NovelToon NovelToon

Akibat Melet Istri

Bab. 1.MARAH

"Pyaaarr....!

Sebuah gelas sengaja dijatuhkan ke lantai dengan sangat keras.

Wajah merah padam dan juga kepalan tangan yang sangat kuat jelas terlihat oleh Devia.

Tidak berani menatap Devia memilih menundukkan kepalanya, tubuhnya bergetar dan Wajahnya berubah pias, dia sangat ketakutan dengan Amarah Papanya yang belum pernah Devia alami.

Papanya yang begitu lembut dan memanjakan dirinya kini sedang murka dan marah padanya.

"Kau benar-benar memalukan Via, apa kau sadar siapa dirimu dan siapa pemuda itu?

" Maaf, Pa. Via Khilaf, "

"Maaf kau bilang, mau ditaruh dimana muka Papa ini hah, kau benar-benar memalukan, kamu mang pantas untuk dihukum, "

Dengan cepat Papa Devia langsung melepaskan ikat pinggang nya dan berniat untuk memukul kan pada Devia yang sudah ketakutan.

Ketika sabuk itu sudah terangkat keatas sebuah tangan menahannya.

"Pa, kau mau memukul Putri mu, apa kau tega, "

"Kenapa tidak anak seperti itu harus diberi pelajaran agar dia tidak kurang ajar lagi, "

"Tapi, Pa. dia itu Putri mu putri kita Aku tidak akan biarkan Papa memukul nya karena bagaimana pun juga Via anak kita. "

"Jauhkan tanganmu Ma, kau jangan coba coba menghalangi Aku, biar Aku tunjukkan kepadanya agar dia tidak berani melakukan kesalahan lagi, "

"Tidak, kalau Papa mau memukul Via pukul juga Mama, karena Mama yang tidak becus dalam mendidik dan menjaga Via, sehingga Via berlaku yang memalukan keluarga. "

"Ma, minggir Aku bilang, "

"Tidak, kalau Papa mau memukul Via pukul Mama lebih dulu karena Mamalah yang bersalah karena Mama orang tua yang bodoh yang tidak bisa mendidik anak! " geram Mama Devia yang tidak Terima jika Putrinya akan di cambuk dengan menggunakan sabuk.

Sementara Devia menangis tergugu sambil menundukkan kepala tubuhnya limbung hingga jatuh bersimpuh di lantai.

"Papa bilang Minggir Ma..!

" Tidak..!

"Pa, Ma maafkan Via Sungguh Via tidak tau jika semua akan jadi begini, Via juga tidak tau mengapa semua terjadi pada Via tolong Mama dan Papa maafkan Via.

" Araaaagh...!

Karena kesal sang Istri tidak juga kunjung pergi dan membiarkan dirinya menghukum putrinya akhirnya Papa Devia melemparkan sabuknya ke lantai.

"Sekarang kita mau bagaimana hah Via sudah mencoreng nama baik keluarga dan Via tidak pantas menjadi bagian keluarga ini, "

"Tenang Pa kita bicarakan baik-baik dan kita tanya baik-baik ViaVia, Mama tau Via sangat mencoreng Nama keluarga kita tapi setidaknya kita akan menemukan solusi untuk hal ini Pa. "

"Baik, sekarang katakan solusi apa yang baik untuk kita setelah apa yang Via lakukan pada keluarga kita, " geram Papa Devia dengan nada penuh penekanan sungguh dirinya sangat kesal dan Marah dengan sikap Devia yang sudah melampoi batas.

Dengan perlahan lahan Sang Mama berjalan mendekati Devia yang masih menangis dengan sesenggukan di atas lantai yang dingin.

"Via, Mama sangat kecewa dengan mu Nak, Mama tidak menyangka jika kau sangat tega mencoreng muka keluarga, sekarang kamu harus menerima semua akibat dari perbuatan dirimu, "

"Hizk... hizk.. Ma, Via minta maaf Via tidak tau mengapa bisa terjadi begini, sungguh Ma Via tidak tau, "

"Bukan itu yang kini menjadi masalah untuk semuanya menyesal itu sudah tidak berguna Mama sangat kecewa dengan mu dan dengan berat hati kamu harus menerima segala keputusan kami. "

"Ma, Via minta Maaf, "

Mama Devia mengangkat tangannya dengan tinggi tinggi memberikan tanda agar Devia tidak lagi banyak bicara dan meminta Devia untuk diam.

"Kau duduk disana, "

Devia yang mendengar seruan sang Mama dan tidak mengerti apa maksud dari Mamanya hanya diam terpaku di tempat.

Melihat Devia sang Putri masih saja diam dan tidak beranjak dari tempat duduknya, Mama Devia menatap tajam pada Putri nya.

"Apa kau tidak mendengar perintahku Via? " seru sang Mama dengan keras, sementara Papa Devia hanya bisa menarik napas panjang kemudian menghembuskan nya dengan perlahan, mencoba untuk bersikap tenang dan bersabar menahan amarah hatinya yang membuncah karena ulah dari Putri semata Wayang nya.

Mendengar brantakan dan seruan Mamanya untuk yang kedua kali Devia segera bangkit dari duduknya dan mulai berjalan mendekati kursi yang ada di pojok ruangan.

"Bagus kamu itu memang sudah memiliki dasar menjadi anak yang bandel ya, masa Mama sampai harus berteriak ketika bicara dengan mu, "

"Maaf, Ma, "

"Maaf, Maaf bisamu hanya Maaf saja, sekarang katakan dengan jelas Siapa laki-laki yang berasamu itu, "bentak sang Mama dengan nada penuh penekanan.

"Di-dia Usman Ma, "

"Siapa itu Usman? "

"Araaaagh, pertanyaan kamu kelamaan Ma, biar Aku yang bicara. "

Papa Devia segera berjalan mendekati Putri nya kemudian menatap tajam padanya.

"Tidur dengan laki-laki kampungan itu kan?

Devia yang ditanya langsung pada pokok akarnya menundukkan kepala diam seribu bahasa,

" Kenapa Diam jawab...! bentak sang Papa dengan suara yang menggelegar, sungguh hati dan jantung Devia seolah hendak lepas mendengar bentakan Papanya yang baru pertama kali ini Devia alami.

Seumur umur Papanya sangat lembut dan santun tidak pernah sekalipun berkata kasar tapi kali ini sungguh Devia seolah tidak mengenali Papanya lagi, sang Papa sungguh berbeda dan sangat kasar kepadanya, mungkin semua karena kesalahan yang telah Devia lakukan tanpa sengaja.

Devia benar-benar tidak sengaja bahkan dia tidak tau jika tiba-tiba dirinya sudah berada di dalam satu ruangan dan satu Ranjang dengan seorang pemuda yang selama ini bekerja menjadi sopir pengantar sebuah barang.

"Iya, Pa, "

Devia menjawab dengan wajah menunduk dirinya benar-benar bingung dan tidak tahu harus bicara apa karena setujunya dia sendiri tidak mengerti mengapa tiba-tiba dia bisa berada di dalam satu ruangan dengan seorang laki-laki yang tidak begitu dikenalnya.

"Ma.. pangil Parjo kesini cepat. "

"Baik, Pa, "

Mama Devia segera bangkit dari duduknya kemudian berjalan ke belakang untuk memanggil Nang Parjo yang yang bertugas menjadi tukang kebun dirumah itu.

Tidak lama kemudian Mama Devia muncul bersama dengan seorang lelaki sedikit tua di sampingnya,

"Tuan apa Tuan memanggil saya, "

"Benar kamu bawa laki-laki yang bernama Usman kesini, Aku mau bicara padanya. "

"Baik Tuan, "

Bergegas laki-laki yang bernama Parjo saudara pergi meninggalkan ruangan untuk mencari laki-laki yang bernama Usman tidak menunggu lama Pak Parjo sudah kembali bersama dengan seorang laki-laki.

"Apa kau yang bernama Usman, "

"Iya Tuan, "

"Apa yang sudah kamu lakukan pada Putri ku, "

"Maaf Tuan saya lupa dan tidak ingat apapun bahkan saya juga heran kenapa saya tiba-tiba berada satu Ranjang dengan Putri Tuan. "

"Aku tidak mau membahas itu yang Aku mau cepat Nikahi putriku setelah itu bawalah dia pergi dari Rumah ini Aku tidak ingin melihat kalian disini, "

"Apa maksud Papa? "

"Apakah telingamu tuuli Via bukankah Papamu sudah menjelaskan cepat kalian menikah setelah itu pergi dari Rumah ini, "

"Tapi Pa Via mau pergi kemana?

" Tentu saja kau ikut Suamimu Via begitu juga masih bertanya pada Papa dasar gadis manja? sunggut Mama Devia dengan nada kesal.

Bab. 2.KESAL

Suara sang Mama yang biasanya terdengar lembut dan sangat penyayang kini tiba-tiba ikut seperti suara monster yang sangat mengerikan di telinga Devia.

Sungguh Devia tidak mengerti apa maksud dari Mamanya yang begitu sangat cepat berubah pikiran dan berubah sikap kepadanya di mana selama ini bahkan Baru beberapa menit yang lalu Mama Devia bersikap manis dengan menolong Devia dari hukuman cambuk yang akan di berikan oleh Papanya, Devia berpikir sang Mama sangatlah baik dan benar-benar sangat tulus menyayanginya akan tetapi pada detik berikutnya kini Mama Devia bersikap buruk dan kasar terhadap dirinya.

Devia benar-benar dibuat pusing dengan kepribadian sang Mama yang berubah-ubah.

"Dasar Ibu tiri dimana-mana sama saja jahat dan tidak berprasaan, kalaupun bersikap baik, semua karena ada maunya cuma ingin terlihat agar dirinya bisa dibilang Ibu tiri yang baik, Huuuffp, coba tidak ada masalah yang menyebalkan ini pasti Aku akan buat Wanita ini tidak akan bisa menjadi Nyonya yang bisa bersikap seenaknya, Apes banget sih Nasibku dan kenapa Aku juga merasakan Aneh tiba-tiba tanpa busana Aku sudah satu Ranjang dengan laki-laki jelek itu, sudah jelek miskin lagi hadeuuh, Malang benar ini nasib, "

Devia terus bermonolog sendiri, wajahnya menyiratkan kekesalan yang dalam terhadap Mamanya

Sementara Usman hanya bisa menundukkan kepala.

"Apa kau siap bertanggung-jawab dengan apa yang sudah kamu lakukan pada Putriku, "

"Saya siap Tuan, "

"Baiklah Aku ingin secepatnya kalian menikah dan Aku rasa hari ini juga kita akan ke KUA agar urusan kalian cepat selesai."

"Tapi, Pa. apa itu tidak terlalu cepat dan lagi Devia masih yakin tidak melakukan apa-apa dengan laki-laki ini, Papa harus mencari dan menyelidiki dulu kebenaran nya bukan? "

" Mau diselidiki dengan model apa lagi Via, Sudahlah tidak perlu ada penyelidikan lagi aku mau kalian secepatnya menikah dan pergi dari rumah ini karena aku tidak mau Memiliki seseorang Putri yang memalukan keluarga. "

"Tapi, Pa, ___

" Sudah tidak ada tapi tapi lagi cepat pergi, Mang Parjo bawa mereka sekarang juga ke KUA agar urusan mereka cepat kelar dan ini, berikan cek ini pada pengurusnya dan minta hari ini juga semua terselesaikan, Aku rasa jumlah dalam yang tertera dalam cek ini lebih dari cukup untuk menyelesaikan semua urusan. "

"Baik, Tuan, Mari Non dan kau ayo kita berangkat sekarang. "ajak Mang Parjo pada Devia dan Usman.

"Pa....! Via tidak bersalah, Via tidak mau menikah ini benar-benar tidak adil, Papa harus menyelidiki rekaman CCTV-nya, agar semuanya jelas, "elakkan Devia yang masih kekeh dengan pendirian nya jika dirinya benar-benar tidak melakukan apapun.

"Sudah Via, jangan kau banyak alasan hanya untuk bisa membuat Papamu luluh, kamu menikah saja biar tidak membuat malu keluarga, lagi pula itukan salah kamu sendiri kenapa masih mau ngelak dan bilang jika semua itu tidak benar, sudah jelas jelas tidur dengan Pemuda miskin itu dan semua sudah melihatmu, masih juga bilang salah paham, sudah Mang Parjo cepat bawa mereka agar mereka cepat melakukan pernikahan dan kemudian, ___

"Kemudian Aku pergi dari Rumah ini, begitu kan yang Mama maksud? " seru Devia dengan suara yang sangat lantang dan keras.

Mama Devia tersenyum miring melangkah mendekati Devia dan mencengkram dagu Devia.

"Kau cukup cerdas, "

"Sudah kuduga kau itu sebenarnya bukan, _____

" Sudah-sudah hentikan perdebatan ini kepalaku pusing? " teriak Papa Devia dengan keras.

Wajahnya yang Tua dan masih menyisahkan ketampanan terlihat sangat marah dan geram.

"Mang Parjo Bawa mereka sekarang, "

"Baik, Tuan, mari Nona, "

"Pa.... Papa? Via tidak mau, apa Papa tega ngelihat Via Nikah sama orang seperti dia, Pa, tolong dengarkan Via, saat itu Via juga tidak merasakan, _____

" Cukup Devia..!hentikan rengekanmu karena Papa tidak akan merubah keputusan, Ayo Ma kita pergi, "

Papa Devia segera membawa Mama Devia pergi masuk kedalam kamar sementara Devia terpaksa pergi dengan sopir pribadi Papanya Mang Parjo untuk pergi ke sebuah gedung tempat peresmian orang orang yang hendak menikah.

Dengan Wajah masam Devia duduk di bangku depan di dekat mang parjo sambil bersilang dada, sementara Usman duduk di belakangnya.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang sehingga Devia merasakan sangat lama dan bosan.

"Mang, cepat sedikit jangan lelet seperti ini, "

"Lho Non Via apa sudah siap kok minta lebih cepat, "goda Mang Parjo sambil tersenyum.

Bukannya mendengarkan perintah Devia Mang Parjo justru mengajak Devia untuk bercanda, tentu saja hal itu semakin membuat Devia kesal.

Mang Parjo adalah salah satu pekerja yang sudah sangat lama bekerja di tempat Papanya Devia menjadi Sopir pribadi bahkan jauh sebelum Devia lahir mang Parjo sudah ada.

Tidak pernah pulang kampung dan ambil cuti setiap kali diberikan kesempatan untuk mudik mang Parjo selalu menolak, hal itu terjadi ketika Devia masih berusia 5 tahun, entah apa yang terjadi sehingga mang parjo tidak pernah rindu dan ingin pulang.

Devia yang kini sudah remaja sempat merasa aneh dan penasaran, belum sempat Devia menyelidiki sebab dari mang parjo sopir pribadi Papanya yang tidak mau pulang kampung, kini Devia sudah di tempatkan dalam satu masalah yang mana Papanya menemukan dirinya sedang satu Ranjang di hotel dengan seorang pria miskin bernama Usman.

Sungguh Devia tidak mengerti mengapa semua bisa terjadi, bahkan Devia merasa masih baik-baik saja.

"Mang Parjo hentikan tawamu itu, muak Aku mendengarnya. "

"Non, kenapa harus marah marah sama Mang Parjo, kan itu salah Non Via sendiri."

"Kau juga menyalahkan Aku? "

Devia bertanya dengan sorot mata yang tajam dan penuh kekesalan.

"Fakta lebih di percaya Non dari pada sebuah alasan, "jawab Mang parjo dengan santai.

"Kau, _____

Devia menggagkat tangan hendak memukul mang Parjo yang kala itu sedang asik dan fokus dalam menyetir mobilnya.

Sementara Mang Parjo hanya tersenyum simpul laki-laki yang usianya tidak jauh beda dengan Papanya itu terlihat begitu tenang dalam menghadapi Gadis yang ada disampingnya seolah olah dia sangat memahami dan mengerti, sehingga tidak ada raut ketakutan dan kecemasan padanya ketika membuat Gadis kecil Putri dari Bosnya marah.

"Bagaimana Non, kita percepat laju dari kecepatan mobil kira ini atau bagaimana? "

"Percepat saja Aku sudah bosan dan malas Aku ingin semua cepat selesai, "

"Baiklah, Non pakai sabuk pengamannya, saya akan lakukan apa yang Non Via perintahkan. "

"Halah, tidak perlu pakai sabuk pengamanlah malas, " ketus Devia.

"Baiklah kalau begitu bersiaplah Non saya akan menambah laju kecepatan dari mobil ini, '

" Iiiihh, banyak bicara sekali sih, ngak usah ngomong cepatlah, "

Mang Parjo tersenyum kemudian menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan sangat perlahan, memejamkan mata dalam sedetik kemudian mang parjo segera menancap gas.

Bab. 3. Syok

Setelah memberikan pengertian kepada Devia agar menggunakan sabuk pengaman dan diabaikan oleh Devia Mang Parjo hanya menggulum senyum sambil menarik napas panjang, baru kemudian mulai menambah laju kecepatan dari mobilnya.

Laju kecepatan mobilnya bertambah akan tetapi tidak begitu cepat, dan hal itu mendapatkan senyuman sinis dari Devia, seolah-olah dia sedang meledek sopir Pribadi Papanya yang dinilai sangat kurang pandai dalam mengendarai mobil.

Devia memang tidak pernah melihat dan mengetahui jika Sopir pribadi Papanya mampu mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi untuk itu Devia hanya menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar sebagai bentuk rasa kekecewaan dan karena malas untuk bicara lagi Devia memilih untuk diam, tapi sebelum itu Devia yang penasaran dengan cowok miskin yang ada dibelakangnya, mencoba melirik Pemuda itu melalui kaca spion dan Devia dibuat melongo tidak percaya dengan yang dilihatnya, pemuda yang duduk di bangku belakang yang sebentar lagi akan menjadi Suaminya justru tidur dengan pulas.

"Gilaa ini cowok, dia justru tidur, apa dia pikir ini sedang tamasya jalan-jalan, dasar cowok Miskin, " geram Devia dalam hati.

Belum juga rasa kesal dan geram yang ada di dalam hati Devia bisa hilang dirinya langsung tersentak kaget manakala mobil yang dia tumpangi tiba-tiba melaju dengan kecepatan sangat tinggi, bahkan berkali-kali Devia serasa dibuat jantungan karena sangat cepat bahkan mobil ini seperti sedang berlomba dalam adu balap motor.

Berkali-kali tubuh Cantik Devia harus bergoyang maju mundur bahkan terkadang harus jatuh miring ke samping kiri dan kanan.

"Mang Parjo..! kamu ini apa-apaan sih, hei ingat keselamatan jangan ngebut bisa crlakaa kita Nanti? "

Seolah-olah tuli mang Parjo tidak mendengarkan teriakan dari Devia, gadis yang duduk di sampingnya.

Karena tidak mau jantungan Devia memegang erat erat ujung dari kursi bangku yang dia dudukki agar tubuhnya tidak jatuh kesamping kanan maupun kiri atau kedepan dan belakang, sungguh sakit jika jidaatnya terkantuk kedepan.

"Bener-bener ini Mang Parjo mau buat Aku mati mendadakdi apa ya, tapi keren juga dia, bisa melajukan kecepatan mobil seperti pembalap, bener-bener hebat juga dia, " gumam Devia sambil berpegangan Dengan erat agar tubuhnya tidak goyang karena laju kecepatan mobil yang cukup kencang.

Usman yang kala itu sedang tertidur akhirnya ikut terjaga karena terkejut tiba-tiba laju dari kecepatan mobil yang dia tumpangi sangat kencang.

Mang Parjo tersenyum melihat kedua penumpangnya sudah terlihat tenang karena sibuk dengan berpegangan agar tidak sampai terjadug.

Tidak menunggu lama Akhirnya mobilpun berhenti di sebuah gedung megah berwarna putih.

"Nona ayo kita turun, kita sudah sampai, "

Devia menarik napas lega setelah beberapa menit yang lalu harus melewati suatu ketegangan karena dirinya yang tidak mau memakai sabuk pengaman di permainkan dengan kecepatan mobil yang diluar batas kewajaran.

Melihat Devia masih duduk terpaku ketika pintu mobil sudah dibuka mang Parjo membuat Mang parjo kembali berseru untuk yang kedua kalinya.

"Nona, mari silakan turun kita sudah sampai. "

Seolah tersadar dari sebuah lamunan panjangnya Devia langsung menggaggukkan kepala sambil melangkah turun dari mobil, sementara Usman sudah turun lebih dulu, dia membuka mobil sendiri tanpa menunggu mang parjo meminta dirinya untuk turun.

"Mari silakan, Non, "

"Mang apa tidak bisa kita bohong saja sama Papa bilang kalau kita sudah menikah, tapi sebenarnya kita tidak menikah, "

"Tidak bisa Non, itu salah dan hal itu bukan perbuatan yang baik, "

"Tapi Mang Aku itu tidak mau menikah dengan dia, " tunjuk Devia pada Usman yang kala itu berdiri di samping Devia.

"Hei, Nona jangan main tunjuk tunjuk ya, Akupun juga tidak ingin menikah denganmu tapi Aku tidak punya pilihan lain karena jika Aku tolak makan perusahaan tempat Aku bekerja akan memecat ku. "

"Kau, alasan saja bilang saja kalau lo itu sebenarnya suka dan senang Nikah dengan gue, ini rejeki nomplok bagimu dan bagiku ini suatu kesialan yang terbesar."

"Sudah, Non, ini adalah perintah Tuan jadi Non Via lakukan saja, "

"Kau, ___

" Mari kita masuk dan kau Ayo kita masuk, semakin cepat acara kalian dimulai makan akan semakin lebih baik. "

Dengan berat hati Devia mau tidak mau akhirnya menerima ajakan dari Mang parjo sopir pribadi Papanya.

Di sebuah ruangan Mang parjo memberikan penjelasan kepada salah satu pengurus dengan menyerahkan cek yang di berikan Papa Devia kepadanya.

Semua lancar dan beres jika ada uang, begitu juga dengan Acara pernikahan yang akan dilangsungkan oleh Devia dan Usman, mereka yang baru datang akan tetapi di proses lebih dulu.

Entah dengan model gaya pernikahan yang bagaimana mereka berdua di bawah kesebuah kamar terpisah dimana Devia di bawah ke dalam ruangan kamar A, sedangkan Usman dibawah kedalam ruangan B.

Awalnya Devia tidak mengetahui dan tidak mengerti maksud dirinya dibawa kedalam satu ruangan.

Ternyata dirinya dirias meskipun riasan itu sangat sederhana, Devia juga diminta untuk memakai gaun pengantin yang mau tidak mau terpaksa Devia lakukan.

Ketika semua sudah beres Devia dibawah kesebuah ruangan yang cukup besar dan disana ternyata sudah ada Usman dengan jas pengantinnya, sungguh Devia merasa sangat geli dengan semua ini, bisa-bisanya dirinya dirias dan sekarang diminta untuk berpose dan lagi-lagi Devia tidak bisa menolak yang pada akhirnya membuat Dirinya terpaksa menerima.

Entah sudah ada berapa kali seorang fotografer itu memotret dirinya dan Usman yang jelas dan pasti tidak cuma tiga kali.

Acara pemotretan selesai Devia dan Usman diminta untuk masuk ke dalam satu ruangan yang mana di titik ini mereka hanya diminta untuk tandatangan sebagai tanda sahnya pernikahan mereka dan Mang Parjo beserta dia orang lainnya yang ada di tempat itu menjadi saksi atas pernikahan mereka.

"Selamat kalian sudah Sah menjadi suami istri, " ucap sang Penghulu setelah menerima tanda tangan mereka.

Karena Devia diam saja dan tidak segera menjabat tangan sang penghulu, kembali sang Penghulu mengulangi ucapannya dirinya khawatir jika Devia tidak mendengarnya.

"Selamat atas pernikahan kalian sekarang kalian sudah Sah. "

Masih mode diam tak bergeming mungkin Devia sedang Syok karena Acara pernikahannya sudah selesai dengan cepat membuat Mang Parjo menarik tangan Usman dan menjatuhkan tangannya untuk menjabat tangan sang Penghulu yang telah mengucapkan selamat pada pernikahan mereka berdua.

"Oh, ya trimakasih, " jawab Usman kemudian yang mana langsung membuat Devia menoleh kepadanya.

Usman yang mendapatkan tatapan mata yang tajam dari Devia langsung menyunggingkan sebuah senyuman.

"Kita sudah resmi menjadi Suami istri Nona, " ucap Usman dengan santainya yang langsung membuat Devia mendelik kemudian bangkit berdiri dan berlari menuju ke mobil hitam yang terparkir di halaman gedung.

Mang parjo menyunggingkan sebuah senyuman ketika Usman menatapnya.

"Ayo kita pulang, " ajak Mang parjo kemudian yang mana Usman langsung berjalan mengekor dibelakangnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!