"Daddy, " panggil seorang gadis kepada sang Daddy.
Sang Daddy tidak menghiraukan panggilan dari putrinya itu.
"Daddy liat Ara. " ucap gadis itu yang bernama Arawinda Bethany.
"Diam Ara. " bentak sang Daddy.
Ara yang dibentak menunduk dan berusaha menahan tangis, selalu saja begini saat Ara hendak mengajak sang Daddy bercerita.
"Kenapa Daddy selalu memarahi Ara, Daddy tidak suka Ara? " Ara memberanikan diri untuk bertanya kenapa alasan sang Daddy tidak menyukai dirinya.
Bramasta Bethany_Daddy Ara itu menoleh kearah Ara yang sedang menunduk.
"Kamu mau tau alasannya? " tanya Bram dengan tersenyum pahit.
Ara mendongak menatap sang Daddy lalu mengangguk pasti, dia ingin tau kenapa sang Daddy begitu membenci nya, kesalahan apa yang dibuat sehingga sang Daddy mengabaikan keberadaan nya, padahal dia sudah melakukan apapun untuk menarik perhatian sang Daddy tapi bukannya dilirik dia hanya dimarahi dan dibentak.
"Gara-gara ngelahirin kamu istri saya meninggal, dan saya membenci kelahiran kamu. " ucap Bram.
Ara mengerjab polos karena kurang mengerti apa yang dikatakan oleh sang Daddy. "Kenapa Mommy meninggal saat melahirkan Ara?" pertanyaan polos keluar dari mulut Ara yang membuat sang Daddy naik pitam.
"KARENA KAMU ANAK PEMBAWA SIAL ARAA!! " teriak Bram dengan keras.
"Loh Ara pembawa sial? Ara gak bawa apa-apa Daddy, tangan Ara kosong nih. " ucap Ara lalu memperlihatkan tangan mungilnya.
Bram sangat geram dengan kepolosan putrinya itu, padahal Ara sangat menggemaskan karena dia memiliki pipi chubby, mata yang bulat, tubuh yang pendek menambah kesan menggemaskan pada dirinya. Tapi kenapa Bram tidak luluh dengan wajah menggemaskan dari putrinya itu? Ya karena memang dia sangat membenci kelahiran putrinya yang menyebabkan istrinya meninggal di tambah dia tidak menyukai anak perempuan, dia hanya mau anak laki-laki bukan perempuan.
Bramasta Bethany mempunyai dua anak, satu laki-laki yang bernama Bagaskara Bethany abang dari Arawinda Bethany. Bram hanya menyayangi putranya, tapi Bram agak kesal karena Bagas perduli dengan Ara.
Saat ini Bagas sedang keluar untuk berkumpul dengan teman-teman nya, jika Bagas ada dirumah maka dapat dipastikan Bram tidak akan puas membentak Ara karena Bagas selalu melindungi adek perempuan nya itu.
"Saya muak melihat kamu Ara, " ucap Bram dingin.
Ara kembali mengerjab polos, "Daddy gak suka lihat Ara? Daddy mau apa dari Ara agar Daddy menyayangi Ara, Ara akan lakukan apapun demi Daddy. " ucap Ara tulus.
"Saya mau kamu mati. " desis Bram.
"Kalau Ara mati Daddy gak bisa liat Ara lagi dong? "
"Iya, emang itu yang saya mau. "
Ara menganggukkan kepalanya, "oke Daddy Ara akan lakukan yang Daddy mau, Ara sayang Daddy. " ucap Ara dengan tersenyum manis lalu pergi dari hadapan sang Daddy dengan berlari sambil melompat bak anak kecil yang kesenangan. Perlu di garis bawahi Ara itu polos jadi dia akan menuruti apapun yang dikatakan orang-orang kepadanya.
Bram tertegun mendengar ucapan Ara dan senyum manis itu, entah kenapa perasaannya jadi was-was tapi dia berusaha abai dan kembali duduk untuk membaca koran.
***
Setelah tau keinginan sang Daddy Ara keluar mansion dengan ruang, dia harus segera mati agar sang Daddy menyukai dirinya.
"Hu'um Ara ngapain ya biar mati, tapi kalau Ara mati bisa hidup lagi gak yah, Ara kan mau di sayang sama Daddy. " gumamnya menatap jalan yang ramai dengan kendaraan bermotor dan mobil.
Ara terus berjalan disisi jalan sambil berpikir bagaimana caranya mati, dia mengetuk-ngetuk dagu nya dengan jari mungilnya itu untuk berpikir.
Orang-orang yang melihat Ara merasa gemes dengan anak itu, bocah menggemaskan yang berumur 16 tahun dengan pakaian yang kebesaran membuat dirinya tertelan oleh baju tersebut.
"Ma aku mau adek seperti dia, "
"Pa anak itu menggemaskan sekali bukan? "
"Gadis kecil yang imut, "
"Semoga anak kita yang diperut aku seperti gadis menggemaskan itu ga mas. "
Begitulah pekikan orang-orang yang melihat Ara si gadis kecil menggemaskan. Ara hanya acuh dengan pekikan orang-orang yang menatapnya seakan ingin memiliki nya tapi Daddy nya sendiri malah sebaliknya. Ara mengedarkan pandangannya kembali menatap jalanan yang ramai itu. Ara melihat ada kucing yang menyebrang jalan tapi kucing itu berhenti ditengah-tengah jalan, Ara berlari menghampiri kucing tersebut untuk menolong nya.
Brakkk
Ara yang lengah dan tidak melihat sekitar saat hendak kejalanan tiba-tiba ada mobil melaju kencang dan menabrak dirinya.
Orang-orang yang melihat gadis kecil yang menggemaskan itu tertabrak berteriak kerass.
Ara menatap langit-langit dengan mata satu, 'Ara akan mati Daddy, Ara berharap dikehidupan selanjutnya Ara akan mendapatkan kasih sayang dari Daddy. "Lirihnya dengan tersenyum lalu dia menutup matanya.
***
Disisi lain Bagas yang baru saja pulang dari nongkrong menatap orang-orang yang sedang berkerumunan dijalan dan membuat dirinya penasaran apa yang terjadi. Bagas memasukkan mobilnya kegerasi lalu berjalan menghampiri orang-orang yang berkerumun didekat rumahnya itu.
Bagas menyusup di antara orang-orang yang berkerumun itu, saat sudah menerobos Bagas mengalihkan pandangan nya pada gadis kecil yang tergeletak dengan bersimpah darah.
Deg
Bagas lemes dengan apa yang dia lihat, gadis kecilnya? Gadis kecil yang selalu manja kepada nya dan selalu ingin minta perhatian dari sang Daddy sekarang sedang tidur dengan berselimut kan darah.
Bagas mendekat ke arah gadis kecil itu lalu segera memeluknya, Bagas menangis dan orang-orang hanya bisa menyaksikan itu semua.
"Dek, kamu ngapain tiduran disini. " ucap Bagas dengan suara serak nya.
Bagas berdiri dengan menggendong Ara, orang-orang memberi jalan kepada Bagas. Mereka menatap sedih dengan kejadian kecelakaan itu.
Bagas membawa Ara ke mobil nya dan segera pergi kerumah sakit untuk membawa adek kecilnya itu.
"Dek bertahanlah, abang akan menyelamatkan mu. " lirihnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Kenapa kamu bermain di jalan sayang, abang kan sudah bilang jangan keluar tanpa abang. Dan sekarang lihat apa yang terjadi? Abang gak suka ya kamu keluar tanpa abang. " Bagas menangis. Sungguh dia sangat menyayangi adek nya itu, karena sebelum sang Mommy melahirkan Ara, Mommy nya berpesan untuk menjaga dan menyayangi sang adek. Walau pun dulu bagas baru berusia lima tahun tapi dia bisa mengingat dengan jelas waktu Mommy nya itu berpesan.
Ckitttt
Bagas rem mendadak saat sudah sampai dirumah sakit, dia keluar lalu meraih tubuh sang adek yang terlihat seperti sudah tidak bernyawa itu.
"Dokter tolong adek saya... " Bagas berlari di lorong rumah sakit. Para perawat yang melihat itu segera menarik brankar dan menghampiri Bagas.
"Baringkan disini tuan, " pinta perawat laki-laki dan Bagas membaringkan adeknya di brankar tersebut.
"Tuan tunggu diluar saja," ucap perawat itu saat hendak memasuki ruangan IGD.
"Tapi saya mau menemani adek saya. "
"Biar dokter menangani nya dulu, anda tunggu disini dulu. " ujar perawat itu lalu menutup pintu.
Bagas menghela nafas kasar lalu menghubungi sang Daddy, dia tau pasti Daddy nya itu memarahi adek nya lagi sehingga adek kecilnya keluar rumah. Suatu kebiasaan jika Ara sedang dibentak dan dimarahi dia akan keluar rumah untuk memenagkan dirinya sejenak.
Setengah jam setelah Bagas menghubungi Bram dan mengatakan bahwa Bagas sedang dirumah sakit Bram bergegas menyusul takut terjadi sesuatu dengan putra nya itu. Ya Bram berpikir Bagas terjadi apa-apa padahal kenyataan nya yang terjadi sesuatu adalah putrinya.
Bram mengernyit saat melihat Bagas baik-baik saja, lalu siapa yang dirumah sakit? Bingung Bram.
"Bagas." panggil Bram.
Bagas menoleh dan mendapati sang Daddy sedang berjalan kearahnya. Saat hendak bertanya apa yang terjadi saat dirinya nongkrong tiba-tiba dokter keluar dari ruangan tempat Ara diperiksa. Bagas menghampiri doker tersebut.
"Bagaimana keadaan adek saya dok? " tanya Bagas.
"Maaf, adek anda sudah meninggal saat dibawa menuju kemari. " ucap dokter tersebut.
Degg
Bram yang berada di sisi putra nya begitu terkejut , Bagas? Dia tidak kalah terkejut bahkan sekarang dia sudah menangis kembali.
"Saya permisi dulu tuan. " pamit dokter tersebut lalu menjauh dari dua laki-laki yang berbeda usia itu.
Bagas menatap sang Daddy yang terdiam itu, "apa yang Daddy lakukan sehingga membuat Ara keluar rumah? " tanya Bagas.
Bram hanya diam, dia tau kalau anak nya itu akan keluar jika habis dimarahi tapi dia tidak menyangka akan terjadi begini.
Bagas geram, "PUAS DADDY HAH, SEKARANG ADEK KU SUDAH TIDAK ADA LAGI, AKU GAGAL MENJAGA PESAN MOMMY UNTUK TERUS MENJAGA ARA DAD... " Bagas membentak sang Daddy.
"Maaf, maafin Daddy.... Ara tolong maafin Daddy! " Bram menangis dia menyesali perlakuannya terhadap sang putri. Istri dulu juga berpesan kepadanya untuk menyayangi anaknya tapi karena kematian dari sang istri membuatnya lupa akan pesan sang istri.
"Terlambat Dad, Ara sudah menyusul Mommy dan aku yakin Mommy membenci kita karena sudah gagal menjaga Ara. " ucap Bagas dan Bram hanya bisa menangis dan mengesali perbuatan nya.
"Enggh, airrr!! " lenguh seorang gadis meminta air karena merasa haus.
"Bella, kamu sudah sadar sayang? " tanya seorang perempuan.
'Bella? 'Batin gadis tersebut, dia bingung kenapa namanya berubah.
Gadis tersebut membuka mata perlahan dan menatap perempuan cantik yang berada di depannya ini, Kira-kira perempuan tersebut berusia 37,masih muda dan terlihat sangat cantik dimatanya.
Perempuan tersebut memberikan air kepada diri nya dan dia segera meminum hingga tandas.
"Ahh perut Ara kembung karena minum air banyk. " gumamnya lalu menepuk-nepuk pelan perutnya. Ya gadis yang baru sadar dan meminta air itu adalah Arawinda Bethany.
Perempuan tersebut terkekeh mendengar kalimat sang putri.
"Kamu baik sayang? " tanya perempuan itu.
"Ara baik, " ujarnya dengan tersenyum manis.
Saat perempuan itu hendak menyahut tiba-tiba pintu rumah sakit dibuka oleh seseorang, terlihat ada tiga pria datang.
Ara bingung melihat itu lalu bertanya kepada perempuan yang ada disamping nya itu.
"Mereka siapa? " tanya Ara.
Perempuan tersebut mengernyit, "mereka ayah dan abang kembar kamu sayang, Bella lupa? " tanya perempuan itu.
'Ayah? Abang kembar? Wajah Daddy berubah? Abang juga berubah dan jadi dua? Woahh! 'Batin Ara heboh.
"Terus tante cantik ini siapa? " tanya Ara polos.
"Bella lupa sama bunda? Ini bunda sayang, ibu kamu? " ucap perempuan itu.
"Panggil dokter Bryan, " titah laki-laki yang terlihat seperti berumur 40 tahun itu kepada sang putra tertua. Bryan yang diperintahkan sang ayah segera memanggil dokter.
Pengenalan
Bima Arshana dan Radella Arshana sepasang kekasih yang memeliki tiga orang anak, anak pertama dan kedua kembar yang bernama Bryan Arshana dan Brian Arshana lalu anak ketiga bernama Arabella Arshana yang sekarang tubuhnya ditempati oleh Arawinda Bethany gadis yang baru saja meninggal karena tertabrak mobil.
Arabella Arshana sama seperti Arawinda Bethany yang polos dan lugu, bahkan tubuh mereka sama-sama pendek tapi menggemaskan, pipi chubby, mata bulat, bibir tipis. Uhh sangat menggemaskan. Tapi perbedaan Arabella dan Arawinda adalah sikap, kalau Arawinda pecicilan dan hiperaktif maka Arabella sebaliknya dia gadis yang pendiam dan penampilan nya pun cupu. Walaupun cupu kedua orang tua dan abang-abang nya begitu menyayangi Arabella, uhh sungguh beruntung nasib Arabella dari pada Arawinda.
Back to topict
Bryan datang bersama seorang dokter laki-laki, "tolong periksa putri saya. " ucap Bima dingin, dia sebenarnya agak aneh karena putrinya itu tidak mengenali keluarganya.
Ara hanya mengerjab polos saat dokter itu memeriksa dirinya. "Ara sakit? " tanya Ara polos.
"Eh dodol, kalau diperiksa ya sakit. " gemes Brian dengan penuturan adeknya itu.
"Ara bukan dodol. " ralat Ara.
Radella bingung dengan perubahan nama panggilan putrinya itu. "Bella, " panggil Radella.
"No Bella, i'm Ara. " sargahnya.
" akibat jatuh dari tangga dan membuat kepalanya membentur lantai dengan keras,itu mengakibatkan dia kehilangan ingatannya. "Jelas dokter tersebut dan mereka kecuali Ara mengangguk. Tidak masalah kalau hanya kehilangan ingatan pikir mereka semua kecuali Ara.
"Bella dengar... "
"No Bella, i'm Ara. "
"Oke Ara dengar ya, ini Bunda dan disebelah Bunda Ayah Ara. Dan disana abang kembar kamu namanya Bryan dan Brian dan nama kamu Arabella." jelas Radella agar putrinya itu tahu siapa mereka.
'Hu'um apakah Ara terlahir kembali? Woahh Ara punya ayah dan ibu bahkan dua abang yang mirip. 'Ara terkikik serata membatin.
"Wajah abang mirip hihi, " ucapan polos Ara membuat mereka gemes.
"Kan kembar dek, " gemes Brian.
"Ara gak punya kembaran? " tanya Ara polos.
"Gak punya princes, " sahut Bryan, dia sungguh gemes dengan adek kecilnya ini walaupun merasa aneh dengan perubahan sang adek.
"Kapan putri saya bisa pulang? " tanya Bima kepada sang dokter.
"Sore ini sudah bisa pulang tuan, saya permisi keluar. " ucap dokter tersebut lalu keluar.
"Ayah, " panggil Ara dan Bima menoleh kepada sang putri.
"Yes princes? "
Ara senang karena respon ayahnya yang lembut, Ara merentangkan tangannya dan membuat Bima bingung.
"Mau apa hm? " tanya Bima lembut.
Ara cemberut apakah ayahnya yang sekarang sama seperti ayahnya yang dulu? Ayah yang tidak menyukai putrinya.
"Peluk, " cicitnya pelan sambil menunduk.
Bima tersenyum walaupun merasa aneh dengan sikap putrinya ini, Bima memeluk Ara dengan sayang. Ara yang mendapat pelukan itu senang bukan main, ini pertama kalinya dia mendapatkan pelukan hangat dari seorang ayah.
"Bella sekarang manja yahh, " ucap Brian yang melihat perubahan adek nya.
"No Bella, sekarang panggil Ara oke. " sahut Ara disela dekapannya pada sang ayah.
"Bocil ngatur. "
"Ayah, abang gak mau panggil Ara dengan sebutan Ara. " cemberut Ara dan membuat mereka terkekeh gemes.
"Bang panggil adeknya degan sebutan Ara aja. " ucap Bima.
"Iya Ara, " sahut Brian.
"Yeayyy." girang Ara dan Lagi-lagi membuat mereka gemes.
Bryan Arshana sikapnya sama seperti sang ayah yang dingin dan cuek tapi hangat kepada keluarga nya apalgi kepada adek perempuan nya itu.
Brian Arshana sikapnya berbanding terbalik dengan Bryan, Brian banyak omong dan pecicilan tapi dia juga sangat menyayangi adek perempuan nya itu.
****
Sore hari Ara sudah berada dikediaman Arshana, rumah elit yang berlantai dua, walaupun rumahnya tidak sebesar rumahnya dikehidupan dia sebelumnya tapi Ara bersyukur karena mempunyai keluarga lengkap dan sangat menyayangi dirinya. Ara tidak tau bahwa dia ber transmigrasi dia hanya mengira bahwa dia terlahir kembali tapi terlahir nya langsung gede.
Ara sedang menatap dirinya didepan cermin yang ada dikamarnya. Dia menelisik penampilan nya yang membuat dia kesal.
"Iyuhhh Ara gak suka pake kacamata. "Ara melepaskan kacamata yang terpasang di wajahnya itu. Dia merombak penampilannya agar terlihat seperti dirinya yang dikehidupan sebelum nya itu.
"Badan Ara tetap pendek dan pipi Ara juga bulat sama seperti dulu. " gumamnya.
Ara mengedarkan pandangan nya menatap seluruh isi walk in closet miliknya. Ara mencari pakaian yang cocok untuk dirinya. Dapat dilihat pakaian yang ada di walk in closet itu terlihat kuno, Ara kembali mengedarkan pandangan nya dan matanya tertuju pada baju kudok yang sepertinya sangat pas ditubuhnya. Ara mengambil baju tersebut dan memakainya lalu berjalan menuju cermin besar dan dia gerai rambutnya yang panjangnya.
"Perfect." gumamnya saat melihat penampilan nya, baju kudok yang pas ditubuhnya walau pun kaki nya hanya tertutup bagian paha atas saja dan rambut yang digerai.
Ara berlari keluar untuk mencari keberadaan sang ayah. Uhh Ara sungguh menginginkan kasih sayang seorang ayah.
"Ayahhhh... " Ara sedikit berlari menuruni anak tangga. Mereka yang berada diruang tamu menoleh mendengar suara Ara.
Semua memandang Ara gemes karena penampilan nya yang sekarang tidak culun lagi bahkan sekarang terkesan seperti bocil yang menggemaskan.
"Jangan lari sayang, nanti jatuh lagi.." peringkat Radella kepada putrinya itu, dia takut kejadian kemarin terulang lagi dan membuat putrinya tidak akan mengingat mereka lagi.
Ara hanya nyengir kuda menampilkan gigi rapi dan putihnya. Tapi Ara tidak mendengarkan dia masih berlari dan menghampiri sang ayah yang sedang duduk disofa itu untuk menonton televisi. Ara duduk dipangkuan sang ayah dan memeluk ayahnya dengan manja.
"Ayah lihat, Ara cantik seperti bunda kan hihi. " Ara terkikik.
Bima menatap putrinya itu dengan sayang, "princess ayah selalu cantik. " ucap Bima lalu mengecup kening Ara.
"Bunda, Ara cantik hihi. " ucapnya lagi kepada sang Bunda.
Mereka semua gemes dengan perubahan si bungsu, sangat berubah dan manja tapi mereka senang karena dengan itu putri mereka tidak memandam sesuatu lagi. Mungkin sikap pendiam si bungsu akibat ada sesuatu yang dipendam nya tapi si bungsu hanya diam. Bryan dan Brian tau adek mereka sering dibully disekolah tapi adek mereka itu selalu diam dan tidak mau mengatakan apapun kepada mereka berdua. Karena adek mereka masih SMP dan tidak satu sekolah dengan mereka jadi mereka tidak bisa menjaga adek mereka itu. Tapi sekarang adek mereka akan masuk SMA dan akan satu sekolah dengan mereka. Berarti mereka bisa menjaga adek mereka itu walaupun hanya setahun saja.
"Ara jelek, " jahil Brian dan perutnya langsung kena sikut Bryan.
Ara cemberut lalu menenggelamkan wajahnya didada bidang sang ayah. Bima merasa dada nya basah dan dia mengapit wajah sang putri. Bima melihat putrinya menangis.
"Princess kenapa hm? " tanya Bima lembut.
"Ara jelek hikss, " tangis Ara dan Bima kembali menyenderkan kepala sang putri didada bidangnya.
"Princess ayah cantik sama seperti bunda, abang Brian yang jelek sayang. " Bima mengelus-ngelus rambut putrinya lembut.
Brian melotot mendengar kalimat sang ayah, tidak biasanya ayahnya berkata seperti itu tapi tak urung dia begitu gemes dngan sikap manja sang adek.
'Bocil gue makin gemes kalau lagi gak culun gini euyy. 'Batin Brian.
'Sangat menggemaskan. 'Batin Bryan.
Radella yang baru datang dari dapur untuk mengambil puding rasa jambu krystal kesukaan putrinya itu mengernyit heran saat melihat wajah sang putri basah.
"Sayang kamu kenapa, " tanya Radella setelah meletakkan puding itu dimeja.
Ara melirik kearah meja dan melihat apa yang barusan bunda nya itu bawa. Seketika wajahnya berbinar saat melihat puding dengan rasa yang sangat dia sukai, yaa kesukaan Arawinda dan Arabella sama yaitu jambu krystal.
"Woahh puding, Ara suka banyak-banyak. " girangnya lalu turun dari pangkuan sang ayah.
Mereka yang tadi melihat Ara menangis tiba-tiba melongo dengan perubahan mod Ara yang begitu cepat. Mereka tau bahwa Ara menyukai buah jambu krystal tapi biasanya dia tidak sesenang ini.
Ara memakan puding itu dengan lahap tanpa menawarkan nya pada mereka yang sedang menatap Ara gemes.
"Hati-hati makannya princess, " ucap Bryan.
"Heh bocil, abang kok gak ditawarin. " Brian yang melihat Ara memakan puding dengan lahap menjadi ingin memakan juga.
"Ghakk, inhii phunyha Ara. " mulut Ara penuh dengan puding sehingga membuat pipi chubby nya semakin bulat dan mereka gemes ingin menggigit pipi chubby itu.
"Ditelan dulu sayang baru bicara. " peringat sang bunda dan Ara hanya mengangguk.
"Kenapa Ara tadi menangis mas? " tanya Radella pada suaminya itu.
"Biasalah." sahut Bima dan Radella langsung mengerti, siapa lagi yang suka jahil dirumah ini selain Brian. Radella menoleh dan menatap tajam anak keduanya itu.
Yang ditatap hanya nyengir, "cuma bercanda bun. " Brian cengengesan.
Ara hanya acuh dengan pembicaraan abang dan bundanya itu, dia masih memakan puding dengan lahap tanpa menawari abang dan orang tuanya.
"Ayah liat perut Ara besar dan ingin meletus. " Ara menghadap ayahnya dan menepuk-nepuk pelan perut nya yang sedikit kembung karena kekenyangan setelah memakan puding itu habis tak bersisa.
Mereka terkekeh gemes dengan aduan Ara kepada sang ayah.
Seminggu sudah Ara berada di tubuh Bella , Ara sangat bosen dirumah, dia ingin sekolah seperti Abang- abangnya. Tapi orang tua dan Abang-abang nya belum memperbolehkan dengan alasan takut si bungsu mereka itu dibully lagi.
"Ara mau sekolah, " cemberut Ara.
"Bahaya dek, homeschooling aja ya? " pinta Bryan. Dan Ara menggeleng kuat pertanda tidak mau homeschooling. Dikehidupan nya dulu dia juga tidak sekolah karena sang abang tidak memberi izin, jika sang abang masih bersekolah mungkin Ara bisa sekolah tapi abangnya itu sudah lulus dan waktu itu Bagas juga sudah lulus kuliah.
Saat ini keluarga Arshana sedang berada di ruang tamu untuk menonton televisi setelah kegiatan makan malam mereka.
"No homeschooling, Ara bosen abang. " Ara semakin cemberut dan membuat mereka gemes.
"Nanti kamu di bully bagaimana? " tanya Brian.
"Dibully apa? " tanya Ara polos.
"Digangguin teman, " sahut Bima lalu mengangkat putrinya itu dan mendudukkan Ara di pangkuannya.
"Kalau teman-teman ganggu Ara, Ara akan bilang sama Abang-abang kembar. " Ara membenamkan wajahnya didada bidang sang ayah.
Radella merasa kasian kepada putrinya yang ingin sekolah itu, Radella menatap suaminya yang sedang membelai lembut rambut Ara.
"Mas, " panggil Radella.
Bima menoleh dan menatap sang istri dengan alis terangkat sebelah, seakan ingin bertanya apa?.
"Biarkan Ara sekolah, sekarang dia sudah berubah, dia tidak culun dan pendiam lagi. " bujuk Radella.
"Tapi dia masih lemah bun, " protes Bryan.
"Ada kalian yang akan ngawasin Ara, dan Ara sekarang suka bercerita dan kemungkinan jika dia diganggu lagi dia akan cerita ke kita. " ucap Radella.
Tiga pria beda usia itu menghela nafas, benar yang dikatakan Radella dan kasian juga Ara bosen dirumah. Mereka harus mengizinkan si bungsu untuk sekolah agar wawasan tentang dunia luar bisa Ara ketahui.
"Baiklah, mulai besok Ara akan sekolah di tempat kalian sekolah. " putus Bima dan membuat Radella tersenyum.
"Jaga adek baik-baik, " pinta Radella.
"Pasti Bun. " sahut Bryan dan Brian bersamaan.
"Ara senang? " Bima menunduk untuk melihat putrinya itu yang sedari tadi hanya diam, dan ternyata bungsu Arshana itu sedang tertidur dipangkuan sang ayah.
Mereka terkekeh gemes saat melihat Ara tidur dengan memasukkan jari jempolnya ke mulut bak seorang bayi yang sedang mengemut empeng.
Bryan mendekat, "sini yah, biar Bryan yang bawa adek kekamar. " pinta Bryan.
Bima menyerah Ara dengan Hati-hati agar tidak menganggu tidur putrinya itu. "Mimpi indah princess. " ucap Bima lalu mencium pipi chubby putrinya itu.
"Bryan kekamar dulu, selamat malam yah, bun. " ucap Bryan lalu berjalan menuju tangga dan disusul Brian dari belakang.
"Gue tidur bareng adek," ujar Bryan kepada Brian.
"Gue juga, " iri Brian.
"No, lo tidur dikamar sendiri."
"Lo sendiri kenapa gak tidur dikamar sendiri? "
"Gue mau nemenin adek biar besok dia tidak terlambat bangun. "
"Ck, " Brian berdecak mendengar alasan dari abangnya yang hanya tua lima menit dari nya itu.
'Emang dia aja mau tidur sama degem heh? 'Batin Brian kesal dengan kakaknya itu.
*
Bryan memasuki kamar Ara lalu merebahkan Ara dengan pelan, setelahnya dia ikut merebahkan diri disamping adeknya yang gemes itu.
"Andai kamu bukan adek abng, mungkin abang akan nikahin kamu princess. " gumam Bryan sambil menatap wajah cantik adeknya itu.
Cup
"Mimpi indah sayangnya abang. "Ucap Bryan sambil mengecup kening Ara lalu memeluk Ara dan kemudian menyusul Ara yang sudah terlelap saat diruang tamu tadi.
****
Pagi nya Bryan sudah terbangun lebih dulu dia melirik kesampingkan dimana adeknya yang masih terlelap sambil mengemut jari jempolnya seperti bayi.
Bryan sangat gemes dengan cara tidur adeknya itu, ingin rasanya Bryan terkam tapi apalah daya itu tidak boleh terjadi.
"Dek, " Bryan membangun Ara dengan menepuk-nepuk pelan pipi chubby Ara.
"Enggh, " Ara melenguh tapi dia malah semakin menghisap jari jempolnya.
"Bangun sayang, katanya mau sekolah kan? " ujar Bryan yang masih menepuk-nepuk pipi Ara.
"Ara gak dibolehin ayah. " cicitnya dengan mata yang masih terpejam.
"Kata siapa? Udah diizinin ayah kok, "
Seketika Ara membuka lebar matanya lalu dia menampilkan wajahnya yang berseri karena senang mendengar perkataan dari sang abang.
"Really abang? Gak tipu-tipu Ara kan. " antusias Ara, uhh dia sungguh senang karena sudah diperbolehkan sekolah.
Cup
Cup
Bryan yang gemes lalu mengecup pipi Ara kanan dan kiri, "benar sayang, sekarang mandi ya. " gemes Bryan.
Ara segera duduk dari rebahan nya lalu merentang kan tangannya.
"Apa hm? " tanya Bryan.
"Gendong terus Mandiin, " manja Ara.
Astaga Bryan sangat ingin memandikan adeknya itu tapi tidak boleh nanti dia khilaf.
"Minta mandiin Bunda aja ya, abangkan juga harus mandi dan bersiap. " alibi Bryan.
"Kita bisa mandi berdua abang. " sahut Ara polos.
"Bunda aja ya, abang ada urusan dulu. " alasannya lagi.
"Hu'um, " Ara hanya mengangguk saja. Lalu turun dari ranjangnya dan berjalan kearah kamar mandi.
"Loh dek, gak jadi minta mandiin bunda? " tanya Bryan heran karena Ara kekamar mandi bukan memanggil smag bunda.
"No, Ara bisa sendiri. " ucapnya dan membuat Bryan terkekeh.
"Yasudah, mandi yang bersih.. Abang mau kekamar abang yah. " pamit Bryan dan Ara hanya mengangguk sambil menutup pintu kamar mandi.
***
Satu jam berlalu Ara baru selesai mandi dan bersiap, dia bingung baju sekolah yang ada walk in closet nya sangat besar dan longgar persis pakaian anak culun. Ara mengobrak-abrik isi lemarinya yang terkhusus pakaian sekolah dan membuat semua baju yang tertata rapi jadi berantakan. Lama mencari akhirnya dia ketemu walaupun bajunya masih agak longgar dikit. Arawinda dikehidupan nya dulu memang polos tapi pakaian nya mengikuti trend modis sehingga sekarang dia gak mau pake seragam sekolah yang longgar karena menurut nya itu tidak bagus.
Ara berlari menuruni anak tangga dia benar-benar bersemangat karena ini pertama baginya sekolah selama hidupnya.
"Morning semua, " sapa Ara antusia saat sudah sampai dimeja makan. Disana keluarga Arshana sudah menunggu nya untuk sarapan.
"Pagi princess, " sahut mereka serempak.
Ara berjalan kearah mereka satu-satu.
Cup
Cup
Cup
Cup
Ara mencium mereka satu-satu, uhh Ara suka kehidupan nya yang sekarang karena memiliki keluarga lengkap dan kasih sayang yang banyak.
Mereka yang dicium Ara hanya bisa tersenyum gemes, saat Ara hendak duduk disamping sang ayah, ayah segera menarik pergelangan tangan Ara lalu mengangkat tubuh Ara untuk duduk di pangkuannya.
"Ayah Ara mau makan, " protes Ara saat Bima menahan pinggang putrinya itu.
"Makan dipangkuan ayah ya princess, " Bima mengecup gemes pipi chubby Ara, Ara mengangguk senang.
"Woahh ayam goreng, Ara mau makan Banyak-banyak ya bunda, " girang Ara saat melihat sarapannya ada ayam goreng dan nasi goreng.
Mereka terkekeh melihat wajah berbinar Ara, si bungsu mereka yang dulu sudah tidak pendiam lagi dan sekarang bungsu mereka itu sangat ceria.
"Jangan banyak-bangak dek, mau perutnya meletus? " jahil Brian, uhh Brian ini sangat jahil kepada adek bungsu mereka yang menggemaskan itu.
Ara yang mendengar itu sontak menggeleng kuat, "Ara gak mau meletus, " cemberut nya dan membuat mereka semakin gemes.
"Gak meletus princess, cuma gede ada perutnya. " ujar Radella memberi tahu putrinya itu.
"Hm abang kembar ini tipu-tipu Ara, " Ara melotot kan matanya kearah Brian. Brian bukannya takut tapi dia malah ngakak so hard melihat wajah menggemaskan sang adek.
"Haha, kenapa abang kembar panggilnya hm? " Brian bertanya disela tawanya.
"Karena Ara belum bisa bedain kalian, " sahut Ara jujur.
Mereka terkekeh, "liat ujung mata bang Brian, " tunjuk Radella kearah Brian.
Ara melihat kearah tunjuk sang bunda dan memperhatikan Brian yang tersenyum manis kearah nya.
"Hu'um ada tai matanya bunda? " ucapan polos keluar dari mulut Ara membuat yang lain tertawa kecuali Brian yang sekarang sudah melotot mendengar ucapan dari adeknya itu.
"Ehh enak aja kalau ngomong nih bocil, abang mandi nya bersih kok, " protes Brian. Memang benar dia mandi sangat Hati-hati karena dia harus tampil ganteng disekolah agar mudah menarik perhatian para siswi.
"Benarkah? Tapi kenapa diujung mata abang ada hitam-hitam itu? " tanya Ara menunjuk tai lalat yang ada disebelah kanan mata Brian.
"Ini tai lalat bocil, ini yang bedain abang sama Bryan... Liat Bryan gak ada tai lalat diujung mata sedangkan abang ada... Ara ngerti kan? " tanya Brian diujung kalimatnya.
Ara menatap Bryan dan Brian bergantian lalu menganggukkan kepalanya, "Ara ngerti abang Brian. " sahut Ara.
"Bagus, " ucap Brian. Mereka pun makan dan sarapan dengan tenang. Selesai sarapan mereka berpamitan untuk sekolah, Ara diantar oleh ayahnya karena ini hari pertama Ara masuk SMA maka Bima tidak ingin putrinya itu merasa sedih karena tidak diantar oleh orang tuanya.
Bryan dan Brian sebenarnya ingin berangkat bersama sang adek tapi ayah mereka yang hendak mengantar maka dari itu mereka menurut saja.
"Ara pergi sekolah dulu bunda, papayyy.. " Ara berpamitan kepada sang bunda sambil melambaikan tangan mungilnya. Radella hanya tersenyum gemes melihat putrinya itu berpamitan.
Ara memasuki mobil yang dimana ayahnya sudah menunggu didalam sana.
____
Mari author jelasin dulu tentang detail keluarga Ara yang sekarang dan yang dulu ya agar tidak bingung.
Keluarga Ara yang dulu berasal dari keluarga konglomerat alias Sultan, Daddy Bram seorang pengusaha sukses.
Keluarga Ara yang sekarang termasuk keluarga kaya tapi bukan konglomerat yang benar-benar kaya seperti keluarga nya dulu. Ayah Bima seorang arsitek bangunan, sedangkan bunda Radella memiliki toko kue.
Nahh Arawinda ber transmigrasi dijaman yang sama bukan beda jaman jadi besar kemungkinan Ara bisa bertemu keluarga nya yang dulu kembali.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!