Tak jauh dari tempat sepasang suami istri yang sedang dimabuk cinta, terdengar suara deburan ombak, anak kecil yang tertawa riang serta tak sedikit suara orang tua yang memanggil-manggil anaknya yang berlari-lari. Walau riuh suara dan kebisingan disekitar mereka tak menyurutkan rasa bahagia pasangan tersebut.
Kedua pasangan itu adalah Liam dan Flora. Pancaran kebahagian terlihat jelas dimata keduanya.
“Dulu aku sama sekali tidak percaya dengan yang namanya bidadari, tapi begitu melihatmu kini aku percaya bahwa bidadari itu benar-benar ada”.
“Kamu datang membawa kebahagiaan dan menenangkan setiap relung hati dan jiwaku”.
“Aku tidak mengerti kenapa saat melihatmu pertama kali ada getaran yang tidak bisa aku jelaskan”.
“Hanya kamu yang bisa mengalihkan duniaku disaat aku merasa begitu terpuruk”.
“Rasa sakit di khianati membuat aku depresi dan kehilangan arah, tapi cahayamu menerangi jalanku hingga aku menemukan tujuan hidupku kembali”
“Kamu akan menjadi pelabuhan terakhir ku dan satu-satunya wanita yang menjadi pendamping hidupku”.
“Aku sangat mencintaimu, istriku”.
Liam mencium kening Flora setelah mengungkapkan bagaimana bahagianya dia memiliki istri yang baik dan pengertian seperti Flora.
Liam akui Flora memang bukan cinta pertamanya, tapi Liam sangat yakin kalau Flora adalah takdir hidupnya. Liam tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya, hanya Flora yang bisa membuat Liam merasa menjadi pria paling beruntung di dunia ini.
Sebelum mengenal Flora, Liam pernah jatuh cinta pada seorang wanita yang menjadi teman semasa kuliahnya dulu. Wanita itu adalah Anya. Wanita yang Liam kira akan menjadi pelabuhan terakhirnya tapi ternyata Anya dengan tega mengkhianati dirinya. Anya meninggalkan Liam saat rasa cinta Liam sudah dia curahkan seutuhnya untuk wanita itu. Anya menghilang dan menikah dengan sahabat baik Liam sendiri.
Saat hatinya begitu rapuh, datanglah Flora dalam kehidupan Liam. Rekan kerja baru diperusahaan Liam bekerja. Fresh graduated yang begitu polos dan ayu. Pertemuan pertamanya dengan Liam langsung membuat Liam tidak bisa berpaling dan ingin menjadikan Flora pendamping hidupnya.
Flora bukanlah pelarian karena Liam sangat yakin rasa cintanya pada Flora lebih besar dari rasa cintanya pada Anya dulu.
Liam menggenggam tangan istrinya.
“Terima kasih karena sudah mau menjadi pendamping hidupku” ucap Liam dengan tersenyum.
Ini adalah hari ke 100 mereka menjadi suami dan istri dan hampir setiap hari Liam selalu mengatakan kata terima kasih karena Flora telah hadir dalam hidupnya.
“Terima kasih juga karena kamu sudah hadir dalam hidupku. Aku mendapatkan keluarga setelah menjadi istrimu” balas Flora dengan memeluk suaminya.
Flora memang seorang yatim piatu. Dia bahkan tidak tau siapa orang tuanya. Dari kecil hingga dewasa dia tinggal di panti asuhan. Tapi dia masih beruntung karena memiliki donatur yang membiayai pendidikannya hingga lulus kuliah.
Setelah lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan, Flora pun keluar dari panti asuhan dan belajar mandiri dengan tinggal di rumah kontrakan. Hingga akhirnya dia jatuh cinta pada Liam, pria yang baik dan juga bertanggung jawab dan mereka pun memutuskan untuk menikah.
Liam membalas pelukan istrinya. Rasa bahagia karena telah saling memiliki membuat keduanya merasakan perasaan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.
“Mau makan es krim?” tanya Liam saat melepas pelukannya.
Flora menganggukkan kepalanya. Dia kemudian menarik tangan Liam menuju toko es krim yang letaknya tidak jauh dari tempat mereka berada saat ini. Setiap ada waktu apalagi liburan panjang seperti sekarang kedua sejoli itu pasti akan menyempatkan diri untuk kencan. Entah itu menginap di villa atau liburan lainnya. Menurut mereka cinta harus dipupuk dan dipelihara agar selalu tumbuh dengan subur.
…
Hari sudah menunjukkan pukul 6 sore, langit yang awalnya berwarna biru sudah berubah sedikit demi sedikit menjadi berwarna jingga. Liam dan Flora duduk di tepi pantai sambil saling merangkul sama lain. Mereka menikmati matahari tenggelam sambil memperhatikan beberapa pengunjung yang masih ada di area pantai tersebut.
“Semoga secepatnya Tuhan mengirimkan malaikat kecil untuk kita” ucap Flora sambil mengelus-elus perutnya.
Liam ikut mengelus perut rata istrinya.
"Amien..." sahut Liam lalu menatap dalam mata istrinya.
Mereka berpandangan cukup lama lalu tersenyum dengan begitu manis.
Liam elus wajah istrinya dengan lembut.
"Aku mencintaimu" ucapnya dengan sedikit berbisik.
"Aku juga sangat mencintaimu" balas Flora dengan berbisik pula.
“Apa cintamu akan berubah bila nanti tubuhku berubah gendut, kulitku keriput dan rambutku menjadi putih?” tanya Flora sambil menyandarkan kepalanya di bahu Liam.
Liam elus-elus lengan istrinya.
“Aku mencintai hatimu, bukan wajahmu. Aku yakin walau kamu tidak secantik sekarang aku akan tetap mencintaimu” ucap Liam dengan begitu yakin.
Flora tersenyum. Langsung saja dia berhamburan ke pelukan suaminya.
“Aku sangat beruntung memiliki kamu disisiku. Jangan pernah tinggalkan aku” ucap Flora manja.
“Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Karena aku tidak bisa hidup tanpamu. Kamu adalah belahan jiwaku” balas Liam sambil menghadiahi ciuman di puncak kepala Flora.
“Aku sudah tidak sabar untuk memiliki anak, pasti akan semakin lengkap bila kita memiliki anak kembar sekaligus” ucap Flora sambil mendongakkan wajah memandang sang suami.
Liam tersenyum.
“Mengurus buah hati dua sekaligus itu tidak gampang. Aku tidak mau kamu stress nantinya”.
Liam elus-elus wajah istrinya yang langsung cemberut mendengar keberatan dari Liam bila mereka memiliki anak kembar.
Liam malah semakin gemas dibuatnya. Dia hadiahkan ciuman bertubi di seluruh wajah Flora.
“Aku sangat mencintaimu. Aku tidak ingin kamu kesusahan. Percayalah mengurus anak kembar itu sangat susah. Mengurus satu anak saja lelahnya luar biasa. Dan lagi untuk mendapatkan anak kembar itu tidak segampang itu. Apalagi kita tidak memiliki keturunan kembar sebelumnya” Liam berkata dengan sangat lembut.
Flora tersenyum. Liam memang begitu perhatian. Bila biasanya suami akan menuntut istrinya memiliki banyak anak bagi Liam satu pun tidaklah masalah. Yang terpenting adalah Flora bahagia dan enjoy dengan perannya.
“Aku tidak akan menemukan pria sebaik dirimu lagi. Aku sangat mencintaimu”.
Cup.
Cup.
Cup.
Kini gantian Flora yang mencium wajah Liam secara bertubi hingga Liam sengat kegelian.
“Kita lanjutkan di kamar saja” bisik Liam lalu membantu istrinya berdiri. Liam merangkul istrinya menuju villa tempat mereka menginap selama 3 hari ke depan.
Setelah sampai di dalam kamar, Liam sudah tidak sabar mencium bibir istrinya dengan rakus.
“Ayo kita berjuang lebih keras agar Liam dan Flora junior segera hadir” Liam berbisik dengan mesra.
Dia kembali membungkam bibir istrinya. Lama-lama ciuman itu berubah semakin menuntut dan yang seharusnya terjadi pun terjadilah.
“Hanya kamu wanita ku satu-satunya. Tak ada satu wanitapun yang bisa menggantikan posisimu dihatiku. Aku mencintaimu istriku, Flora Anastacia” Liam berbisik saat baru saja mereka menyelesaikan percintaannya.
Nafas Flora masih naik turun, Liam begitu bersemangat saat menggempurnya tadi seolah tenaganya tidak bisa habis. Yang Flora bisa lakukan hanya tersenyum dan berharap apa yang Liam katakan benar adanya. Menjadikan Flora wanitanya satu-satunya.
Bersambung....
Dari dalam kamar yang Liam dan Flora sewa, suara ombak yang menghantam karang terdengar dengan begitu jelasnya.
Baik Liam maupun Flora sama sekali tidak terusik dengan suara itu, tapi malah momen ini yang mereka nantikan. Sejak masih pacaran mereka sangat senang menghabiskan waktu di tepi pantai.
Deburan ombak memang salah satu yang mereka berdua sukai.
"Sayang, sebenarnya ada yang aku rahasiakan darimu" ucap Flora yang saat ini masih dipeluk erat oleh suaminya. Sisa-sisa malam panas mereka masih menyisakan letih dan nikmat disaat bersamaan.
Liam dekatkan wajahnya pada sang istri.
"Hmmm...sudah main rahasia-rahasiaan ya sekarang?" ucap Liam sambil mencium gemas pipi istrinya.
Flora terkekeh karena kegelian.
"Sudah...sayang...geli" rengek Flora manja.
"Tidak akan, bilang dulu apa yang kamu rahasiakan!" titah Liam masoh dengan terus mencium gemas seluruh wajah istrinya bahkan sampai ke ceruk leher.
"Stop dulu makanya, baru aku cerita" mohon Flora pula.
Liam menurut, dia menghentikan kegiatan menciumi wajah istrinya tetapi dia tetap menempel pada Flora.
"Sebenarnya aku sudah telat hampir sebulan" jawab Flora malu-malu.
Liam diam sejenak. Kalau sudah telat sebulan berarti kemungkinan usia kandungan Flora sudah memasuki 8 minggu.
"Harusnya bulan lalu aku datang bulan, tapi sampai sekarang belum juga" jawab Flora dengan cengiran.
"Ya ampun sayang... Harusnya dari sebulan lalu kita sudah periksa" Liam hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Aku takut kalau ternyata cuma telat biasa. Karena aku sama sekali tidak ada ngidam. Bukannya orang hamil biasanya mual muntah?"ucap Flora.
"Sudah di test belum?" tanya Liam kemudian.
Flora menggelengkan kepalanya.
Lagi Liam dibuat heran dengan istrinya, biasanya telat sehari dari jadwal mens sudah gatal untuk test kehamilan. Ini sudah lewat sebulan malah anteng-anteng saja.
"Tapi aku sudah beli testpack. Kita test bareng-bareng yuk" ajak Flora dengan tersenyun.
Liam membalas dengan senyuman lalu menggendong istrinya menuju kamar mandi villa.
"Kamu tunggu saja diluar" pinta Flora karena dia tentu saja malu suaminya menemani di dalam kamar mandi. Tapi Liam seolah tuli, dia tetap diam disana.
Flora menghela nafas pelan. Walau malu dia tetap melakukan test kehamilan tersebut.
Mereka berdua menunggu hasil test tersebut dengan begitu deg degannya.
Satu menit dua menit hingga akhirnya hasilnya terlihat dengan begitu jelasnya.
Liam dan Flora saling berpandangan. Mata keduanya sudah berkaca-kaca.
"Selamat sayang" ucap Liam sambil membawa istrinya ke dalam pelukannya.
"Tuhan begitu baik kepada kita, sebentar lagi kita akan menjadi orang tua" ucap Liam pula sambil menghadiahi ciuman di puncak kepala istrinya.
Jangan tanyakan bagaimana perasaan Flora saat ini. Rasanya masih belum menyangka kalau dalan hitungan 3 bulan Tuhan sudah menghadiahkan malaikat kecil di rahimnya. Itu artinya tak lama setelah menikah Flora sudah dipercayakan menjadi seorang Ibu. Bila dihitung usia kandungan Flora sudah menginjak 8 minggu.
"Kita harus segera ke dokter kandungan." Ucap Liam sambil melerai pelukannya.
Flora pun menganggukkan kepalanya.
"Masih terlalu pagi" balas Flora dengan terkekeh.
Liam tersenyum.
"Kita istirahat lagi sebentar, jam 9 kita ke dokter ya". Liam kembali menggendong istrinya menuju ranjang mereka.
"Apa tidak apa selama ini aku selalu keluar di dalam?" Liam baru sadar kalau selama ini dia tidak pernah absen ber cin ta dengan istrinya.
"Kenapa aku bisa tidak sadar?" gumam Liam dalam hati.
"Semoga anak kita baik-baik saja" jawab Flora sambil mengelus perutnya yang memang masih rata itu.
Liam pun ikut mengelus-elus perut istrinya, dia berharap istri dan anaknya dilimpahkan kesehatan dan kebahagiaan.
...
“Kamu dengarkan apa kata dokter tadi? Tidak boleh terlalu capek, harus makan makanan bergizi. Kurangi makanan pedas apalagi yang instan instan itu. Mengerti kan sayang?” Liam berkata lembut sambil mengelus perut istrinya.
Flora memang memiliki kebiasaan makan yang kurang baik. Selama dua puluh tahun tinggal di Panti Asuhan tentu dia harus bisa menyesuaikan makanan yang disediakan disana. Banyak donatur yang menyumbangkan telur, mie instan dan makanan instan lainnya. Hal itu tentu saja menjadi kebiasaan makan Flora selama ini. Mie instan adalah makanan yang dulu sebelum bekerja menjadi makanan yang hampir setiap hari dia makan dan tentu Liam tidak menyukai itu.
“Iya sayang, bukankah semenjak menikah aku sudah sangat jarang memakan makanan instan?” jawab Flora dengan pertanyaan.
“Iya tapi makanan pedas kamu masih sering sayang, kurangi ya” Liam benar-benar memohon karena tidak ingin terjadi sesuatu pada istri dan calon anaknya.
“Iya pasti sayangku” ucap Flora gemas.
Mereka saat ini sudah kembali ke rumah walau masih ada satu hari jatah menginap di villa yang mereka sewa. Begitu mengetahui kalau istrinya benar-benar hamil, Liam langsung mengajak Flora check out di Villa dan menuju rumah. Liam sudah tidak sabar memberitahu kedua orang tuanya. Maklum Liam adalah anak pertama dan kedua orang tuanya sudah begitu ingin menimang cucu.
“Sayang Mama dan papa lagi di luar kota, mereka pasti senang sekali mendengar kalau kamu hamil”.
“Kenapa tidak kamu telfon saja ?” tanya Flora sambil mengerutkan keningnya. Mereka sampai langsung kembali padahal ada media telekomunikasi untuk menghubungi kedua orang tua mereka.
Liam menggelengkan kepalanya.
“Mereka ke luar kota pasti ada tujuan penting, aku yakin kalau aku beritahukan hal ini sekarang, mereka akan langsung pulang dan aku tidak ingin hal itu terjadi” jelas Liam.
Flora pun mengangguk paham. Pantas saja Liam memilih langsung pulang, bila dia mengabari lewat telepon pasti kedua orang tuanya akan menyusul ke villa.
“Kamu ingin sesuatu? Bukankah biasanya Ibu hamil sering begitu?” tanya Liam perhatian.
Flora menggelengkan kepala.
“Aku tidak ingin apa-apa” jawab Flora sambil tersenyum.
“Kita makan siang saja dulu yuk, sebentar lagi jam dua belas.” ajak Liam kemudian.
“Belum lapar sayang” rengek Flora manja. Tadi sepulang dari rumah sakit mereka sempat mampir membeli kue dan Flora habis beberapa potong. Alhasil dia belum lapar sekarang.
“Sedikit saja ya, kamu perlu protein bukan hanya karbohidrat” Liam sedikit memohon dan tentu saja Flora jadi tidak tega. Walau perutnya masih terasa penuh Flora pun terpaksa memakan makanan yang dibuatkan asisten rumah tangga mereka. Tadi Liam sudah request dibuatkan bening bayam, sambal ati ampela dan ikan goreng sambal tomat. Liam juga melarang penggunaan penyedap rasa dan cabe yang terlalu banyak sesuai anjuran dokter tadi.
Lidah Flora yang termasuk kategori anak micin tentu sangat susah menelan makanan yang kurang enak tersebut. Tapi lagi-lagi demi menjaga perasaan Liam, Flora sangat berusaha memakan makanan tersebut.
Bersambung...
Suara kicauan burung peliharaan milik Alvin (Papa Liam) terdengar begitu merdu di taman milik keluarga mereka.
Liam dan Flora duduk di gazebo ditemani teh serta camilan sehat yang sengaja Liam minta pada asisten rumah tangganya untuk dibuatkan.
Waktu menunjukkan pukul 4 sore tapi orang tua Liam belum juga kembali dari luar kota.
"Sepertinya Mama dan Papa menginap di luar kota" ucap Liam sambil merangkul pundak istrinya.
Flora pun menganggukkan kepala setuju dengan pendapat suaminya.
"Oh iya, rumah kita sebentar lagi jadi. Minggu depan kita sudah bisa pindah ke rumah baru" ucap Liam memberi tau. Hubungan Liam dan orang tuanya memang baik, hanya saja Liam ingin mandiri dengan keluarga kecilnya sehingga dia memilih membangun rumahnya sendiri bahkan rumah itu sudah dibangun sebelum dia dan Flora resmi menikah.
"Benarkah? Akhirnya ya jadi juga" ucap Flora senang.
Liam menganggukkan kepala.
"Iya akhirnya rumah impian kita jadi juga". Liam menghadiahkan ciuman di bibir istrinya.
"Tapi jadi sepi dong di rumah sayang. Biasanya kan ada Mama dan Papa" Flora yang baru saja merasakan memiliki keluarga rasanya sedih kalau harus berpisah lagi.
Liam elus rambut istrinya.
"Kita harus belajar mandiri sayang" ucap Liam lembut.
Flora pun menganggukkan kepalanya. Mereka memang harus mandiri apalagi kurang lebih delapan bulan lagi mereka akan menjadi orang tua.
Tak lama kemudian, orang tua Liam pun tiba di rumah. Mereka seketika menghampiri anak dan menantunya saat mendengar dari pekerja rumah kalau Liam dan Flora sudah kembali dari liburan.
Fenty menenteng banyak paperbag di tangannya dan sedikit berlari menghampiri sang menantu.
"Kenapa kalian sudah pulang? Bukannya liburan masih dua hari lagi?" Fenty sudah memburu anak dan menantunya dengan pertanyaan.
"Mama baru datang bukannya salam" tegur Alvin pada istrinya.
Fenty terkekeh.
"Habis heran biasanya mereka kan kalau liburan sampai lupa waktu" sahut Fenty pula.
"Kita bicara di dalam saja ya ma" ucap Liam terdengar serius.
Mendengar itu membuat Alvin serta Fenty menjadi tegang. Mereka menebak ada sesuatu yang serius. Tidak ingin menunda-nunda mereka berempat pun masuk ke dalam rumah.
Saat ini mereka berempat sudah duduk di ruang keluarga. Liam mengambil sesuatu di saku celananya dan memberikannya pada kedua orang tuanya.
Alvin dan Fenty menerima benda tersebut. Mata keduanya langsung berkaca-kaca saat mengerti apa yang terjadi.
Tanpa berucap apapun Fenty langsung bangkit dari duduknya dan memeluk sang menantu.
"Selamat ya sayang, Mama senang sekali" ucap Fenty yang sudah berlinang air mata.
Flora pun ikut menangis. Dia sangat terharu karena semenjak menikah dengan Liam dia bisa merasakan kasih sayang seorang Ibu.
..
Liam dan Flora sudah pindah ke rumah baru mereka. Saat pindahan Fenty sempat menangis karena harus berpisah dengan anak dan menantunya. Tapi Alvin terus memberikan pengertian pada istrinya kalau semua ini demi kebaikan semuanya.
Liam harus bisa mandiri dan bertanggung jawab terhadap keluarga. Kalau terus-terusan tinggal dengan orang tua maka Liam tidak menutup kemungkinan akan ada saja perbedaan pola asuh nanti pada anak Liam dan Flora kelak.
Alvin yang sudah berpengalaman dalam berumah tangga tidak ingin hubungan yang awalnya baik bisa menjadi tidak baik akibat perbedaan pendapat.
Walau berat Fenty pun terpaksa menerima semuanya.
Dirumah yang baru, Liam mempekerjaan dua asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan rumah. Liam juga mempekerjakan tukang kebun dan satpam juga. Liam tidak ingin istrinya kelelahan nantinya.
Liam juga berhenti dari pekerjaannya dan memilih meneruskan usaha keluarga. Dia akan menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab yang bisa memenuhi segala kebutuhan keluarga.
Kini usia kandungan Flora sudah menginjak usia 3 bulan. Perut Flora sudah terlihat padat walau belum membuncit. Liam senang sekali mengelus-elus perut istrinya itu.
"Aku sudah tidak sabar menunggu kehadirannya" ucap Liam yang saat ini sedang berduaan di sofa ruang tamu di rumah mereka.
Flora tersenyum. Dia sangat bahagia karena Liam begitu antusias dengan kehamilannya.
"Kamu ingin sesuatu?" tanya Liam pada istrinya.
Flora menggeleng. Dia memang tidak semangat makan semenjak hamil. Nafsu makannya buruk dan sering mual. Tapi Flora tetap memaksakan makan demi kesehatan bayi yang ada di dalam kandungannya.
"Aku minta Bu Devi potongkan apel ya?" ucap Liam pula.
Flora lagi menggelengkan kepala. Dia memang tidak ingin memakan apapun.
"Jus?" Liam terus saja membujuk istrinya.
Terpaksa Flora pun menganggukkan kepalanya.
"Jus jeruk ya sayang" pinta Flora akhirnya.
Liam mengangguk senang. Dia kemudian ke dapur mencari Bu Devi untuk membuatkan Flora jus jeruk.
Tak berapa lama , Liam sudah kembali dengan dua gelas jus jeruk. Satu untuk Flora dan satu lagi untuk dirinya sendiri.
"Terima kasih sayang" ucap Flora saat menerima jus tersebut.
"Sama-sama" balas Liam dengan tersenyum.
Baru beberapa teguk Flora sudah merasakan sakit pada perutnya. Dia merangis kesakitan.
"Kenapa sayang?" tanya Liam panik.
"Perutku sakit" jawab Flora yang wajahnya sudah mengeluarkan keringat dingin.
Liam semakin panik. Dia sangat takut terjadi sesuatu pada istrinya.
Baru dia hendak menggendong istrinya ke rumah sakit, wajah Flora sudah berangsur membaik.
"Sudah hilang sayang" ucap Flora yang memang sudah terlihat segar dan tidak kesakitan lagi.
"Tapi aku akan tetap bawa kamu ke rumah sakit. Aku tidak mau terjadi sesuatu pada kalian" ucap Liam tegas.
Flora menurut karena dia pun sebenarnya takut. Walau sebentar tapi rasa sakit di perutnya benar-benar tidak bisa dia ungkapkan rasanya. Pertama kali dia merasakan sakit seperti itu. Bahkan saat datang bulan pun sakitnya tidak seperti itu.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!