Malam ini, adalah pesta lajang yang diadakan Calista disebuah club bersama teman-temannya, mengigat besok dia sudah resmi menjadi seorang istri dari kekasihnya Nick.
Telinga Calista langsung disegarkan suara musik yang memekakkan telinga. para penari erotis meliukkan tubuhnya yang panas, menunjukan kehidupan malam yang liar dan penuh kebebasan. aroma minuman keras menyeruak yang dinikmati sesuka hati tanpa batasan dan peduli resiko yang akan mereka hadapi kelak. keinginan mereka hanya untuk bersenang-senang malam ini.
"Ayo Calista, kita nikmati lagi pesta ini." teriak Grace. mencoba menyemangati Calista yang sudah mulai teller.
"Sudah cukup."
Calista yang sudah minum terlalu banyak, akirnya ambruk disofa. pesta yang belum berakhir itu harus dia tinggalkan, karena tunangannya Nick, sudah mengajaknya untuk meninggalkan pesta.
"Ayo Calista sayang, kita harus kembali pulang. malam sudah terlalu larut. tidak baik bagi kondisi tubuh mu. ingat besok adalah pernikahan kita." bujuk Nick. karena tidak ada pilihan lain, terpaksa Nick membawa Calista pulang ke apartemen miliknya.
"Tidurlah sayang, kamu pasti capek setelah kembali dari pesta." Nick membantu Calista dengan membaringkan tubuhnya di ranjang empuk milik nya.
"Oke, thanks untuk hari ini, sayang." ucap Calista mengecup bibir Nick sekilas.
Tepat tengah malam, Calista tersadar. dia memaksakan membuka kedua matanya, dan menahan rasa sakit dikepala yang sangat menyiksa. saat penglihatannya mulai jelas, Calista melihat sosok pria dan wanita sedang berciuman dengan penuh gairah di bawah ruangan yang remang-remang tepat disamping ranjang yang ditidurinya.
Bagai disambar petir, Calista menatap keduanya dengan pandangan jijik dan penuh dendam, meskipun masih syok, Calista tetap berusaha tenang dan berpura-pura tidur, memerhatikan pria yang sudah menjadi calon suami dan sahabatnya Grace berciuman mesra. kemarahan di dalam diri Calista pun mulai mendidih. dengan perasaan perih didada yang tak tertahankan.
"Ini gila, tidak mungkin Nick dan Grace berbuat serendah ini." Calista bergumam dalam hati berharap jika ini cuma mimpi buruk nya.
"Tapi ini benar-benar nyata!"
Calista menutup mulut dengan punggung telapak tangan, agar tidak mengeluarkan suara. meskipun hatinya saat ini tengah hancur berkeping-keping melihat dua penghianat tengah bermesraan dihadapannya.
"Grace, please jangan sekarang, Calista baru saja tertidur, aku takut nanti dia memergoki kita dengan posisi yang sangat intim seperti ini." Nick memperingati Grace, sambil menahan pinggang wanita itu.
"Sayang..? apa kamu takut tunanganmu akan bangun melihat kita?" Nada tidak terima keluar dari mulut Grace, yang sangat ingin bercinta tanpa penolakan Nick.
"Bukan begitu, Grace."
"Sudahlah Nick, aku capek. main kucing-kucingan terus dibelangkang Calista. bahkan besok kamu akan menikahinya." ucap Grace merajuk dengan nada kesal.
"Grace, kamu harus sabar, kita masih membutuhkan Calista untuk saat ini." bujuk Nick.
"Tapi aku sangat bergairah malam ini, Nick." tangan Grace membelai bibir Nick, dengan wajah yang masih berhadapan sangat dekat. bahkan dia sengaja terus memancing gairah Pria tampan itu, tanpa peduli jika dia akan dicap sebagai sahabat layaknya pagar makan tanaman, Grace semakin agresif agar Nick mau membalas cumbuan nya lebih jauh lagi.
"Tapi kita sudah sering melakukan nya, sayang." bisik Nick pelan takut terdengar Calista. Grace mengabaikan penolakan Nick, dan terus bermain-main dengan kecupan panas bibirnya.
"Sayang..., kamu selalu berhasil membakar gairah ku. Ayo kita pindah keruangan lain. agar kita lebih leluasa menikmati malam penuh gairah ini." Jawab Nick dimana benteng pertahanan kembali ambruk setiap menerima sentuhan Grace, yang tidak pernah dia dapatkan dari calon istrinya, Calista.
Nick menciumi leher Grace dengan lembut. bahkan tidak satupun lekukan tubuh gadis itu terlupakan dari sentuhan tangan Nick. permainan mereka semakin memanas.
"Tidak Nick, Aku ingin kita bercinta dalam ruangan ini tepat di hadapan calon istrimu yang bodoh ini." tolak Grace yang belum menyadari jika Calista sudah melihat perbuatan mereka diantara pencahayaan yang remang-remang.
Tidak ingin membuang-buang waktu lagi, Grace dengan cepat membuka kancing kemeja Nick satu persatu. sedangkan bibir mereka masih saling menempel, menikmati setiap inci kenikmatan yang tiada akhir.
"Tega kamu menghianatiku Grace, kamu sahabat baikku semenjak SMA, kamu juga Nick kalian berdua sama-sama busuk memanfaatkan kepolosan ku yang begitu mempercayai kalian. besok adalah hari pernikahan kita tapi semuanya sudah hancur sebelum terlaksana." gumam Calista dalam hatinya. gadis itu mencoba menahan air mata, dia tidak menyangka sama sekali, jika pria yang akan menikahinya besok. berselingkuh tepat dihadapan mata kepala nya saat ini.
"Bukankah di bactub tempat favoritmu melakukannya? bagaimana kalau kita ulangi lagi disana." bujuk Nick, dengan meraba paha seksi Grace yang mulus. Nick masih berfikir jika Calista saat ini masih tertidur pulas, sehingga tidak mengetahui scandal mereka berdua.
"Baiklah..., Kalau begitu kamu pergilah terlebih dahulu. aku akan menyusul mu segera." ucap Grace tersenyum genit.
Grace mendorong tubuh Nick, untuk meninggalkan ruangan kamar. setelah itu Grace melenggok ke arah Calista yang masih terbaring menutup matanya berpura-pura tidur. Grace mendekatkan tubuhnya lalu berbisik.
"Calista sahabat ku, Aku tidak akan membiarkanmu menikah dan merebut Nick dariku, bahkan aku sudah mempunyai rencana besar untuk menggagalkan pernikahan kalian besok. Aku sudah mengandung anak Nick, sekarang dia milikku seorang dan untuk selamanya." bisik Grace dengan senyum kemenangan meninggalkan kamar.
Calista mengepalkan tangannya, saat dia harus menahan emosinya dan berhati-hati agar tidak mengelurkan suara. beberapa saat kemudian, Calista kembali mendengar ******* dari kamar mandi yang saling bersahutan, yang membuat Calista merasakan dunianya hancur berantakan, harapan indah pernikahan mereka hancur dalam sekejap mata.
"Kalian berdua tidak mempunyai hati dan perasaan, bahkan kalian berhubungan disaat aku ada diruangan ini."
Calista begitu marah, tangannya mengepal ingin rasanya dia membunuh kedua orang penghianat itu, yang tidak mempunyai hati sama sekali. pikiran Calista, kembali menerawang pada kehidupan dan persahabatan mereka yang begitu terjalin sangat eratnya. namun sekarang Grace menusuk Calista dari belakang.
"Ternyata, semua yang aku lakukan sia-sia belaka, Nick begitu mudah tergoda. Tidak!!! aku harus membalas semua rasa sakiiit ini."
Calista mulai bangkit mengayunkan langkah nya menuju asal suara.
"Ayo Nick, aku su... su.... sudah ingin keluar.”
“Tahan Grace, aku masih ingin bermain-main dengan tubuh indah mu yang membuat ku ketagihan." Balas Nick. nafas keduanya ngos-ngosan seperti lari maraton dengan jarak tempuh sudah mencapai titik puncaknya, menikmati gairah yang terus membakar tubuh. ruangan kamar mandi yang biasanya sunyi dan sepi, mulai sedikit berisik dengan ******* yang keluar dari bibir mungil Grace maupun Nick.
Nick kalap mata, dia dengan kondisi sadar berselingkuh dengan sahabat calon istrinya sendiri. mengingat selama ini Calista selalu menolak setiap dia mengajaknya bercinta dengan adegan ranjang, meskipun mereka sudah lama berpacaran, bahkan setelah bertunangan pun Calista selalu tidak mau untuk diajak bercinta, atau sekedar bercumbu untuk menyalurkan hasrat kelelakian Nick yang begitu besar.
“Dasar wanita sok alim, itulah yang selalu Nick katakan. meskipun tidak pernah terdengar oleh Calista kata hati calon suaminya itu, secara langsung.
Langkah kaki Calista terhenti tepat di pintu kamar mandi yang tidak terkunci rapat dari dalam, masih terdengar ******* yang saling bersahutan.
Ceklek!!!
Pasangan yang tengah melakukan adegan panas, terlonjak kaget melihat kemunculan Calista. terutama Nick wajahnya langsung terlihat pucat seperti kucing kecebur dalam got .
“Calista! sayang semua ini tidak seperti yang kamu lihat, Grace merayu dan memaksa ku, ini semua diluar kesadaran dan kendaliku." ucap Nick membela diri.
"Ooo..., begitu ya, tapi sepertinya kamu sangat menikmati sekali Nick." ucap Calista tersenyum sinis. sedangkan Grace tersenyum berlonjak kegirangan dan bahagia berhasil menghancurkan hubungan sahabatnya.
“Bagus, aku berharap pertunangan kalian berakhir malam ini. sehingga aku bisa memilikimu seutuhnya, Nick." gumam Grace tertawa merasa menang sambil melihat kelanjutan perdebatan mereka.
"Cukup Nick, tidak ada yang perlu dijelaskan lagi!"
“Calista, sayang tunggu.”
Dengan gerakan cepat Nick berhasil menarik sebelah tangan Calista yang berlari hendak menuju pintu keluar apartemen.
“Lepas Nick, aku tidak sudi disentuh oleh tanganmu yang kotor, apalagi melihat penampilan mu ini, cish....benar-benar menjijikkan. ”
“Sayang Please dengarkan aku dulu, semua ini tidak seperti yang kamu lihat. Aku...aku tidak dalam kondisi sadar, Grace memanfaatkan aku dan menjebakku sayang.” Ucap Nick berusaha membujuk calon istrinya kembali.
“Sudah cukup, diantara kita sudah tidak ada ikatan apa-apa lagi.” Calista langsung membuka cincin pertunangan mereka dan melempar kan ketangan Nick. Dia benar-benar muak melihat tampang tidak bersalah yang ditunjukkan pria itu, sehingga untuk bersentuhan tangan pun dia tidak rela lagi.
“Tidak Calista, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau putus dari kamu, Please dengarkan penjelasan ku dulu, sayang.” Nick berusaha menarik tangan Calista.
Sekuat tenaga gadis itu menepisnya, lalu berlari meninggalkan apartemen Nick. yang masih berusaha untuk menahan langkahnya. sepanjang perjalanan, Calista terus menangis dan menyerah dengan keadaan.
"Kamu, memang tidak akan pernah bisa aku miliki Nick."
Semenjak putus dari Nick, Calista mencoba mencari kebahagiaan dengan caranya sendiri. tanpa berfikir panjang lagi tentang resiko yang mungkin bisa terjadi kedepannya. bahkan Calista merubah penampilannya menjadi lebih berani dan terbuka, dengan riasan mencolok tidak menunjukkan Calista yang sesungguhnya, yang penting hatinya bahagia dan mampu melupakan perasaan nya pada Nick.
"Aku ingin bersenang-senang malam ini, aku akan membalas mu, Nick." ucap Calista kembali meneguk minuman dalam gelas nya.
Calista yang tengah galau menghampiri pemilik club malam, meminta mereka menyediakan seorang gigolo berwajah tampan untuk menemani dan menghibur nya malam ini.
"Sesuai dengan permintaan Nona, pria bayaran itu sudah menunggu di ruangan kamar 406, dia adalah Cowok tampan yang merupakan Gigolo primadona dan no satu diclub kami ini, tidak sembarangan wanita yang dapat menidurinya, dan nona adalah salah satu wanita yang paling beruntung malam ini." ucap pemilik club tersenyum bangga.
"Oke, aku akan kesana sekarang." ucap Calista berjalan sempoyongan.
"Calista, apa kamu yakin untuk melakukannya?" ucap Agnes menarik tangan Calista, dia berharap temannya itu bisa mempertimbangkan kembali keputusan nya.
"Tentu, ini setimpal dengan perbuatan Grace dan Nick. kamu tenang saja." ucap Calista melambaikan tangannya meninggalkan Agnes.
Calista berjalan menaiki lift menuju lantai sebelas hotel, kondisi nya yang setengah mabuk membuat konsentrasi dan tatapan Calista tidak bisa fokus lagi dengan apa yang ada dihadapannya.
"Kamar ini atau itu?"
Calista memperhatikan No kamar sambil menyipit kan mata, dia bingung mencari posisi yang tepat dan melihat dengan jelas No yang tertera dikamar yang akan ditempati nya antara angka 409 atau 406.
Sialnya, Calista telah menentukan pilihan yang salah, dia masuk begitu saja karena kamar tersebut tidak terkunci dari dalam. seorang pria tampan yang baru saja selesai dari jamuan bisnis kaget begitu seorang wanita cantik masuk secara tiba-tiba kedalam kamar nya.
"Siapa kamu?"
"Ternyata kamu cukup tampan!"
Calista terhipnotis pada ketampanan dan bentuk tubuh pria yang kekar. dia maju sambil memperbaiki penampilan mendekati pria yang dikatakan gigolo oleh teman-temannya barusan.
"Hey aku sudah membayar mahal dirimu, malam ini puaskan aku." teriak Calista.
"Apa maksudmu nona?" jawab pria itu yang juga sudah dipengaruhi alkohol setelah perjamuan.
"Kamu tahu tidak, jika calon suamiku sudah berselingkuh dengan sahabat ku sendiri. sehingga malam ini aku memutuskan untuk membalas perbuatan mereka berdua ha...ha..." ucap Calista.
"Kamu pikir cuma kamu saja yang memiliki permasalahan, aku juga dipaksa orang tuaku untuk segera menikah dan memiki anak!" umpat pria tampan yang bernama Leonardo, seorang CEO perusahaan besar dan berpengaruh di negeri ini.
"Bagaimana jika malam ini kita bersenang-senang, untuk melupakan masalah kita berdua." ucap Calista melingkar kan tangannya dileher Leo dengan posisi yang begitu dekat.
"Apa yang membuatmu, begitu berani berkata seperti itu terhadap ku. bahkan kamu tidak mengenal siapa aku yang sesungguhnya." ucap Leo.
"Jangan khawatir, aku akan membayar fee lebih malam ini atas kerja keras mu."
Leo menyeringai, dia tidak membutuhkan cinta ataupun tidak kekurangan wanita cantik untuk ditidurinya. namun setelah melihat wajah gadis dengan rambut acak-acakan ini membuat Leo seakan menemukan sesuatu yang berbeda.
"Oke, karena kamu yang meminta. aku akan memuaskan mu malam ini. tapi jangan salahkan aku nantinya setelah kamu tersadar." ucap Leo yang sudah terpancing gairahnya begitu bibir merah Calista menyentuh bibirnya. permasalahan berat yang sama-sama mereka rasakan seakan hilang. kedua nya saling menghangatkan hingga mereka mulai melakukan hubungan terlarang.
Kondisi mereka yang setengah mabuk, benar-benar membuat Leo bergairah, perlahan Leo menatap wajah yang sangat cantik meskipun dilapisi make up yang tebal, kulitnya sangat putih mulus. hembusan nafas Calista yang lembut tepat mengenai kulit wajah Leo.
“Sangat cantik."
Leo mendekati bibir Calista dan mulai mengecupnya dengan perlahan, manis dan begitu memabukkan. Dia memperlakukan Calista dengan sangat lembut, karena merasa gadis itu sangat berbeda. tangannya terus menelusuri setiap lekuk tubuh padat berisi. Leo tidak ingin terlewatkan sedikit pun dari setiap lekuk yang membuat gairah nya semakin menggebu-gebu.
Calista mengeliat pelan, ketika merasakan rabaan lembut dan kecupan hangat bibir dan lehernya.
“Ini pasti cuma mimpi ku, tapi rasanya begitu indah dan nikmat. baru kali ini aku merasakan sensasi seperti ini?"
Calista yang masih merasakan pusing dikepala, memejamkan matanya. Dia seakan-akan tidak ingin terbangun dari mimpi indahnya itu. puas mengecup tidak ada sedikit pun lekukan tubuh Calista yang luput dari rabaan dan kecupan panas Leo. hingga akhirnya dia juga melepaskan semua yang masih melekat ditubuhnya dan mulai menuntaskan sesuatu yang terus mendesak dari dalam tubuhnya untuk segera disalurkan.
"Aauuuwh sakiiit...!!"
Calista sempat terpekik, air mata membasahi pipinya ketika merasakan sesuatu memaksa masuk dibagian tubuhnya, gadis itu tersadar jika dia tidak sedang bermimpi melainkan kenyataan. ingin dia berteriak dan mencakar-cakar pria itu, namun dia kembali teringat perbuatan Nick, mantan calon suaminya. tiba-tiba emosi kembali menguasai pikiran Calista.
Calista mulai ikut bermain, dia membalas setiap sentuhan dan perlakuan pria yang belum dikenalnya itu, tapi dia yakin jika pria ini adalah seseorang laki-laki bayaran.
"Ternyata gadis ini masih suci?"
Leo sempat kaget saat melihat bercak darah, namun dia juga tidak bisa mengendalikan diri ataupun berhenti ditengah-tengah pergumulan mereka, baru kali ini Leo mersakan nikmat nya seorang perawan, menjelang pagi mereka berdua tertidur pulas sambil berpelukan.
Pagi menjelang siang, Calista terbangun lebih dahulu. saat cahaya matahari yang menerobos masuk langsung mengenai matanya. Calista berusaha mengumpulkan kesadaran tentang kejadian semalam.
"Aaaahh gila, semalam aku benar-benar bodoh karena telah melakukannya dengan gigolo ini, semua gara-gara Nick dan Grace. tapi sudah terjadi percuma juga aku menyesali nya." Calista mengumpat dirinya yang telah bertindak konyol tanpa pikir panjang.
"Aaaagghhh...periiih banget."
Calista perlahan mencoba untuk bangkit, menyingkirkan perlahan tangan pria yang masih melingkar erat dipinggang nya.
Pandangan Calista seakan tidak bisa lepas, rahang yang kokoh dan terlihat jantan. Kedua alis tebal nya seakan menambah pesona dan sangat pas jika dia menjadi pria bayaran atau gigolo dengan postur tubuhnya yang sangat mendukung. sehingga wanita akan tergila-gila melihatnya.
“Sangat tampan, tapi sayang sekali kamu hanya laki-laki sewaan.” tersenyum sinis.
Calista mengenakan pakaian nya kembali dan mengeluarkan beberapa lembar uang kertas yang nilainya tidak seberapa.
“Aku harus segera kabur, selain salah mengambil tindakan. aku juga lupa jika tidak memegang uang cukup untuk membayarmu." sambil berjalan tertatih-tatih, Calista menutupi sebagian wajah dengan rambut panjangnya, dia langsung kabur meninggalkan ruangan kamar.
***
Leo mengeliat merenggang kan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku dengan mata terpejam, namun tiba-tiba dia kembali membuka mata teringat kejadian semalam. tangan kekarnya langsung menyibak selimut tebal yang masih menutupi sebagian tubuh polosnya.
“Kosong, dimana gadis yang semalam bercinta dengan ku?” menatap fokus bercak merah disepray berwarna putih.
“Apa alasan gadis itu masuk kekamarku? Aaahh.... sial, karena pengaruh minuman. aku tidak bisa mengingat dengan jelas wajah nya." Leo segera bangkit bersiap-siap karena ke-dua orang tuanya sudah menunggu kedatangannya di rumah besar. namun sekilas matanya menangkap beberapa lembar uang kertas dan secarik kertas yang bertuliskan.
"Uang ini untuk mu, anggap saja sebagai fee atas kerja kerasmu semalam. semoga kita tidak akan pernah bertemu lagi." isi yang tertulis dalam kertas itu langsung diremas-remas Leo dengan penuh kemarahan.
“Berani sekali perempuan itu menganggap aku sebagai laki-laki bayaran, menghargai tubuh ku yang berharga dengan uang recehan ini, awas kamu!!" ucap Leo penuh penekanan *******-***** uang kertas tersebut.
Leo meminta petugas hotel untuk memeriksa rekaman cctv, namun tidak ada rekaman yang memperlihatkan secara jelas wajah Calista.
Ditempat lain, Calista terlihat murung dan menyesal.
"Calista, aku yakin sekali jika semalam. kamu salah memasuki kamar!" ucap Agnes.
"Apa maksudmu?"
"Gigolo yang menunggu mu semalam protes padaku, karena kamu sudah membuang-buang waktunya dengan menunggu dikamar 406 hampir semalaman. tapi aku berhasil mengatasi dengan memberikan bayarannya separuh dari harga yang sudah disepakati." ucap Agnes.
"Apa? lalu siapa pria yang bercinta dengan ku semalam?" tubuh Calista pucat, menyadari kecerobohannya.
"Jadi kamu benar-benar sudah melakukan nya, seperti apa orang itu? apakah laki-laki tua yang norak dan bertubuh Gendut?" tanya Agnes berusaha menahan tawanya.
"Tidak sama sekali, tapi dia benar-benar tampan. meskipun begitu aku tidak ingin bertemu lagi dengan nya."
"Tidak Calista, kita harus cari tahu siapa pria yang menginap dikamar tersebut." ucap Agnes.
"Untuk apa?"
"Calista, bagaimana pun juga kalian sudah bercinta tanpa saling mengenal. apa kamu tidak takut hamil atau tertular penyakit?"
"Aku tidak berani, Agnes please bantu aku untuk mencari tahu?" pinta Calista dengan tatapan sedih.
"Baiklah, demi persahabatan kita." Agnes mengalah, siangnya mereka menyelidiki siapa pria yang tidur dikamar 409. kedua gadis ini langsung syok begitu mendengar nama Presdir Leonardo, seseorang yang mempunyai pengaruh besar di Negera ini.
"Aku takut Agnes, pria itu pasti marah besar karena aku sudah menganggap rendah dirinya sebagai pria bayaran."
"Sudahlah Calista, toh saat itu penampilan mu tidak memperlihatkan jati diri mu yang sebenarnya. aku yakin Leo tidak akan mengenalimu lagi." ucap Agnes meyakinkan.
Semenjak kejadian itu, Calista mulai merasakan perubahan aneh ditubuh nya, setelah dilakukan pemeriksaan. Calista dinyatakan hamil, gadis itu syok dan terpukul karena tidak ingin menagung malu, kedua orang tua Calista terpaksa mengasingkan dirinya tinggal diluar kota bersama seorang pelayan, bibi Ani.
Sembilan bulan kemudian,
Bayi kembar berjenis kelamin laki-laki terlahir ke dunia. namun salah satu bayi Calista masih harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit, karena paru-paru yang belum berfungsi sempurna sehingga mengaggu proses pernafasannya, ditambah lagi masalah jantung yang dideritanya semenjak terlahir. hal ini membuat Calista larut dalam kesedihannya, sedangkan kedua orang tuanya tidak mau peduli lagi terhadap nya dan sang bayi.
"Aku bingung harus mendapatkan uang dari mana lagi, sedangkan biaya pengobatan Kenzo semakin hari semakin membengkak. bibi apa aku serahkan saja salah satu bayi ku pada ayah kandungnya." ucap Calista menatap bayinya dengan air mata menggenang.
"Kita tidak punya pilihan lain, mungkin ini yang terbaik buat Kenzo. diasuh dan mendapatkan perawatan terbaik dari ayah kandungnya." ucap bibi Ani yang selalu setia menemani Calista baik suka dan duka.
"Tapi bagaimana caranya bibi, tidak mudah masuk kedalam keluarga Leonardo. apa mereka akan percaya begitu saja. aku tidak berani bibi." tolak Calista ragu.
"Penyakit Kenzo harus segera ditangani non, kita tidak punya waktu lagi. biar bibi yang mengatur segala nya." ucap bibi Ani.
"Baiklah bi, untuk sementara waktu aku akan menghilang bersama anak ku Kenzie. aku titip Kenzo ya!" ucap Calista menatap sedih salah satu anak kembarnya.
Keesokan harinya,
Dikediaman Leonardo yang seperti istana, langsung dihebohkan dengan kedatangan bibi Ani yang membawa seorang bayi yang tidak berdaya kehadapan Leo.
"Tuan muda, percayalah jika ini benar-benar bayi Anda dari hubungan malam itu. sebelum pergi menghilang dan meninggalkan rumah, non Calista memintaku untuk menyerahkan bayi ini padamu, tuan. Agar dia bisa mendapatkan perawatan terbaik." ucap bibi Ani.
"Calista?"
Pikiran Leo menerawang pada gadis yang pernah ditidurinya malam itu, meskipun wajahnya terlihat samar. namun Leo merasa ada kemiripan Calista, dirinya dan bayi mungil yang tidak berdaya dalam gendongan bibi Ani.
"Apa kamu bisa membuktikan jika bayi ini benar-benar anakku?" tanya Leo.
"Bisa tuan, silahkan lakukan tes DNA." ucap bi Ani. tanpa menunggu lama Leo menghubungi dokter ahli untuk melakukan tes DNA, dia tersenyum puas begitu hasil tes menunjukkan jika 99,99% cocok, Kenzo benar anaknya bersama Calista.
"Kemana Calista pergi, kenapa dia begitu tega meninggalkan anakku dalam kondisinya seperti ini!"
"Aku juga tidak tahu tuan, sejak ketahuan hamil non Calista diusir dari rumah. setelah melahirkan dia menitipkan bayinya padaku, lalu menghilang begitu saja." ucap Bi Ani.
"Dasar wanita brengsek, cepat kalian temukan Calista dan bawa dia kehadapan ku." Ucap Leo penuh kemarahan.
Salah satu kamar tidur utama rumah besar Leo, disulap menjadi ruangan perawatan pasien. beberapa alat medis yang canggih dipasang, termasuk mendatang kan beberapa dokter ahli dan perawat untuk baby Kenzo.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!