NovelToon NovelToon

Ketika Cinta Harus Memilih

Bab 1

Memiliki keluarga yang harmonis dan penuh dengan kebahagiaan adalah impian semua orang begitu juga dengan Mia Wulandari

Bukannya tidak bahagia dengan pernikahannya bersama Sendy tapi wanita itu hanya merasa ada yang kurang dalam rumah tangganya

Mia selalu merasa kesepian karena sudah hampir 7 tahun menikah dengan Sendy tapi hingga kini ia belum juga dikaruniai anak, sudah berbagi cara ia lakukan, bahkan pemeriksaan rutin ke dokter kandungan pun sering ia jalani

Kondisi kesehatan keduanya pun dinyatakan baik-baik saja tapi mungkin belum takdirnya mereka menjadi orang tua bahkan program bayi tabung yang mereka lakukan pun juga mengalami kegagalan

Mia sempat putus asa dan merasa dirinya tidak berguna sebagai seorang wanita tapi Sendy selalu mengingatkannya kalau semua yang terjadi pada mereka tidak lepas dari kehendak yang maha kuasa apalagi kedua orang tua Sendy pun tidak pernah menuntut banyak pada mereka

Untuk melepas kesepiannya Mia selalu datang ke rumah para sahabatnya dan disana ia selalu berpura-pura biasa saja walaupun sebenarnya hatinya sangat bergemuruh melihat kebahagiaan mereka yang sempurna bersama anak-anak mereka

" Kenapa ? bertengkar lagi sama kak Sendy?" tanya Zaira seraya meletakkan secangkir teh diatas meja lalu mendudukkan dirinya di sofa yang ada di sebelah Mia saat sahabatnya itu datang bekun,

" Enggak, kami baik-baik aja kok" sahutnya tersenyum kecut

" Lalu?"

" Gue enggak apa-apa Za, cuma lagi bosan aja di rumah sendirian " jawab Mia lalu meraih cangkir yang ada di hadapannya dan menyeruput teh buatan Zaira

" Yakin?"tanya Zaira dan Mia mengangguk dengan senyum yang dipaksakan

" Anak loe kemana Za, kok tumben sepi?" tanya Mia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang nampak sepi tanpa suara anak-anak

" Kenzia sedang sekolah dan Keenan sedang pergi bersama Opa dan Omanya ke rumah Lia!" jawab Zaira

" Oh gitu pantas sepi!" Mia pun mengangguk-anggukkan kepalanya

" Udah ya gue cabut dulu!" Ucapnya seraya beranjak dari tempat duduknya

" Loh mau kemana?" tanya Zaira yang ikut berdiri

" Mau ke cafe KR janji ketemuan sama Siska" jawabnya sambil melangkah menuju pintu keluar yang diikuti oleh Zaira mengekor di belakangnya

" Siska teman kuliah loe dulu?"

" Iya" jawab Mia lalu pamit pada Zaira

Setelah pergi dari rumah sahabatnya Mia langsung menuju cafe KR untuk bertemu dengan Siska

Setelah tiba di Cafe tersebut Mia langsung masuk dan mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Siska

Dari kejauhan ia bisa melihat Siska yang melambaikan tangannya ke arahnya

Mia pun melangkahkan kakinya menghampiri meja Siska

" Sorry telat, lama nunggu ya?" sapa Mia setelah kini berada di hadapan Siska

" Enggak juga, aku juga baru datang kok" jawab Siska lalu berdiri bersalaman dengan Mia sambil cipika-cipiki

" Ayo duduk!"

Mia pun duduk berhadapan dengan Siska lalu memesan makanan saat seorang pelayan menghampirinya

Tidak berapa lama pesanan pun datang keduanya menikmati makanan mereka sambil berbincang-bincang ringan saling menayangkan kabar

" Bagaimana usulan ku?" tanya Siska setelah mereka menghabiskan makanannya

" Usulan yang mana?" tanyai Mia mengerutkan keningnya

" Apa kau lupa dengan pembicaraan kita malam itu?"

Mia diam sejenak mengingat kembali percakapan mereka beberapa waktu lalu setelah mereka pulang dari jamuan makan di salah satu teman kuliah mereka

" Usulan konyol mu itu?" tanya Mia setelah mengingat kembali ucapan Siska

Siska tertawa mendengar ucapan Mia " Konyol kata mu? itu justru solusi yang aku tawarkan untuk mu agar kau bisa memiliki anak" jawab Siska

Mia terhenyak mendengar ucapan Siska seketika ia menjadi gamang sendiri dengan pikiran yang berkecamuk antara menerima atau menolaknya dengan tegas

" Kau pikirkan saja dulu setelah kau yakin dengan jawaban mu segera beritahu aku!" ucap Siska seraya menepuk punggung tangan Mia

" Apa aku sanggup melakukannya?" Mia menundukkan wajahnya seketika matanya sudah berkaca-kaca

Siska tersenyum lalu mengusap lembut bahu Mia yang nampak bergetar

" Aku yakin kamu bisa, bukankah kau sudah lama merindukan kehadiran seorang anak ?"

Mia bergeming ucapan Siska memang ada benarnya tapi apakah ia sanggup menjalani semuanya dan bagaimana dengan suaminya apakah setuju dengan usulannya itu

" Aku yakin kau pasti bisa, semua demi kebahagiaan mu juga kan dan aku yakin suami mu pasti tidak akan menolak jika kau sendiri yang memintanya" ucap Siska berusaha meyakinkan Mia

Mia menghapus air matanya lalu berusaha untuk tersenyum " Aku tidak yakin, suamiku sangat mencintai ku mana mau ia menerima usulan ku itu" ucap Mia

" Justru karena dia begitu mencintai mu maka dia pasti tidak akan berani menolak keinginan mu"

" Apa benar begitu?" Tanya Mia dengan polosnya dan Siska mengangguk berusaha meyakinkan Mia

" Baiklah kalau begitu akan aku coba bicara pelan-pelan dengan suamiku" tutur Mia

" Bagus, semakin cepat semakin baik kau bicarakan lah hal ini dengan suamimu aku yakin dia pasti akan setuju apalagi ini hanya bersifat sementara setelah kalian mendapatkan anak suamimu bisa menjadi milikmu seutuhnya" tutur Siska

Setelah pulang dari Cafe dan bertemu dengan Siska saat ini Mia tengah duduk di ruang tamu sambil menunggu kepulangan sang suami

Sekitar jam 8 malam Sendy baru pulang dan Mia menyambutnya seperti biasa

Mia membantu Sendy membuka bajunya lalu menyiapkan air hangat untuk suaminya mandi

" Aku akan kebawah dulu menyiapkan makan malam untuk mu"

Sendy mengangguk seraya tersenyum " Aku mandi dulu nanti akan menyusul" jawabnya lalu mendaratkan kecupan singkat di kening sang isteri sebelum melesat masuk ke dalam kamar mandi

Mia menyiapkan baju ganti untuk Sendy sebelum pergi ke dapur

Setelah berada di dapur Mia menghangatkan kembali masakannya yang sudah dingin

Tidak berapa lama Sendy menyusul dan langsung duduk di salah satu kursi yang ada di meja makan

Mia seperti biasa melayani Sendy, mengambil piringnya dan mengisinya dengan lauk pauk kesukaan sang suami

Usai makan malam bersama keduanya pun memilih untuk duduk di ruang keluarga sambil menonton TV

Keduanya berbincang-bincang hangat menceritakan kegiatan mereka hari ini, dan ketika Mia membahas tentang anak Sendy hanya bisa tersenyum lalu berusaha untuk meyakinkan Mia untuk lebih bersabar lagi dan memasrahkan semuanya kepada yang maha kuasa

" Tapi mas kita juga perlu usahakan?" tanya Mia

Sendy tersenyum lalu tangannya terulur mengelus lembut surai panjang Mia yang tergerai indah

" Usaha yang bagaimana lagi sayang, kita sudah mencoba semuanya tapi apa? Allah masih belum memberi kita kepercayaan tentang itu, kita harus lebih bersabar lagi sayang yakin Allah pasti akan memberikan anak di waktu yang tepat yang hanya Allah yang tahu kapannya" tutur Sendy dengan bijak

" Lalu sampai kapan kita harus bersabar mas, mungkin aku yang tidak bisa memberimu keturunan" ucap Mia lirih

" Kamu ini ngomong apa sih sayang, kita kan sudah dengar sendiri kalau kondisi kamu tuh sehat tidak ada masalah apa-apa"

Mia menggeleng pelan" Tapi aku tidak bisa memberimu keturunan mas" Mia pun sudah menitikkan air matanya

" Tidak masalah bagiku sayang, ada atau tidak adanya anak aku tidak mempermasalahkannya asalkan aku bisa hidup bersama mu selamanya itu sudah cukup bagiku sayang" Mia sungguh terharu dan menghangat mendapatkan perlakuan seperti itu oleh Sendy

" Tapi mas kita juga butuh anak ditengah-tengah kita, agar masa tua kita tidak kesepian"

Sendy kembali tersenyum " Aku tidak akan merasa kesepian asalkan ada kamu"

Mia mengerucutkan bibirnya " Gombal"

Sendy tertawa " Siapa yang gombal sayang, aku bicara serius loh"

" Mas!" liriknya

" Apa kau benar-benar mencintai ku?" tanya Mia tiba-tiba membuat Sendy mengerutkan keningnya

" Tentu saja aku mencintaimu sayang, kenapa kau bertanya seperti itu hem, apa kau meragukan cintaku?"

Mia menggeleng lalu tersenyum " Tidak mas aku tidak meragukan cintamu, aku yakin cintamu itu sangat besar untuk ku!" tutur Mia membuat Sendy terkekeh mendengarnya

" Lalu kenapa kau bertanya seperti itu jika kau sudah yakin dengan perasaan ku?" tanya Sendy

Mia tersenyum lalu memeluk lengan Sendy

" Mas jika kamu benar-benar mencintai ku, aku punya satu keinginan, apa kamu bisa mengabulkannya untuk ku?" tanya Mia takut-takut

" Apa itu? selama aku bisa apapun akan aku lakukan untuk mu sayangnya, asalkan kau bahagia apapun yang kamu inginkan pasti akan aku kabulkan" Sendy mengelus rambut Mia dengan sayang

" Benarkah?" Sendy mengangguk dengan senyum yang mengembang

" Tentu saja, apapun akan aku lakukan untuk isteriku"

Mia tersenyum getir ada debaran jantung yang begitu menyesakkan antara takut dan gugup kini menjadi satu

" Katakan, apa yang kamu inginkan?" tanya Sendy

Mia meremas jari tangannya sendiri lalu menatap manik mata Sendy dengan tatapan yang sulit diartikan

" Katakanlah sayang, apa yang kamu inginkan?" tanya Sendy mengulang kembali pertanyaannya

" A...aku... "

" Aku apa hem?"

Mia bingung harus bagaimana mengutarakan keinginannya itu pada Sendy

" Katakanlah sayang, jika aku mampu pasti aku akan mengabulkannya!" Sendy meraih dagu Mia dan mendongakkannya hingga kedua mata mereka saling bertatapan

" Aku ingin anak darimu!"

Mata Sendy membeliak mendengar ucapan Mia tapi tetap berusaha untuk bersikap biasa saja karena dia tidak ingin Mia larut dalam kesedihannya

" Kita sudah berusaha sayang, bersabarlah kita pasti akan punya anak!"

" Sampai kapan aku harus bersabar mas?" sentak Mia membuat Sendy begitu terkejut dengan sikap Mia yang tidak seperti biasanya

" Sampai tuhan mempercayai kita untuk memiliki buah hati" jawabnya

Mia tersenyum kecut lalu menatap kesembarang arah " Aku ingin mempunyai anak dari mu mas, jika tidak bisa mempunyai anak dari rahimku maka kamu bisa memiliki anak dari rahim wanita lain mas!"

Glek

Sendy bak tertampar keras dengan ucapan Mia yang menurut Sendy sungguh sangat konyol

" Apa maksudmu?"

Sentak Sendy dingin dengan sorot mata yang menghunus tajam membuat Mia seketika ketakutan karena semenjak menikah Sendy tidak pernah berkata keras padanya

Bab 2

Mia nampak gelisah karena semenjak pembicaraannya malam itu, Sendy bersikap dingin padanya bahkan pria itu lebih banyak menghabiskan waktunya di ruang kerja

Sendy sungguh merasa kecewa dengan permintaan konyol sang isteri, bukannya dia tidak ingin membahagiakan Mia tapi menghadirkan orang ketiga di dalam rumah tangga mereka justru akan menghancurkan kebahagiaan itu sendiri yang sudah sekian lama mereka bangun

...Flashback on...

" Kamu sudah gila, keinginan konyol macam apa itu?" sentak Sendy dengan amarah yang sudah di ubun-ubun

" Konyol kata kamu mas?"

" Iya konyol, hanya isteri bodoh yang punya pikiran seperti itu!" Marah Sendy lagi

" Ya aku memang isteri bodoh!" teriak Mia meninggikan suaranya

" Aku isteri bodoh yang menginginkan hadirnya seorang anak mas, aku juga ingin seperti yang lain ada anak kecil yang meramaikan rumah kita!" Ucap Mia dengan berderai air mata

" Tapi tidak seperti ini caranya" Sendy pun tidak kalah meninggikan suaranya

" Lalu dengan cara apalagi mas? semua cara bahkan sudah kita lakukan dan hasilnya tetap tidak ada kan jadi cuma cara ini satu-satunya mas yang belum kita coba" tutur Mia dengan menggebu

" Tidak, aku tidak akan pernah setuju dengan keinginan konyol mu itu, kita masih bisa bersabar karena buat aku ada dan tidak adanya anak bukanlah masalah besar asalkan aku bisa hidup bahagia berdua sama kamu !" ucap Sendy

" Tapi tidak denganku mas" jawab Mia membuat Sendy terbelalak mendengarnya

" Apa maksudmu? jadi selama ini kamu merasa tidak bahagia hidup bersama ku begitu?" Sendy menatap Mia dengan tatapan yang sulit diartikan

" Bu..bukan begitu maksudku mas, aku hanya ingin memiliki anak mas setidaknya kebahagiaan kita akan semakin lengkap dengan hadirnya anak ditengah-tengah kita" ucap Mia berusaha menjelaskan

" Tapi tidak dengan menghadirkan orang ketiga di dalam mahligai rumah tangga kita" tekan Sendy

" Kita bisa mengadopsi anak dari panti asuhan jika memang kamu menginginkan anak" tambahnya lagi

Mia menggeleng " Aku ingin anak darimu mas walaupun tidak dari rahimku sendiri" ucap Mia dengan sedih

" Apa kau yakin dengan keputusan bodohmu itu?"

Mia diam, sebenarnya di dalam hati kecilnya ia pun merasa ragu apakah ia mampu menjalaninya nanti tapi ucapan Siska terus terngiang di telinganya dan meyakinkan Mia akan kebahagiaan yang akan ia dapat setelah memiliki anak, apalagi hadirnya wanita yang akan mengandung anak dari suaminya itu hanya sebatas setelah melahirkan saja setelah itu mereka akan hidup bahagia selamanya

Mengingat ucapan temannya itu Mia pun kembali meyakinkan dirinya kalau dia pasti bisa

" Aku yakin mas"

" Apa kau rela berbagi suami dengan wanita lain?"

Glek

Mia kembali terdiam lidahnya tiba-tiba saja kelu, ia tidak tahu harus menjawab apa.

Bohong jika ia rela begitu saja berbagi suami dengan wanita lain, rasa sakit pasti ada.

tapi lagi-lagi akal sehatnya sudah tertutup dengan keinginannya yang begitu besar menginginkan seorang anak

" Hanya sementara mas, aku akan berusaha untuk kuat demi hadirnya seorang anak untuk keluarga kita mas dan aku berharap mas tidak menggunakan hati melakukannya!" sahut Mia

Sendy tersenyum miring " Apa kamu bilang, tidak menggunakan hati? lalu bagaimana bisa aku melakukan hal itu dengan wanita yang tidak aku cintai?"

Mia menundukkan kepalanya, ia sungguh tidak berani menatap manik mata suaminya

" Tapi jika memang keinginan mu untuk memiliki seorang anak begitu besar bahkan sampai merelakan suami mu ini bersama wanita lain, aku hargai keinginan mu itu yang entah dari mana ide bodohmu itu muncul di otakmu, baiklah walaupun berat demi membahagiakan isteriku yang paling aku cintai ini aku rela melakukannya tapi apapun yang terjadi kedepannya kita tidak akan tahu dan aku harap kau siap dengan konsekuensi yang akan terjadi nanti" tutur Sendy

" Apa maksudmu mas?"Mia tidak mengerti maksud ucapan Sendy

" Kau yang menginginkan hal ini, jadi resikonya pun kau tanggung sendiri, kau harus siap dengan kemungkinan yang terjadi nantinya seburuk apapun itu"

Deg

Degup jantung Mia berdetak sangat cepat, apa maksud ucapan suaminya itu apakah ada kemungkinan jika suaminya itu akan meninggalkannya setelah memiliki anak dari wanita lain

" Mas_?" lirihnya

" Sudahlah, aku mau istirahat aku capek!" Sendy pun langsung beranjak pergi tanpa menghiraukan Mia yang masih mematung menatap punggung suaminya yang tengah menaiki anak tangga

...Flashback off...

" Apa yang harus aku lakukan?" Mia bermonolog dengan dirinya sendiri menatap wajah sembabnya melalui pantulan cermin

Tiba-tiba notice pesan masuk ke ponselnya, Mia pun beranjak dari tempatnya dan meraih benda pipih tersebut yang tergeletak di atas nakas

"Siska" gumamnya melihat layar ponselnya yang tertera nama teman kuliahnya itu

...Siska 📩...

..." Bagaimana Mia, apa kau sudah membicarakannya pada suamimu?" ...

Mia terdiam menatap layar ponselnya setelah membaca pesan dari Siska

Wanita itu ragu untuk membalas atau mengabaikan pesan tersebut

Tring

Terdengar bunyi pesan masuk lagi dan ternyata dari nomor yang sama

...Siska 📩...

..." Apa kau ragu?" ...

..." Aku yakin suamimu pasti akan setuju, lagipula ini hanyalah bersifat sementara setelah wanita itu melahirkan anak untuk mu wanita itu akan pergi dari kehidupan kalian aku jamin itu" ...

Mia menghela napas berat, bimbang dan ragu kini menguasai hati kecilnya

...Mia 📩...

..." Apa ada wanita seperti itu yang merelakan anaknya untuk wanita lain?" ...

Dengan tangan gemetar Mia membalas pesan Siska

...Siska 📩...

..." Ada, kau tenang saja aku sudah ada calon wanita yang bersedia menjadi ibu dari anak kalian!" ...

Deg

Entah kenapa jantung Mia semakin berdetak tidak karuan

...Mia📩...

..." Siapa?" ...

...Siska 📩...

..." Nanti akan aku perkenalkan padamu, kau tenang saja aku mencarikannya wanita baik-baik dan tentunya dia sudah setuju" ...

...Mia 📩...

..." Apa permintaan wanita itu sebagai imbalannya?"...

..." Tidak mungkin dia melakukannya secara cuma-cuma bukan?" ...

...Siska 📩...

..." Benar katamu tidak ada sesuatu yang cuma-cuma tapi itulah kenyataannya" ...

...Mia 📩...

..." Apa maksudmu?"...

...Siska 📩...

" Karena dia memang melakukannya dengan suka rela, dia mendengar ceritaku tentang mu dan merasa sangat iba, tiba-tiba dia menawarkan rahimnya untuk mengandung anak untukmu, katanya dia pernah berada di posisi mu sangat menginginkan hadirnya seorang anak tapi sayang suaminya tidak menginginkannya dan kini suaminya sudah meninggal dia hanya hidup sebatang kara tanpa sanak saudara, setelah melahirkan anakmu dia berharap kau mau menerima sebagai saudara untuknya itu saja" tutur Siska

Mia merasa janggal dengan penuturan Siska tapi dia percaya pada teman baiknya itu kalau tidak mungkin orang yang begitu ia percaya ingin berbuat jahat pada rumah tangganya

Tanpa Mia sadari kalau sebenarnya Siska memang dengan sengaja ingin menghadirkan orang ketiga dalam kehidupan rumah tangga Mia dan Sendy untuk menghancurkan kebahagiaan mereka

Diam-diam Siska memang sangat membenci Mia, karena selama kuliah Mia selalu menjadi pusat perhatian cowok-cowok yang Siska sukai dan Mia sangat tidak suka melihat Mia bahagia dengan cara berpura-pura menjadi teman baiknya Siksa berniat untuk menghancurkannya

Bab 3

" Mas dengarkan aku dulu!" Terdengar suara keributan di di pagi hari di kediaman Mia dan Sendy

Rupanya prahara anak benar-benar menjadi bumerang dalam rumah tangga mereka, Mia masih bersikeras memaksa suaminya untuk bertemu dengan wanita yang sudah di janjikan Siska kepadanya. Wanita yang kelak akan mengandung anak dari suaminya

" Apa kamu masih serius tetap ingin aku melakukan hal bodoh itu?" geram Sendy menatap nyalang isterinya yang masih saja keras kepala dan berusaha untuk menghadirkan wanita lain dalam rumah tangganya

" Aku kira setelah bertemu dengan Zaira dan Lia Otak dangkal mu sudah kembali normal tapi sayang bahkan penjelasan mereka panjang lebar pun tidak kamu hiraukan!" tutur Sendy nampak kecewa pada Mia

Beberapa hari yang lalu Zaira dan Lia datang ke rumah mereka bersama suami dan juga anak-anaknya, kedatangan mereka untuk menjenguk Mia yang pada waktu itu sedang jatuh sakit karena terlalu banyak pikiran terutama memikirkan keinginannya untuk memiliki anak dan berusaha memikirkan caranya membujuk suaminya untuk memenuhi keinginannya itu hingga membuat asam lambungnya naik dan sempat jatuh pingsan

Zaira dan Lia nampak syok setelah mendengar cerita yang dituturkan oleh Sendy perihal keinginan isterinya itu bahkan suami mereka pun Azka dan Mario yang tengah duduk di samping mereka ikut terkejut dengan keinginan Mia yang terbilang bodoh itu

...Flashback on...

" Apa gue enggak salah dengar Mi, akal sehat loe di taruh mana sampai punya pemikiran bodoh kayak gitu?" cecar Lia yang merasa sangat geram dengan jalan pikiran sahabatnya itu

" Li_" Tegur Zaira yang merasa tidak enak dengan sahabatnya Mia saat adik iparnya itu begitu terang-terangan mengatai Mia padahal kondisi kesehatan sahabatnya itu sendiri pun sedang dalam keadaan kurang baik

" Apa?" Lia menoleh galak pada Zaira " Teman loe yang satu ini harus disapu otaknya biar bersih, jangan sampai tuh pemikiran sampahnya semakin berserakan memenuhi otak kosongnya" ucap Lia begitu blak-blakan tanpa memikirkan perasaan Mia karena baginya percuma ngomong lemah lembut pada orang yang pikirannya entah ada di mana

Lia yakin apa yang Mia lakukan pasti ada kaitannya dengan teman kuliahnya itu, entah kenapa dari dulu Lia memang sudah tidak suka melihat Mia berteman dengan Siska

Dulu mereka memang sempat kuliah di universitas yang sama namun jurusan mereka berbeda dan disitulah Mia mengenal sosok Siska yang selalu bersikap baik padanya bahkan sama sekali tidak ada nilai minus sedikitpun dimata Mia tentang Siska

" Sayang!" kali ini Mario yang menegurnya dan hal itu seketika mampu membungkam mulut mommy nya Arsal Radeya Alexander yang kini sudah berusia 8 tahun dan Arsy Raihana Alexander anak kedua mereka yang baru berusia 3 tahun

" Loe enggak tahu bagaimana perasaan gue Li, loe dan Za sudah hidup bahagia memiliki anak yang lucu-lucu dan menggemaskan, sedangkan gue dan mas Sendy_" Mia menjeda ucapannya, menarik napas dalam-dalam lalu dihempaskan kasar

" Gue dan mas Sendy sudah berusaha untuk melakukan apa saja demi program hamil, bahkan sampai berobat keluar negeri dan kami juga sudah melakukan bayi tabung tapi kalian sudah tau sendiri kan hasilnya? tidak ada satupun yang berhasil, padahal jelas dokter sudah menyatakan gue dan mas Sendy sehat tapi kenapa gue sampai saat ini masih belum juga hamil?" teriak Mia dengan air mata yang sudah sulit ia bendung

" Kalian semua tidak tahu bagaimana rasanya jadi gue, karena hidup kalian sudah sempurna mendapatkan kebahagiaan yang berlimpah" terangnya lagi

Zaira menggelengkan kepalanya menatap sendu sahabatnya yang nampak begitu frustasi dengan kehidupan yang tengah mereka jalani

" Mi, kita memang enggak tahu apa yang loe rasakan saat ini tapi kita semua juga dapat merasakan kesedihan yang begitu dalam pada diri loe yang begitu menginginkan hadirnya anak dalam rumah tangga kalian" tutur Zaira

" Tapi Mi, dengan keputusan loe yang menginginkan hadirnya orang ketiga ke dalam bahtera rumah tangga kalian menurut gue dan juga Lia bahkan mungkin kak Sendy sekalipun itu adalah sebuah keputusan yang tidak mudah dan dianggap sepele, akan ada konsekuensi yang harus siap loe tanggung jika suatu hari bukan tidak mungkin jika kak Sendy justru berpaling pada ibu dari anaknya" lanjut Zaira

Mia terdiam ada rasa takut yang mencuat begitu saja kedalam relung hatinya

" Kak Sendy selama ini sudah sabar banget menghadapi loe Mia, apa tidak bisa Loe sedikit aja menghargai dirinya sebagai seorang suami?" Zaira menjeda ucapannya

" Keputusan loe yang menginginkan kak Sendy menghamili wanita lain sama saja loe melemparkan kotoran di wajah kak Sendy di muka umum"

Mia terdiam lalu menoleh ke arah Sendy yang juga tengah menatapnya

Ada perasaan bersalah di dalam hatinya namun entah kenapa keinginannya untuk memiliki anak begitu besar dan mengabaikan perasaannya terhadap Sendy sang suami yang begitu mencintainya

" Mia, kita itu hanyalah manusia biasa yang hanya bisa berencana namun segala keputusan ada di tangan tuhan yang Maha Esa , mungkin kemarin-kemarin usaha kalian gagal siapa tahu setelah kamu ikhlas menjalaninya Allah akan segera mengkaruniai kalian anak" ucap Azka ikut menimpali ucapan sang isteri

" Betul apa yang dikatakan kak Azka, loe itu harus berpikir positif Mi karena belum tentu keinginan loe itu juga berhasil kan, emangnya loe bisa menjamin wanita itu akan segera hamil?" tanya Lia

" Semua butuh proses dan juga waktu" lanjutnya

" Dan belum tentu juga Allah mengabulkan keinginan loe itu apalagi tanpa adanya keikhlasan dari kak Sendy!" tambahnya lagi

Mia kembali terdiam, ucapan Zaira dan Lia memang ada benarnya, kini wanita itu berada dalam dilema ia mulai sedikit goyah pikirannya tiba-tiba melayang membayangkan Sendy bersama wanita lain tertawa sambil mengusap perutnya yang membuncit dan mengabaikan dirinya, Mia sungguh tidak mau sampai hal itu terjadi membayangkannya saja rasanya sungguh menyesakkan

Sendy yang melihat isterinya diam saja langsung menghampiri Mia dan pindah duduknya ke samping wanita yang sungguh dipujanya itu

" Dengarkan mas sayang, ada atau tidak adanya anak diantara kita itu tidak akan menghalangi kita untuk hidup bahagia, jika Allah suatu saat mengizinkan kita memiliki seorang anak itu adalah bonus untuk kita yang patut kita syukuri tapi tanpa adanya anak bukan berarti terus menerus kita ratapi!" terang Sendy

Mia benar-benar merasa terharu dengan ucapan Sendy dan tidak mau karena keegoisannya merusak rumah tangga mereka yang memang awalnya baik-baik saja sebelum munculnya Siska dalam kehidupan Mia

" Denger Mia, walau bagaimanapun loe harus menghargai ikatan suci kalian berdua, loe lupain keinginan bodoh loe itu dan saran gue jauhi teman loe yang bernama Siska, meskipun gue hanya mengenalnya sekilas entah kenapa gue merasa dia bukan teman yang baik buat loe!" tutur Lia kembali mengingatkan Mia namun sayang sepertinya Mia tidak suka dengan pemikiran Lia terhadap Siska

" Loe jangan bicara sembarangan tentang Siska ya Li, loe itu enggak kenal siapa Siksa dia itu teman yang baik" ucap Mia yang tidak suka Lia menjelek-jelekkan Siska

Lia memutar bola matanya malas, entah kenapa dia sangat tidak suka kerap kali sahabatnya itu selalu membela Siska teman yang belum begitu lama akrab dengannya

Setelah berbicara panjang lebar dan mendapatkan nasihat sana sini dari sahabatnya, Mia nampak sedikit berpikir dengan niatnya yang menginginkan suaminya memiliki anak dari wanita lain

" Loe harus pikirkan baik-baik Mi, jangan bertindak gegabah yang hanya akan merugikan diri loe sendiri, ingat penyesalan itu selalu datang belakangan!" pesan Lia sebelum mereka pamit pulang

Setelah keluarga kecil Zaira dan Lia pulang, Mia pergi ke kamarnya untuk merenungi ucapan kedua sahabatnya itu dan akhirnya Mia sudah mengambil keputusan untuk tidak meneruskan keinginannya itu, dia sangat takut jika kelak suaminya akan berpindah hati lalu mencampakkan dirinya

Tapi ketika Mia ingin mengutarakan keputusannya yang tidak akan memaksa suaminya lagi pada Sendy yang berada di ruang kerjanya tiba-tiba ponselnya yang berada di atas nakas berdering

Mia melihat nama Siska yang tertera di layar ponselnya itu dengan ragu ia pun mengangkat panggilan tersebut

Entah apa yang dikatakan oleh Siska disambungan telponnya sampai mampu menggoyahkan keputusan Mia yang tidak ingin lagi melanjutkan keuangannya itu

...Flashback Off...

Mia dan Sendy bertengkar cukup hebat dan pada akhirnya karena begitu mencintai sang isteri dengan berat hati pria itu pun menyetujui keinginan konyol sang isteri

Sendy terpaksa setuju untuk bertemu dengan wanita yang kelak akan menjadi calon ibu dari anaknya

" Terima kasih mas!" ucap Mia pada Sendy

Walaupun Sendy merasa kecewa dengan keputusan Mia dengan terpaksa pria itu pun bersedia bertemu dengan teman Mia yang bernama Siska dan juga wanita yang akan diperkenalkan padanya

Sendy pun akan menyelidiki secara diam-diam teman Mia yang bernama Siska itu dan kenapa Mia begitu mempercayai ucapan wanita itu

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!