''Kamu yakin?'' tanya Marko pada wanita yang sudah menjadi kekasihnya selama dua tahun ini. Yaitu Anjani Rubella.
''Iya, sangat yakin. Ini semua tabunganku selama mengajar les dan kerja dibeberapa tempat. Aku percaya sama kamu!'' papar Anjani dengan memberikan sebuah kartu ATM kepada Marko, kekasihnya.
Ya pada umumnya seorang wanita akan memberikan apapun pada pria yang dia cintai, bahkan jerih payahnya pun yang ia dapatkan tidak mudah, tidak akan dipikirkan panjang lagi, ia akan berikan begitu saja.
''Lalu kamu?'' tanya Marko lagi.
''Sebagian aku investasikan, sudah terima saja ini demi pendidikanmu!''
Anjani Rubella, seorang mahasiswi dari perguruan tinggi swasta yang hanya mengandalkan beasiswa, ia pun sudah bisa berada di titik paling akhir. Yang hampir menyandang gelar Master.
Marko, pria yang sangat Anjani cintai. Karena dua tahun ini hanya Marko yang mendukungnya. Marko yang berasal dari keluarga sederhana tentu orang tua nya merasa keberatan dengan biaya pendidikan anak mereka, karena memang Marko gagal mendapatkan beasiswa.
*
Hari ini hari yang paling Anjani tunggu-tunggu. Hari kelulusannya pun terjadi, ia lulus dengan nilai yang sangat baik, bahkan beberapa tawaran pekerjaan dari beberapa perusahaan pun sudah ia kantongi. Tapi Anjani adalah seorang wanita yang sangat mandiri, ia bermimpi ingin membangun usahanya sendiri tanpa mau menjadi seorang bawahan.
Maka dengan hasil jeri payahnya, dan kerja kerasnya. Ia pun berhasil membeli sebuah ruko dari seorang pengusaha yang menjualnya karena mengalami kebangkrutan.
Dari hasil invesnya, ia pun bisa mewujudkan impiannya. Menjadi pemilik dari ruko yang hampir bangkrut itu. Bermula dari usaha kecil-kecilan hingga berkembang pesat bahkan memiliki beberapa cabang. Juga sekarang ia membeli beberapa ruko yang disewakan untuk para pengusaha lainnya.
Anjani berdiri didepan bangunan yang berjejer. Dengan tekatnya ia pun berniat ingin mengembangkan mall itu.
Dua tahun kelulusannya, ia berusaha mengumpulkan duit dan menyiapkan diri untuk bisa menjadi pebisnis.
''Kamu hebat! tidak seperti ku,'' ucap Marko dengan murung. Bukannya mendukung sang kekasih ia malah terpuruk dengan nasibnya.
Melihat sang kekasih murung, Anjani berniat menghiburnya dan tanpa berpikir ia mengambil sebuah keputusan yang entah itu akan menjadi Boomerang atau menguntungkannya.
''Kamu tidak perlu khawatir, aku akan memberikan mu hak dikursi yang sama dengan ku,'' ucap Anjani si wanita mandiri dan kompeten tapi malah tunduk dengan seorang pria yang tidak memiliki pendirian.
Ya cinta lah kelemahan Anjani, semua ia bisa raih tapi tidak dengan cinta yang bahkan membutakannya.
Marko juga telah lulus dengan gelar S1 nya. Tanpa memiliki pengalaman ia ditempatkan dikursi yang sama dengan pemilik kawasan perukoan ini.
Anjani tengah sibuk dengan beberapa undangan, karena beberapa hari lagi dia dan Marko akan melangsungkan pernikahan. Dan Marko, ia justru sibuk dengan pekerjaannya, tanpa ingin tahu apa yang sedang dilakukan oleh Anjani.
Ya hanya dengan hitungan bulan, usahanya pun berkembang pesat, banyak investor-investor yang memberikan kepercayaan menanam sahamnya. Sampai membuat ia menduduki peringkat salasatu pemilik tempat usaha terbesar di kotanya.
Tidak lepas dari tangan Anjani, itu semua pun terjadi. Ia sekarang sudah menjadi wanita sukses, bahkan sedang membangun sebuah bangunan yang sangat luas dan akan ia jadikan pusat perbelanjaan.
''Kamu sangat cantik, Anjani!'' puji seorang gadis sebayanya. Ya dia adalah sahabat Anjani yang bernama Suci.
Anjani tengah melakukan fitting baju pengantin. Memakai gaun pengantin berwarna putih, Anjani berpose didepan cermin besar.
''Suci, ambil potret aku pakai handphone ku, lalu kirimkan pada Marko.''
Suci pun melakukan apa yang dikatakan Anjani. Dari memotret Anjani sampai mengirimkan Poto itu pada Marko.
Trink!
Balasan Marko pun segera dibuka Suci.
''Kau selalu terlihat cantik, bidadari ku!''
Suci membacakannya dengan sedikit keras membuat pipi Anjani menyembul merah.
''Hissshh! pelan-pelan bacanya, aku malu,'' ucap Anjani.
''Kenapa harus malu, kau beruntung memiliki calon suami yang begitu mencintaimu dan tidak lupa orang kaya raya juga.''
Anjani terdiam, menatap pantulan dirinya dari cermin. Mendengar apa yang dikatakan Suci ia termenung sesaat. Karena nyatanya Marko tidaklah memiliki apapun, ini semua miliknya, tapi itu sudah ia tetapkan menjadi rahasia antara dia dan Marko.
Orang lain tidak ada yang tahu kalau mall itu sebenarnya milik Anjani bukanlah Marko, ya bagi Anjani harga diri Marko itulah sangat penting. Dia tidak mau orang lain menganggap rendah pada Marko.
''Ya benar kata kamu, aku beruntung,'' sahut Anjani kemudian.
''Ya, pasti wanita diluaran sana merasa iri padamu,'' ucap Suci lagi.
''Sudah-sudah. Kita belum pergi menemui wo. Aku lepas ini dulu.''
Persahabatan keduanya cukup erat, menjalin semenjak mereka menginjakkan kakinya di perguruan tinggi, dan sampai saat ini.
Suci ikut membantu persiapan pernikahan sahabatnya itu, Anjani dan Marko. Dengan senang hati ia melakukan itu. Dan suatu ketika ia melewati ruangan dimana pintunya seperti sengaja dibuka dan memperlihatkan sebuah kemesraan yang membuat dadanya membuncah penuh birahi.
Rumah yang mewah, penuh dengan dekorasi pesta yang akan diadakan esok hari. Selagi Suci sibuk mengurus ini dan itu. Justru Anjani dan Marko sedang bercumbu mesra di satu ruangan yang sudah bertuliskan 'ruang ganti'.
Bibir mereka saling menyerang satu sama lain, suara kecapan lid-dah dan air liur menjadi alunan ruangan yang menggema itu. Tangan Marko bergerilya di gundukan bukit sekal yang ada dibelakang tubuh Anjani.
Dan tanpa mereka duga, seseorang tengah memperhatikan dari celah pintu yang terbuka. Ya dia adalah Suci. Entah kenapa ia ikut membayangkan kalau posisi Anjani adalah dia, hingga tangannya tanpa sadar menyentuh bibir bawahnya.
''Anjani kau benar-benar beruntung, memiliki pria yang mencintaimu, pria kaya raya dan perkasa. Andai saja kita bisa berganti posisi,'' gumam Suci pada dirinya sendiri.
Beberapa detik setelahnya ia pun tersadar kalau ia tengah melamunkan hal yang salah, dan segera pergi dari sana.
''Marko stop! kita akan melakukannya setelah sah. Kamu harus bersabar,'' ucap Anjani dengan nafas yang terdengar memburu.
''Ayolah sayang, tidak apa melakukannya sekarang. Sekarang ataupun nanti sama saja, karena kita juga akan menjadi suami istri 'kan!'' Marko merengek layaknya anak kecil.
Tapi Anjani tetap keukeuh mempertahankan pertahanannya. Karena ia mau membuat momen indah dimalam pertama mereka. Mahkota yang ia jga akan diserahkan kepada orang yang akan mendapatkannya pertama kalinya, yaitu Marko.
''Hanya menunggu beberapa jam lagi, hm? aku cari suci dulu. Dia pasti sedang repot.'' Anjani pun berlalu pergi meninggalkan Marko yang nafsunya sudah dipuncak kepala.
Ia melirik tonjolan di celananya, lalu berdecak frustasi. Kenapa dia tidak bisa mengontrol dirinya.
Tak tak tak. Krekk!
''Apa kau melihat Anjani?'' tanya seseorang yang memasuki ruangan itu, yang terdapat penjatahan yang tengah birahhi.
Marko berjalan cepat kearah seseorang itu, dann... Brak!
Marko menarik tangan seseorang itu lalu menutup pintunya dan tidak lupa untuk menguncinya.
Acara pernikahan yang begitu meriah dilaksanakan hari ini. Mempelai pria mengucap janji suci didepan semua orang untuk mempersunting kekasihnya itu.
Anjani duduk dengan berdebar, parasnya yang begitu cantik ikut pucat karena takut Marko salah mengucapkan nama atau lainnya. Tapi nyatanya semua berjalan dengan lancar sehingga membuat dia bisa bernafas dengan lega.
Dan merekapun sudah sah menjadi suami dan istri. Raut kebahagiaan pun tercetak jelas di wajah Anjani begitu juga di wajah Marko yang terus tersenyum dengan tangan yang terus menggenggam erat tangan Anjani.
Para tamu bergantian mengucapkan selamat kepada kedua mempelai sampai ketika acara pun telah selesai.
Marko menggendong Anjani layaknya seorang bayi, keduanya saling menatap penuh cinta menuju satu ruangan yang paling mereka tunggu-tunggu untuk memadu kasih disana, menyatukan diri dari keringat dan cairan kehangatan.
Marko meletakkan tubuh Anjani dengan sangat lembut. Mencium kening Anjani sebagai permulaan dan menurunkan resleting gaun pengantin yang melekat indah di tubuh istrinya itu.
Dan bibirnya kembali mendarat kekening Anjani lalu turun ke kedua pipinya dan tiba ke bagian tubuh paling ia sukai dari Anjani yaitu bibirnya.
Kecil sedikit tebal, membuat Marko tidak pernah puas melahap merasakan nikmat sapuan bibir dan indra pengecap Anjani. Keduanya beradu perang, sampai tidak terasa mereka sudah tidak ada lagi seutas benang pun yang melekat di tubuh keduanya.
''Aku mulai ya?'' ucap Marko meminta izin Anjani untuk menikmati yang sudah menjadi hak nya itu.
Anjani mengangguk dengan wajah yang memerah, karena dia juga sudah tidak bisa lagi menahannya.
Dan malam pengantin pun terjadi pada malam itu, mereka saling bertukar Saliva juga keringat. Pertahanan Anjani pun bobol dan Marko lah yang mendapatkan itu.
Bercakan darah pun sudah membuktikan kalau Anjani mampu menjaganya. Sampai ia serahkan pada pria yang sudah menjadi suaminya kini.
''Terima kasih, sayang,'' ucap Marko seraya mengecup kening Anjani sebagai tanda terima kasih sudah menjaga kehormatan untuk diberikan kepadanya.
Dan merekapun tertidur dengan saling berpelukan.
*
Hari ini, hari pertama untuk Anjani dan Marko menyandang status sebagai suami dan istri. Setelah membersihkan tubuhnya Anjani berniat untuk memasakkan makanan sebagai makanan pertama di hubungan baru mereka.
Sepagi ini Anjani sudah berkutat di dapur, dan menghasilkan beberapa makanan yang sangat terlihat menggugah selera. Anjani bukan hanya pandai berbisnis, ia juga pandai memasak dan merawat diri.
Entah apa yang kurang pada diri Anjani, karena semua pun bisa Anjani tangani. Anjani adalah wanita yang sempurna untuk pria yang sadar diri.
''Pagi…'' seru Anjani pada Marko yang baru saja keluar dari kamar masih dengan muka bantalnya.
''Pagi juga, sayang. Wah kamu yang masak semua ini?'' Marko langsung menarik kursi lalu duduk disana. Dengan sangat telaten Anjani melayani Marko, menyiapkan sarapan dan tidak lupa menuangkan air minum untuknya.
''Heum, makanlah.''
Marko pun segera menyantap masakan sang istri, dan benar saja, baru suapan pertama Marko dibuat takjub karena cita rasa dari hasil tangan Anjani membuat seribu kenikmatan menyatu pada satu suapan itu.
''Euuumm… ini sangat lezat. Kamu hebat sayang!''
Anjani tersenyum bahagia, ternyata apa yang dia lakukan tidaklah sia-sia, karena Marko menyukai masakannya.
Setelah selesai dengan sarapan pertama mereka di hubungan baru ini. Marko pun berpamitan untuk membersihkan dirinya. Dan Anjani yang juga akan bersiap untuk pergi ke kantor karena ada pekerjaan yang harus ia urus.
''Bi tolong bersihkan ini ya. Saya mau siap-siap dulu,'' ucap Anjani pada pembantu rumah tangganya.
''Baik Nyonya,'' sahutnya.
Beberapa saat kemudian keduanya telah rapih dan bersiap kekantor. Pada umumnya pengantin baru akan mengambil cuti bekerja untuk menghabiskan waktu berdua, tapi tidak dengan mereka. Karena mereka orang nomor satu pada perusahaan, tentu tidak bisa berleha-leha dan mengabaikan pekerjaan yang bisa saja ditangani bawahannya. Tapi tidak, keduanya lebih memilih mengerjakan itu sendiri, ikut bekerja.
''Sayang, klien kita dari Taiwan akan datang. Boleh kamu yang menangani klien kita yang dari Singapura?'' ucap Marko sembari mengemudikan mobilnya.
''Dimana?''
''Di mall cabang, dia ingin survey langsung kelapangan, melihat bagaimana mall kita bekerja.''
Anjani melihat jam tangannya yang melingkar indah di pergelangan tangan, lalu mengangguk setuju.
''Baik, masih ada waktu. Tapi kalau misalkan aku terlambat, tidak apa-apa kamu makan siang sendiri?'' tanya balik Anjani yang khawatir akan Marko marah karena makan siangnya tidak disiapkaan.
Namu, reaksi Marko sebaliknya, dengan pengertian Marko pun tidak mempermasalahkan itu.
''Tidak apa sayang, aku akan makan di kantin kantor. Kamu juga harus makan, hm?'' Marko mengusap lembut kepala istrinya yang tentunya istri manapun akan meleleh mendapatkan perlakuan hangat itu.
''Turunkan aku disana saja, aku akan naik taksi dari halte itu. Kamu pergilah kekantor jangan biarkan klien kita menunggu,'' papar Anjani.
''Apa tidak apa-apa?'' Anjani menggeleng kepala. ''Terima kasih ya sayang, karena mempercayakan semuanya pada ku,'' lanjut Marko.
Marko pun menepikan mobilnya dihalte yang ditunjuk Anjani tadi, dan sebelum ia turun Anjani meraih tangan suaminya lalu mencium punggung tangannya layaknya seorang istri yang berbakti kepada suaminya.
''Hati-hati, hm? kalau perlu jika klien itu sudah pergi, kamu bisa hubungi aku untuk menjemput mu, mengerti?'' ucap Marko.
''Tidak perlu, Marko. Aku akan naik taksi atau meminta Johan menjemput ku, kamu urus klien kita saja.'' Dan Anjani pun keluar dari mobil, mobil yang sebenarnya pemiliknya adalah dirinya tapi Marko yang memakainya selama ini.
Setelah memastikan istrinya naik kedalam taksi, Marko pun ikut berlalu melajukan mobilnya menuju kantornya.
Sesampainya di kantor, semua karyawan merasa kagum karena ternyata bos mereka tidak memanfaatkan kedudukannya sebagai bos besar untuk tidak bekerja, bahkan di hari pertama mereka menyandang status baru mereka tetap bekerja.
''Siapkan berkas untuk di presentasikan pada Tuan Fredlik!'' ucap Marko pada Suci, sahabat Anjani yang memang dipekerjakan oleh Anjani sebagai sekertaris Marko di kantor.
Marko tipe bos yang tegas namun ramah, para karyawan sangat senang bekerja dibawah naungan Marko. Suci yang diminta menyerahkan berkas segera menyiapkannya.
Dan satu lagi, semua tahu kalau Marko tengah meeting dengan siapapun itu bahkan dengan sekertaris nya sekalipun tidak ada yang boleh mengganggunya.
Maka Suci pun segera masuk kedalam ruangan Marko dan tidak lupa mengunci pintu.
''Ini Tuan Marko, berkas yang ada pinta,'' ucap Suci menyerahkan berkas itu pada Marko yang duduk dikursinya.
Marko mengangkat pandangannya, lalu meriah berkas itu tapi...
Bukan hanya berkas yang ia raih tangan Suci pun ikut ia raih. ''Cctv sudah ku matikan, sekarang stop bersikap formal. Aku merindukan sentuhanmu!'' ucap Marko dan suci pun tersenyum manis menanggapinya.
''Aku juga merindukan mu, Marko.''
Keadaan ruangan begitu berantakan, baju berserakan dilantai dan ada juga yang tersangkut di meja kerja.
Pemilik baju-baju itu sedang bertukar keringat di bawah meja kerja. Dengan panas suara peperangan lid-dah dan kecapan kedua bibir itu terdengar memenuhi ruangan tapi tentunya tidak sampai terdengar keluar.
Posisi si wanita yang berada di atas tubuh pria membuat kepalanya menyembul melebihi meja kerja, bergoyang seirama dengan deru nafasnya.
''Enak nggak, Marko?'' bisik binal wanita itu ya g tak lain adalah Suci.
Marko mengangguk cepat, wajahnya penuh dengan gairah. Mendapatkan servisan begitu hot membuat ia sulit bicara karena rasa nikmat surga dunia yang ia dapatkan itu.
''Is–teri ku memang perawan, tapi kau lebih menggairahkan!''
Suci tertawa bangga karena ternyata ia lebih unggul dari pada Anjani, yang dimana sejak mereka bersahabat, Anjani selalu unggul dari dua. Dari nilai hingga kekasih yang ia kira Marko lah pemilik Mall Rube itu.
''Sedari dulu, Anjani terlalu naif, aku selalu mengajak dia bersenang-senang dan sekedar mencari pengalaman. Tapi dia selalu menolak dengan alasan hanya ingin memberikannya kepada suaminya nanti. Hahahah! tapi suaminya malah bergoyang bersama ku disini!'' racau Suci tanpa merasa bersalah sedikitpun dihatinya karena telah mengkhianati sahabatnya sendiri.
Marko tidak sama sekali menjawabnya, karena yang ia rasakan hanyalah kenikmatan surga dunia yang ia dapatkan dari Suci saat ini. Deru nafasnya semakin memburu, kepalanya semakin mendongak kebelakang. Ia meras ada sesuatu yang sesak memaksa ingin keluar.
''Sayang, aku akan sampai!'' ucapnya dengan tersengal-sengal. Dan Suci pun segera mencabut bo-kongnya dari tongkat sakti Marko lalu meraih nya dan diarahkan ke mulutnya.
''Keluarkan disini!'' pinta Suci dan dengan senang hati, Marko segera beranjak dan bertumpu pada kedua lututnya menuruti kemauan Suci.
Bergerak dengan cepat, membiarkan 'adik kecilnya' tertanam di dalam mulut hangat Suci, dan beberapa saat kemudian ia pun mengerang hebat bersamaan keluarnya ****** ***** yang dilahap habis oleh Suci.
Raut puas tercetak pada wajah Marko, ia meriah kotak tisu lalu menyeka bibir seksi Suci dari sisa-sisa cairan dosanya itu.
Tanpa sehelai benang pun, Suci memunguti pakaian-pakaian nya lalu pergi kekamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tidak dengan Marko, ia memakai satu persatu pakaiannya tanpa membersihkan dirinya dengan air dan hanya mengandalkan tisu yang ada di mejanya.
Setelah memakai semua pakaian, ia berdecak kesal baru menyadari kalau ruangannya sangatlah berantakan. Dan jika ia meminta bagian kebersihan untuk merapikannya, ia takut akan membuat tanda tanya kepadanya.
Dengan terpaksa ia pun merapikan semuanya seperti sedia kala. Suci keluar dari kamar mandi dengan sedikit lebih segar, bahkan rambut pun basah.
''Aku pinjam hairdryer,'' ucap Suci.
''Ada di laci lemari itu, letakan kembali seperti semula, karena itu milik Anjani.''
''He'um aku tahu!''
Entah setan apa yang merasuki hati Suci. Anjani adalah sahabatnya, sahabat yang sangat baik kepadanya, tidak pernah Anjani menyakiti dia tapi kenapa dengan sangat tega Suci malah mengkhianatinya, dengan bermain api bersama suami Anjani.
Setelah memastikan rambutnya kering iapun meletakkan kembali hairdryer itu seperti semula. Berjalan berlenggak lenggok menghampiri Marko yang sudah duduk dikursinya.
''Marko, aku ingin tanya,'' ucap Suci yang berdiri di belakang kursi dan tangannya ya g bergerilya di kedua sisi dada Marko.
''Apa?''
''Apa kau mencintai Anjani?''
Marko memutar kepalanya, menatap langsung wajah Suci. Matanya memicing seraya berkata, ''Pertanyaan macam apa itu? tentu aku mencintainya!''
Mendengar jawaban Marko yang tidak sesuai ekspektasi nya, Suci mendengus kesal.
''Lalu kenapa kalau kamu mencintai dia, kamu mau berhubungan dengan ku?!'' tanya Suci kesal.
''Aku mencintainya, tapi kau menawarkan dirimu, tentu aku tidak bisa menolaknya. Ayolah sayang, jangan seperti ini. Kau cantik dan legit maka dari itu aku tidak sanggup membuang pandangan ku dari mu.''
''Benarkah, aku cantik? apa aku lebih cantik dari Anjani?''
''Ya ya! sudah-sudah, jangan bahas ini lagi, aku tdiak suka! Karena bagaimanapun Anjani adalah istri ku, mengkhianatinya begini saja sebenarnya salah, tapi karena ini nikmat, itu tidak apa-apa.''
''Emmm, baiklah.'' Suci membelai rahang tegas Marko, menciuminya seakan kegiatan panas mereka tadi tidak cukup.
''Jangan lagi, kau keluarlah! aku tidak mau membuat rasa curiga mereka pada kita,'' usir Marko yang sebenarnya Suci merasa sakit dihatinya, tapi melihat Marko yang mengeluarkan uang segepok untuknya ia pun tidak merasa keberatan untuk pergi.
''Ambilah! belanjakan sesuka hatimu!''
''Baik! terima kasih beby!'' Cup!
Suci berlalu pergi setelah mendaratkan sedikit ciuman dipipi Marko.
Di lantai bawah, Anjani sedang menunggu pintu lift terbuka. Setelah menemani klien berkeliling Mall cabang, iapun berniat menghampiri Marko untuk makan siang bersama tanpa tahu suaminya sudah makan daging Wagyu mentah milik Suci.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!