NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Pengasuh Arogan

bab 1

"Oh ****!" umpat Kimora saat ia terbangun mendapati tubuhnya sedang polos di bawah selimut.

Matanya merah geram saat beralih pada sosok lelaki yang terlelap tidur di sampingnya dengan posisi tengkurap membelakanginya.

Ia berlari ke kamar mandi, menatap wajah dan tubuhnya yang penuh tanda percintaan membuktikan bahwa yang semalam itu bukanlah mimpi atau khayalan nya saja, melainkan benar dan nyata setiap adegan ranjang yang ia dan lelaki itu mainkan.

"Gila, aku memang sudah tidak waras! Bagaimana bisa aku melakukan hal ini? Oh God......" rutuk wanita yang biasa dipanggil Kim itu.

Mengguyur tubuhnya dengan air, Kim menangis kencang merasa marah dan dipermainkan oleh takdir. Bagaimana bisa ia berakhir di ranjang sebuah kamar hotel akibat dari pertengkaran dengan saudarinya kemarin sore hingga ia memilih mabuk dan melampiaskan amarahnya di club malam.

Matanya terpejam merasakan dinginnya air shower, adegan-adegan semalam terlintas di benaknya, bukan hanya si pria namun ia juga menginginkan hal menjijikkan itu semalam akibat pengaruh alkohol yang memabukkan.

Kimora menyesal, kenapa ia bisa menghancurkan kehormatan yang dijaganya selama ini pada pria asing yang masih terlelap di ranjang saat ini. Memikirkan semua itu membuat Kim semakin pening.

Ia menyudahi mandi dengan segera, namun pada saat ia keluar kamar mandi ia terkejut ternyata si pria yang telah menidurinya semalam sudah berdiri menatapnya dengan senyum nakal sambil bersandar di dinding hanya menggunakan CD saja.

"Hei!" teriak Kim terkejut melihat pemandangan di hadapannya. Segera ia berbalik badan.

"Dasar tidak tahu malu!" umpatnya lagi sambil menutup wajahnya.

"Ck, kenapa kau malu? Bukankah sudah melihat semuanya semalam? Awas, aku mau ke kamar mandi!" balas pria itu dengan seringai yang menakutkan pada saat menggeser tubuh Kim agar tidak menghalanginya.

Kim menghembus napas dalam saat mendengar pintu kamar mandi ditutup. Ia mencoba mewaraskan pikirannya agar tidak membunuh pria itu sekarang. Ia segera berpakaian dan bersiap untuk pergi.

Namun ketika Kim hendak membereskan tasnya, sang pria keluar dari kamar mandi tanpa raut bersalah ia mengambil sebuah amplop di atas nakas lalu melemparnya ke arah Kim yang sedang membereskan tasnya.

"Itu bayaranmu!" kata sang pria dengan raut datar lalu mulai berpakaian tanpa menoleh.

Demi apa Kim melihat amplop kuning tersebut dengan mata memerah, lalu ia menatap punggung pria yang mulai mengenakan kemejanya.

Plak, Kim melempar kembali amplop itu ke punggung sang pria tampan yang telah merenggut kehormatannya semalam.

"Hei! Apa-apaan ini?" teriak pria yang menampilkan otot perut bak roti sobek itu ke arah Kim dengan wajah marah.

"Oh apa uangnya kurang?"

"Kau mau berapa tinggalkan nomor rekeningmu, aku tidak membawa uang cash lebih. Aku mengerti bayaran wanita perawan tentu lebih mahal."

"Siapa kau beraninya bicara seperti itu padaku!! Kau pikir aku menjual diri? Dasar pria tidak bertanggung jawab! Aku bukan pelacur!!" teriak Kim sambil menampar keras pipi pria yang menatapnya heran.

"Wow, kau kasar juga rupanya. Aku sudah biasa meniduri wanita matre seperti mu, aku tahu kau ingin uang lebih, baiklah sebut saja rekeningmu," ucap sang lelaki mengulangi kata-katanya sambil menahan perih di wajahnya yang berjambang tipis.

"Aku bukan wanita bayaranmu, yang terjadi semalam adalah kesalahan fatal dalam hidupku. Aku bukan wanita murahan, aku tidak menjual diri, aku dijebak hingga bisa berada di kamar ini! Kau ingat baik-baik pria sialan, aku bukan wanita seperti yang kau pikirkan!"

Kim marah dengan mata yang memerah seperti ingin menelan hidup-hidup pria di hadapannya itu.

Sang pria terdiam, ia menatap Kim dari ujung kaki hingga kepala. Dalam benaknya ia berpikir sesaat tentang apa yang gadis itu katakan, jika bukan wanita bayaran lalu siapa perempuan cantik nan arogan itu.

"Jika kau bukan jal*ng lalu siapa? Ah sudahlah, aku sudah terbiasa bertemu wanita seperti mu. Jika bukan meminta uang lebih, jangan banyak drama, tinggalkan saja nomor rekeningmu nanti ku bayar sisanya!"

Kim mendorong tubuh pria itu dengan tatapan marah nan garang.

"Jangan sembarangan jika bicara!" teriak Kim dengan mata memerah dan berair.

"Aku, wanita baik-baik! Aku bukan jal*ng bodoh. Dasar pria tidak bertanggung jawab, akan ku bunuh kau!"

Sang pria menangkap tangan Kim dengan mudah, hingga gadis itu tidak berkutik melawannya yang tentu berbadan lebih besar dan tinggi serta tubuh mungilnya begitu mudah dikuasai oleh si lelaki tampan bermanik hitam legam itu.

"Oke baiklah, anggap saja kau wanita baik-baik. Lalu kenapa kau bisa ada di kamarku?" tanya si pria tampan dengan rahang kokoh itu.

"Aku dijebak, entahlah aku mabuk!" sahut Kim melunak saat bertatapan dengan mata hitam lelaki tersebut.

Sang pria belum melepaskan tangan wanita cantik itu melainkan menatapnya lebih intens.

"Apa wanita baik-baik bisa mabuk di club malam lalu berakhir di atas ranjang ku?"

Kim tersinggung ia terdiam oleh perkataan lelaki itu, ia melepaskan diri dari pria asing itu lalu kembali mengambil tasnya bersiap pergi.

"Hei, aku belum selesai bicara!"

"Itu bukan urusanmu!! Apapun yang terjadi semalam adalah kesalahan ku, aku harap kita tidak pernah bertemu lagi setelah ini!"

Kim pergi tanpa menoleh, ia keluar dari kamar meninggalkan pria dalam kebingungan yang cukup menyita waktu.

Kim menyandarkan tubuhnya yang lelah di bangku kemudi, ia sudah berada dalam mobilnya sekarang.

"Apa yang telah aku lakukan? Bagaimana bisa aku pulang dalam keadaan seperti ini?" gumamnya bertanya-tanya sendiri, ia takut untuk pulang menghadap Mama dan Papanya dalam keadaan ternoda oleh ulahnya sendiri.

Getar ponsel membuyarkan lamunan gadis berhidung mancung itu.

Degup jantung Kim kian tidak beraturan saat nama sang Mama memanggil di layar ponselnya.

Plak. Kimora terdiam saat mendapatkan rasa pedih dari sebuah tamparan keras di pipi mulusnya saat ini.

Mata merah sang Mama membuatnya bungkam, perempuan paruh baya yang masih cantik itu menatapnya marah dan kecewa.

"Kau sudah keterlaluan Kim, berani berbohong pada Mama!!! Semua sudah tahu kelakuan mu, benar kata Oma bahwa kau memang tidak pantas meneruskan perusahaan keluarga kita, kau hanya tahu bersenang-senang. Dan video ini telah membuktikan bahwa kau telah mencoreng nama baik keluarga kita."

bab 2

Maharani menurunkan tangan gemetarnya habis menampar Kim, ia kecewa luar biasa. Putri yang ia bela dan sayangi selama ini telah berani berbuat mesum di kamar hotel semalam.

Sebuah video memperlihatkan Kim sedang mabuk di sebuah club, lalu video lain memperlihatkan gadis itu masuk kamar hotel bersama seorang pria kemudian baru keluar pagi harinya.

Maharani tahu jika Kim baru saja bertengkar dengan saudarinya Kamila kemarin, namun ia tidak menyangka bahwa putri bungsunya itu melampiaskan kemarahan hingga ke kamar hotel bersama pria asing, keluarga suaminya tidak bisa menahan malu akibat ulah Kim hari ini.

Terutama sang mertua yang memang pilih kasih terhadap dua putrinya. Oma Sarah lebih sayang pada Kamila karena penurut dan pintar di bidang akademik sejak kecil, sedang Kim adalah anak nakal dan pembangkang dimatanya bahkan hingga dewasa seperti sekarang.

Kim menatap Oma Sarah dengan tatapan dingin, ia tidak bersuara sejak tadi bukan karena takut melainkan muak dengan keadaan keluarganya yang memang tidak mengharapkannya sebagai putri kedua pasangan Joko Rahardian dan Maharani.

Sebab semua orang mengharapkan Kim adalah bayi lelaki saat lahir namun ternyata Kim seorang perempuan. Perlakuan yang berbeda dari saudarinya Kamila membuat Kim tidak betah tinggal di rumah itu hingga ia lebih suka bersenang-senang diluar bersama teman-temannya.

Namun kali ini ia benar-benar merasa dijebak, ia tidak berniat sekamar dengan lelaki hingga tidur bersama semalam, ia merasa salah satu teman menjebaknya hingga hal yang telah terjadi itu menghancurkan hidupnya sekarang.

Lalu tatapan Kim beralih pada sang Papa. Lelaki yang menjadi cinta pertamanya itu hanya diam dan dingin, Joko tidak pernah pilih kasih terhadap putrinya, namun sikap Oma Sarah menjadikannya seorang ayah yang lemah, ia tidak bisa melawan kata Oma Sarah jika menyangkut Kamila.

Terlebih saat ini semua kecewa pada Kim yang berbuat hal yang jauh dan mempermalukan keluarga dengan mabuk dan tidur dengan lelaki semalam.

Oma Sarah menginginkan Kim keluar dari rumah besar itu. Joko hanya pasrah, memang sewajarnya Kim mendapatkan hukuman atas kejadian ini. Kim terlalu dimanja olehnya hingga berbuat sesuka hati.

"Papa juga mengusirku sekarang?" tanya Kim dengan mata yang menahan tangis.

"Sudah sepatutnya kau menyesal Kim, jangan berbuat jika kau tidak bisa bertanggung jawab. Ini semua kau yang memilih, kau memilih liar diluar dan sekarang membuat semua malu atas ulahmu. Pergilah, kau sendiri yang menginginkan ini," kata Joko seraya berjalan menjauh.

Lelaki pemimpin sebuah perusahaan keluarga yang memiliki saham tertinggi atas sebuah hotel dan pusat perbelanjaan mewah di kota itu merasa malu luar biasa atas kelakuan Kim.

Ia memilih untuk tidak banyak bicara namun bertindak tegas dengan memberi Kim hukuman untuk benar-benar keluar dari rumah besar nan mewah itu.

Kim merasa sesak di dadanya, belum lagi ocehan sang Oma yang memang tidak suka padanya. Ia melirik Kamila yang berdiri di samping Mamanya yang masih menangis.

"Ck...... Aku tahu ini yang kau inginkan bukan? Mungkin saja kau tahu semua ini akan terjadi Kamila, kau senang bukan kau akan menjadi pewaris tunggal semua kekayaan ini? Huh, aku juga tidak tertarik asal kau tahu, aku benci padamu!!!!" teriak Kim pada Kakak perempuannya yang lebih tua dua tahun darinya.

Kimora adalah gadis arogan, ia tumbuh sebagai pribadi pembangkang dan suka seenaknya namun tidak pernah melewati batas. Ia tidak suka sekolah, sedang Kamila jauh lebih berprestasi darinya. Kesenjangan itulah yang membuat keduanya tidak pernah akur, terlebih sang Oma terlalu membela dan menyanjung Kamila hingga Kim muak.

"Jangan menyalahkan Kamila, dia tidak tahu apa-apa tentang ini. Dasar kau saja yang tidak tahu diri. Oh aku tidak menyangka punya cucu serendah ini, kau memang tidak pantas di perusahaan. Jangan pulang selagi kau belum bisa membersihkan nama baik keluarga ku atas ulahmu ini, aku tidak sudi punya cucu yang tidur dengan pria tanpa menikah. Pergi Kim, pergi sejauh mungkin hingga Oma tidak cepat mati karena ulahmu!!!!" teriak Oma Sarah dengan napas yang tersengal-sengal.

Setelah merasa cukup Kim diomeli sang Oma, gadis itu sudah tidak tahan lagi. Ia ke kamar lalu membereskan pakaiannya, dan memilih pergi karena merasa tidak diharapkan lagi di rumah itu karena satu hal yang ia tidak diberi kesempatan untuk meluruskan kesalahpahaman tentang video semalam.

Maharani mencegah Kim pergi dengan tangisnya yang pilu.

"Cukup Rani, biarkan dia pergi biar dia tahu rasa hidup tanpa uang. Dia pikir mudah hidup liar di luar? Huh, jangan lupa kau masih punya satu putri yang bisa diharapkan keluarga. Biarkan dia pergi!" kata Oma Sarah menahan menantunya mencegah Kim pergi.

Kim benar-benar muak terlebih menatap wajah dingin Kamila yang tidak bersuara sejak tadi.

"Aku pergi Ma, benar kata Oma hanya dia yang bisa menjadi harapan keluarga ini," sahut Kim tajam, setelah mengatakannya gadis itu beranjak pergi meninggalkan semua kekacauan yang telah ia buat pagi ini.

Kimora sudah lelah mengunjungi teman-temannya hanya untuk meminta bantuan untuk tempat tinggal sementara, semua kacau saat kartu saktinya tidak bisa digunakan lagi alias telah diblokir semua akses keuangan dari Papanya.

Kim marah dan kecewa atas perlakuan teman-temannya yang hanya hadir saat ia bersenang-senang saja. Kemana Kim akan pergi jika sudah begini.

Kim memukul stir mobilnya setelah memeriksa dompetnya yang hanya tersisa beberapa lembar uang tunai saja. Kim sungguh frustasi.

Ada satu teman yang mau menampung Kim saat ini, Olive. Gadis sederhana yang tinggal di kost perempuan tidak jauh dari tempat kerjanya. Olive adalah teman SMA Kim dulu.

Satu bulan Kim menumpang tidur dan makan di kamar kost Olive. Sampai suatu pagi, Kim tersungkur menangis di kamar mandi.

Olive cemas, ia mengetuk pintu dan membuka secara paksa saat mendengar suara histeris dari sana.

"Kim, kau kenapa?" tanya Olive yang langsung memeluk Kim.

Sejenak Kim larut dalam tangisnya. Olive mencoba menenangkan.

"Aku hamil," lirih Kim dengan suara lemah.

Olive hanya mengangguk saja, ia sudah menduga kalau hal ini akan terjadi, sebab beberapa waktu terakhir Kim tampak mengidam dan muntah-muntah di pagi hari.

"Tenanglah, aku ada di sini. Aku yakin kau bisa melewati semua ini dengan baik Kim, kau sudah berubah banyak sejak tinggal bersamaku, aku akan membantu mu tenanglah."

Perkataan Olive membuat Kim sedikit tenang, gadis itu sudah menceritakan semuanya pada Olive hingga perempuan berkacamata itu tidak terkejut atas apa yang terjadi pagi ini.

Kim termenung, ia hanya mengaduk-aduk sisa sarapannya pagi ini. Ia memikirkan nasib kandungannya, keluarga yang sudah tidak peduli padanya, bagaimana bisa ia menumpang hidup pada Olive untuk waktu yang lama apalagi dalam keadaan hamil muda seperti sekarang.

Tidak sengaja pandangan Kim tertuju pada sebuah majalah yang ditenteng Olive yang hendak pergi bekerja.

"Kim?" cetus Olive yang heran saat Kim merebut majalah itu darinya dengan tatapan tidak percaya.

"Darimana kau dapat majalah ini?" tanya Kim.

Olive mengerutkan dahi, "Memangnya kenapa? Ini majalah yang memuat pebisnis-pebisnis muda yang memberi inspirasi dan motivasi dalam berkarir," jawab Olive polos.

"Kau mengenal pria ini?" tunjuk Kim pada wajah yang menghiasi sampul majalah.

"Oh ini adalah bosku, dia adalah salah satu idolaku dalam majalah ini. Pria tampan dan sukses, sungguh menjadi idaman," sahut Olive tersenyum.

Kim menggertakkan giginya geram.

"Bisa bantu aku bertemu dengannya?"

"Apa?" Olive tercengang.

bab 3

Kim menerobos masuk ke ruangan presiden direktur tanpa basa basi meski telah dilarang oleh seorang perempuan yang mengaku sekretaris dari pria yang bernama Aiden.

Seorang pria bertubuh tinggi dan tampan cukup terkejut saat dua perempuan masuk tiba-tiba ke ruangannya.

Pria itu menatap Tata sang sekretaris dengan wajah merah padam.

"Ada apa ini?" tanya Aiden kesal.

"Maaf Pak, Nona ini memaksa bertemu meski sudah ku larang," jawab Tata menunduk takut.

Aiden menoleh ke samping Tata, ia mengernyit heran saat gadis cantik itu menatapnya dengan tajam seolah ingin menelannya hidup-hidup.

"Siapa kau?" tanya Aiden sambil mengingat-ingat.

Mendengar itu membuat Kim kian geram, gadis itu mendekat lalu menampar pipi Aiden tanpa aba-aba.

"Pria tidak bertanggung jawab, mudahnya kau melupakanku!!!!! Aku wanita yang kau tiduri bulan lalu pria sialan!!!!" teriak Kim marah.

Perkataan Kim membuat Tata membesarkan matanya terkejut.

Aiden memberi kode pada sekretaris itu untuk segera keluar, Tata mengangguk sambil mundur beberapa langkah lalu segera keluar ruangan dengan rasa penasaran luar biasa atas bosnya.

"Oh aku ingat sekarang, kau gadis perawan yang tidak mau menerima uangku bukan? Kenapa kemari? Ingin uang?" tanya Aiden santai.

Kim berdecak.

"Aku hamil, kau harus bertanggung jawab!!!!!"

"Apa?" Aiden ingin tertawa dibuat Kim saat ini.

Lama mereka berdebat. Aiden memandang Kim yang duduk di kursi tamu. Ia tidak menyangka ada wanita cantik yang rela mengaku hamil anaknya demi uang.

Ia pikir Kim melakukan semua ini demi mendapatkan uangnya, ia tidak ingin percaya begitu saja terlebih mereka hanya terlibat percintaan satu malam waktu itu, tidak mungkin langsung hamil pikir Aiden.

"Aku dijebak bodoh, aku sama sekali tidak berniat mengambil keuntungan dari kejadian ini. Percayalah, aku mohon kau harus bertanggung jawab. Aku butuh tempat tinggal dan biaya hidup!" kata Kim dengan perasaan nanar.

Setelah lama berpikir, Aiden akan membantu Kim dan mengakui anak dalam kandungan gadis itu jika sudah melakukan tes DNA setelah bayi itu lahir nanti.

Selama hamil Kim akan diberikan kehidupan yang layak dan didampingi dua asisten untuk membantu segala keperluannya. Kim menerima saja syarat dari Aiden, yang ia pikir hanya bayinya, ia tidak mau anak itu terlantar nantinya, bayi itu harus diakui ayahnya.

Memang pada dasarnya Kim memanglah gadis bandel, namun setelah merasakan hamil ia menjadi ingat ibunya, ia memutuskan untuk tidak menelantarkan bayinya hingga harus mengemis pada Aiden agar mendapat pengakuan.

Waktu cepat berlalu, Kim hidup di sebuah paviliun yang terletak di pinggir kota dengan dua asisten rumah tangga yang membantunya. Aiden tidak pernah menemuinya, hanya komunikasi lewat telepon saja.

Hidupnya hambar, beruntung Olive selalu berkunjung hanya sekedar memberinya semangat menjelang melahirkan. Kim merasa hidupnya sungguh tidak berarti dan dihargai. Tidak ada yang mengharapkannya, jika bukan karena bayi yang ia kandung mungkin Kim sudah berpikir yang tidak-tidak untuk mengakhiri hidupnya.

Sampai pada Kim tiba saat untuk melahirkan, ia menjalani operasi sesar seorang diri, lagi ia hanya didampingi dua asistennya saja. Aiden sedang berada di luar negeri.

Seorang putri cantik lahir dari rahimnya melalui operasi sesar karena sebuah alasan yang tidak memungkinkan untuk ia melahirkan normal.

Kim meneteskan air mata saat menerima bayi mungil yang sehat itu di pangkuannya, ia sungguh merindukan ibunya. Betapa menyedihkan jauh dari keluarga pikirnya, Kim iba pada nasibnya sendiri.

Setelah masa nifasnya berakhir, Aiden datang menemuinya di Paviliun. Kim yang sedang menyusui itu terkejut saat putri kecilnya di ambil oleh seorang perawat yang Aiden bawa.

"Kenapa kau ambil putriku?"

"Oh kau lupa perjanjian kita? Kau hanya ku berikan kehidupan selama hamil, sekarang kau sudah melahirkan, ini uangmu pergilah!!!!" ucap Aiden dingin sambil melempar amplop coklat di atas meja tamu.

Kim berdecak marah.

"Aku melahirkannya!!! Kau ayahnya tentu kau harus bertanggung jawab selama aku hamil, kenapa kau datang sekarang tiba-tiba mengambilnya dariku? Bukannya kau tidak percaya bahwa ini adalah anakmu?"

Dengan senyum sungging Aiden menjawab, "Aku sudah melakukan tes DNA secara diam-diam, dan anak ini adalah keturunan ku. Dia milikku, uang itu milikmu!!!" jawab Aiden enteng sambil mengibaskan tangannya memberi kode agar perawat itu membawa putri kecilnya keluar dari sana.

Kim menjadi histeris, ia melawan namun sia-sia. Putri mungilnya sudah berpindah tangan sekarang, semua terjadi begitu saja. Aiden memang pria kejam pikirnya, pria yang tidak mengerti akan arti seorang ibu.

Kim hanya bisa menangis tergugu, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menangis, Aiden punya kekuasaan atas dirinya yang lemah.

Tidak hanya itu, Kim diusir dari paviliun atas perintah Aiden, pria itu tidak ingin berhubungan apapun dengan Kim setelah mendapatkan putrinya yang sangat mirip dengan wajahnya itu.

Kim frustasi, ia kembali dipermainkan oleh takdir pikirnya. Berbekal uang bayaran dari Aiden, Kim meminta bantuan pada Olive untuk mencarinya pekerjaan dan memutuskan menjalani hidup apa adanya.

Kim sudah mencoba untuk kembali pada keluarganya namun sia-sia, Oma dan Papanya masih dingin padanya hingga Kim merasa sakit hati dan tidak berniat untuk kembali lagi ke rumah itu, terlebih melihat Kamila yang sudah duduk di perusahaan memakai pakaian mahal dan elegan bertemu kolega bisnis.

Sedang Kim untuk makan saja ia harus bekerja keras untuk itu. Banyak pelajaran hidup yang Kim alami, hanya Olive yang setia menerima keadaannya sekarang.

Mencoba berdamai dengan kenyataan, Kim menjalani hidup pas-pasan dari gajinya bekerja di sebuah kantor sebagai admin.

Tanpa terasa waktu cepat bergulir, ia merindukan putri kecilnya yang kini tidak bisa ia temui karena penjagaan yang ketat dari Aiden.

Lima tahun terasa begitu hambar hidup dibuang keluarga, Kim sudah tidak tahan. Ia ingin bertemu putrinya, apapun yang terjadi ia ingin tahu perkembangan anak yang kini dalam asuhan ayahnya.

Kim memberanikan diri datang ke kantor Aiden.

Kim menelan ludah saat menatap punggung lelaki yang ia yakini adalah ayah dari anaknya itu. Aiden sedang berdiri menghadap jendela dengan kedua tangan di saku celana.

Ia tersenyum devil saat menyadari gadis yang sudah ia buang lima tahun lalu kini berani datang ke kantornya.

"Ada apa kau kemari?" cetus Aiden dengan suara khasnya yang maskulin dan wajah yang dingin seraya menoleh pada perempuan yang menatapnya tanpa takut.

Kim cukup gugup, lama mereka tidak bertemu.

"Aku menginginkan anakku!!" jawab Kim ragu.

Aiden mengerutkan dahi sambil berjalan mendekat.

"Apa?"

"Iya, maksud ku aku ingin bertemu dengannya aku mohon.... Kau sudah cukup lama memisahkan kami, beri aku kesempatan untuk bertemu putriku!" ucap Kim dengan mata berkaca-kaca.

"Menarik sekali, apa kau butuh uang?" tanya Aiden dengan pandangan remeh.

Kim menjadi kesal seketika.

"Kenapa kau tidak pernah percaya padaku? Aku tidak butuh uangmu! Aku mau bertemu putriku!!!" teriak Kim kehilangan kesabaran.

"Selain demi uang memangnya apalagi? Aku sudah biasa bertemu dengan wanita matre seperti mu!"

"Cih, kau memang menyebalkan Aiden gila!" teriak Kim sambil memukul lengan pria itu tanpa malu.

Aiden menangkap tangan gadis itu hingga pandangan mereka bertemu. Kim terdiam.

"Apa yang kau inginkan sebenarnya?" tanya Aiden tajam.

"Aku ingin bertemu putriku, aku merindukan nya.... Aku mohon?"

Sejenak mereka sama-sama saling memandang.

"Baiklah! Kau boleh bertemu dan dekat dengan Alexa dengan syarat kau menjadi pengasuhnya, lebih tepatnya kau bekerja padaku sebagai pengasuh putriku!" ucap Aiden sambil melepaskan Kim dengan kasar.

"Apa? Sebagai pengasuh?" Kim tidak percaya.

"Dan jika kelakuanmu baik, tidak merugikan ku apalagi berani memukul ku seperti tadi maka status ibu bagi Alexa akan aku pertimbangkan."

"Apa?" Kim masih tidak percaya.

"Sebagai pengasuh, ingat itu!" tegas Aiden.

"Tapi...." Sela Kim.

"Atau kau keluar dari sini dan hilangkan pikiran untuk bertemu putriku!" jawab Aiden seraya menekankan setiap kata-kata nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!