Kring!! Kring!! Kring!!
''Hais, berisik sekali.'' gerutu Ranum sembari kembali mematikan dering jam weker di nakas dekat tempat tidurnya.
Namun, dering jam weker itu terus berbunyi memecah tautan mimpi Ranum, sehingga mau tak mau ia pun terbangun dari mimpi indahnya.
''Astaga! Sudah pukul setengah tujuh?'' gerutu Ranum dan dengan terpaksa ia pun membuka kelopak matanya meski rasa kantuk dan lelah memenuhi kedua matanya setelah semalaman begadang menyelesaikan pekerjaannya. Ia pun segera beranjak dari kasur nyamannya dan berlari keluar dari kamarnya.
''El! Bangun nak!'' teriak Ranum dengan tergesa-gesa sembari mengucek bola matanya untuk menghilangkan kantuk.
''Iya, mama?'' jawab Elzein yang kini tengah duduk sembari memakan roti selai coklat di meja makan dengan pakaian yang sudah rapi.
''El? Kamu sudah bangun, sayang?'' Ranum begitu terkejut melihat putranya sudah duduk rapi di meja makan.
''Iya, mama. Tadi El bangun sendiri dan melihat mama masih tidur, jadi El langsung mandi. Anak mama kan sudah besar sekarang.'' ucap Elzein dengan begitu menggemaskan.
''Maaf ya nak, mama kesiangan. Anak mama memang hebat.'' ucap Ranum dengan mengacungkan kedua jempol tangannya.
''Nggak papa mama, El tau mama capek karena bekerja sampai malam. Ini El juga sudah buatkan sarapan untuk mama.'' Elzein menyodorkan sepotong roti panggang yang ia buat sendiri dengan olesan selai coklat di atasnya dan juga secangkir susu hangat.
''Uh, anak mama..'' Ranum merasa begitu terharu dengan sikap putra semata wayangnya itu. Kemudian, ia pun membawa sang putra ke dalam dekapannya dan memeluknya dengan penuh kasih sayang.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Ranum pun segera bersiap untuk mengantarkan putranya menuju sekolahnya. Ia mengendarai sebuah mobil sederhana yang selama ini dapat membawanya kemanapun ia pergi.
Setelah sampai di sekolah Elzein, Ranum pun segera membawa sang putra memasuki gerbang sekolahnya.
''Sayang, sekolah yang rajin ya. Nanti mama akan usahakan agar tidak terlambat lagi menjemput kamu.'' ucap Ranum sembari membelai kepala putranya dengan penuh kasih sayang.
''Iya, mama.'' jawab Elzein patuh.
''Kalau begitu, segera masuklah. Mama berangkat kerja dulu ya nak.'' pamitnya setelah bergantian mencium kedua pipi putranya.
''Mama ih, jangan cium El di sekolah. El malu, dilihatin orang-orang.'' ucap Elzein dengan wajahnya yang sudah memerah.
''Ups.. Maaf sayang, mama lupa habisnya kamu terlalu menggemaskan.'' ucap Ranum begitu gemas.
''Ya sudah, belajar yang pinter ya. Bye El..'' ucap Ranum sebelum beranjak dari tempatnya semula.
''Bye mama!'' seru El sambil berlari menghampiri gurunya yang sudah menyambutnya di halaman sekolah.
Kemudian, Ranum segera melajukan kendaraannya menuju sebuah gedung bertingkat yang cukup megah tempatnya mengais rejeki. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit, ia pun tiba di kantornya.
''Syukurlah, masih ada waktu.'' ucapnya begitu memarkirkan mobilnya.
Ranum pun segera turun dari mobilnya dan berjalan dengan langkah panjang untuk menuju ruangannya.
''Selamat pagi, mbak Ranum.'' sapa seorang laki-laki yang selalu berdiri menyambut kedatangannya di kantor.
''Pagi, juga mas Sapto.'' balasnya dengan ramah.
''Seperti biasanya, rapi dan klimis.'' jawab Sapto, salah satu sekuriti yang selalu berjaga di depan pintu masuk kantornya.
''Terima kasih. Aku masuk dulu, ya. Fighting!'' balas Ranum.
''Monggo, mbak.'' ucapnya mempersilakan.
Begitu memasuki loby perusahaannya, Ranum begitu heran karena melihat banyak karyawan yang berkumpul di sana.
''Num, Ranum!'' teriak salah seorang dari kerumunan itu.
Ranum pun segera menghampiri panggilan itu.
''Ada apa sih? Rame banget?'' tanyanya.
''Kamu lupa? Hari ini kan kantor kita akan kedatangan bos baru.'' jawab Maya mengingatkan.
''Oh...'' jawab Ranum.
''Kok, oh, sih? Sana buruan taruh tas kamu dan segera kembali ke sini. Kita harus menyambut kedatangan bos baru kita.''
''Asal kamu tahu, bos baru kita ini katanya masih muda dan sangat tampan.'' ucap Maya dengan mata yang berbinar.
''Haiss!'' jawab Ranum dengan mengabaikan sahabatnya itu dan berjalan menuju meja kerjanya sebelum kembali ke loby guna menjalankan instruksi atasannya untuk menyambut kedatangan CEO baru di tempatnya bekerja.
Namun, saat ia hampir tiba di loby tiba-tiba saja perutnya terasa sangat sakit.
''Aduh, kok tiba-tiba sakit perut sih. Aku ke toilet dulu deh.'' Ranum pun membelokkan arah kakinya menuju toilet guna menuntaskan hajatnya.
Di sisi lain, di lobby salah satu perusahaan ternama, mereka sedang harap-harap cemas menantikan kedatangan bos baru mereka.
''Udah kumpul semua, kan?'' tanya Pak Andre, manajer di sana.
''Sudah.'' jawab mereka serentak.
Mendengar pertanyaan atasannya itu, Maya pun baru teringat akan sahabatnya yang belum juga kembali.
''Ini si Ranum kemana sih? Taruh tas doang, lama amat.'' ucap Maya dengan cemas.
''Buruan dong, Num. Mana aku nggak bawa handphone lagi, ih.'' kesalnya.
Tak berselang lama, sebuah mobil sedan hitam terparkir di depan pintu. Kini, semua pandangan pun tertuju pada kedatangan mobil itu. Dan betapa tatapan itu semakin teralihkan tatkala seorang pria muda keluar dari mobil dengan setelah jas hitam yang begitu menawan. Lelaki itu berjalan begitu mantap dan percaya diri memasuki ruangan. Semua mata dibuat terpukau dengan pemandangan indah di hadapan mereka.
''Gila! Ini sih lebih dari ganteng. Sempurna banget.'' bisik beberapa karyawati di sana dengan penuh kekaguman.
''Iya, Cha Eun Woo mah lewat!'' balas karyawati yang lain dengan berbisik.
''Pantes ganteng, bapaknya aja udah tua juga masih ca'em gitu.''
''Ya ampun, oppa!'' ucap Maya ikut dibuat kagum dengan kehadiran bos barunya itu.
''Ehem!'' ucap Pak Andre berusaha mengkondisikan suasana yang nampak riuh penuh kekaguman tersebut.
''Selamat pagi! Kami ucapkan selamat datang pada Pak Hermawan dan juga Pak Agam di perusahaan ini.'' ucap Pak Andre.
Gelak tepuk tangan pun mewarnai pesta sambutan sederhana itu.
''Terima kasih, Pak Andre.'' jawab Pak Hermawan dengan begitu berwibawa.
''Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih pada kalian semua, karena kedatangan kami telah menyita waktu kalian dan juga atas sambutan yang begitu hangat pada kami, terlebih pada putra saya. Seperti yang sudah kalian ketahui, putra saya, Agam Birendra Wicaksana kiranya nanti akan menggantikan tugas saya di sini. Mohon kerja samanya semua.'' imbuhnya lagi.
Riuh tepuk tangan pun semakin bergemuruh mewarnai penyambutan bos baru mereka.
''Agam, ada yang ingin kamu sampaikan?'' tanya Pak Hermawan pada putranya.
''Tidak!'' jawab Agam dengan singkat dan dengan nada yang terkesan angkuh.
''Baik, karena sudah tidak ada yang perlu dibahas lagi. Saya cukupkan sampai di sini, kalian boleh kembali. Terima kasih.'' ucap Pak Hermawan.
Mereka pun memberikan hormat dan bergegas meninggalkan ruangan itu untuk kembali melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.
''Nah, ini. Kemana aja kamu?'' tanya Maya pada Ranum yang baru saja bergabung dengan Maya dan teman-temannya yang lain.
''Udah selesai ya?'' tanya Ranum.
''Kita udah bubar gini ya tandanya udah selesai dong!'' jawab Maya.
''Ya maaf, mendadak mules.'' jawab Ranum tanpa rasa bersalah.
''Gila ya, ganteng sih tapi songong banget!'' ucap salah satu diantara mereka.
''Songong juga nggak papa, termaafkan oleh ketampanannya.''
''Kenapa sih?'' tanya Ranum penasaran.
''Makan tuh ganteng!'' balas Maya yang merasa kesal dengan sikap angkuh atasan barunya itu.
Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, adalah waktu yang selalu dinantikan oleh karyawan yang berada di kantor itu.
Ranum pun mengambil kunci mobil dari dalam tasnya dan segera beranjak dari meja kerjanya.
''Ranum, kamu mau kemana?'' tanya Maya yang heran melihat sahabatnya yang nampak terburu-buru.
''Aku harus jemput El, sebentar lagi waktunya dia pulang sekolah.'' jawab Ranum.
''Eitsss..'' ucap Maya mencegah kepergian sahabat sekaligus rekan kerjanya itu.
''Pukul tiga nanti kita masih ada meeting, sekaligus perkenalan secara resmi dengan bos baru kita.'' kata Maya mengingatkan.
''Ya ampun, bagaimana ini? El pasti sudah menunggu.'' ucap Ranum kebingungan.
''Suruh Yuda saja yang menjemput El, dia pasti bersedia.'' usul Maya.
''Yuda pasti sedang sibuk sekarang, aku tidak ingin merepotkannya.'' ucap Ranum sambil melirik jam kulit berwarna hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
''Dia kan bosnya, bos mah tinggal duduk-duduk aja kali kerjaannya.'' ucap Maya.
''May, kalau aku nggak ikut rapat gimana? Lagian kan aku belum pegawai tetap di sini.'' tanya Ranum.
''Oh, tidak bisa. Kata Pak Andre semua divisi harus ikut meeting sore ini.'' jawab Maya.
Ranum merasa begitu bimbang. Ia harus segera menjemput putranya namun satu jam lagi ia juga harus mengikuti meeting bersama para petinggi perusahaan tempatnya bekerja.
''Masih ada waktu.'' ucap Ranum dalam hati.
''May, seperti biasanya ya!'' ucap Ranum segera bergegas meninggalkan Maya.
''Woi! Yaelah, kebiasaan deh tuh anak.'' gerutu Maya, namun dalam hatinya merasa salut sekaligus iba pada sahabatnya itu.
Jalanan kota siang ini nampak sedikit lengang. Ranum mulai menambah laju kecepatan kendaraannya agar segera tiba di sekolah Elzein. Setelah dua puluh menit perjalanan, Ranum tiba tepat pada saat jam pulang sekolah tiba. Ia pun segera mencari putranya dari kerumunan anak-anak yang berhamburan keluar dari kelas.
''Mama!'' teriak Elzein begitu melihat ibunya. Ranum pun melambaikan tangannya pada putranya itu. Segera mereka masuk ke dalam mobil dan memakai sabuk pengaman.
''Sayang, mama harus kembali ke kantor lagi karena mama masih ada meeting. El ikut mama sebentar ya?'' ucap Ranum sebelum menyalakan mesin mobilnya.
''Oke, El akan ikut mama dan jadi anak yang baik.'' ucap Elzein dengan senyumnya yang menawan.
''Terima kasih sayang. Let's go!''
Kini, Ranum membawa Elzein masuk ke dalam ruang kerjanya. Kebetulan di ruangan itu, hanya ada meja kerjanya dan juga meja kerja milik Maya.
''Halo mama angkat.'' sapa Elzein dengan senyumnya yang sangat menawan begitu memasuki ruangan.
''Halo anak mama Maya, kamu baru pulang sekolah ya?'' tanya Maya pada Elzein.
''Hu'um.'' Elzein menganggukkan kepalanya.
''Tepat waktu, yuk kita segera ke ruang pertemuan sebelum terlambat.'' ajak Maya.
''Sebentar!''
''Sayang, mama pergi dulu ya sebentar. Kamu tunggu di sini dan jangan pergi kemanapun.'' Ranum memperingati putranya itu.
''Siap, mama!'' jawab Elzein patuh.
''Kenapa pakai masker? Kamu sakit?'' tanya Maya yang melihat Ranum mengambil masker wajah dari dalam tasnya.
''Enggak kok, aku hanya kurang begitu suka dengan aroma pengharum ruangan di ruang rapat itu.'' ucap Ranum.
''Masih kebawa aroma ngidam? Padahal usia El kan sekarang udah hampir lima tahun.'' goda Maya.
''Sepertinya begitu.'' ucap Ranum dengan terkekeh.
Mereka pun berjalan beriringan menuju ruang rapat di lantai lima. Lantai lima di perusahaan itu memang sengaja di khususkan untuk menggelar berbagai acara, mulai dari meeting, perjamuan, pesta akhir tahun, dan acara lainnya. Dan beberapa petinggi perusahaan pun sudah berkumpul di sana. Masing-masing diantara mereka telah duduk pada kursi yang memang sudah terpasang atas nama mereka.
Di sisi ruangan lain, Elzein sedang sibuk dengan mainannya. Ia menyusun berbagai potongan balok Lego kesukaannya. Namun, saat ia sedang asyik bermain, tiba-tiba saja Elzein merasa ingin buang air. Ia pun segera berlari menuju toilet di dekat ruang kerja ibunya.
''Eh, dek. Toiletnya sedang diperbaiki.'' ucap petugas yang sedang bertugas memperbaiki toilet itu.
''Aduh, El kebelit pipis om. Masa El pipis di toilet perempuan? El kan anak laki-laki.'' ucap Elzein sambil menahan kakinya agar tidak ngompol.
''Kalau begitu, kamu bisa pipis di lantai empat atau di lantai dua di bawah.'' usul petugas itu.
''Benar juga. Terima kasih om.'' ucap Elzein segera berlari menaiki tangga menuju lantai empat.
Ia pun segera masuk ke dalam salah satu bilik toilet untuk menuntaskan hajatnya.
''Lega..'' ucapnya.
Elzein pun segera berjalan keluar dan mencuci tangannya sambil menghadap cermin. Ia mulai mencuci tangannya dengan sabun hingga bersih dan menata rambutnya agar nampak rapi layaknya orang dewasa yang sedang menata tatanan rambutnya. Tanpa diduga, disebelahnya berdiri ada seorang laki-laki berpenampilan rapi juga sedang mencuci tangannya dan sedikit merapikan rambutnya yang memang sudah rapi. Elzein pun melirik ke arah pria dewasa itu. Ia pun merasa begitu kagum pada pria dewasa yang berdiri di sebelahnya.
''Wah, om sangat tampan.'' ucap Elzein dengan polosnya.
Sontak pria itu pun baru menyadari bahwa ada anak lelaki kecil di sebelahnya.
''Siapa kamu?'' ucap Agam dengan sedikit terkejut.
''Kenalkan namaku adalah Elzein Japa, tapi mama dan yang lainnya selalu memanggilku El.'' ucap Elzein sembari mengangkat tangannya untuk bersalaman.
''Kenapa kamu bisa ada di sini? Dimana orang tuamu? Bisa-bisanya membiarkan anak kecil berkeliaran di sini sendirian?'' tanya Agam.
''Om, om sangat tampan. Om sangat cocok dan memenuhi kriteria untuk menjadi papa El.'' ucap Elzein dengan tatapan yang berbinar. Ia mengacuhkan pertanyaan Agam sebelumnya.
''Bicara apa kamu?'' ucap Agam merasa heran dengan perkataan anak kecil di hadapannya.
''Siapa nama om? Kenapa diam saja?'' tanya Elzein.
''Kata mama, papa El itu bertubuh tinggi dan sangat tampan. Dan om adalah orang yang sangat tampan dan keren. Apakah om mau menjadi papaku?'' tanya Elzein kembali.
''Apa-apaan kau ini?'' ucap Agam merasa heran dan sedikit kesal.
''Mau ya om?'' mohon Elzein lagi.
''Pergi sana, cari orang tuamu! Bisa-bisanya membiarkan anak kecil sepertimu berkeliaran seorang diri di sini. Lagi pula ini kantor, bukan tepat bermain.'' gerutu Agam.
''Kalau om tidak mau mengatakan nama om, maka aku akan memanggil om dengan sebutan papa tampan. Bagaimana?'' ucap Elzein lagi dengan mengedipkan matanya.
''Hei anak kecil, apa setiap bertemu dengan lelaki tampan akan kau panggil dengan sebutan papa juga?'' tanya Agam.
''Tentu tidak, hanya om yang akan menjadi papaku.'' jawab Elzein dengan polosnya.
Tiba-tiba saja, dari arah lain muncul sosok lelaki yang berjalan ke arah mereka dan memanggil Elzein dengan cukup lantang. Kedua lelaki berbeda usia itu pun sontak menengok ke arah sumber suara.
''El!'' ucap lelaki itu.
''El!''
Tiba-tiba ada sebuah suara yang menghentikan perdebatan dua lelaki berbeda usia itu ketika nama Elzein diserukan. Seorang lelaki yang cukup gagah dan berparas tampan berjalan menghampiri Elzein dan juga Agam.
''Papa Yuda?'' jawab Elzein.
''Kenapa papa Yuda bisa ada di sini?'' tanya Elzein yang langsung berhambur memeluk Yuda.
''Mama Maya yang meminta papa Yuda untuk datang kesini menjemput kamu.'' jawab Yuda jujur.
''Papa?'' gumam Agam dalam hatinya sambil memperhatikan interaksi dua lelaki berbeda generasi di hadapannya itu.
''Maaf Pak, jika El sudah mengganggu waktu anda.'' ucap Yuda dengan hormat.
''El, ingat kan kata mama kamu. Jangan memanggil orang lain dengan kata papa lagi. Nanti mama kamu bisa sedih lho.'' kata Yuda menasihati Elzein.
''Iya papa Yuda, maafkan El. Lain kali El tidak akan mengulanginya lagi.'' ucap Elzein merasa bersalah.
''Anak pintar!''
Yuda pun mengangguk dan membawa Elzein ke dalam gendongannya.
''Sekali lagi maafkan kami, Pak. Permisi.'' ucap Yuda berpamitan dan meninggalkan Agam yang masih berdiri mematung.
Sepeninggal Elzein dan juga Yuda, entah mengapa meskipun Agam merasa kesal, namun ia selalu terngiang-ngiang akan perkataan anak kecil yang baru saja ia temui itu.
...----------------...
Waktu memang begitu cepat berlalu. Waktu akan terus berjalan tanpa mempedulikan siapa pun. Ia tidak pernah berhenti, melambat ataupun terulang. Jika berlalu, berlalulah waktu dan tak bisa kita mengulanginya.
Jarum jam di sudut ruangan terus saja berdetak memecah keheningan. Dan, kini waktu sudah menunjukkan pukul dua siang lewat sepuluh menit.
Beberapa karyawan mulai berbisik menantikan kedatangan bos baru mereka, karena sudah lebih dari sepuluh menit bos mereka belum tiba juga.
''Kenapa belum dimulai juga?'' tanya Ranum berbisik pada Maya.
''Entahlah. Seharusnya kita sudah pulang sekarang.''
Pak Hermawan pun mulai melirik jam dinding yang terpasang di ruang itu. Tidak biasanya putranya datang terlambat, karena Agam adalah sosok yang sangat disiplin dan juga sangat menghargai waktu.
''Dimana Agam?'' tanya Pak Hermawan pada Hardy, asisten putranya.
''Maaf pak, tadi pak Agam bilang ingin ke toilet sebentar sebelum ke sini. Apa perlu saya susul?'' jawab Hardy.
''Tidak usah, kita tunggu saja di sini.'' jawab Pak Hermawan.
Tak berselang lama, pintu ruangan itu pun mulai terbuka. Dari balik pintu muncul sesosok lelaki tampan yang berjalan dengan penuh percaya diri. Semua orang di tempat itu pun lagi-lagi dibuat kagum oleh kehadiran Agam. Namun, berbeda dengan Ranum. Ia begitu terkejut melihat sosok lelaki itu.
Deg!
Dengan sekuat hati Ranum mencoba menata debaran di dalam hatinya dan berusaha untuk bersikap biasa saja.
Acara perkenalan dan penyambutan kedatangan CEO baru itu pun dimulai. Dan, kini tiba saatnya dimana satu persatu dari mereka mulai memperkenalkan diri.
Kini, tibalah giliran Ranum untuk memperkenalkan dirinya dihadapan semua hadirin yang berada di ruangan itu.
''Num!'' bisik Maya memecah lamunan Ranum.
''Eh, iya.'' jawab Ranum sedikit gugup.
''Aduh, bagaimana ini. Ah, untung saja aku pakai masker wajah sekarang, semoga semua akan baik-baik saja.'' ucap Ranum dalam hatinya.
Ranum pun berdiri dari duduknya.
''Perkenalkan nama saya Ranum Renjana, saya dari divisi pemasaran yang bertugas membantu pekerjaan bu Maya. Terima kasih.'' ucap Ranum dengan sesingkat mungkin.
Mendengar nama Ranum, perhatian Agam pun langsung tertuju padanya. Ia merasa sedikit terkejut mendengar nama itu.
''Ranum, bisakah kamu melepas masker yang kamu pakai! Supaya Pak Agam bisa mengenali wajah kamu.'' perintah Pak Andre.
Deg!
''Em, maaf pak. Saya sedang terkena flu takutnya nanti malah menyebarkan virus pada yang lain.'' jawab Ranum berusaha untuk berkilah.
''Oh, baiklah kalau begitu.'' jawab Pak Andre.
Acara pun terus berlanjut. Dan sejak saat sesi perkenalan itu, perhatian Agam terus tertuju pada Ranum dan tentu saja hal itu membuat Ranum menjadi merasa tak enak hati dan merasa tak nyaman. Hal ini pun tentu saja tak luput dari perhatian Maya. Begitu rapat perkenalan itu selesai, Maya langsung bertanya pada Ranum.
''Ranum, benar kamu sedang flu?'' tanya Maya dengan setengah tak percaya.
''Eem, enggak. Eh, iya.'' koreksi Ranum dengan cepat.
''Ada apa sih?'' tanya Maya merasa ada yang disembunyikan oleh sahabatnya itu.
''Elzein! Aku harus segera kembali ke ruangan, kasihan dia pasti bosan karena lama menunggu.'' kilah Ranum.
''El sedang bersama Yuda. Mereka sedang di kantin kantor untuk makan es krim.'' kata Maya.
''Hah!?''
''Aku yang memintanya datang ke sini, takutnya El ketakutan kita tinggal sendirian kalau terlalu lama.'' tambahnya lagi.
''Kebiasaan deh!'' jawab Ranum.
Ranum dan Maya kini berjalan meninggalkan ruangan rapat dan kembali ke ruangan mereka untuk mengambil tas dan bergegas pulang.
...----------------...
Dari kejauhan, nampak Yuda dan juga Elzein yang sedang asyik menikmati es krim mereka.
''Seru banget sih, mama nggak diajak nih.'' sapa Ranum begitu mendudukkan dirinya pada sebuah kursi di sebelah Elzein.
''Mama!'' seru Elzein langsung menyambut hangat kedatangan ibunya.
''Enak ya sayang?''
Elzein pun menganggukkan kepalanya.
''Maaf ya, mama lama tadi rapatnya.'' ucap Ranum.
''Nggak apa-apa, mama. Kan ada papa Yuda yang menemani El.'' jawab Elzein sambil terus memakan es krim rasa cokelat kesukaannya.
''Yud, maaf ya jadi ngerepotin kamu lagi. Maya tuh, seenaknya aja nggak bilang-bilang dulu.'' ucap Ranum merasa tak enak hati pada teman baiknya itu.
''Lah kok jadi, aku?'' ucap Maya tak mau disalahkan.
''Santai aja kali, Num.'' jawab Yuda.
''Kalian mau makan sekalian? Biar aku pesankan.'' ucap Yuda kembali.
''Nggak usah, Yud.'' cegah Ranum.
''Atau kita ke kafe aja, besok kan kalian libur kerja. Aku traktir, deh. Hitung-hitung sebagai hadiah menyambut weekend untuk kalian dua perempuan hebat yang sudah bekerja hingga titik penghabisan.'' kata Yuda menawarkan.
''Traktir sih traktir, tapi ujung-ujungnya aku juga harus tetap ngamen di kafe kamu.'' ucap Ranum dengan memanyunkan bibirnya.
''Kalau itu beda lagi. Kerja sama tetaplah kerja sama.' jawab Yuda dengan terkekeh.
''Oke, aku ikut. Lagian juga setelah ini aku free.'' sahut Maya.
''Bagaimana, El mau kan?'' tanya Yuda.
''Yey! El mau ke kafe papa Yuda!'' seru Elzein dengan begitu antusias.
Dari kejauhan, nampak Agam dan juga asistennya sedang berjalan hendak keluar meninggalkan perusahaan. Namun, perhatiannya tiba-tiba saja teralihkan pada anak lelaki kecil yang ia temui tadi dan juga beberapa orang yang tengah duduk bersamanya di sudut kantin. Agam memperhatikan mereka dengan mata elangnya.
''Ada apa bos?'' tanya Hardy pada Agam yang tiba-tiba saja berhenti.
Perhatian Agam pun teralihkan oleh ucapan asistennya itu. Ia pun kembali melanjutkan langkah kakinya.
''Dasar aneh.'' gumam Hardy dalam hatinya dan segera mengejar langkah kaki atasannya itu.
''Bos, tungguin woi!''
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!