NovelToon NovelToon

HANTU-HANTU CANTIK

Kerasnya Ibu Kota

Ada peribahasa yang mengatakan, ibu kota lebih kejam daripada ibu tiri. Mungkin peribahasa itu ada benarnya bagi orang orang yang kurang beruntung, saat memutuskan untuk mencoba merubah nasib dengan pergi ke kota besar. Entah karena mentalnya yang tidak siap atau memang tidak memiliki kemampuan, tidak sedikit orang yang gagal dan mendapatkan kemalangan saat memutuskan pergi ke kota besar

Sama seperti yang di alami seorang pemuda, niat hati ingin merubah nasib dengan nekad pergi ke kota, tapi pemuda itu malah tidak kunjung mendapat pekerjaan. sudah satu minggu lebih pemuda itu hidup di kota, tapi dia sama sekali masih terlunta lunta dlam mencari pekerjaan.

Banyak yang menyarankan kalau dia lebih baik pulang dan mencoba usaha saja di kampung. Tapi karena rasa gengsi dan malu yang lebih besar, pemuda itu menolak semua saran itu dengan halus. Dia tetap yakin kalau dia pasti akan mendapat pekerjaan.

Wajar jika pria itu sangat menjunjung tinggi gengsinya saat ini. Karena sebelum berangkat ke kota, pemuda berusia dua puluh tiga tahun itu sempat sesumbar kalau dia akan pulang jika dirinya sudah sukses. Maka itu, dia pasti akan malu jika baru berangkat beberapa hari tapi malah pulang kampung tanpa hasil.

Beruntung, pemuda itu memiliki uang saku yang cukup untuk biaya hidupnya selama masih mencari pekerjaan. Jika di hitung dalam mode irit, uang yang dia pegang masih bisa digunakan untuk biaya hidup selama dua bulan termasuk buat biaya tempat tinggal.

Pemuda itu saat ini terlihat sedang melangkahkan kakinya di sebuah taman yang letaknya tidak jauh dari tempat dirinya menginap. Taman itu menjadi tempat istirahat jika pemuda tersebut merasa lelah karena seharian mencari pekerjaan namun tidak kunjung juga mendapatkannya.

"Astaga! Nyari kerja kok susah benget ya?" keluh pemuda itu begitu pantatnya sudah mendarat di atas rumput. Sejak beberapa hari terakhir ini, pemuda itu memang selalu menghabiskan waktunya di taman tersebut.

Pemuda itu sebenarnya datang ke kota tidak sendirian. Ada dua temannya yang terlebih dahulu datang ke kota ini. Mereka sudah pekerja dan saat kedua temannya pulang kampung itulah pemuda tersebut memutuskan ikut temannya ke kota. Mereka juga tinggal di satu area kontrakan yang sama cuma berbeda beda kamar.

Puas melepas lelah sambil mengisi perut dengan sepiring nasi goreng yang dia beli disekitar taman, pemuda itu langsung bangkit dan melangkah menuju jalan pulang karena waktu sudah terlalu malam. Karena ponselnya mati, tadi pemuda itu sempat bertanya kepada pedagang nasi goreng kalau sekarang jam berapa, dan dijawab sudah jam sembilan malam.

Saat langkah kaki pemuda itu melewati sebuah jalan yang cukup sepi, dirinya dikejutkan dengan suara yang cukup keras.

"Tolong!"

Pemuda itu tentu saja lamgsung mengedarkan pandangannya dan mencari sumber suara yang berasal dari teriakan seorang wanita. Sebelum suara minta tolong itu menghilang, pemuda tersebut tahu dari arah mana, suara minta tolong itu.

"Heh! Berhenti!" teriaknya begitu lantang saat matanya menangkap tiga pria hendak berbuat yang tidak pantas pada seorang wanita di pelataran sebuah rumah yang sepertinya adalah rumah kosong.

Ketiga pria itu tentu saja tidak terima kesenangannya diganggu. Dengan sangat marah, salah satu dari ketiganya langsung menatap tajam ke arah si pemuda. "Heh! Siapa kamu, hah! berani beraninya gangguin kesenangan orang!"

"Cih kesenangan orang! Itu bukan kesenangan, tapi itu tindakan kriminal!" balas si pemuda.

"Banyak omong! Kalau berani, sini lawan kami!"

Merasa tertantang karena memiliki gengsi yang tinggi, pemuda itu langsung saja maju dan perkalahian pun tidak bisa dihindari. Awalnya satu lawan satu dan terlihat tiga orang itu sangat kewalahan. Hingga akhirnya terjadilah pertarungan tiga lawan satu.

Melihat ada peluang untuk melarikan diri, wanita yang tadi hampir saja mendapat perlakuan yang tidak diinginkan, langsung kabur sambil berteriak meminta pertolongan.

"Ah sial! Wanita itu kabur!" salah satu dari pria itu terlihat sangat marah. "Serang terus dia!"

Dengan membabi buta tiga pria itu terus memberi perlawanan, sampai salah satunya melihat balok kayu yang cukup panjang dan diam diam dia mengambilnya. Di saat si pemuda lengah, dengan secepat mungkin, balok kayu itu dia hantamkan hingga mengenai pelipis kepala pemuda itu.

"Akhh!"

Dan seketiks pemuda itu ambruk dengan memegangi pelipisnya yang mengeluarkan darah.

Brug!

...@@@@@@...

Merasa Janggal

“Eugh!” terdengar suara lenguhan dari dalam sebuah ruang yang lebih didominasi oleh warna putih.

“Ozil! Kamu sudah sadar?” seru seorang pemuda begitu mendengar suara lenguhan tersebut. “Cip, panggil perawat sekarang!” pemuda itu langsung memerintahkan rekannya untuk memanggil perawat. Tanpa membalas ucapan yang memberi perintah, pemuda lain yang ada di sana bergegas keluar dari ruangan itu. Tak butuh waktu lama, dia kembali dengan seorang dokter.

“Aku dimana?” pemuda yang baru sadarkan diri itu nampak meringis menahan sakit.

“Kamu di rumah sakit,” ucap teman dari pemuda yang akrab di panggil Ozil itu. Sedangkan suster langsung memeriksa keadaan pasien dan kembali menjelaskan kondisi terbaru paseinnnya.

“Itu serius kepalanya nggak apa apa, Sus?” tanya pemuda yang tadi memerintahkan memanggil perawat.

“Tidak apa apa,” jawab sang suster lalu dia menatap si pasien. “Apa kepalanya sangat pusing, Pak?”

“Tidak, Sus, cuma agak nyeri,” jawab Ozil lemah.

“Baik, untuk mengetahui keadaan lebih lanjut, besok akan ada dokter ahli yang menjelaskannya ya?” ucap suster dan setelah itu dia meninggalkan tiga pemuda yang ada di ruang rawat inap tersebut.

“Ini kenapa aku dimasukin ke kamar mewah seperti ini? Biayanya pasti sangat mahal nanti,” Ozil terlihat begitu khawatir saat matanya mengedar ke ruangan yang di tempati, jelas sekali terlihat kalau ruangan yang dia gunakan bukan ruangan untuk pasien kalangan biasa.

Di saat mata Ozil berkeliling menelisik ruangan yang dia gunakan, matanya sempat melihat sosok asing berdiri di dekat jendela. Ozil akan mengeluarkan sebuah pertanyaan, tapi temannya terburu mengatakan menjawab pertanyaan yang tadi Ozil lontarkan.

“Jangan khawatir, semua biaya udah ada yang nanggung,” jawab teman Ozil yang biasa dipanggil Cipto.

“Siapa?” tanya Ozil cukup terkejut mendengar apa yang diucapkan temannya itu.

“Keluarga wanita yang kamu tolong, dia ada di kamar sebelah,” ucap Cipto lagi.

“Tadi sih salah satu keluarganya datang kesini jengukin kamu, mungkin saat ini mereka sudah tidur, udah jam dua pagi juga,” teman yang lain juga menimpali. Dia biasa akrab dipanggil Surya.

“Ya syukurlah kalau ada yang nanggung biayanya,” Ozil terlihat begitu lega. Biar bagaimanapun juga, pemuda itu sedang kesulitan dalam hal keungan karena masih nganggur hingga detik ini. Bahkan seandainya jika sudah kerja pun, Ozil tidak berharap masuk ke rumah sakit kalau tidak sakit parah.

“Ya udah, aku istirahat dulu, ngantuk,” Cipto langsung beranjak ke sofa yang ada di ruangan itu, disusul Surya yang menempati sofa yang ada di sisi yang lain. Sedangkan Ozil memandang dua temannya dengan perasaan yang tidak enak. Sudah pasti keadaanya saat ini sudah sangat merepotkan dua temannya itu. Apa lagi, Cipto dan Surya harus kerja, pasti mereka besok akan kelelahan.

Sebenarnya banyak yang ingin Ozil tanyakan, tapi karena waktu yang memang sudah sangat larut malam, Ozil mengurungkan niatnya dan memilih waktu esok hari untuk menanyakan sesuatu yang menggangu dalam benaknya.

Bahkan Ozil sampai lupa, Saat tersadar dari pingsannya, Ozil tadi merasa heran, di dalam ruang itu, Ozil tidak hanya melihat temannya. Tapi ada orang lain yang Ozil tidak kenal. Orang berjenis wanita itu, berdiri di sisi kanan jendela. rambutnya tergerai sebahu, menggunakan pakaian selutut dan sangat tembus pandang.

Saat kedua temannya beranjak tidur, baru Ozil merasa aneh dengan keberadaan wanita itu. Wajahnya memang tidak menakutkan, tapi keberadan wanita itu justru membuat tubuh Ozil panas dingin sampai berkeringat. Ozil mencoba mengalihkan pandangannya tapi wanita itu seakan terus menatapnya. Tatapannya tidak terlihat seram, tapi bagi Ozil jelas terlihat kalau tatapan wanita itu terasa menakutkan.

Ozil berusaha memejamkan matanya dan berharap saat membuka matanya nanti, wanita itu sudah tidak ada di sana. Setelah merasa cukup memejamkan matanya, Ozil perlahan membuka kedua mata dan menatap ke arah jendela. Mata Ozil langsung melebar dan nafasnya terlihat lega saat melihat wanita itu sudah tidak ada di sana.

“Astaga! Jadi tadi aku benar benar melihat hantu?” gumam Ozil dengan hati yang masih berdebar lebih kencang.

“Jadi kamu bisa melihat aku!”

Ozil seketika terpaku dan perlahan menoleh ke arah sumber suara dengan degup jantung yang makin berdetak dengan sangat kencang. Mata Ozil langsung terbuka lebar begitu melihat sosok wanita itu sedang duduk di kursi sebelah brangkarnya.

“Kamu!”

Begh!

Ozil kembali pingsan.

...@@@@@@...

Tawaran Kerja

“Zil, bangun! Zil!” salah satu teman yang menjaga pemuda yang sedang terluka di bagian keningnya, mencoba membangunkan pemuda itu. Tidak butuh waktu lama, pemuda yang kerap dipanggil dengan nama Ozil langsung terbangun dengan raut wajah terlihat kaget. Saat mata pemuda itu terbuka, dia sedikit memekik dengan mata yang melebar serta langsung memperhatikan ke area sekitar.

“Kamu nyari apa, Zil? Kok kayak ketakutan gitu?” teman tadi membangunkan Ozil dari tidurnya merasa heran dengan sikap pemuda yang sedang terluka dibagian kepalanya itu.

“Mana cewek itu?” ucap Ozil dan seketika membuat kening dua sahabatnya berkerut.

"Cewe?" Ozil langsung mengangguk cepat. “Kamu mimpi? Mana ada cewek disini, Zil?” temannya yang akrab dipanggil Surya melontarkan pertanyaan dengan wajah yang terlihat sangat heran.

“Jangan jangan luka kepala Ozil makin parah, Sur?” tanya Cipto agak berbisik tapi masih bisa didengarkan oleh pemuda yang sedang terluka itu.

“Kalian tidak percaya?” tanya Ozil dengan wajah terlihat kesal. “Semalam pas aku sadar, aku tuh lihat cewek berdiri di situ,” terang Ozil sambil menunjuk ke arah jendela. “Lalu tiba tiba dia pindah duduk di kursi ini saat kalian pamit tidur. Setelah itu aku tidak ingat apa apa lagi.”

Surya dan Cipto kembali saling pandang. “Dah lah, jangan bikin merinding. Anggap aja rejeki kamu semalam,” ucap Surya yang tidak mau memperpanjang perkara. “Kita mau pulang dulu, kamu nggak apa apa ditinggal sendirian? Soalnya kita harus kerja.”

“Ya nggak apa apa. Nanti kalau dokter bilang lukaku nggak ada masalah, ya aku mau minta balik aja,” balas Ozil. Di saat itu juga ketiga pemuda itu dikejutkan dengan suara ketukan pintu lalu salah satu dari mereka mempersilakan untuk masuk.

“Apa saya mengganggu?” seorang pria melongok dari pintu kamar ruangan yang digunakan untuk merawat Ozil.

“Masuk aja, Mas. Nggak ganggu kok,” balas Cipto dengan ramah. “Dia suaminya wanita yang semalam kamu tolong,” lanjut Cipto memberi tahu kepada Ozil.

“Oh gitu?” Ozil nampak terkejut lalu tak lama setelahnya dia langsung tersenyum sambil manggut manggut.

Pria itu lantas tersenyum dan beranjak masuk, mendekat ke arah brangkar Ozil. “Gimana keadaannya, Mas? Apa luka di kepalanya sangat parah?”

“Kata Suster sih semalam nggak terlalu parah, tapi kita nunggu kata dokter aja nanti hasilnya gimana, biar lebih pasti,” Surya yang menjawabnya.

“Oh gitu? Ya semoga tidak parah ya, Mas?” ucap pria itu menatap pemuda yang menolong istrinya.

Ozil lantas langsung mengangguk. “Gimana keadaan istrinya, Mas? Apakah dia baik baik saja?”

“Ya, dia baik baik saja. Beruntung semalam ada kamu, Mas. Kalau nggak, entah bagaimana nasib saya dan anak anak nantinya. Mana anak aku ada yang masih bayi lagi,” jawab pria itu terlihat sangat lega dan bersyukur.

“Lah terus tiga orang itu gimana? Ketangkap apa nggak?”

“Ya kabur, Zil,” jawab Surya. “Tapi dengar dengar, mereka memang sindikat begal gitu.”

“Ya ampun, kok ngeri banget!”

Obrolan diantara empat pria itupun terus berlangsung, hingga beberapa menit kemudian dengan sangat terpaksa, dua teman Ozil memilih pulang karena harus berangkat kerja. Beruntung pria yang istrinya ditolong Ozil mau menjaga Ozil juga, sekaligus menjaga istrinya yang dirawat di ruang sebelah.

“Di kota ini, kamu kerja dimana, Zil?” tanya pria itu setelah mereka saling berkenalan. Karena pria beristri itu usianya lebih tua, jadi dia cukup memanggil Ozil dengan nama aja. Nama pria itu sendiri adalah Ari.

“Masih nganggur, Mas, baru aja aku satu minggu di kota ini,” jawab Ozil dengan jujur dan agak malu.

“Loh, masih nganggur?” Ari nampak terkejut. Dengan rasa malu, Ozil mengangguk. “Emang kamu sekolah lulusan apa?”

“Cuma lulusan sekolah menengah pertama, Mas, maklum, anak kampung, terkendala biaya, hehehe … “

Ari nampak manggut manggut. “Kerja di kantorku mau?”

“Hah! Kerja apa, Mas?”

“Ya untuk saat ini sih yang ada hanya lowongan Ob. Kantorku cuma kantor kecil kok. Kebetulan Ob di kantorku baru saja keluar tiga hari yang lalu, gimana?”

Tanpa pikir panjang tentu saja Ozil menerima tawaran dari pria itu. Tidak masalah walau hanya seorang ob, yang penting bagi Ozil, dia bisa mendapatkan pekerjaan dan tidak terlunta lunta lagi.

...@@@@@@...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!