"Asal kamu tahu ya sayang, mana mungkin aku mencintai wanita udik sepertinya, namanya saja Inah, lihat dari namanya saja sudah kampungan!" marah Kenan saat kekasih hatinya bertanya mengenai hubungan dirinya dengan sang istri.
Tanpa Kenan sadari, kalau sedari tadi sang istri yaitu Inah, sedang mendengarkan perkataannya di balik pintu ruangan kantor miliknya.
Sakit hati, jelas Inah sakit hati mendengarkannya, apa lagi suaminya sendiri dengan terang-terangan mengatakan perkataan yang merendahkan harga dirinya dihadapan selingkuhan yang baru Inah ketahui, saat dirinya hendak mengantarkan bekal untuk suaminya.
"Mas, setelah selama dua tahun aku mengabadikan hidupku untuk melayani mu dan sekarang kamu dengan terang-terangan menjelekkan aku, maka mulai detik ini juga aku membenci mu karena lebih baik aku hidup seperti dulu, ya seperti dulu saat aku belum mengenalmu," batin Inah dalam hati dan dengan sorot mata yang tajam menatap ke arah pintu ruangan suaminya. Setelah itu bergegas keluar dari perusahaan Kenan, menuju ke tempat yang dapat menjernihkan pikiran dan hatinya yaitu pantai.
Semilir angin yang berhembus kencang saat Inah tiba di tepi pantai, tidaklah dapat mendinginkan hati Inah, apa lagi Inah masih mengingat dengan jelas perkataan Kenan.
Ya, kata-kata bak pedang samurai yang langsung menusuk tepat di dalam relung hatinya.
Padahal, dulu Inah sempat berpikir kalau hidup menjadi istri Kenan dapat membuatnya menjadi bahagia, apa lagi Inah mencintai Kenan sedari dulu, ya sedari dulu saat dirinya menolong Kenan dari kejaran para perampok yang ingin menodongnya.
Namun, sekarang sangatlah berbeda jauh dengan apa yang ada di dalam pikirannya dulu. Sekarang Inah dapat merasakan betapa bodoh dan menyesal dirinya saat menerima pinangan dari Kenan.
Kata-kata manis yang terucap dari mulut Kenan, hanyalah sebuah racun yang sangat berbisa, sehingga membuatnya tanpa sadar sudah terkena bisanya yang tampak mematikan.
"Huh, ternyata hidupku selama dua tahun ini sangatlah menyedihkan, apa lagi aku baru mengetahui kebusukannya," ucap Inah sembari menelisik ke arah laut yang ada dihadapannya.
Puas mencurahkan segala isi hatinya di tepi pantai, sekarang Inah bergegas kembali pulang. Namun, pulangnya kali ini bukanlah menuju ke rumah yang dia tempati bersama dengan Kenan, tapi rumahnya yang sekarang telah menjadi markas tempat mafianya.
Dihadapan markasnya, Inah langsung mengubah tampilan dirinya menjadi wanita bad girl, dengan tampilan serba hitam dan di setiap sisinya sudah bersenjatakan pistol dan juga pedang samurai yang ia ikat di belakang punggungnya.
"Queen, akhirnya kau telah kembali," ucap salah seorang pria yang melihat Inah dan dengan cepat laki-laki tersebut, memberitahukan kepada yang lainnya bahwa pemimpin mereka telah kembali.
Semua orang yang berada di dalam ruangan itu sangat riuh, apa lagi mereka saling berdesakkan satu sama lain karena untuk melihat sang pemimpin mereka yang telah kembali.
"Queen, saatnya Anda menaiki kursi Anda kembali," ucap Reyhan, salah satu orang kepercayaannya dan termasuk orang yang paling tampan diantara semua bawahannya.
"Baiklah Rey," balas Inah dan segera duduk di kursi kebesarannya.
"Sekarang, dengarkan aku baik-baik semuanya, mulai saat ini seluruh kegiatan yang ada di mafia ini, aku yang akan memimpinnya dan kalian semua harus ikut dalam aturan ku, bila kalian melanggar maka hukuman yang aku buat tidak akan segan-segan membuat kalian kehilangan nyawa!" jelas Inah dengan lantang dan segera semua bawahannya langsung menganggukkan kepala seraya mengerti dengan perkataan Inah.
Sementara itu, di sisi lain Kenan yang sudah pulang ke rumah, langsung mencari Inah istrinya.
"Duh, pergi kemana sih wanita udik itu, mana hari sudah petang lagi, tapi biarlah dia mau berkeliaran di luar sana," ucap Kenan dengan tak acuh dan segera bersih-bersih diri ke kamar mandinya.
Hingga saat hari menjelang larut malam, saat itulah Kenan mulai menunggu kepulangan sang istri. Walaupun di awal Kenan tampak acuh, namun sekarang entah kenapa dirinya mulai mengkhawatirkan keadaan sang istri yang sekarang pergi entah kemana.
Dilihat lagi jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, Kenan mulai bersiap-siap hendak mencari Istrinya. Namun, baru saja keluar dari pintu, Kenan sudah berpapasan dengan Inah, istrinya yang hendak dia cari.
Dapat Kenan lihat perubahan sang istri saat ini, jauh seratus delapan puluh derajat dari biasanya yang tampak udik dengan pakaian ala pembantu seperti biasa.
Terpukau, ya Kenan terpukau melihatnya, tapi sejurus kemudian Kenan langsung menggelengkan kepalanya karena tidak mungkin Inah, Istrinya bisa berubah secepat ini.
"Ehem, Inah kamu dari mana saja, kenapa sampai larut malam kamu pulangnya, memangnya kamu pikir kamu siapa hah, yang dengan seenak jidatnya pulang sesuka hati!" ucap Kenan yang mencoba berpura-pura marah kepada istrinya.
"Aku, memangnya kenapa kalau aku pulang larut malam, apa ada masalah denganmu, kenapa kamu sok marah, apa peduli kamu Mas," balas Inah dengan dingin dan setelah itu pergi begitu saja melewati Kenan.
Mendengar perkataan istrinya, seketika Kenan terdiam membisu, sebab baru kali ini Kenan mendengarkan perkataan istrinya yang tampak begitu dingin dan tak acuh kepadanya.
Padahal seingat Kenan dulu, tidak pernah satu pun istrinya yaitu Inah, berbicara dingin kepadanya, jangankan berbicara dingin, saat Kenan memarahinya dulu juga Inah selalu tetap lembut berbicara kepadanya.
Namun, malam ini tampaklah sangat berbeda, baik dari segi tampilan dan juga segi perkataannya, Inah sudah mulai berubah, ya mulai berubah dari seperti biasanya. Sampai-sampai Kenan merasa kalau Inah seperti memiliki dua kepribadian yang jauh berbeda.
Tak mau berlama-lama di luar rumahnya, Kenan langsung bergegas masuk dan mencoba menyusul Inah yang berlalu begitu saja dari hadapannya.
Saat Kenan sudah sampai menyusulnya, dengan cepat Kenan langsung mencengkeram tangan Inah.
"Inah, apa seperti ini cara kamu menghormati aku hah!" bentak Kenan kepada Inah yang tadi berlalu begitu saja saat dirinya masih berbicara kepadanya.
"Menghormati, apa harus aku menghormati laki-laki seperti kamu Mas, memangnya apa gunanya jika aku menghormati kamu hah!" balas Inah dengan suara keras dan langsung menatap tajam ke arah Kenan.
Dengan secepat kilat, Inah langsung melepaskan cengkeraman tangan Kenan dengan kasar dan segera mendorong Kenan dari hadapannya.
"Aku ingatkan kamu ya Mas, mulai saat ini seluruh kebutuhanmu baik itu perlengkapan pakaian atau makanan yang kamu inginkan, maka buatlah sendiri dan ingat saat ini juga, aku bukan lagi istri yang kamu anggap sebagai pembantu," sambung Inah dan segera menutup pintu kamarnya, walau saat ini Kenan masih berada di depan pintu.
Mendengar perkataan dan perbutan istrinya, lagi dan lagi membuat Kenan terkejut dan langsung mematung di tempat.
"Tidak, pasti dia hanya menggertak saja dan besok sepertinya dia sudah kembali seperti sedia kala menjadi istri udik dan penurut," batin Kenan dalam hati seraya menggelengkan kepalanya.
Keesokan harinya, Kenan sudah bangun lebih dulu dan akan bersiap-siap menuju ke kantor. Tapi, saat dirinya baru bangun dan selesai mandi, Kenan merasa ada yang aneh pagi ini. Sebab tidak biasanya Inah tidak menyiapkan pakaian miliknya. Jangankan pakaian, biasanya juga setiap pagi Kenan selalu dibangunkan oleh Inah, tapi pagi ini dia merasakan hal yang berbeda. Baik dirinya tidak dibangunkan pagi, sampai pakaian kerja pun belum disiapkan oleh Inah istrinya.
Dengan langkah pasti, Kenan langsung menggedor pintu kamar istrinya sembari berteriak keras. Hingga tiba-tiba pintu tersebut dibuka oleh Inah.
Dapat Kenan lihat, sorot mata tajam Inah kembali dia layangkan untuk dirinya, hingga suasana yang ada disekitarnya kembali menjadi tidak enak dan dapat dipastikan pagi ini akan menjadi malapetaka untuk dirinya.
"Kenapa kamu membangunkan aku tidur Mas, apa kau tahu aku paling benci, jika seseorang berani membangunkan tidurku!" tegas Inah yang membuat bulu kuduk Kenan langsung berdiri.
Sekarang keberanian Kenan untuk memarahi sang istri yaitu Inah sudah lenyap, ya sudah lenyap saat Inah menampilkan raut wajah yang tidak mengenakkan untuknya.
"Maaf Inah, aku hanya ingin meminta tolong untuk kau siapkan pakaian kerjaku, ya hanya itu saja," ujar Kenan pelan sembari menatap Inah dengan sedikit raut wajah ketakutan.
"Ck, kau pikir aku pembantu hah, kenapa tidak kau siapkan saja sendiri pakaian kerjamu, memangnya aku pembantu mu," balas Inah dengan ketus dan setelahnya kembali menutup pintu kamarnya dengan kasar.
"Huh, sial kenapa wanita itu harus mendadak berubah sih," batin Kenan dengan kesal dan setelahnya bergegas kembali ke dalam kamarnya untuk menyiapkan pakaian kerjanya sendiri.
Hampir setengah jam Kenan mencari pakaian kerjanya, akhirnya ketemu juga. Walaupun pakaian tersebut masih tampak kusut karena memang tidak digosok.
Biasanya, setiap pagi sang istri lah yang menggosok pakaiannya sampai benar-benar licin.
"Duh, mana aku tidak tahu cara menggosok pakaian ini, sudahlah lebih baik aku pakai saja karena sebentar lagi juga akan ada meeting bersama klien," imbuh Kenan yang langsung memakai pakaian kusutnya dan segera turun ke bawah karena dirinya hendak sarapan pagi.
Baru saja Kenan menggerutu karena Inah tidak menyiapkan pakaiannya, sekarang Kenan tambah dibuat lebih menggerutu lagi sebab, saat membuka tudung saji, Kenan tidak melihat satu pun makanan yang ada di dalam tujuh saji tersebut.
Marah, sudah pasti Kenan rasakan, bahkan kobaran amarah yang ada di dalam dirinya sudah meluap, hingga dengan cepat Kenan kembali melangkahkan kakinya menuju ke kamar Inah.
Dor.
Dor.
Dor.
Suara ketukan pintu yang dengan keras Kenan ketuk, hingga sang empunya kembali membuka pintu tersebut.
"Ada apa lagi sih, kenapa ketuk pintu kamarku terus hah!" marah Inah yang sedari tadi sang suami selalu mengganggunya tidur.
"Inah, seharusnya aku yang marah bukan kamu, lihat sedari tadi pagi kamu hanya tau tidur saja tanpa menyiapkan pakaian dan sarapan untukku, memang dasar kamu itu istri yang tidak berguna Inah, selalu saja merepotkan!" balas Kenan dengan amarah yang begitu menggebu-gebu, hingga tanpa sadar tangannya langsung ia layangkan ke wajah Inah.
Secepatnya Inah langsung menepis tangan Kenan dengan kasar dan kembali menatap tajam ke arah sang suami, membuat Kenan terperangah dibuatnya.
"Ingat ya Mas, jangan sesekali kamu melukai tubuhku ini walau seujung kuku mu itu, sebab aku tidak akan segan-segan mematahkan bagian tubuhmu yang nanti akan melukai aku, jangan kau pikir, sebagai seorang suami kamu bisa seenak jidatnya melukai aku," imbuh Inah pelan namun dengan penekanan di setiap kata yang ia ucapkan.
Membuat Kenan bergidik ngeri dan segera bergegas pergi dari rumahnya.
Sepanjang perjalanan Kenan menuju ke perusahaan, dirinya selalu memikirkan terkait perubahan Inah, istrinya yang dia nikahi karena balas jasa.
Ya, Kenan menikahi Inah karena balas jasa. Sebab, dirinya pernah ditolong oleh Inah dari beberapa perampok yang akan menodongnya.
Sebenarnya, dalam lubuk hati Kenan, dirinya tidak mau menikah dengan Inah, tapi apa boleh buat karena permintaan kedua orang tuanya yang membuat Kenan mau tidak mau terpaksa menikahi Inah yang sekarang sudah menjadi istrinya.
Saat Kenan melamun tentang perubahan Inah saat ini, dirinya tanpa sadar hampir menabrak seorang wanita dengan anak kecil yang lagi menyebrangi jalan.
Dengan sigap, Kenan langsung menginjak rem mobilnya yang hampir nyaris membuat tragedi kecelakaan tersebut.
Segera Kenan langsung keluar dari mobilnya, untuk melihat kondisi wanita dan anak kecil yang hampir ia tabrak.
"Anda tidak apa-apa kan Mbak?" tanya Kenan sembari melihat luka kecil yang terdapat di lengan wanita itu dan syukur saja untuk anak kecil tersebut tidak ada luka sama sekali.
"Tidak ada," jawab wanita tersebut dan langsung lari begitu saja meninggalkan anak kecil yang tadi bersama dengannya.
Kenan yang merasa bingung, hanya menoleh ke anak tersebut sampai beberapa orang mendatanginya dan langsung berterima kasih kepada Kenan.
"Terima kasih ya Pak, berkat Anda anak saya akhirnya terlepas dari penculik anak tersebut," ujar laki-laki tua yang langsung menggendong anak kecil yang masih terduduk di tengah jalan raya itu.
"Iya sama-sama," balas Kenan tersenyum sembari melanjutkan lagi perjalannya menuju ke perusahaan miliknya.
Sesampai di perusahaan, Kenan langsung masuk ke dalam ruangan kebesarannya dan mencoba mengerjakan beberapa dokumen yang telah menumpuk di atas meja.
Baru membuka halaman pertama dokumen tersebut, Kenan tampak tidak bisa berkonsentrasi. Sebab bayang-bayang Inah saat ini masih melekat di dalam pikirannya, apa lagi saat Kenan memikirkan berbagai perubahan sang istri yang sekarang tampak lebih seksi dan juga lebih sangar.
Kenan yang masih larut dalam lamunannya, tidak sadar kalau Jesika, sekretaris sekaligus kekasih gelapnya datang dan langsung memeluknya dari belakang.
"Sayang, kamu kenapa sih dari tadi diam terus, bahkan enggak sadar ya kalau saat ini aku sudah ada di ruangan kamu," imbuh Jesika pelan seraya memeluk Kenan dengan mesra.
"Oh maaf sayang, tapi bisa tidak kamu lepaskan pelukan kamu dulu, soalnya aku lagi banyak kerjaan ini, lebih baik kamu kembali ke ruangan kamu dulu ya," jelas Kenan memberikan pengertian kepada kekasihnya kalau saat ini sebenarnya Kenan masih belum bisa diganggu oleh siapapun.
"Huh, baiklah tapi nanti saat makan siang, kamu enggak lupa kan mengajak aku makan di restauran yang aku inginkan?" tanya Jesika sembari menggapai lengan Kenan, tapi lagi dan lagi tampaknya Kenan terlihat risih dengannya, hingga tanpa sadar Kenan menepis pelan tangan Jesika yang hendak bergelayut manja di lengan kokohnya.
"Iya sayang, aku ingat kok sekarang kamu keluar dulu ya," jawab Kenan yang membuat Jesika mau tidak mau harus keluar dari ruangan kekasihnya.
"Kenan kok aneh banget sih hari ini, apa jangan-jangan dia punya wanita simpanan lain lagi di luar sana, tidak jangan sampai dirinya punya wanita lain, sebab hanya aku saja yang pantas bersamanya," batin Jesika dalam hati setelah secara halus diusir langsung oleh Kenan, kekasihnya sekaligus bos nya sendiri.
Siang harinya, Kenan memenuhi janjinya kepada sang kekasih untuk makan siang bersama di restauran bertaraf bintang lima.
Dengan sigap, Jesika langsung memilih tempat khusus untuk VIP berdua dan tanpa bertanya terlebih dahulu dengan Kenan, dirinya mengambil begitu saja kartu milik Kenan dan segera memberikan kepada pegawai restauran tersebut.
"Jes, sudah berapa kali aku katakan, jangan asal mengambil kartu milikku, kau hanya kekasih gelap ku saja tidak lebih, ingat jika kau bertingkah lagi, maka aku akan memutuskan hubunganku denganmu!" ancam Kenan dengan kesal, sebab sang kekasih seperti seorang yang tak terdidik saja karena berani mengambil kartu miliknya tanpa izin terlebih dahulu.
"Iya, maaf ya sayang, aku janji kok enggak akan mengambil kartu kamu sembarangan lagi," balas Jesika pelan dan mencoba merayu Kenan yang sekarang sedang kesal dengannya.
Kenan yang melihat rayuan maut Jesika, hanya biasa saja dan berlalu menuju ke tempat privat room VIP yang telah di pesan oleh Jesika.
Namun, baru beberapa langkah Kenan menuju ke tempatnya, tiba-tiba saja dirinya langsung berpapasan dengan sang istri yaitu Inah.
Dapat Kenan lihat, kalau sang istri saat ini sedang berduaan dengan seorang lelaki yang umurnya lebih muda darinya dan soal ketampanan jangan diragukan lagi, sebab yang bersama dengan istrinya sangatlah tampan.
Panas, ya hati Kenan teramat sangat panas melihat istrinya tampil seksi dan juga melihat istrinya saling merangkul satu sama lain dengan seorang pria, hingga tanpa sadar Kenan langsung menuju ke tempat istrinya dan segera menarik tangannya.
"Lepaskan tanganku Mas!" sentak Inah yang marah kepada Kenan yang tanpa sebab menarik tangannya.
"Ck, sekarang kau berani ya selingkuh di belakang ku, memang istri tidak berguna ya kamu, sudah taunya membuat aku susah, sekarang kamu malah asik berselingkuh dengan berondong yang bau ingus ini, berarti selama ini uangku kau gunakan untuk membayar pria ini kan!" marah Kenan dengan suara lantang, sehingga orang-orang yang berada di tempat itu langsung melihat ke arah keduanya.
mendengar perkataan Kenan, laki-laki yang bersama Inah, langsung mendekat ke arah Kenan dan mencoba menjelaskan kejadian yang memang tidak seperti yang dia bayangkan.
"Pak, saya dan Queen tidak pernah menjalin hubungan spesial seperti pacaran atau sejenisnya, kami tadi hanya membahas masalah pekerjaan saja tidak lebih, dan aku pun tidak akan menjalin hubungan dengan Kakak ku sendiri," jelas laki-laki tersebut yang ternyata Reyhan bawahan Inah sekaligus adik angkatnya.
Semua orang yang mendengar perkataan Reyhan langsung menyoraki Kenan dan beberapa dari mereka melontarkan perkataan yang sangat pedas sehingga membuat Kenan langsung tertunduk malu.
"Sudah dengar bukan kalau aku tidak selingkuh, makannya jadi orang jangan maling teriak maling, kamu yang selingkuh malam menuduh orang lain yang selingkuh, dasar gila," ucap Inah dengan perkataan pedasnya.
Mendengar perkataan istri Kenan, otak licik Jesika mencoba mencari simpati Kenan dengan bersandiwara seolah-olah kekasihnya tidak bersalah menuduh Inah, istri dari kekasihnya sendiri.
"Mbak, Mas Kenan bukan menuduh Mbak, tapi kan namanya seorang wanita kan tidak baik kalau jalan berdua dengan seorang pria, jadi ya Mas Kenan pikir Mbak sedang berselingkuh darinya," imbuh Jesika yang mencoba mencari simpati Kenan.
Namun, bukan simpati yang didapatkan dari Kenan, melainkan tatapan tajam yang langsung dilayangkan untuknya.
Gemetar, jelas Jesika tubuhnya gemetar melihat sang kekasih menatapnya dengan tajam, apa lagi masih melekat di dalam ingatannya terkait ancaman Kenan yang tidak segan-segan akan memutuskannya sebagai kekasih gelapnya.
Setelah Kenan mengarahkan tatapan tajam ke arah Jesika, sekarang dia kembali menatap istrinya. Namun, tatapan Kenan kali ini terlihat lebih teduh.
Sedangkan untuk Inah sendiri, hanya melihat keduanya dengan respon menggelengkan kepalanya saja sembari memberikan senyuman sinis untuk keduanya.
"Mas, sepertinya kalian memang cocok sebagai sepasang kekasih, apa lagi saling melengkapi satu sama lain dan saling menyatu dalam kemunafikan." Ujar Inah sembari mengelilingi Kenan dan juga Jesika, persis seperti seseorang yang sedang mengintrogasi lawan atau musuhnya.
Perlahan namun pasti, Inah langsung mendekat ke arah keduanya dan mengambil masing-masing tangan mereka dan langsung Inah satukan satu sama lain seraya mengubah mimik wajahnya menjadi lebih sendu.
"Aku sudah ikhlas Mas, kalau kamu mau bersamanya, walaupun sebagai istrimu, aku sakit hati, tapi tidak apa-apa asal kamu bahagia bersama dengan selingkuhan kamu ini, aku tahu kalau kalian berdua sudah menjalin hubungan hampir satu tahun kan lamanya, aku ikhlas kok Mas jika harus berbagi hati," ucap Inah lirih dan juga dengan air mata yang sudah menetes melewati pipi mulusnya.
Siapa saja yang melihat Inah saat ini, pasti akan merasakan bagaimana rasa sakit dihatinya, sehingga orang-orang yang berada di tempat itu, langsung menyoraki Kenan dan juga Jesika. Bahkan, beberapa dari mereka tak segan-segan melempar bekas makanannya ke arah sepasang kekasih haram itu.
Inah yang telah berhasil dengan sandiwara dan provokasi nya ke setiap orang-orang yang berada di tempat itu, dirinya langsung saja pergi meninggalkan mereka berdua yang diikuti oleh Reyhan.
"Kakak, aku tidak menyangka ternyata kemampuan akting Kakak sangatlah bagus, Reyhan pastikan kalau Kakak ikut casting pasti langsung lolos," imbuh Reyhan dengan mengacungkan kedua jempol tangannya.
"Tentu saja aku akan langsung lolos begitu saja, sebab aku ini adalah Queen dari segala Queen," balas Inah dengan nada yang terkesan sombong.
"Hmm, si paling Queen tapi tetap saja dulu takluk dengan namanya cinta," sindir Reyhan yang membuat Inah langsung menjewer telinga Reyhan dengan cara memelintirnya dengan kasar sampai menuju ke tempat parkiran mobilnya.
Sementara itu, Kenan dan Jesika yang masih berada di dalam restauran itu, sebisa mungkin keduanya langsung mencari perlindungan diri dari serangan orang-orang yang sedang melempari keduanya dengan makanan sisa dari bekas-bekas di piring mereka masing-masing.
Marah, benci dan muak menjadi satu di dalam lubuk hati Kenan, apa lagi kekasihnya yaitu Jesika yang membuatnya semakin memperkeruh suasana yang ada.
Selepas di luar restauran tersebut, Kenan langsung melepaskan tangan Jesika dengan kasar yang sedari tadi bergelayut manja di lengannya, tanpa memikirkan keadaannya dan dirinya yang habis di serang oleh para pengunjung restauran tersebut.
"Sayang, kamu kenapa sih menyentak tanganku dengan kasar, ini sakit tahu," ucap Jesika sembari mengelus tangannya.
"Siapa suruh kamu ikut campur masalahku dengan Istriku sendiri, bukannya membuat redam masalah, malah kamu semakin memperkeruh nya, hingga aku menjadi kotor seperti ini dan oh iya, lebih baik kamu ke kantornya naik angkutan umum saja, jangan masuk ke dalam mobilku karena aku mau pulang ke rumah," balas Kenan dan segera meninggalkan Jesika sendiri di luar restauran tersebut.
Perasaan Jesika sangat sakit, saat dirinya ditinggalkan begitu saja oleh Kenan. Apa lagi, makan siang romantis yang dia idamkan, seketika berubah menjadi prahara buruk yang baru saja menimpanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!