia bahkan mendengar saat beliau berkata akan meminta tolong kepada perawatnya untuk menjemput sang penelepon, yang saat ini sudah tiba di bandara.

"Alya chan, apa Nenek bisa meminta bantuanmu?", tanya Nenek Asami begitu beliau mengakhiri panggilan teleponnya.

Alya yang sudah tahu bahwa Nenek Asami akan meminta bantuannya, segera menghentikan kegiatannya dan berbalik ke arah beliau.

"Bantuan apa Nek?"

"Tolong jemput cucu Nenek, Watanabe Isao di bandara Asahikawa.Dia sudah tiba sejak tadi.Dasar anak itu!Dia tidak memberi kabar kalau mau datang!", ucap Nenek Asami sedikit kesal namun terlihat senang.

"Tentu saja bisa nek!Kalau begitu Alya akan meminta tolong pada bibi Akiko untuk menemani nenek selagi Alya ke bandara".

Nenek Asami sontak tersenyum dan mengangguk pelan pada Alya, "baiklah!"

Namun selang beberapa saat, Nenek Asami tiba-tiba teringat sesuatu hal, "Oh iya, Nenek hampir lupa!Tunggu sebentar ya, Alya chan!"

Nenek Asami segera bangkit dan berjalan menuju lemari pakaiannya dengan bantuan walker.Beliau mengambil sebuah syal berwarna merah dan mengalungkannya ke leher Alya

"Isao chan akan mengenalimu dengan syal ini.Kau tidak akan kesulitan menemukannya karena wajahnya berbeda dari pemuda jepang pada umumnya", ucap Nenek Asami.

"Nenek tenang saja, Alya pasti mengenalinya!Alya kan sering melihatnya di ruang tamu"

Sontak Nenek Asami terkekeh mendengar ucapan Alya, "benar juga!Nenek lupa kalau foto Isao terpajang di ruang tamu.Tentu Alya chan sudah mengenalinya"

"Kalau begitu Alya pergi dulu"

"Iya.Hati-hati di jalan"

Usai berpamitan, Alya bergegas menemui bibi Akiko untuk menitipkan Nenek Asami padanya.Kemudian ia ke garasi untuk mengambil sepedanya, lalu bergegas berangkat menuju bandara.

...****************...

Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit, Alya akhirnya tiba di bandara Asahikawa.Ia memarkirkan sepedanya di tempat parkir yang tersedia dan segera berlari ke arah gedung bandara yang sudah nampak sepi.

Setibanya di gerbang kedatangan, pandangan mata Alya langsung tertuju pada sosok pemuda bertubuh jangkung yang sedang duduk di jarak sepuluh meter dari tempatnya berdiri.Ia duduk di salah satu deretan kursi tunggu sambil bertopang dagu pada sebuah koper yang bertengger di depannya.

Sebelum menghampirinya, Alya mencoba mengamati wajah pemuda itu dari kejauhan untuk memastikan jika dialah orang yang dimaksud.Namun bukannya fokus memastikan jika dialah cucu sang majikan, Alya justru terpaku saat ia memandangi wajah pemuda itu.

'Ternyata dia lebih tampan dari yang terlihat di foto!', puji Alya dengan spontan.

Wajah blasteran Asia-Eropa begitu kental di wajah pemuda itu.Ia memiliki bola mata berwarna biru langit layaknya orang eropa, namun kelopak matanya bertudung layaknya orang Asia.Alisnya yang hitam dan lebat, melengkung dengan sempurna.Hidungnya mancung dengan ujung hidung yang kecil.Bibirnya tipis dan merona, serasi dengan bentuk rahangnya yang tegas.Rambut hitam pekatnya yang cukup panjang dan sedikit bergelombang, ia biarkan tergerai begitu saja.

Disaat Alya tengah asyik memandangi wajah tampannya itulah, ekspresi wajah pemuda itu tiba-tiba berubah.Ia nampak mendengus kesal dengan bibir yang terkatup.Kedua tangannya ia lipat ke dada, lalu bersandar dengan kasar pada sandaran kursi.Ia pun menghentak-hentakkan kedua kakinya ke lantai, seolah menandakan bahwa dirinya sudah sangat bosan menunggu kehadiran seseorang yang tak kunjung datang menjemputnya.

Menyadari kekesalan di raut wajah pemuda itu, Alya pun segera menepuk pelan pipinya seraya mengedipkan kedua matanya berulang kali untuk meredakan kegugupannya.

Setelah berhasil, Alya pun segera menghampiri pemuda itu dan berdiri tepat di hadapannya sambil tersenyum ramah.

"Watanabe Isao?"

Pemuda itu lantas menoleh dan menatap Alya dengan mata yang menyipit.Ia memandangi Alya dari ujung kaki hingga ke ujung rambut, seolah memikirkan sesuatu dalam benaknya.Untungnya tak butuh waktu lama, hingga akhirnya pemuda itu tersenyum sambil menatap syal merah yang melingkar di leher Alya.

"Alya san?!", pemuda itu balik bertanya.

Alya lalu mengangguk, "iya"

Pria itu kemudian berdiri dan membungkukkan badannya dihadapan Alya

"Salam kenal!Saya watanabe Isao, cucu Nenek Asami".

...****************...

Isao nampak asyik mengayuh sepeda menyusuri jalan raya yang cukup lengang, sementara Alya duduk dengan canggung di boncengan belakang sembari memeluk koper milik cucu majikannya itu.

Sepanjang perjalanan, keduanya tak saling bicara dan hanya fokus menatap ke arah jalan raya.

Namun ketenangan itu tak berlangsung lama hingga di tengah perjalanan, Isao tiba-tiba memelankan laju sepedanya dan menepi.Ia kemudian berhenti dan memarkirkan sepedanya di pinggir jalan raya.

Alya yang bingung melihat tingkah Isao saat itu, hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya tanpa berani bertanya padanya.

Namun tingkah aneh Isao itu tak hanya berakhir sampai disitu saja.Pemuda itu tiba-tiba turun dari sepeda dan meninggalkan Alya seorang diri tanpa mengatakan sepatah katapun.Ia lantas berjalan ke arah bukit yang berada tak jauh dari tempat mereka berada saat ini.

"Watanabe san!Kau mau kemana?", teriak Alya begitu menyadari jika Isao sudah semakin jauh berjalan.

Sayangnya, Isao tak menjawab dan terus saja berjalan kearah deretan dua pohon yang cukup rindang yang berada di atas bukit tanpa menoleh sekalipun pada Alya.

Cemas memikirkan apa yang akan dilakukan oleh Isao di bukit itu, Alya pun memutuskan untuk mengejarnya sambil menenteng koper milik pemuda itu hingga tiba di bawah pohon yang ia tuju.

Namun setibanya disana, Alya justru dibuat tercengang ketika melihat Isao yang dengan santainya berbaring di atas rerumputan tanpa dialasi apapun.

Pemuda itu bahkan merenggangkan tubuhnya dengan nyaman sembari menghela nafas panjang, seolah sedang berbaring di atas kasur yang empuk.

"Apa yang kau lakukan, Watanabe san!Kita harus pulang sekarang juga!Nenek Asami akan khawatir jika kita tidak tiba secepatnya!", ucap Alya dengan wajah cemas.

Isao yang sejak tadi nampak acuh, lantas bangkit dan duduk tepat dihadapan Alya yang masih berdiri sambil menenteng koper miliknya.

"Kau tidak perlu cemas, Alya san!Nenek sudah tahu kebiasaanku yang akan datang kemari sebelum ke rumah Nenek.Jadi duduklah dengan nyaman dan nikmati pemandangan ladang gandum yang indah dari sini sambil menungguku selesai bersantai, oke?!", kata Isao sembari menepuk-nepuk rumput disampingnya.

Tanpa menunggu jawaban dari Alya, Isao kembali berbaring sambil memejamkan kedua matanya, seolah tak peduli dengan apapun tanggapan yang akan dilontarkan Alya atas pernyataannya barusan.

Isao terlihat begitu menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.Bahkan cahaya matahari yang menyinari wajahnya melalui celah dedaunan pun tak dapat membuatnya terusik sedikitpun.

Melihat respon Isao yang nampaknya tak akan beranjak meski ia memelas, Alya pun akhirnya pasrah dan memilih untuk duduk disamping pemuda itu.Ia meletakkan koper milik Isao ke samping dan menikmati hamparan ladang gandum hijau yang mulai tumbuh.

...****************...

Setelah puas beristirahat, Isao akhirnya terbangun dari tidurnya.Ia bangkit dan duduk tepat disamping Alya yang sejak tadi hanya duduk sembari memandangi hamparan ladang gandum hijau di hadapannya.

Isao pun melirik ke arah Alya sebentar, lalu ikut memandangi hamparan ladang gandum hijau yang sama dengan yang dipandangi Alya.

"Apa kau bosan?", tanya Isao sembari tersenyum tipis, seolah sedang menertawakan hal yang lucu dalam pikirannya.

Mendengar pertanyaan Isao, Alya pun sontak menoleh.Namun ia cukup terkejut lantaran matanya tak sengaja menangkap gurat kelelahan di wajah Isao yang nampak jelas dari jarak sedekat ini.

"Sedikit", jawab Alya canggung seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain.Ia khawatir Isao akan memergokinya yang tak sengaja memandangi wajahnya lekat-lekat.

'Wajahnya terlihat sangat lelah.Apa mungkin dia kesini untuk melepas penat?', batin Alya penasaran.

"Apa kita pulang sekarang?", tanya Isao sambil menoleh sekali lagi pada Alya

Alya hanya mengangguk tanpa mengatakan sepatah katapun.

Isao pun segera berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Alya untuk membantunya berdiri.

Setelah membersihkan pakaian mereka yang dipenuhi dedaunan kering, mereka pun segera menuruni bukit dan berjalan menuju ke tempat sepeda mereka terparkir.Isao naik lebih dulu, kemudian Alya menyusul dan mengatur posisi agar ia bisa duduk dengan nyaman sambil memeluk koper milik Isao.

"Aku akan mengayuh sepeda ini dengan cepat, jadi peganganlah dengan erat!Kalau perlu, peluk pinggangku kuat-kuat agar kau tidak terjungkal kebelakang, mengerti?!", Isao memperingatkan

Alya cukup terkejut mendengar arahan dari Isao.Meski begitu, ia tetap berusaha melakukannya seperti yang diperintahkan pemuda itu.

Dengan ragu Alya mengarahkan kedua tangannya ke pinggang Isao, tanpa berani menyentuh tubuhnya sedikit pun dan hanya meremas ujung kemejanya dengan erat.

"Aku sudah siap!"

Setelah mendengar aba-aba dari Alya, Isao pun segera mengayuh sepedanya.

Dan seperti yang telah ia sampaikan sebelumnya, Isao benar-benar mengayuh sepedanya dengan ugal-ugalan, hingga membuat Alya tegang dan berteriak ketakutan.

Meski begitu, Isao tak menghiraukan teriakan Alya dan terus mengayuh sepedanya hingga melaju dengan kencang.

Dia menangis sepanjang malam

Setelah melalui drama yang cukup melelahkan sepanjang perjalanan mereka, Isao dan Alya akhirnya tiba di rumah Nenek Asami dengan selamat.

Begitu selesai memarkirkan sepedanya di garasi, Isao langsung meninggalkan Alya seorang diri dan berlari ke dalam rumah sang Nenek.Sementara Alya yang sejak tadi sibuk menenteng koper milik Isao, berjalan dengan santai menuju villa untuk meletakkan koper tersebut di sana.

Setibanya di dalam kamar utama villa, Alya bertemu dengan bibi Akiko, asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Nenek Asami.Beliau terlihat sibuk merapikan kamar utama yang akan ditempati Isao selama berada di Biei.

"Apa Bibi Akiko butuh bantuan?",tanya Alya usai meletakkan koper Isao di depan lemari.

"Tidak perlu!Pekerjaan Bibi sudah hampir selesai", tolak Bibi Akiko dengan lembut

"Daripada membantu pekerjaan Bibi, lebih baik Alya chan segera pulang ke rumah.Jam makan siang Nenek Asami sudah lewat beberapa menit!", lanjut Bibi Akiko

Mendengar hal tersebut, Alya pun sontak terkejut.Ia bergegas melirik ke arah jam tangannya untuk memastikan ucapan Bibi Akiko.Dan benar saja, jam telah menunjukkan pukul satu siang lewat lima belas menit.

"Astaga, waktu makan siang Nenek Asami sudah lewat!", kata Alya seraya menepuk jidatnya.

Bibi Akiko lantas tersenyum melihat ekspresi panik Alya

"Pulanglah ke rumah dan siapkan makan siang untuk Nenek Asami!".

Tanpa sempat membalas ucapan Bibi Akiko, Alya segera berlari ke rumah Nenek Asami.

...****************...

"Terima kasih atas makan malamnya", ucap Nenek Asami, mengakhiri perjamuan makan malam mereka yang baru saja berakhir.

Alya, Bibi Akiko dan Isao kompak membalas ucapan Nenek Asami, lalu dengan cekatan mengerjakan tugas masing-masing.

Selagi Alya dan Bibi Akiko sibuk membereskan peralatan makan mereka, Isao berjalan menghampiri Nenek Asami dan membawa beliau kembali ke kamarnya untuk beristirahat.Ia bahkan tak beranjak dari kamar sang Nenek hingga beliau tertidur pulas.

Sejak kedatangannya siang tadi, Isao dengan setia terus mendampingi Nenek Asami.Ia juga membantu sang Nenek untuk melakukan aktivitas sehari-harinya sesuai dengan arahan yang Alya berikan.

Karena sebagian besar tugasnya telah diambil alih oleh Isao, pekerjaan Alya pun jadi lebih santai dari biasanya.Ia hanya perlu memantau keduanya dari kejauhan, kalau-kalau Nenek Asami membutuhkan bantuannya.

Sayangnya, seharian ini sang majikan tak sekali pun mencarinya dan hanya sibuk menertawakan lelucon Isao yang tidak dipahami oleh Alya.

Sempat terbersit rasa cemburu di hati Alya, karena Nenek Asami hanya berfokus pada Isao semenjak ia tiba di Biei.Ia merasa ada yang hilang dari dirinya seharian ini, karena tak tahu harus melakukan apa.

Namun Alya sadar, tidak seharusnya ia bersikap seperti itu, mengingat Isao adalah cucu satu-satunya yang Nenek Asami miliki dan sudah beberapa tahun ini tak beliau jumpai

Malam semakin larut, keadaan di sekitar rumah Nenek Asami pun perlahan mulai hening.

Alya sedang asyik duduk di kursi sembari memainkan ponselnya, saat Isao keluar dari kamar Nenek Asami.Ia pun segera menoleh kearah Isao yang terlihat sedang memberi isyarat kepadanya dengan jari telunjuknya, agar Alya tak mengeluarkan suara keras yang bisa membangunkan sang Nenek.

"Nenek sudah tidur.Kau bisa istirahat sekarang!", perintah Isao sambil berbisik.

"Kalau begitu aku ke kamar dulu.Terima kasih atas bantuannya", ucap Alya yang juga ikut berbisik sambil membungkukkan badannya.

Setelahnya, tak ada lagi obrolan diantara mereka.Keduanya berpisah dan kembali ke kamar masing-masing.

...****************...

Alya baru saja selesai membaca novel yang telah ia baca berulang kali sejak kedatangannya di Jepang.Setiap malam, ia selalu menyempatkan diri membaca beberapa bab dari salah satu novel yang ia bawa dari Indonesia untuk membantunya tidur.

Sejak meninggalkan Indonesia, tidur Alya tak begitu nyenyak, karena selalu teringat pada kedua orang tuanya di Solo.Terlebih ia terus memikirkan keadaan Ayahnya yang sakit-sakitan.Beliau divonis mengidap kanker paru-paru stadium satu.

Meski telah menjalani serangkaian operasi dan kemoterapi, namun Ayahnya tak dapat kembali aktif bekerja seperti dulu lagi.Beliau harus pensiun dini sebagai tenaga pendidik akibat penyakit yang dideritanya tersebut.

Sementara Ibunya yang hanya sebagai Ibu rumah tangga biasa, harus merawat Ayahnya seorang diri di rumah.

Alya hanya memiliki satu kakak laki-laki bernama Arya.Sama seperti dirinya, sang kakak pun tak dapat membantu Ibunya merawat sang Ayah akibat tuntutan pekerjaan.Ia bekerja di salah satu Universitas ternama di kota Makassar sebagai seorang dosen.

Karena berada di pulau yang berbeda, sang kakak pun terpaksa harus tinggal jauh dari kedua orang tuanya.

Sebenarnya Alya sangat berat meninggalkan kedua orang tuanya dalam kondisi seperti itu.Namun rasa tanggung jawabnya sebagai seorang anak dan rasa tidak enaknya kepada sang kakak yang harus menjadi tulang punggung tunggal keluarga mereka, Alya pun terpaksa merantau jauh ke luar negeri demi membantu meringankan biaya pengobatan Ayahnya.

Meski begitu, Alya tetap senang bisa mendapatkan kesempatan bekerja di luar negeri.Ia jadi memiliki pengalaman bekerja di tempat asing dengan kebudayaan dan iklim yang sangat jauh berbeda dengan Indonesia.Terlebih ia memiliki majikan yang sangat baik dan lingkungan tempat tinggal yang sangat nyaman.

...****************...

Alya tengah bersiap-siap mematikan lampu tidur, saat dirinya tak sengaja mendengar suara aneh dari luar kamarnya.Samar-samar ia mendengar suara seorang pria sedang menangis dari arah jendela.Kebetulan jendela kamarnya berhadapan langsung dengan balkon kamar utama di Vila sebelah.

Karena penasaran dengan suara tersebut, Alya pun memberanikan diri berjalan ke arah jendela kamarnya.Ia membuka sedikit tirai gorden kamarnya untuk mengintip keluar.

Namun hal yang tak pernah Alya duga sebelumnya, sedang terjadi di seberang sana.Ia pun memicingkan matanya, untuk memastikan jika yang dilihatnya saat ini bukanlah halusinasi.

'Apa aku tidak salah lihat?'

Balkon villa yang tengah di pandangi Alya saat ini, terhubung langsung dengan kamar utama yang sedang ditempati Isao.Dinding dan pintunya yang terbuat dari kaca, membuat seisi kamar tersebut dapat terlihat dengan jelas dari luar jika tirai gorden di kamar itu tidak di tutup.

Dan secara kebetulan, malam ini tirai yang seharusnya menjadi penyekat antara kamar dan balkon dalam kondisi terbuka.Bahkan pintu kacanya pun terbuka lebar dan lampunya masih menyala.Karena itu Alya bisa melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi di dalam kamar tersebut.

Alya melihat Isao sedang duduk ditepi tempat tidur seraya meremas rambutnya dengan kuat.Yang lebih membuat Alya tercengang, ia melihat Isao sedang menangis tersedu-sedu sambil memandangi sesuatu yang berada di hadapannya.

'Apa yang terjadi?Bukannya seharian ini dia baik-baik saja?', batin Alya.

Melihat hal tersebut, Alya pun jadi penasaran dengan apa yang terjadi pada Isao.Ia bahkan tak mengalihkan pandangannya sedikitpun, hingga Isao lelah dan membaringkan kepalanya di tepi kasur sebelum akhirnya tertidur.

Setelah memastikan tak ada lagi yang terjadi, Alya pun berbalik dan melangkah pelan menuju tempat tidurnya.Ia berbaring sambil memandangi langit-langit kamarnya, memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada Isao, hingga pemuda itu terlihat begitu sedih.

Saking penasarannya, Alya bahkan tak sadar sudah tertidur dalam keadaan memikirkan Isao.

...****************...

Alarm ponsel Alya tiba-tiba berdering, memaksanya untuk bangun dan menjalankan tugas sehari-harinya.Seperti biasa, Alya bangun di subuh hari dan memulai aktifitasnya di jam tersebut.

Setelah menunaikan ibadah subuh, Alya berjalan ke jendela kamarnya.Ia menyingkap tirai gorden dan membuka bingkai jendela kamarnya lebar-lebar, kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan, lalu menghirup udara segar dari luar kamarnya dan menghembuskannya dengan pelan sambil tersenyum

Setelah puas menikmati udara segar dari luar kamarnya, Alya pun bergegas ke dapur untuk menyiapkan sarapan Nenek Asami.Namun setibanya di dapur, Alya justru dikejutkan oleh kehadiran Isao yang saat itu sedang berdiri di depan kitchen set sambil memasak sesuatu.

Seakan merasakan kehadiran Alya, Isao pun spontan menoleh dan tersenyum ke arah Alya, lalu kembali fokus dengan apa yang ia kerjakan.

"Selamat pagi Alya san", sapa Isao dengan ramah

Alya tak langsung menjawab.Ia terdiam cukup lama sembari menatap punggung Isao yang sedang membelakanginya.

"Selamat...pagi....", jawabnya terbata-bata.

"Aku sedang memasak bubur kesukaan Nenek Asami, karena itu kamu tidak perlu repot-repot membuatkan sarapan untuk Nenek.Setidaknya selama berada disini, aku akan merawat Nenek", ucap Isao pada Alya tanpa mengalihkan pandangannya pada panci yang sedang ia pegang.

Namun bukannya senang mendengar ucapan Isao, Alya justru terlihat kesal, seolah pria itu akan merebut pekerjaannya.Ia pun menghampiri Isao dengan wajah cemberut, lalu menatapnya dengan tatapan sinis.

"Jika watanabe san mengambil alih semua pekerjaanku, lantas aku mengerjakan apa?Tidak mungkin kan aku dibayar tanpa bekerja!"

Isao tak langsung menanggapi dan hanya fokus pada masakannya yang sebentar lagi matang.

Setelah memastikan masakannya matang, Isao segera mematikan kompor, lalu berbalik menatap Alya sambil tersenyum.

"Untuk saat ini, anggap saja kau tuan rumah dan aku orang yang menumpang di rumahmu.Dengan begitu kau tidak akan merasa terbebani dengan apa yang akan aku lakukan.Setuju?"

Alya hanya terdiam, tak menanggapi usulan Isao.Ia terlihat bingung.Namun bukan bingung lantaran ucapan yang Isao lontarkan padanya barusan, melainkan ia bingung melihat ekspresi pemuda itu yang terlihat begitu ceria.

'Bukannya semalam dia menangis tersedu-sedu seperti anak kecil?kenapa sekarang dia malah terlihat ceria begini?',batin Alya.

"Alya san!!!".

Isao menepuk pundak Alya, hingga membuatnya terperanjat.Ia tak sadar jika sedari tadi dirinya menatap wajah Isao lekat-lekat.Alya pun sontak menundukkan kepalanya, begitu ia sadar apa yang baru saja ia lakukan.

"Maaf!"

Karena malu, Alya pun segera berbalik badan dan berjalan dengan cepat ke kamar Nenek Asami.Ia meninggalkan Isao sendirian dengan wajah kebingungan, usai melihat ekspresi Alya yang salah tingkah.

...****************...

Alya berjalan dengan cepat menuju kamar Nenek Asami.Wajahnya nampak memerah, lantaran malu karena ketahuan tengah memandangi wajah Isao.

Untungnya saat Alya masuk ke kamar, Nenek Asami sudah bangun dan tengah berusaha untuk bangkit.Ia pun segera menghampiri Nenek Asami dan membantunya untuk duduk.

"Ada apa Alya chan?Kenapa wajahmu merah begitu?", tanya Nenek Asami khawatir seraya memandangi kedua pipi Alya.

Sontak Alya pun salah tingkah mendengar pertanyaan Nenek Asami, seolah ia baru saja kedapatan telah melakukan hal yang memalukan.

"Tidak apa-apa Nek!Alya hanya kedinginan!Itu sebabnya wajah Alya memerah", jawab Alya sembari memegangi kedua pipinya.

"Kedinginan?Apa penghangat ruangan di kamarmu rusak?", tanya Nenek Asami sekali lagi.Beliau terlihat semakin khawatir.

"Bukan begitu Nek!Tadi....Alya...tidak sengaja memutar kran air dingin saat membasuh wajah", Alya memutar kedua bola matanya, berusaha mencari alasan agar sang majikan tidak semakin panik.

Namun Nenek Asami justru tertawa mendengar alasan Alya yang dirasa lucu oleh beliau.

"Padahal Nenek lebih tua darimu, tapi malah kau yang jadi pikun?Dasar Alya chan!", Nenek Asami tertawa terbahak-bahak seraya memukul pelan punggung Alya

Belum reda tawa Nenek Asami, tiba-tiba Isao muncul tanpa mengetuk pintu.

"Kalian sedang menertawakan apa?Sepertinya sangat seru?", tanya Isao seraya duduk di sofa yang berada di samping tempat tidur Nenek Asami.

"Tadi Nenek khawatir saat melihat wajah Alya chan memerah.Nenek kira Alya chan sedang sakit, tapi Alya chan bilang dia lupa menyalakan kran air hangat dan langsung menggunakannya untuk membasuh wajah, karena itu wajahnya memerah seperti kepiting rebus", cerita Nenek Asami seraya tertawa.

Namun bukannya ikut tertawa, Isao justru mengernyitkan alis sambil tersenyum paksa, seolah sedang memikirkan sesuatu.

Melihat ekspresi Isao yang keheranan, Alya pun berusaha mengalihkan pembicaraan untuk meredakan kecanggungan diantara mereka.

"Bagaimana kalau Nenek membasuh wajah sekarang dan berjalan-jalan pagi bersama watanabe san?Biar Alya bisa merapikan kamar Nenek lebih cepat!"

Tanpa pikir panjang, Isao segera berdiri dan berjalan menghampiri Nenek Asami

"Alya san benar!Kita berdua harus pergi jalan pagi agar dia bisa berkonsentrasi bekerja", kata Isao pada Neneknya.

Nenek Asami pun mengangguk setuju dan segera ke kamar mandi dengan dibantu Isao.

...****************...

Alya sedang mengamati Nenek Asami dan Isao yang terlihat tengah berkeliling di ladang bunga dari kejauhan.Nampak jika keduanya sangat bahagia bisa menghabiskan waktu bersama.Ia pun ikut senang melihat keakraban mereka berdua.

Nenek Asami juga terlihat lebih segar sejak kedatangan Isao, seakan kedatangan cucunya itu mampu menghidupkan suasana rumahnya yang sepi.

Melihat keduanya sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, Alya bergegas ke dapur dan menyiapkan sarapan untuk Nenek Asami.

Sekembalinya Alya di teras rumah, Isao dan Nenek Asami pun sudah tiba di sana.Setelah Nenek Asami duduk di kursi goyangnya, Alya segera menyodorkan mangkok berisi bubur dan sebuah tumbler pada Isao yang sudah lebih dulu duduk di tempat ia biasa duduk sambil menyuapi Nenek Asami.

Dengan lembut Isao menyuapi sang Nenek sambil mengajak beliau bercerita, hingga buburnya habis tak bersisa.Dari caranya berinteraksi dengan sang Nenek, nampak sangat jelas jika Isao begitu menyayangi beliau.

Setelah selesai sarapan, Nenek Asami lanjut beraktifitas.Beliau mandi pagi, lalu berpakaian dengan di bantu Alya.Setelah itu, Nenek Asami kembali ke teras untuk merajut, sembari memantau ladang bunga dan perkebunannya yang mulai digarap oleh para petani.

Alya pun nampak sibuk menyiapkan benang wol yang akan digunakan beliau untuk merajut.Sementara Isao pergi ke ladang untuk membantu para petani menggemburkan tanah.

...****************...

Alya baru saja selesai membaca buku dan bersiap untuk tidur, saat lagi-lagi ia mendengar suara tangisan seorang pria seperti malam sebelumnya.

Seakan yakin jika suara itu berasal dari kamar Isao, Alya pun kembali mengintipnya melalui jendela.Dan sesuai dugaannya, ia lagi-lagi mendapati Isao sedang menangis di waktu dan tempat yang sama.

Melihat hal tersebut, rasa penasaran Alya akan alasan Isao menjadi seperti itu pun kian besar.Ia ingin tahu penyebab Isao menangis setiap malam.Ia juga penasaran dengan benda yang selalu pemuda itu tatap saat sedang meratapi kesedihannya.

Karena itulah Alya terpikirkan sebuah ide yang akan menguak alasan cucu majikannya itu menangis setiap malam.Ia berharap idenya ini bisa terlaksana agar dirinya dapat tidur dengan nyenyak tanpa rasa penasaran lagi.

Awal kebencian Isao

Hari ini Isao kembali bangun lebih pagi dan memasak bubur untuk Nenek Asami.Dan seperti sebelumnya, ia lagi-lagi memperlihatkan ekspresi cerianya, seolah tak pernah terjadi apa-apa padanya di malam hari.

Meski begitu, ekspresi palsu Isao itu tak dapat menyembunyikan kondisi matanya yang sembab.

Karena itulah Alya semakin yakin untuk menjalankan rencana yang sudah ia persiapkan semalam.Dan malam ini ia bertekad untuk menjalankan rencana tersebut.

'Malam ini rencanaku harus berhasil!Apapun yang terjadi!', batin Alya seraya melirik jam tangannya.Ia benar-benar tak sabar menunggu waktu dimana Isao akan menangis seperti biasanya.

Tepat pukul sebelas malam, Alya kembali mendengar suara tangisan dari arah yang sama.Ia pun mengintip untuk memastikan jika pemilik suara itu masih orang yang sama.Dan sesuai dugaannya, Alya melihat Isao sedang menangis seraya menyandarkan kepalanya ke tepi ranjang.

Usai memastikan keadaan di dalam rumah aman, Alya pun mengendap-endap keluar agar langkahnya tak terdengar oleh penghuni rumah yang lain.Setibanya di luar rumah, ia berjalan menuju taman yang terletak diantara rumah dan villa.Ia memutar kran air yang terhubung ke selang irigasi yang digunakan untuk menyiram tanaman dan rumput di sekitar taman tersebut.

Dengan cepat air menyembur keluar dan membasahi seluruh taman.Setelah beberapa saat menunggu, Alya pun berpura-pura lari ke arah ujung selang dan mencoba menghentikan air yang membasahi seluruh taman

"Sepertinya kran air di taman rusak!", kata Alya dengan suara keras sambil menoleh kearah kamar Isao, membuat dirinya seolah-olah tak sengaja mengarahkan pandangannya kesana.

Mendengar suara Alya yang cukup keras, Isao sontak berbalik ke arah gadis itu.Ia nampak terkejut ketika melihat Alya melayangkan pandangan ke arahnya yang saat itu sedang menangis.

Alya pun berpura-pura terkejut dan memperlihatkan ekspresi paniknya melihat Isao.

"Ada apa, Watanabe san?Apa kau sakit?", tanya Alya sambil berlari kecil menghampiri Isao.

Bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan Alya, Isao justru berdiri dan berjalan ke arah balkon.Ia berencana menutup pintu kaca kamarnya yang saat itu dalam kondisi terbuka.

Namun belum sempat Isao menarik gagang pintu kamarnya, Alya sudah lebih dulu merentangkan kedua tangan dan kakinya untuk menahan pintu agar tetap terbuka dan dengan gerakan cepat, ia menyelinap masuk ke dalam kamar Isao.

Tanpa sempat berbasa-basi, Alya segera melayangkan pandangannya ke arah kursi meja rias, mencari benda yang sudah membuatnya penasaran selama dua hari ini.Benda itu tak lain adalah benda yang selalu dipandangi Isao saat ia sedang menangis.

Sayangnya, setelah menemukan benda yang dimaksud, reaksi Alya justru diluar dugaan.Ia nampak tertegun dalam waktu yang cukup lama tanpa berkedip sekalipun.

Rasanya Alya tak percaya jika benda yang mampu membuat Isao meneteskan air mata ternyata sebuah bingkai foto.Di dalam bingkai tersebut, terpajang sebuah foto seorang wanita jepang.Wajahnya sangat cantik dengan senyum yang merekah, seolah sedang tersenyum pada orang yang memandangi foto tersebut.

"Jadi setiap malam kau menangisi seorang wanita?", tanya Alya, masih tak percaya.

Lagi-lagi Isao tak bersuara dan hanya memandang Alya dengan tatapan geram.Ia nampak kesal melihat tindakan Alya yang dengan lancang masuk ke dalam kamarnya dan memeriksa barang-barang miliknya.

Saking kesalnya, Isao menarik lengan Alya dengan kasar dan menyeretnya keluar dari kamar.

"Apa yang kau lakukan?!Bukankah tindakanmu barusan itu sangat tidak sopan?!", bentak Isao setelah berhasil membawa Alya keluar dari kamarnya, tanpa melepaskan cengkraman tangannya dari lengan Alya.

Alya yang merasa kesakitan akibat cengkraman tangan Isao, berusaha memberontak agar Isao melepaskan lengannya.Namun tenaganya yang tak sebanding dengan tenaga Isao, membuatnya tak bisa lepas dengan mudah dari cengkraman pemuda itu.

"Maaf, aku tidak bermaksud bertindak tidak sopan padamu!Aku hanya merasa terganggu tiap kali mendengarmu menangis", sesal Alya.

Namun bukannya memahami alasan Alya dan memakluminya, Isao justru semakin geram setelah mendengar jawaban dari Alya.Ia mempererat cengkraman tangannya dan menatap Alya penuh amarah.

"Kau bahkan berani menguping?berani sekali kau!", bentak Isao seraya mengangkat satu tangannya.

Khawatir Isao akan melayangkan pukulan padanya, Alya pun refleks menunduk dan menginjak kaki Isao dengan sekuat tenaga.

"Argh!!!"

Isao mengerang kesakitan, hingga tanpa sadar telah melonggarkan cengkeramannya dan membuat Alya bisa kabur darinya.

"Maafkan aku!!!", teriak Alya di tengah usahanya untuk lari meninggalkan Isao.

"Hei!Berhenti!Kau mau kemana?!", teriak Isao.

Namun teriakannya itu tak di indahkan oleh Alya yang terus saja berlari hingga masuk ke dalam rumah dan tak terlihat.

'Awas kau!Akan ku balas perbuatanmu!', batin Isao kesal.

Sesampainya di dalam kamar, Alya segera mengunci pintu dan bergegas naik ke atas kasur, lalu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.Ia nampak ketakutan, membayangkan kejadian yang baru saja ia alami.

'Apa itu barusan?Apa memang sifat aslinya seperti itu?Apa sifatnya yang sebelumnya itu palsu?Wah, aku baru saja membangunkan monster yang sedang tertidur!!!', batin Alya

...****************...

Alarm ponsel Alya tiba-tiba berdering, menandakan jika sudah waktunya untuk ia bangun.Namun setelah beberapa menit berlalu, Alya belum juga menunjukkan tanda-tanda akan beranjak dari tempat tidurnya.

Bukan tanpa alasan ia bermalas-malasan.Alya masih trauma dengan kejadian semalam dan hal itu membuatnya sangat takut untuk keluar.Ia takut kalau-kalau Isao tiba-tiba muncul di dapur dan menangkapnya.

Lalu setelah setengah jam berlalu, Alya pun mulai terlihat gelisah karena belum juga menjalankan aktivitasnya seperti biasa.Ia dilanda rasa cemas, memikirkan tugasnya merawat Nenek Asami.Bagaimana jika beliau lapar, sementara Alya belum menyiapkan apapun untuknya.

Tak ingin rasa bersalahnya semakin besar, Alya pun memberanikan diri untuk keluar dari kamar.Ia membuka pintu dan berjalan pelan ke arah dapur, sambil melirik ke segala penjuru rumah.Beruntung sosok Isao tak nampak di mana pun dan membuatnya sedikit lega.

'Syukurlah dia tidak datang!', batinnya

Tanpa berlama-lama, Alya segera memasak bubur dan lauk untuk Nenek Asami tanpa memikirkan apapun lagi tentang Isao.

...****************...

Setelah selesai membuat sarapan, Alya bergegas menuju ke kamar Nenek Asami.Ia bermaksud membangunkan beliau dan mengajaknya berkeliling ladang.

Namun belum sempat membangunkan sang majikan, Alya tiba-tiba dikejutkan oleh kehadiran Isao yang saat itu sedang duduk sambil menyilangkan kakinya di sofa yang berada di dalam kamar Nenek Asami.

Saking terkejutnya, Alya sampai berteriak histeris, hingga terperanjat dari tempatnya berdiri.

"Aaaaa!!!!"

Nenek Asami yang sudah duduk di tepi ranjang pun ikut terkejut melihat reaksi Alya yang seolah baru saja melihat hantu.Sementara Isao hanya terdiam dengan posisi kedua tangannya yang terlipat di dada.Ia mengalihkan pandangannya pada Alya sambil menatapnya dengan tatapan sinis.

"Ada apa Alya chan?", tanya Nenek Asami cemas.

"Tidak nek!Alya hanya kaget melihat watanabe san duduk disitu", ucap Alya terbata-bata sambil mengusap kedua tangannya bergantian dengan cemas.

"Memangnya kenapa jika aku ada disini?Apa aku perlu izin darimu sebelum menemui Nenek?Lagipula kau ini siapa, sampai sibuk mengaturku harus berada dimana?", tanya Isao dengan nada kasar.

"Isao chan, kenapa kau berbicara seperti itu pada Alya chan?Kasihan dia!Wajahnya sampai pucat karena kaget!Harusnya kau membantu Nenek menenangkan dia, bukan malah berbicara kasar seperti itu!", tegur Nenek Asami

"Untuk apa aku berbicara lembut pada orang yang lancang seperti dia, Nek?Dia itu orang yang bekerja pada kita!Seharusnya dia tahu menempatkan posisinya sebagai seorang karyawan!", jawab Isao, masih dengan nada yang kasar.

Nenek Asami hanya terdiam mendengar perkataan Isao yang lagi-lagi terdengar kasar.Beliau tak ingin memperkeruh suasana dan bertengkar dengan cucunya.

Disisi lain, Alya hanya bisa menunduk pasrah.Ia merasa sangat menyesal atas perbuatannya semalam yang telah menyinggung perasaan Isao.

Terlebih lagi Alya lah yang lebih dulu menyakiti Isao dengan memasuki kamarnya tanpa izin, bahkan menginjak kakinya dengan keras.Padahal ia sendiri tidak dapat memastikan, apakah Isao memang bermaksud ingin menamparnya atau tidak.

"Sudahlah!Tidak usah diperpanjang!Nenek mau jalan-jalan pagi.Siapa diantara kalian yang mau menemani Nenek?", tanya Nenek Asami berusaha mencairkan suasana.

Tanpa menjawab permintaan Nenek Asami terlebih dahulu, Alya pun segera berjalan ke arah beliau, bermaksud untuk membantunya berdiri.

Namun dengan gerakan cepat, Isao menghalangi jalan Alya dan dengan sengaja menyenggolnya, hingga gadis itu terlempar ke sudut kamar.Beruntung Alya mampu menahan keseimbangan tubuhnya hingga ia tidak terjatuh ke lantai.

"Aku yang akan mengantar nenek", ucap Isao seraya tersenyum ke arah nenek Asami dan menggenggam tangan beliau.

Alya yang segera menepi di dinding kamar, hanya bisa pasrah menerima perlakuan kasar Isao padanya.Ia sudah menebak, Isao akan memperlakukannya seperti ini, mengingat yang ia lakukan semalam memang cukup keterlaluan.

...****************...

Setelah Nenek Asami beristirahat siang, Alya bergegas keluar dari kamar beliau.Ia berencana ke dapur untuk mencuci piring bekas makan siang mereka.

Namun baru saja Alya selesai menutup pintu kamar sang majikan, tiba-tiba saja seseorang menarik lengannya dengan kasar dan menyeretnya ke ruang laundry yang berada di ujung koridor.

Alya begitu terkejut saat melihat Isao menariknya ke ruangan tersebut dan menyandarkannya dengan kasar ke dinding.Ia membekap mulut Alya dengan telapak tangannya yang besar, agar gadis itu tidak membuat keributan.

"Jangan harap setelah kejadian semalam, aku akan bersikap baik padamu lagi!Aku benci wanita yang suka ikut campur urusan orang lain!Jika bukan karena Nenek Asami, aku tidak akan berbaik hati padamu!Jadi jaga sikapmu!Jangan urusi urusanku jika tidak ingin ku pulangkan ke kampung halamanmu, mengerti!", ancam Isao sedikit berbisik, namun mengintimidasi.

Sontak sekujur tubuh Alya merinding ketakutan.Tenggorokannya terasa tercekat, melihat ekspresi wajah Isao yang sangat berbeda dari yang biasa ia tunjukkan.Matanya memelototi Alya, hingga kedua bola mata birunya nampak bergetar menahan emosi.Sorot matanya yang biasanya lembut, kini terlihat menakutkan.

Bola mata biru indah milik Isao itu, kini tak lagi membuat Alya terpana.Ia justru gemetar ketakutan, seakan melihat vampir yang siap menghisap darahnya hingga habis.

Keringat dingin bahkan mengucur deras di wajah Alya, ketika menatap garis wajah Isao yang dengan jelas memperlihatkan kemarahannya.Dengan perasaan takut, Alya pun mencoba mengangguk, mengiyakan perintah Isao.

Melihat Alya yang hanya bisa mengangguk setuju, Isao pun segera melepaskan tangannya.Ia mengacungkan telunjuknya ke depan wajah Alya dan memperingatinya sekali lagi

"Kerjakan tugasmu dan bersikaplah seperti biasa tanpa mencoba mencari perhatianku!Jangan karena Nenek selalu bersikap baik padamu, lantas kau berbuat seenaknya padaku!Aku bukanlah Nenek yang bisa mentoleransi setiap perbuatan lancangmu padaku.Sekali lagi kau melakukan hal seperti semalam, maka aku tidak akan segan-segan menyiksamu!"

Alya bergidik ketakutan mendengar peringatan Isao.Ia memeluk tubuhnya sendiri dan terdiam cukup lama di tempatnya berdiri.Sementara Isao sudah pergi lebih dulu, meninggalkannya seorang diri di ruang laundry.

Begitu Isao tak terlihat lagi, kaki Alya sontak melemas dan ia tersungkur ke lantai.Ia masih tak menyangka jika di balik wajah tampan dan sikap ramah Isao, terdapat sisi gelap dan menyeramkan dari diri pemuda itu.

Memikirkan hal tersebut membuat pelupuk mata Alya berkaca-kaca.Untung saja air matanya tidak sampai menetes.Ia berusaha menguatkan hatinya untuk tidak memikirkan kejadian barusan.

Setelah berhasil menenangkan diri, Alya segera bangkit dan melanjutkan aktivitasnya sambil berusaha bersikap seperti biasanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!