***WARNING!
Cerita ini hanyalah kehaluan belaka dan tidak terjadi di kehidupan nyata. Tidak bermaksud meracuni pikiran para pembaca. Ambil manfaatnya saja sebagai hiburan semata***!
*
*
*
Author POV
"Chaca awas!"
-------------------------------------------
SKIP ⏩
"Aduh ini dimana sih?"
"Apa ada orang di sini?"
teriak seorang gadis yang tengah kebingungan itu, dia tak tahu di mana ia berada sekarang.
"Chacaaa!"
seseorang tiba-tiba berteriak memanggil nama gadis itu. Yah, nama gadis yang tengah kebingungan itu adalah Chaca.
"Etdah buset itu mulut apa toa," celetuk Chaca sambil menutup kedua telinganya.
"Eh Cha yang lain gimana? Dan ini kita terdampar di mana? Kok dari tadi gue liat, gak ada seorang pun selain kita berdua disini?" kesah teman Chaca yang entah kapan berada di sampingnya.
"Eh curut! Gue juga nggak tahu juga kali ini di mana! Kalau gue tahu sekali pun, gue nggak akan kasih tahu lo! Dasar ****!"
sembur Chaca tajam kepada gadis yang bernama chalista itu.
Sementara itu tak jauh dari tempat itu duduklah seorang gadis termenung di atas tanah yang empuk.
"Eughhh,"
desah gadis itu kesakitan.
"Siapa sih ini yang duduk di atas gue?" lanjutnya meruntuk.
Seorang gadis yang mendengar suara erangan itu pun mencari sumber suara itu.
Dan ketika ia menengok ke bawah, ia mendapati seseorang bernama—
"Ralia!" jeritnya sumringah.
"Eh lu ngapain di bawah situ?
Lagi cari cacing lo?"
tanya gadis itu dengan polosnya.
"Eh kampr*t! Harusnya gua yang bertanya kek gitu bangs*t! Ngapain lo duduk manis diatas penderitaan gue." Ralia menatap Ralisa dengan gusar, ia mulai kesal dengan ocehan gadis itu yang bertanya hal-hal yang seharusnya ia yang tanyakan itu padanya.
Gadis yang di teriaki Ralia itu adalah Ralisa, dan sekarang ia mengerutkan dahinya karena bingung dengan kata-kata Ralia.
"Eh kampr*t lu budek apa tuli? Gue suruh lo turun dari situ! Lu ada di atas gue bangk*!" geram Ralia yang masih menahan sakit di punggungnya dengan emosinya yang meluap-luap.
Sementara itu, Ralisa hanya ber 'oh' ria saja sebagai balasan.
1 detik
2 detik
Namun detik berikutnya— ia baru sadar bahwa ia sedang duduk diatas punggung Ralia yang sedang tengkurap.
"Astaga!"—spontan ia berdiri—" maafin gue Lia, gue baru ngeh maksud lo,"
gumamnya sembari mengulurkan tangan dan membantu temannya itu berdiri.
"Eh curut betina, lu makan apa sih? Kok berat bener? Gue berasa ngangkat gajah tahu nggak.
"Aduh ... tulang punggung gue berasa mau patah nih gara-gara lo,"
erang Ralia dengan kesal sambil meregangkan otot-ototnya.
"Rania kok ngomong gitu sih! jahat ben'er. Sama teman sendiri juga,"
sewot Ralisa lalu memanyunkan bibirnya sepanjang 1 meter.
Tapi boong😅
Ralisa memanyunkan bibirnya sepanjang 5 sentimeter sebagai tanda tak suka.
"Eh tunggu, ini kita di mana nih Lia?"—Lisa melihat ke sekeliling—"Wah indah banget," serunya senang saat melihat taman yang begitu indah.
Bunga-bunga seakan bersorak ria bersama kupu-kupu yang hinggap di atasnya. Bahkan mentari yang amat sangat terang, tak membuat mereka kepanasan. Malahan, suhu terasa sangat sejuk saat menyentuh kulit. Udara pun terasa segar memasuki rongga hidung. Tak ada sedikitpun polusi yang menggangu pemandangan indah di depan mereka seperti di Jakarta.
"Ih kupu-kupunya cantik banget, yang merah itu kayak titisan dewi, tapi yang hitam juga keren. Apalagi yang warna gold itu," ujar Lisa yang dianggap lebay oleh Ralia.
____________________________________________
Author: Kaya akyu, Hehe makasih loh😁
Ralisa: Halu lo thor ketinggian elah😒
Author: Biarin😜. Nih novel juga author yang bikin kok, entar gw bikin lo bisu baru tau rasa lo😏
Ralisa: Eh—eh, author jangan ngambek dong! Kan lisa bercanda🥺
Author: Hmmmm😓
Yang diatas abaikan aja guys, perdebatan unfaedah
____________________________________________
Kembali ke story
"Eh Lisa! Lo tu ya, cuman namanya aja anggota BlackBerry girls yang katanya kejam, gak punya hati, berandalan, dan tomboi. Eh, kelakuannya kek anak kecil tau gak!" tukas Lia menatap sinis pada Lisa.
"Hehe ye maap," seloroh Lisa sambil menggaruk garuk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
Sementara itu di tempat lain...
"Eh cha jangan gitu dong Cha, gue bercanda elah," seru Lista saat mengejar Chaca yang lagi ngambek.
"Makanya kalau bercanda jangan bawa bawa mati dong, kita tuh masih hidup! Dan kita gak boleh mati sebelum membalas dendam ke mereka para BEDEB*H," ujar Chaca sambil menekan kata 'bedeb*h' sebagai bentuk protes terhadap perkataan Lista. Tak lupa, ia juga melontarkan umpatan dengan berbagai kata-kata kebun binatang yang ia punya.
"Tapi gue nggak bercanda, gue lihat dengan mata kepala gue sendiri kalau lo tuh jatuh ke dalam jurang dan gue tuh ikutan didorong sama para bedeb*h itu karena berusaha nyelamatin lo," sela Lista tak mau kalah.
"Udahlah, pokoknya gue nggak percaya sama lo! Gue tuh masih hidup! Kita masih hidup! Dan jangan sekali-kali lo ngomong tentang bedebah itu lagi!
"Gue tuh enggak suka, gue benci sama dia, gue benci sama mereka semua," tandas Chaca membalas.
"Mereka tuh udah ngehianatin kita semua, pokoknya nanti kita harus balas dendam ke mereka dengan sesadis sadis mungkin,"—Chaca meremas jari-jarinya sehingga menimbulkan bunyi 'Krak' beberapa kali yang membuat Lista meringis berkali-kali— "kita harus membuat perhitungan ke mereka supaya meraka ga bermain-main dengan BlackBerry girls lagi," ucap Chaca penuh penekanan dan emosi yang meluap-luap.
"Iya, Cha. Tenang, itu mah gampang. Tapi kita tuh harus tahu jalan keluar dari tempat ini dulu, udah gitu baru deh kit—" (terpotong karena Chaca langsung menyergap mulutnya)— "euummm eum," gumamnya
sambil berusaha melepaskan tangan Chaca yang bertengker di mulutnya sehingga membuatnya kesulitan mengambil nafas.
"Shuttttt,"—Chaca mengacungkan angka satu di depan mulutnya—"eh, Ta. Coba deh lo denger baik baik! Sepertinya ada orang yang sedang bertengkar deh?" tanya Chaca sambil menghentikan kegiatannya membekap mulut Lista.
Sontak Lista menarik nafas dengan buru-buru seperti orang yang tersengal-sengal setelah lomba lari maraton.
____________________________________________
"*Eh Lisa lo tu ya cuman namanya aja anggota BlackBerry girls yang katanya kejam, ga punya hati, berandalan, dan tomboi. Eh, kelakuan lo kek anak kecil tau gak."
"Hehe ye maap*."
____________________________________________
"Itu bukannya suara..." ucap Lista dan Chaca yang selanjutnya saling melirik satu sama lain untuk menyamakan pendapat mereka.
"Lisa sama Lia!" teriak mereka berdua bersamaan.
Sementara itu ditempat lain...
"Lisa sama Lia!"
Teriakkan itu terdengar jelas oleh sang empu nama itu.
Sontak mereka mencari tahu asal suara itu. Dan ternyata suara itu berasal dari balik pohon besar yang berada di belakang mereka.
"Chaca ... Lista," panggil mereka bersamaan saat melihat orang yang mereka cari-cari.
"Ralia ... Lisa! Huhuhu kita kangen huweee huwe," tangis kedua gadis itu pecah secara bersamaan dan langsung saja mereka berempat berpelukan untuk saling melepas rindu.
Tiba tiba pohon di belakang mereka mengeluarkan cahaya ke hijauan yang menyilaukan.
Lalu kemudian, terdengar suara yang berasal dari pohon besar tersebut.
**Selamat datang BlackBerry Girls
Perkenalkan saya adalah orang yang telah membawa jiwa kalian yang telah mati ketempat ini.
Kalian di beri kesempatan kedua untuk membalas dendam kalian kepada para Iblis yang menyamar menjadi manusia untuk memusnahkan kalian, yang lebih tepatnya kekasih kalian**.
Chaca dkk sontak memutar bola mata mereka karena kesal dan tidak suka.
**Tapi kalian harus menyelesaikan misi yang saya berikan!
Kalian akan dibangkitkan kedalam jiwa para putri yang di bunuh oleh selir tertua kaisar Rou hua. Mereka sebenarnya adalah reinkarnasi kalian sebelumnya.
Sebelumnya saya telah memberikan kalian kesempatan untuk mengubah nasib kalian dengan mengirimkan jiwa kalian ke masa depan dengan syarat ingatan kalian aku ambil.
Tapi ternyata, nasib kalian berakhir sama lagi, yaitu di khianati oleh orang yang kalian cintai.
Jadi saya putuskan bahwa dengan mengirim jiwa kalian kembali ke reinkarnasi sebelumnya dan mengembalikan ingatan kalian sepenuhnya.
Kalian disana harus mengubah nasib reinkarnasi kalian agar tidak berakhir sama lagi untuk kesekian kalinya.
Ketika kalian sudah sadar nanti, kalian akan saya bekali dengan sebuah benda kesayangan kalian, dengan begitu tugas kalian akan lebih mudah**.
Chaca dkk sibuk melirik satu sama lain, mereka saling menebak benda apa yang dimaksud pohon besar itu.
Selamat menjalankan tugas
Seketika sebuah cahaya pun membuat keempat anggota BlackBerry Girls itu tak kuasa menahan kilauan cahaya yang masuk ke mata mereka.
Mereka seolah terhisap oleh pusaran angin yang sangat kencang. Lalu ketika kesadaran mereka hilang sepenuhnya, semuanya pun menjadi gelap.
Entah di mana mereka akan terdapar selanjutnya.
Lanjut episode berikutnya readers penasaran atau sekedar penasaran saja.😅
____________________________________________
**Hai guys😁😁😁
Disini ada author yang alay dan lebay, tapi cuantek bener kek bidadari surga eak😱😱
Penasaran ga, penasaran ga, komen komen kek, vote kek supaya author yang imut nan cuantek ini makin semangat buat ngelanjutin ceritanya elah,
See you next time (semoga tulisannya benar, -batin aurhor**:'(
Di sebuah sungai yang bernama sungai Han, muncullah empat orang gadis dengan luka lebam di sekujur tubuhnya dari dalam air sungai yang mengalir cukup deras.
Mereka tengah berusaha berenang menggapai tepi sungai, mereka tak lain adalah para anggota BlackBerry Girls yang berasal dari masa depan.
Setelah sampai ketepin mereka pun mengatur napas mereka agar berjalan normal karena kelelahan berenang.
Tiba tiba sebuah ingatan masuk ke kepala para gadis tersebut
"Ming Xia luo adalah seorang anak dari permaisuri Fa hu lian. Ia memiliki seorang kakak laki-laki bernama Ming hua Luan yang sangat menyayanginya, dan ketiga saudara tirinya. Namun, ia dianggap sampah oleh hampir seluruh saudara tirinya karena memiliki fisik yang lemah dan tidak dapat berkultivasi. Ia di bunuh oleh saudara tirinya yang merupakan anak dari selir tertua yaitu Xiao Jia karena iri dengan semua kasih sayang yang didapatkannya dari sang kaisar dan pangeran mahkota." Ingatan yang sangat banyak itu memaksa masuk ke dalam memori Chaca sehingga membuatnya merintih akan kesakitan yang berkecamuk di kepalanya.
"Ming zhu shan adalah putri pertama dari selir kedua yaitu ling xi shan. Ia lemah dalam hal bela diri dan pertahanan jiwa, tapi bukan berarti ia tidak dapat berkultivasi, ia diracuni oleh anak selir termuda yaitu si zu hua karena telah merebut cinta pertamanya, dan juga karena Ming zhu shan lebih di sayang oleh kaisar dibandingkan dirinya" ingatan itu memaksa masuk ke pikiran Chalista namun tidak terlalu membuatnya kesakitan.
"Ming xiao lian adalah anak bungsu dari selir pertama yang memiliki penyakit sejenis leukimia, karena pada zaman ini belum di temukan penyakit jenis apa itu, dan cara penyembuhannya, maka penyakit itu pun kian hari bertambah parah. namun jangan salah, bukan penyakit itu yang membunuhnya, melainkan adiknya sendiri Ming Xiao Shan karena kecemburuannya pada kakaknya yang akan dijodohkan oleh pangeran mahkota dari Kerajaan Liam." Ingatan itu juga membuat Ralia kesakitan yang amat sangat.
"Ming xiao tien adalah anak bungsu dari selir kedua yaitu ling xi shan, ia mempunyai kakak kandung bernama Ming jian lu yang sangat menyayanginya, ia memiliki kembaran bernama Ming xiao tian yang sangat iri dengannya karena mendapatkan kasih sayang yang banyak dari kakak kakaknya, ibunya, permaisuri, dan bahkan kaisar. Maka dari itu ia bersama anak bungsu dari selir tertua yaitu xiao jia membunuhnya secara perlahan menggunakan racun mematikan." Ingatan itu bukannya membuat Ralisa kesakitan, malah membuatnya menangis.
"Huhuhu ... Kak Lia, kasihan xiao tien sangat menyedihkan huhu," sedihnya.
"Ming xiao lian juga sedih ralisa huaa huhuhu" kata Ralia sedih sambil memeluk Ralisa saat kesakitan yang tadi ia rasakan menghilang.
"Ming zhu shan juga huweee huwe" tangis Chalista ikutan nangis dan memeluk kedua sahabatnya.
"Ckckck menyedihkan sekali nasib reinkarnasi ku yang dulu,"—decak Chaca setelah kesakitan yang amat sangat itu pergi—"Tapi itu dulu ha ... ha ... ha," tawa Chaca yang udah kayak penyihir jahat di film-film.
Sebuah sentilan hinggap di kening chaca diikuti dua sentilan lain setelahnya,"Pletak ... pletak ... pletak."
"Eh Mak Lampir, kisahnya sedih pea! Lo malahan ketawa ketiwi ga jelas kayak nenek sihir. Dasar queen devil gak punya hati!" hardik Ralia dengan tatapan sinis pada Chaca diikuti persetujuan dari yang lain.
"Auduhhh...," ringis Chaca menahan sakit untuk kesekian kalinya.
"Eh ba*gke! gue ketawa karena bentar lagi nasib mereka bakalan kita ubah menjadi lebih baik beng*k!
"Lo lupa kalau kita itu sedang dalam misi buat bisa kembali ke abad 21?" paparnya dengan sedikit membentak kerena tak terima di tuduh yang tidak-tidak.
"Plak," Ralia dan sahabat Chaca yang lain menepuk jidat masing masing karena lupa akan hal itu.
"Dasar lemot," balas Chaca jengkel.
"Iya deh iya, orang jenius mah beda, kita mah apa atuh," sahut Ralisa dengan akting sedih yang alay bin lebay.
Chalista tiba tiba menyadari ada suatu keganjilan di sekitarnya.
"Eh guys, kita di kirim di tempat macam apa nih? Kok kayak kerajaan china zaman dulu gitu?
"Tuh liat, mata para pelayan itu aja pada sipit sipit semua hahahaha, aduh duh sakit perut Eneng" ejek Chalista tak kuasa menahan tawanya.
"Eh landak betina! Kalau orang china emang napa? Biasa aja tuh gue liatnya," sinis Ralia dengan wajah jutek yang menjadi ciri khasnya.
"Bhak ... hahaha ..., mereka tuh emang bisa liat gitu dengan mata seperti itu? Mereka tidur sambil berjalan deh kayaknya hahahaha.
"Aduh aduh, perutku keram haha," gumam Chalista tak kuat menahan dirinya agar tidak tertawa.
"Yeee ... garing woy garing," geram ketiga sahabat Chalista bersamaan.
"Eh tunggu-tunggu, kayaknya ada yang aneh lagi deh," ucap Chalista dengan wajah yang cukup serius karena menyadari keanehan lain.
Semua sahabatnya mengerutkan dari penasaran dengan apa yang akan chalista sampaikan
"Baju kita kok jadi beda yah guys, kuno banget iyuh," sahut Chalista jijik dengan pakaiannya.
Teman temannya yang lain pun saling memperhatikan pakaian masing masing.
"Astaga cantik banget"
"Biasa aja elah"
"Baju siapa sih ini kok berat banget, berasa kek ngangkat beban berton ton elah"
Mereka yang mendengar perkataan Ralia itu pun, seketika berkomentar pedas,
"Alay"
"Lebay elah"
"Weis santui dong, w bercanda kali"
Chaca yang mendengar perdebatan temannya itu pun hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah laku mereka. Meskipun hal seperti itu sering terjadi diantara mereka.
Namun, tiba tiba...
Ia merasa menggandeng sesuatu di punggungnya.
Dan ketika ia mengambil benda tersebut, ternyata...
"My bag, OMG demi apa ini terbawa dong"
Chaca yang senang pun memeriksa perlengkapan apa saja yang ada didalam tasnya dan ia pun menemukan—"Laptop kesayangan kuhh ummah umah," teriaknya sambil mencium benda kesayangannya itu.
"Yeh, tadi ngatain orang sekarang liat siapa yang a—" (terpotong karena merasakan sesuatu yang aneh)—"OMG jam tangan kesayangan gue kebawa dong, aaa gue seneng banget ... horee!" jerit Ralia melompat lompat kian kemari bak anak kangguru.
Detik berikutnya...
"OMG demi apa handphone gue kebawa dong, aaaaaa akhirnya gw ga rugi ngerakit handphone ini ... yeeee!" teriak Chalista histeris lalu ikut melompat dan menari bersama Ralia.
Selanjutnya...
"Astaga naga! Gelang pemberian mama kok bisa ngikut sih? Akhirnya ada gunanya juga nih gelang gue masukin semua senjata yang gue punya ke dalam gelang ini. Yuhu, la la la ye ye ye ye, yolo yolo yolo yo, chang jing jeng chang jing jeng chang jing jeng," Ralisa menarikan gerakan BTS dengan lihai saking senangnya.
Sementara dari kejauhan, 4 orang pelayan menghampiri mereka yang sedang asik dengan dunianya sendiri. Berlarian kesana kemari dan tertawa kek orang kurang waras.
"Tuan putri!" teriak ke 4 pelayan dengan bahagia
"Untunglah anda selamat tuan putri...," lirih salah satu pelayan.
"Kami kira kalian akan meninggalkan kami sendirian hiks hiks," lanjutnya yang tak kuasa menahan bulir air matanya menetes.
"Maafkan kami putri, kami tidak dapat membantu kalian ketika para putri jahat itu menceburkan kalian ke sungai itu hiks," tangis pelayan yang lain pun ikutan pecah.
Para putri yang tak lain adalah Chaca dkk juga ikutan sedih saat mendengar tangisan para pelayan itu karena mereka merasa iba dan juga senang memiliki pelayan yang sangat menyayangi mereka walaupun mereka tidak tahu kalau yang ada dalam tubuh putri mereka bukanlah jiwa tuan putri mereka yang asli.
"Sudah?" ucap Chaca dengan muka datar untuk menyembunyikan kesedihannya.
"Kalian tidak perlu menghawatirkan kami lagi! Kami yang dulu bukan lah kami yang sekarang, kami tidak akan diam jika ada yang menindas kami seenaknya lagi," ujar Chaca tegas dengan ekspresi dan aura seram yang mendominasinya sekarang.
"Lihat saja balas dendam apa yang akan kami lakukan kepada para hama dan gulma itu" tambah Ralisa yang kini berubah menjadi mode garang.
"Ok guys, lets play the game," kata Chalista dengan tatapan suram seakan ingin menerkam semua musuh-musuh yang berani mengusiknya.
"Hmm kita buktikan bahwa siapa yang bermain main dengan BlackBerry girls harus menerima aturan mainnya, gigi dibayar gigi, kebaikan dibayar kebaikan, nyawa dibalas nyawa, dan kejahatan di balas kekejaman ha ha ha ha ha, ha ha ha ha," tawa Ralia menggema disetiap sudut tempat tersebut dan membuat yang mendengarnya bergidik ngeri.
"Ini nona putri kenapa yah? kok seperti kerasukan setan begitu."
"Kenapa aura mereka sangat seram yah?"
"Haduh bulu kudukku merinding mendengar penuturan putri Xiao Lou."
"Ke—kenapa tempat ini penuh dengan aura negatif yah? Perasaan cuaca cerah-cerah saja dari tadi."
"Huh ngeri," batin para pelayan itu.
**Hallo guys,
Gimana nih kelanjutan ceritanya, makin seru aja ye kan haha, ini real dari otak gue yang ngehalu mulu tiap malem, semoga kalian suka yah, dan semoga gw bisa biat cerita ini sampai tamat tanpa ada hambatan.
Jangan lupa di vote, dan komen supaya author makin rajin upload episode episode berikutnya yang pasti lebih seru😁😁😁
See you next time**
Kini para putri yang merupakan jiwa dari BlackBerry Girls sudah berada di ke Pavilun masing-masing.
Pavilun Mawar(Chaca/Xiao Luo)
"Putri, silahkan masuk. Saya akan melapor kepada permaisuri dan kaisar, bahwa Anda baik-baik saja," ucap pelayan yang tadi mengantarnya ke tempat ini.
"Ba hi lun adalah pelayan pribadi yang paling setia dar nona Ming Xiao Luo" ingatan Putri Xiao Luo tiba-tiba menyeruak di pikirannya.
"Baiklah, em ... bolehkah aku mendekorasi sedikit ruangan ini?" pinta Xiao Luo yang tak lain adalah Chaca pada pelayan itu.
Pelayan itu mengerutkan dahinya
"Tapi putri, bukankan anda sangat suka dengan Pavilun Mawar ini sebelumnya? Anda sendiri yang meminta pada kaisar untuk di pindahkan ke pavilun ini. Bahkan saat Putri Xiao Jia bersih keras untuk tak mau meninggalkan pavilun ini," papar Ba Hi Lun panjang lebar.
Ia tak percaya dengan penuturan Nona-nya. Sudah bertahun-tahun Xiao Luo i
menginginkan Pavilun Mawar yang dulunya milik Xiao Jia. Ia merupakan sosok pemaksa dan keras kepala, maka dari itu banyak yang tidak suka dengannya.
Apalagi beredar rumor bahwa ia adalah putri tidak dapat berkultivasi dan suka menindas seenaknya. Karena itulah tak ada satupun pangeran yang mau melamarnya.
"E—em aku sedikit bosan dengan nuansa pavilun ini yang kelihatan sangat kuno," ucap Chaca sambil mengaruk-garuk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.
"Kuno? semua benda-benda di sini adalah keluaran terbaru dipasaran putri, bahkan ada juga yang belum dimiliki putri lain yang membuat mereka iri dengan pavilun Anda." Pelayan itu sangat tahu bahwa Nona-nya adalah orang yang sangat suka menghamburkan uang dan dapat melakukan apa saja demi mendapatkan hal-hal yang ia kehendaki.
"Menurutku benda-benda di sini sudah terlihat kuno." Pelayan itu semakin terlihat curiga dengan Chaca.
"Oh iya, jangan memanggilku putri kalau kita hanya berdua, panggil saja aku Chaca," celetuk Chaca spontan untuk mengalihkan pembicaraan.
"******! Gue keceplosan lagi, dasar gob*ok!!" runtuknya membatin.
"Chaca?? Tapi bukankah nama putri adalah Ming Xiao Luo," sahut pelayan itu bingung.
"Em ... i—itu adalah nama panggilan kesukaanku. Aku di berikan nama itu oleh seseorang jauh, dia adalah temanku yang merupakan pedagang dari benua yang satu ke benua lain," bohong Chaca dengan alasan yang sangat tidak masuk diakal menurutnya.
"Semoga ia tidak bertanya lagi, bisa terbongkar penyamaran ku saat ini juga, padahal misi saja belum dimulai," batin Chaca memohon.
Karena ba hi lun yang harus segera melapor pada kaisar dan permaisuri, maka dari itu ia tak mau bertanya lebih banyak lagi.
"Baiklah putri, eh maksud saya Chaca. Saya permisi pergi menghadap kaisar terlebih dulu," izin pelayan itu lalu pergi meninggalkan Chaca.
"Huh ... untung saja ia percaya dan tidak bertanya lebih banyak lagi." Chaca mendengus kuat-kuat karena ternyata kekhawatirannya sangat berlebihan.
Chaca pun pergi berkeliling pavilun yang sekarang menjadi miliknya itu. Rupanya pavilun itu terlihat lebih kuno dari sebelumnya. Beda sekali dibandingkan rumahnya di abad 21 yang modern.
Tapi kalau di abad ini, tentu saja pavilun itu merupakan pavilun impian yang menjadi rebutan setiap putri kerajaan.
"Hmm ... tempat ini kelihatan kuno sekali. Gua harus mengubah sedikit dekorasi kamar ini," ucap Chaca bersemangat.
Chaca pun mengeluarkan laptopnya dari dalam tas, lalu melihat segala foto peralatan modern yang tersimpan didalam laptop itu.
Jangan salah loh ya, laptop itu adalah salah satu ciptaan Chaca untuk menyimpan segala barang keperluan yang ia miliki di masa depan. Hanya ia yang dapat menggunakannya, jika ada yang coba membukanya maka laptop itu akan meledak dan kembali utuh jika Chaca menginginkannya.
Jika ingin mengambil barang yang ia butuhkan maka ia hanya tinggal mengklik gambar benda yang ia inginkan lalu keluarlah benda itu dari laptop secara ajaib.
Laptop itu di disain tahan air, tahan banting, dilengkapi GPS yang terhubung dengan kalung Chaca. Dan yang paling penting baterainya tidak akan habis selama 5 tahun. Jika ingin mencharger-nya, maka kau hanya perlu menjemurnya menggunakan energi sinar matahari selama 1 minggu (halunya author ketinggian:-)
Pavilun Mawar (Chaca punya)
Pavilun Anggrek(Lista/Ming Zhu Shan)
"Hei, jangan pernah menunduk padaku, aku risih tau!" bentak Lista sebal.
"Ma—maaf putri, saya hanya seorang pelayan, dan memang sudah sepatutnya kami menghormati tuannya," sahut pelayan itu menunduk takut.
"Hei! aku bukan kanibal yang suka memakan sesamanya tau, aku pemakan nasi seperti manusia pada umumnya—" Lista memanyunkan bibir bawahnya karena kesal—" Dan mulai sekarang, kau akan aku panggil kakak—" terpotong karena Lista belum tahu nama pelayan itu.
"Ba Hua Lin, Putri," sahut pelayan itu peka. Tidak seperti si doi yang sudah dikasih berbagai kode, tetap saja tidak peka:v
"Baiklah, aku akan memanggilmu kak Hua Lin kalau begitu," kata Chalista tersenyum puas.
"Ba—baiklah putri. Tapi saya mohon agar saya tetap berperilaku dan berkata formal jika kita tidak sedang berdua saja," mohon pelayan itu memelas agar dirinya terhindar dari kemurkaan kaisar karena permintaan Nona-nya.
"Ya ya ya, terserah kau saja"
Sahut Chalista malas.
"Em kak hua lin, bolehkah aku mendekor paviliun ini? Aku ingin mengganti sedikit perabot yang kuno ini dengan yang lebih berkelas." Chalista memohon dengan puppy eyes andalannya.
Pelayan itu tersentak dengan sikap Nona-nya kali ini. Bagaimana tidak, putri yang biasa ia kenal adalah putri yang tidak banyak bicara, dingin, dan terkesan penyendiri.
Dan secara tiba tiba ia mengeluarkan ekspresi imut seperti itu di depan pelayan rendahan sepertinya. Hal itu menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi pelayan itu sebagai orang yang pertama kali melihat senyum manis di wajah putri Zhu Shan.
Siapa yang dapat menolak Chalista jika telah mengeluarkan jurus andalannya itu. Lagipula Pavilun Anggrek itu adalah miliknya sendiri. Ia tidak perlu meminta izin orang lain untuk mendekorasinya.
"Anda tidak perlu meminta izin saya putri. Tempat ini adalah paviliun putri sendiri, Anda berhak untuk melakukan apa saja terhadap pavilun ini. Kalau begitu saya permisi menghadap kaisar, permaisuri dan para selir putri terlebih dahulu." kata Hua Lin pada Lista sembari menunduk hormat.
"Silahkan, aku juga akan memulai pekerjaanku ini," jawab Lista pada akhirnya.
Setelah melihat tidak ada seorang pun di pavilun itu, Chalista pun mengutak-atik jam tangannya yang telah ia modifikasi menjadi jam tangan canggih. Dapat menyimpan segala benda yang ia ciptakan saat di abad 21 sebelum misi terakhirnya.
Jam tangan itu kegunaannya hampir sama dengan laptop Chaca. Namun, yang membedakannya hanyalah bentuk dan cara pakainya.
Jam itu dapat mengeluarkan telegram yang hanya bisa di lihat olehnya. Jika orang lain yang melihat apa yang dilakukan Chalista sekarang, mereka pasti menganggapnya orang tidak waras karena menunjuk-nunjuk dan mengipas udara.
Pavilun Anggrek(Lista punya)
Sementara itu....
Pavilun Rose(Ralia/Ming Xiao Lian)
Pelayan yang mengantar Ralia ke pavilun Rose telah pergi menghadap kaisar, permaisuri dan para selir setelah meminta izinnya.
Ralia pun telah tahu bahwa pelayanan setia putri Xiao lian atau sekarang menjadi dirinya, bernama Ba Fu Sha, kakak tertua dari keluarga Ba.
Tanpa basa basi, ia pun mengeluarkan hp dari saku celananya yang masih ia kenakan dibalik hanfu yang ia pakai.
Ia telah memikirkan akan mengubah dekorasi pavilun ini sesuai rumahnya di abad 21 saat pertama kali melihatnya.
Untunglah sebelum kejadian mengenaskan yang ia dan teman temannya alami, ia telah menyelesaikan modifikasi hp lamanya menjadi alat canggih dengan bantuan Professor Helix, yang tak lain adalah kakeknya Chaca. Para anggota BlackBerry Girls telah menganggap prof. Helix sebagai Kakek sendiri.
Sebelum ia menjalankan misi terakhirnya yaitu menangkap bandar mafia narkoba terkenal, ia telah memasukkan semua benda benda yang ada di dalam rumahnya kedalam handphone itu.
(Author: jadi guys kenapa para anggota BlackBerry Girls itu memasukkan segala benda benda modern di dalam alat canggih mereka, karena misi mereka melibatkan perpindahan antar negara dari Indonesia ke daerah China. Ralisa tidak dapat tidur selain dengan keadaan nuansa kamarnya, Chaca berinisiatif untuk mengusulkan bahwa setelah mereka sampai di penginapan yang telah disiapkan tangan kanan mereka yang tidak lain adalah kekasih mereka. Mereka ingin mengubah segala dekorasi penginapan itu seperti kamar mereka. Namun nasib berkata lain, mereka dikhianati dan mayatnya di buang ke Jurang Hitam yang terkenal banyak memakan korban.)
Pavilun Rose(Lia punya)
Dilain tempat...
Pavilun Melati (Ralisa/Ming Xiao Tien)
"Kak JI Ar, mengapa paviliun ini di dominasi warna gelap? Apakah Xiao Tien, eh maksudnya aku memang suka warna seperti ini?" tanyanya Kepada gadis yang merupakan pelayannya. Gadis itu terlihat lebih tua darinya 2 atau 3 tahunan lah.
Pelayan itu mengerutkan dahinya karena merasa ada yang berbeda dengan tuannya.
Tuannya dulu adalah sosok yang sangat pendiam, tidak suka bergaul selain kepada ke 3 putri lain yang tidak lain adalah Xiao Luo, Zhu Shan, dan Xiao Lian.
Putri Xiao Tien penyuka warna gelap karena menurutnya sangat cocok menggambarkan dengan hidupnya yang kelam katanya.
Namun setelah tercebur ke sungai karena di dorong oleh saudara kembarnya bersama anak bungsu selir tertua, ia menjadi berbeda 180° dari biasanya.
Jika dulu putri Xiao tien pendiam, sekarang malah cerewet. Dulu putri penyuka warna gelap, sekarang warna terang. Dulu putri sangat murung, namun sekarang sangat ceria dan bersahabat.
Hal itu membuat hati pelayan tersebut menghangat dengan perubahan tuannya.
"Maaf putri jika saya lancang, apakah putri sedang tidak enak badan? Demam atau punya luka di kepala?Anda tidak biasanya bersikap seperti ini terhadap sya," tanya pelayan itu karena penasaran dengan apa yang membuat tuannya berubah.
"Tidak kak Ji Ar, aku sangat sehat dan bersemangat. Mulai sekarang kau harus beradaptasi dengan sikap ku yang sekarang. Aku telah berniat mengubah sikap dinginku yang dulu menjadi ceria—" Lisa mengeluarkan senyum manis yang dapat membuat 2 kerajaan bertengkar karena memperebutkan senyum itu—"Jadi bisakah aku mendekor ulang paviliun ini, ini sangat tidak cocok untuk putri yang imut nan cantik ini," ujarnya yang lagi-lagi alay dan lebay.
Pelayan itu mengedipkan matanya berulang kali, sebagai tanda tidak percaya dengan sikap baru tuannya itu.
Namun ia menepis rasa kecurangannya dengan cepat dan berganti dengan perasaan senang dan bahagia melihat tuanya lebih banyak tersenyum dibandingkan dulu.
"Baiklah, Putri. Jika itu yang anda inginkan, saya permisi dulu ingin menghadap kaisar. Mereka mungkin sedang menghawatirkan keselamatan anda setelah adanya berita bahwa 4 putri termasuk anda tidak sengaja tercebur ke dalam sungai saat sedang bermain di tempat tadi," izin pelayan itu yang langsung di iyakan oleh Lisa.
Pelayan itu segera berbalik dan meninggalkan Ralisa sendirian di pavilun itu. Putri Xiao Tien hanya mempunyai 1 pelayan yaitu Ba Ji Ar karena kurang risih dengan keramaian.
"Okey, candy aktifkan layar!" kata Ralisa pada gelang kesayangannya. Gelang itu juga merupakan alat canggih yang dimodifikasi oleh kakek BlackBerry Girls yang tak lain adalah Helix.
Seketika muncul sebuah layar monitor seperti telegram dari gelang itu. Layar itu hanya bisa dilihat oleh ralisa karena ia adalah pemiliknya.
"Hmm .... sofa, kasur, kipas angin, ranjang karpet, laptop, buku, pensil, lampu, pembangkit listrik tenaga surya, make up, tas, sepatu, televisi, handphone, cermin, meja kursi, ...." Ia mengeluarkan semua perabot rumah tangga yang ia punya dan mulai mendekor pavilun itu.
Paviliun Melati(Lisa punya)
**Hai guys,
Segitu dulu yah chapter kali ini, entar kalau di lanjutin, author makin halu lagi
Semoga kalian suka dengan cerita author kali ini, jangan lupa comen dan vote agar author makin rajin buat upload episode episode baru
See tou next time 😊😊**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!