Seorang gadis tengah berkutat dengan pekerjaannya di sebuah meja tepat di depan ruangan CEO.
Dibelakang mejanya tertulis begitu besar nama perusahaan tempat ia bekerja. Linford Transportation, ya nama yang tertera di dinding belakang meja kerjanya adalah itu. Linford Transportation merupakan salah satu perusahaan transportasi terbesar di negara ini. Dan saat ini gadis yang sudah bekerja selama 2 tahun ini tengah kerepotan menyelesaikan berkas berkas yang menumpuk di meja kerjanya.
Sebenarnya sekertaris Linford Transportation itu memiliki tim yang beranggotakan 3 orang, namun gadis yang bernama Gauri Jayashree ini adalah ketua timnya.
" Ya Allaah, nih pekerjaan kapan kelarnya."
Gadis itu mengeluh dengan mengetuk ngetuk kan keningnya ke meja.
" Awas jidat mu benjol nanti. Mana berkas milik Dewantara Corp Company sudah beres belum?"
Gauri sungguh terkejut mendengar suara bariton pria yang ia sangat kenal. Ia pun menengadahkan kepalanya menatap pria tersebut.
" Eh asisten Ian, sebentar saya cari."
Dengan segera Gauri mencari berkas yang diminta Ian sang asisten CEO. Namun baru saja ingin mencari, ponselnya bergetar. Diliriknya siapa yang sedang menghubunginya itu.
" Babe?"
" Angkat aja, takut pacarmu khawatir."
" Pacar, saya nggak punya pacar Asisten Ian."
" Lha itu babe."
" Itu babe bos... Babe itu artinya bapak. Are you understand Bos."
" Ya... Ya... What ever. Minta Rika untuk mencarikan berkasnya."
Asisten Ian pun melenggang kembali masuk ke dalam ruangan CEO. Ya semenjak sang CEO mengambil cuti untuk berbulan madu yang entah sampai berapa lama itu, Ian lah yang mengambil alih tanggung jawab. Padahal si CEO udah punya anak tapi mereka tetap melaksanakan bulan madu.
" Rika...please help me. Cariin berkas DCC dan berikan kepada Bos Ian."
" Asiaaap kakak."
Sementara itu Gauri mengangkat panggilan dari ayah nya. Tumben-tumbenan babenya itu menghubungi di jam-jam sibuk seperti saat sekarang.
" Halo Be... Ada apa?"
" Maaf, apakah anda adalah kerabat dari pemilik ponsel ini?"
" Ya, saya anaknya. Maaf ini siapa ya. Mengapa ponsel ayah saya ada pada anda?"
" Maaf nona, saya adalah perawat di RS Mitra Harapan. Ayah anda tadi mengalami tabrak lari dan sekarang tengah di tangani di ruang IGD, segera mungkin anda bisa ke sini."
" Astagfirullaah... Ya Allaah Babe... Ya baik terimakasih."
Gauri segera memasukkan ponselnya ke tas miliknya dan ia langsung berlari keluar untuk menuju ke rumah sakit. Rika yang baru saja dari ruangan CEO hanya menatap aneh kepada rekan nya itu.
" Der... Kenapa itu Gauri kelihatan panik gitu?"
" Itu tadi lamat-lamat kedengeran kalau babe nya di rumah sakit."
" Ya Tuhan, ada apa dengan babe. Semoga babe tidak kenapa napa."
Rika sedikit terkejut dengan ucapan Derry. Ya di tim sekertaris yang berjumlah 3 orang tersebut Derry menjadi satu satunya pria.
Rika yang memang dekat dengan Gauri juga mengenal dekat babe. Bahkan Rika sudah menganggap babe ayahnya sendiri, apa lagi memang Rika sudah tidak memiliki ayah.
Gauri dengan langkah terburu langsung menuju ke tempat parkir dan mengambil motornya. Meskipun ia memiliki mobil tapi Gauri lebih senang memakai motor. Kata gadis itu di kota padat ini lebih enak pakai motor karena bisa nyelap-nyelip.
Gauri menyalakan motor matic nya dan bergegas menuju ke rumah sakit.
" Ya Allaah, jangan ada apa-apa sama babe. Aye ntar ame siape ya Allaah."
Sepanjang jalan Gauri berdoa tanpa putus. Ia sungguh takut kalau ayahnya itu kenapa-napa.
🍀🍀🍀
Seorang wanita cantik memasuki sebuah restoran dengan berkali kali melihat ke belakang. Ada sebuah gurat ketakutan di wajahnya namun ia berusaha menutupinya. Wanita itu kemudian masuk ke sebuah ruangan seperti kantor di restoran tersebut.
" Sayang mengapa kau terlihat begitu gelisah."
" Tidak apa apa sayang."
Seorang pria tengah menyambut kekasihnya yang baru saja tiba itu. Pria tersebut langsung menuntun sang kekasih ke dalam ruangannya.
" Sayang... Apa kau tidak apa apa jika selalu meninggalkan dapur mu ketika aku datang hmm...."
" Aku bos nya di sini jadi biarkan mereka bekerja dan aku akan bekerja di sini."
Pria tersebut tersenyum penuh arti. Ia langsung meraup bibir si wanita dengan rakus. Satu persatu baju mereka sudah tertanggal. Pria itu langung menjamah setiap bagian tubuh si wanita. Ia bahkan mengabsen setipa incinya dengan bibirnya. Pun sebaliknya, wanita itu juga tidak ingin hanya pasif menikmati sentuhan si pria.
" Akh... Sayang kau selalu luar biasa. Puspa kapan kau akan menjadi milikku sepenuhnya. Aku tidak mau terus terusan seperti ini. Selalu kucing kucingan."
Pria tersebut mengerang saat melabuhkan pedang tumpul miliknya ke sarung yang sudah amat basah itu.
" Sabar sayang tunggu satu tahun. Ya satu tahun ini dan semuanya akan selesai akh...."
Pasangan tersebut tengah memadu kasih di sofa ruangan si pria. Keduanya berbagi peluh dan kenikmatan hingga mereka melakukan pelepasan masing masing.
" Aku sungguh mencintaimu Puspa."
" Aku juga Jiwa, aku juga sangat mencintaimu."
Keduanya masih saling memeluk. Mereka membiarkan tubuh mereka saling menempel satu sama lain.
Ruangan tersebut menjadi saksi bisu pasangan kekasih itu. Pasangan kekasih yang selalu menghabiskan waktu berdua tanpa ada yang mengetahui apa yang mereka berdua lakukan selama ini.
Mereka berdua sungguh rapi dalam menyembunyikan sesuatu yang suatu hari pasti akan ketahuan. Namun keduanya acuh, cinta dan hasrat telah menguasai keduanya hingga mereka melupakan fakta bahwa apa yang mereka lakukan adalah pelanggaran.
Entah itu benar-benar cinta atau hanya sebuah kesombongan dan hasrat semata, tentu tidak ada yang tahu. Yang jelas keduanya menikmati kebersamaan mereka saat ini. Setiap kali ada kesempatan mereka akan melakukannya tanpa peduli akibat yang akan ditimbulkan.
" Setiap hari kau semakin cantik sayang?"
" Tck, gombal. Mulutmu itu sungguh manis bahkan lebih manis dari pada madu."
Puspa Chandra seorang wanita highclass berusia 30 tahun itu memang sangat cantik hingga membuat Jiwatrisna seorang pemilik Soul Resto tersebut jatuh hati. Hubungan keduanya bukanlah baru sebulan dua bulan. Akan tetapi sudah berjalan 3 tahun, bahkan sebelum Jiwa memiliki resto yang begitu terkenal di kalangan orang-orang kelas atas.
Jiwa masih terus menciumi bahu polos Puspa. Bahkan tangan Jiwa mulai kembali mencari spot-spot favoritnya. Mereka benar-benar terlihat begitu intim. Jiwa selalu ingat untuk mengunci pintu ruangannya saat Puspa datang. Dia tidak ingin ada karyawannya yang mengetahui apa yang mereka lakukan.
Meskipun begitu tetap saja mereka curiga, tapi mereka semua memilih diam. Terlebih mereka tahu siapa Puspa sebenarnya.
Para karyawan Soul Restourant memilih bersikap tidka peduli dengan apa yang bos nya lakukan. Yang utama adalah mereka bekerja dan dibayar. Persetan dnegan urusan pribadi pimpinannya.
TBC
Hay hay readers, karya baru ya. Ini tentang Dokter Bisma. Masih inget ya dokter Bisma. Tapi disini beliau kasian. Kita pantengin aja ya.
Semoga Readers menerima baik karya baru othor ini. Happy Reading. Matursuwun. Terimakasih
Tak tak tak....
Seorang gadis tengah berlari di lobi rumah sakit. Ia begitu terburu-buru menuju bagian informasi. Rambutnya yang di kuncir kuda nampak bergoyang ke kiri dan ke kanan mengikuti irama langkah kaki nya.
" Maaf sus, saya ingin bertanya dimana pasien atas nama Samsul Anwar ya? Dia korban tabrak lari yang di bawa ke rumah sakit ini. Tadi saya dihubungi oleh bagian informasi."
" Oh iya apakah anda anaknya. Pasien sedang berada di ruang penanganan. Anda sebaiknya menyelesaikan administrasinya dulu nona."
Gauri mengangguk, ia pun segera menyelesaikan administrasi rumah sakit dan menuju ke depan ruang IGD untuk menunggu sang ayah.
Setelah sejam berlalu akhirnya ayah Gauri keluar bersama seorang dokter dan beberapa perawat keluar dari ruang tersebut.
" Babe ..."
" Tenang nona ayah anda masih di bawah pengaruh anestesi. Bisa ikut saya sebentar. Saya akan menjelaskan keadaan pasien."
Gauri mengangguk, ia sungguh sedih melihat kondisi sang ayah. Samsul yang biasanya ceria dan nyablak itu kini terlihat lemah tak berdaya.
" Begini nona, ayah anda mengalami patah tulang di kaki kanan nya dan retak di kaki kirinya. Tapi selain itu tidak ada yang lain."
" Apakah akan terjadi kelumpuhan dok."
" Tidak hanya saja akan tetap butuh perawatan dan fisioterapi untuk kembali berjalan normal."
" Alhamdulillaah."
Gauri mengucapkan syukur, setidaknya babe nya masih bisa berjalan normal lagi.
" Kami tadi sudah melakukan pemasangan pen di kaki ayah anda."
" Baik dokter terimakasih."
Dokter tersebut berlalu dan Gauri langsung berlari menuju ke ruang perawatan sang ayah. Namun sejenak ia berhenti dan kembali menengok ke belakang.
" Eh buseeet itu dokter ganteng bener yak. Ya Allaah mimpi apa ketemu dokter ganteng begitu, astagfirullaah babe."
Puas mengagumi dokter yang ditemui, gadis itu pun teringat kepada sang ayah. Ia kembali berlari ke ruangan Samsul.
Ceklek
Tampak dua orang perawat yang baru saja selesai menggantikan baju samsul dengan baju khas pasien rumah sakit.
" Terimakasih mas, mbak."
" Sama-sama."
Kedua perawat tersebut keluar dan meninggalkan Gauri bersama ayahnya. Gauri mendekat dan duduk di sebelah hospital bed sang ayah.
" Tck, babe mah gitu. Kalo dibilangin ngeyel. Udah berkali kali dibilang jangan ngojek masih ge tetep ngojek. Huft."
Samsul Anwar, ayah Gauri yang asli betawi ini memang masih suka menjadi driver ojek online di usianya yang sudah kepala 5. Padahal Gauri berulangg kali melarang. Apa lagi saat ia diterima bekerja sebagai sekertaris di perusahaan Linford Transportation dua tahun lalu, ia merasa gaji nya lebih dari cukup untuk hidup berdua dengan sang ayah.
Dan, sebenarnya Samsul memiliki padepokan silat di rumahnya. Gauri meminta ayahnya fokus saj adi rumah dna tidak lagi berkeliaran. Tapi Samsul tidak mau, dia masih ingin bisa menghasilkan uang sendiri dari ojek online yang ia tekuni lebih dari 3 tahun itu
" Dasar kepala batu, dibilangin anak kagak pernah nurut jadi gini pan kejadiannye."
Gauri membuang nafasnya kasar, ia mengomel sendiri karena sang ayah masih belum sadar. Meskipun begitu Gauri sangat sayang kepada sang ayah, Samsul adalah satu satunya yang ia punya.
" Mumpung babe belum bangun pulang dulu aja bentar buat ambil baju."
Gauri meninggalkan Samsul di ruang rawat tersebut sendiri untuk pulang sejenak. Namun siapa sangka ternyata Samsul sudah tersadar dari tadi.
" Haduuh untung pura-pura masih dibius, kalau kagak bise runyam ceritanye. Pasti ntu anak bakalan ngomelin. Dasar ... Punye anak satu aje cerewet banget dah ah."
Samsul mengusap dadanya dengan penuh kelegaan. Ia menatap kedua kakinya yang di gips.
" Ntu orang siape ye, kok habis nabrak main kabur aje. Kagak ade tanggung jawab nye. Untung gue masih idup, kalau gue koit pan kasian anak gue sendirian."
Sejenak Samsul teringat dengan sang putri. Meskipun Gauri cerewetnya melebihi bajai tapi ia sangat menyayangi putrinya itu dan belum siap jika harus meninggalkan Gauri seorang diri.
Sang istri yang meninggal sudah sangat lama membuat ayah dan anak itu sangat dekat. Berkali-kali Gauri meminta Samsul menikah tapi pria berusia 55 tahun itu tidak pernah mau. Ia tidak ingin kembali menikah. Baginya, Laksmi sang istri tidak pernah tergantikan dalam hatinya.
🍀🍀🍀
" Hari sudah sore, aku harus pulang Jiwa."
" Ooh ... Apakah secepat ini. Aku masih merindukanmu sayang."
Pria yang bernama Jiwa itu masih enggan melepas sang kekasih. Ia malah kembali mendaratkan ciumannya ke bahu mulus sang pujaan hati.
" Please, hari ini aku ada acara makan malam keluarga Jiwa. Aku tidak boleh telat."
" Tck... Baiklah."
Jiwa terduduk lesu, wajahnya tampak kesal. Ia sungguh tidak ingin melepaskan kekasihnya secepat itu. Puspa yang mengetahui pria nya tengah merajuk segara duduk dipangkuan sang pria dan mencium bibir prianya sekilas.
" Aku akan kembali besok, apa perlu kita pergi berlibur?"
" Benarkah itu? Oke, baiklah hari ini aku akan melepaskan mu tapi tidak dengan besok."
" Besok aku milikmu seutuhnya sayang."
Puspa segera berdiri dan merapikan bajunya yang sedikit kusut karena ulah prianya. Padahal sebelumnya ia sudah mengenakan bajunya dengan sempurna.
" Jangan mengantarku. Tetaplah di sini."
Jiwa tersenyum, ia melambaikan tangannya ke arah Puspa. Sungguh dia begitu enggan melepas sang kekasih.
" Aku akan segera memilikimu sayang. Aku sungguh tidak ingin memberikanmu kepada orang lain. Dasar orang tua sialan itu. Mentang mentang aku hanya seorang koki."
Jiwa mengepalkan tangannya erat. Ia begitu mencintai Puspa. Ia akan menunggu beberapa bulan lagi untuk bisa bersanding dengan kekasih hatinya itu.
Puspa memarkirkan mobilnya di garasi rumah nya. Ia membuang nafasnya kasar saat melihat sebuah mobil sudah terparkir rapi di sana.
" Huft... Orang itu sudah pulang lebih dulu rupanya. Tck....aku sungguh malas dengan makan malam keluarga ini. Lagian di akan sudah tidka punya orang tua. Yang hadir hanyalah kakak nya saja."
Puspa keluar dari mobil dan menutup pintu mobilnya dengan keras. Ia melangkah masuk dnegan langkah yang anggun. Ya Puspa memang seorang wanita cantik dan anggun. Wanita usia 31 tahun itu terlihat begitu bersinar di usia dewasanya.
" Kau sudah pulang?"
" Tck, tidak usah sok baik dan sok perhatian. Kita ini bukan suami istri sesungguhnya."
Seorang pria yang sedari tadi sudah menunggu istrinya pulang itu hanya tersenyum simpul. Dia selama ini bersikap baik hanya karena dia menghormati Puspa dan keluarganya.
Keinginan untuk membina rumah tangga yang bahagia seperti keponakannya nampaknya tidak akan terwujud karena mungkin sebentar lagi ia akan bercerai dari sang istri.
Puspa yang enggan melihat pria yang jadi suaminya hampir setahun itu hanya membuang wajahnya dan berlaku ke kamar. Wanita itu benar-benar enggan melihat wajah sang suami yang tidak pernah menjadi suami selain hanya di atas kertas saja.
TBC
Pria itu membuang nafasnya kasar. Ia langsung masuk ke kamarnya dan berganti pakaian. Meskipun suami istri mereka memiliki kamar masing masing. Dalam kontrak jelas tertulis bahwa mereka tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing masing.
Bisma lagi-lagi merasa sangat sial dengan pernikahan yang ia jalanin ini.
" Huft.. Rasanya aku sudah tidak sabar sampai sampai genap setahun. Andaikan pernikahanku seperti Dika dan Silvya pastilah akan sangat bahagia."
Bisma menerawang ke 7 bulan yang lalu saat seorang dewan direksi rumah sakit memperkenalkan putrinya kepada dirinya.
Kuswan Estiawan, salah seorang dewan direksi dan pemegang saham di RS Mitra Harapan mengenalkan Puspa putrinya kepada Bisma. Setelah beberapa kali bertemu Bisma yang tertarik karena pembawaan Puspa yang dewasa dan begitu anggun setuju untuk menikah.
Namun siapa sangka usai akad nikah saat malam pertama mereka Puspa mengeluarkan sebuah surat perjanjian. Surat perjanjian yang menyatakan bahwa pernikahan mereka hanyalah sebuah perjanjian yang akan berakhir setelah setahun. Setelah setahun mereka akan bercerai.
Saat tahu akan hal tersebut sebenarnya Bisma ingin langsung bercerai saja. Tapi Puspa mengancam, ia akan membuat drama KDRT saat malam pertama. Puspa juga akan mengatakan bahwa Bisma seorang masokis. Bisma tak percaya jika wanita yang baru dinikahinya itu sungguh tega merencanakan fitnah yang sungguh keji.
" Apa kau sungguh akan melakukan itu Puspa?"
" Tentu saja, mengapa tidak. Dan aku yakin nama baik keluarga mu dan kakak ipar mu sebagai pemilik yayasan Universitas terbaik di negeri ini akan hancur."
" Baiklah aku setuju. Setahun. Setelah itu kita bercerai. Tapi satu pertanyaan ku, mengapa kau setuju menikah jika tidak ingin."
Puspa terdiam lalu menyeringai.
" Karena aku memiliki pria yang kusukai, dan kedua orang tuaku tidak setuju. Maka aku harus menikah dengan mu dulu. Lalu setelah aku mengikuti keinginan mereka maka setelah itu aku bebas dengan pilihanku sendiri. Dan aku yakin mereka tak lagi mengusikku."
Bisma sungguh terkejut dengan alasan Puspa. Namun ia tak mau ambil pusing. Baguslah kalau memang begitu, sebelum ia benar-benar jatuh cinta dengan wanita yang ada di depannya itu, ia sudah harus menjaga jarak dengannya.
" Baiklah ayo tanda tangani perjanjiannya sekarang."
Dan mulai malam itu hingga saat ini mereka hanya menikah di atas kertas dan di depan publik. Yakni mereka akan pura pura harmonis saat berada di acara-acara formal dan di depan keluarga.
Tidak ada yang tahu dengan apa yang dialami Bisma, baik kakak perempuannya maupun Dika sang keponakan yang paling akrab dengannya. Baginya apa yang terjadi di rumah tangganya adalah aib yang harus ia sembunyikan.
" Baiklah 3 bulan lagi semuanya akan berakhir. Bertahanlah Bisma."
Bisma kembali merapikan pakaiannya. Kali ini mereka juga harus tampil harmonis dihadapan keluarga keduanya.
Bisma berjalan keluar kamar, ia mengetuk kamar Puspa perlahan.
Tok....tok....tok...
" Apakah kau sudah siap, jika iya aku tunggu di mobil. Kita tidak mungkin kan memakai mobil masing masing."
Setelah mengatakan hal tersebut Bisma langsung berlalu menuju ke mobil seperti apa yang ia katakan tadi.
Di dalam kamar Puspa membuang nafasnya kasar. Sungguh ia tidak ingin datang ke acara makan malam itu terlebih acara makan malam itu diadakan di Soul Restauran, dimana sang kekasih adalah pemilik dan koki di sana.
" Huft... Kenapa sih mama sama papa pilih tempat itu buat makan malam? Kayaknya mereka sengaja deh."
Puspa sangat kesal dengan kedua orang tuanya. Ingin rasanya ia kabur dari acara ini.
Dengan langkah gontai, Puspa berjalan menghampiri Bisma yang sudah berada di mobil.
" Sudah cukup merenungnya ?"
Puspa hanya memutar bola matanya malas mendengar kalimat yang menurutnya adalah sebuah sindiran.
Hanya butuh waktu 30 menit untuk mereka sampai di Soul Restoran. Sebuah restoran yang mewah dan berkelas di kota ini. Selain tempatnya yang elegan, masakannya pun sangat lezat.
Sepasang suami istri itu turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam restoran. Puspa menggamit lengan Bisma dengan mesra. Sungguh suami istri yang terlihat harmonis dan saling mencintai. Semua orang melihat dengan tatapan kagum. Namun tidak dengan seseorang. Ia terlihat begitu cemburu, meskipun ia tahu bahwa semua itu hanya sandiwara tapi tetap saja api cemburu itu membakar tubuhnya.
" Selamat malam semuanya, maaf kami terlambat."
Bisma menyapa kakak dan kakak iparnya lalu kedua mertuanya .
" Kalian duduklah." Ucapan Kuswan Ayah dari Puspa diikuti anggukan kepala oleh Bisma dan Puspa.
" Bagaimana kerjaanmu Bisma."
" Alhamdulillah mas Aryo semua lancar."
Aryo dan Sekar tersenyum, ia tahu adik mereka bisa diandalkan dalam hal pekerjaan.
" Tapi jangan sampai melupakan istrimu, kasian dia kamu sibuk terus di rumah sakit."
" Ah enggak kok mbak Sekar. Mas Bisma selalu meluangkan waktu untuk kita bisa bersama."
Jawaban Puspa seketika ditanggapi senyuman oleh semua orang disitu.
Heh... Pintar juga wanita ini berakting, gumam Bisma dalam hati.
Tak lama makan malam pun datang, mereka pun makan tanpa berbicara.
Kring.... Kring.... Kring....
Suara ponsel Bisma berbunyi. Ia pun segera mengangkatnya namun sebelumya ia izin terlebih dulu kepada kedua kakak dan mertuanya.
" Maaf saya harus angkat telpon ini dari rumah sakit."
Semuanya mengangguk, Bisma pun berdiri dan berjalan sedikit menjauh.
" Ya ada apa.... Oh... Baik... Ya ... Tunggu saya... Iya..."
Bisma berjalan cepat menghampiri keluarganya.
" Maaf sepertinya saya harus segera ke rumah sakit. Puspa kamu mau saya antar pulang dulu atau..."
" Pergilah mas, aku nanti gampang."
" Baiklah kalau begitu, mas, mbak, pah, mah... Maaf ya lagi-lagi Bisma harus pergi lebih dulu."
" Tidak apa apa nak Bisma, namanya tugas."
Bisma pun berpamitan lalu ia bergegas menuju ke rumah sakit.
🍀🍀🍀
" Be... Babe... Babe kenapa."
" Tenang ya nona kami akan segera melakukan tindakan. Harap nona menunggu di luar."
Gauri sungguh terkejut mendapati sang ayah tiba-tiba pingsan tidak sadarkan diri. Padahal sebelum saat Gauri hendak sholat isya ayahnya masih baik baik saja.
" Babe napa sih be... Ya Allaah...."
Bisma yang dengan kecepatan penuh sudah sampai di rumah sakit, ia pun berlari menuju ke ruangan yang sudah diberi tahu kan oleh asisten nya tadi.
" Arga, ada apa ini?"
" Oasien tadi sempat mengalami kejang dok. Ada pendarahan otak, dan hanya dokter yang bisa mengoperasi. Karena dokter Dika tidak ada."
Bisma mengangguk mengerti, dia dan Dika memanglah bukan satu satunya dokter bedah di rumah sakit tersebut namun yang memenuhi qualifikasi untuk melakukan bedah otak hanya dirinya dan sang keponakan.
" Siapkan ruang operasi. Nona, kau keluarga pasien bukan?"
" Iya dokter babe saya kenapa."
" Terdapat pendarahan di bagian dalam kepala yang diakibatkan dari benturan. Tadi saat melakukan pertolongan pertama kami tidak menemui hal tersebut. Dan bisa di pastikan ini adalah luka yang baru muncul. Kami harus melakukan operasi secepatnya."
" Baik dokter lakukan yang terbaik untuk babe saya."
" Tenanglah dan berdoalah."
Bisma menepuk pelan bahu gadis itu. Gauri hanya bisa menatap nanar sang ayah yang harus masuk ruang operasi.
" Ya Allah selametin babe aye ya Allah. Aye cuman punya babe. Jangan ambil babe aye dulu ya Allaah."
Gauri terisak disela sela doanya. Bisma menatap iba pada gadis tersebut.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!