NovelToon NovelToon

Pelet Maduku!

Bab.1

"Poligami memang perkara mudah untuk dilakukan akan tetapi sulit untuk bisa mencapai derajat adil"

Shofia mendengarkan ceramah seorang ustadz sembari menunggu sang suami selesai mandi. Shofia menyiapkan baju yang tidur sang suami dengan raut wajah yang gembira. Hari ini adalah jadwal suaminya--Farhan bermalam di rumahnya.

Suasana petang itu agak berbeda dari hari biasanya. Pada hari biasa, setiap menjelang petang Shofia selalu cemas dan kecewa karena sang suami dengan berbagai alasan akan memilih menghabiskan waktu bersama madunya--Freya.

Shofia duduk di pinggir ranjang dengan hati yang berdebar. Entah mengapa petang ini Shofia sedikit merasa kan adanya kekuatan yang mendorongnya untuk melayani sang suami dengan baik. Memang setelah mendengar tausiyah dari sesosok Ustadz melalui live streaming di IG, hati Shofia sedikit menghangat dibanding hari -hari sebelumnya.

"Alhamdulillah, waktunya untuk beberes. Sebentar lagi mas Farhan pasti pulang. Tapi ... mengapa sore ini aku begitu semangat, biasanya aku paling malas untuk bersih-bersih kamar dan mandi! Huft ... aura rumah ini pun juga berbeda, lebih sejuk dan adem habis dengerin dan ikutin dzikir dari Ustad Sholeh tadi!" gumam Shofia yang merasa sore ini ada energi positif yang membuat dirinya menjadi rajin.

Shofia merupakan wanita dengan status seorang istri berusaha selalu tenang dalam mengingatkan kewajiban suami. Apa yang ia peroleh dari tausiyah sang Ustadz mampu membuat Shofia lebih ikhlas dalam menjalani rumah tangga poligami. Shofia rela berbagi suami demi bisa memberikan keturunan pada keluarga suaminya-- Farhan. Rasa tidak percaya diri untuk bisa memberi keturunan telah pudar semenjak dia mengenal Freya. Seorang janda beranak satu, yang kini menjadi sekretaris pribadinya.

Pernikahan poligami yang Shofia harapkan bisa berjalan dengan mulus, ternyata tidak sesuai harapan. Shofia merasa tersingkir dan juga merasa bahwa suaminya mulai tidak adil kepadanya. Seringkali jatah Shofia diberikan pada Freya sang istri muda. Apapun yang dikatakan dan diinginkan Freya, Shofia seperti terhipnotis, dengan mudahnya mengikuti semua keinginan madunya itu.

Shofia lebih banyak mengalah, akan tetapi lambat laun, Shofia tidak kuat juga. Dia berusaha untuk mempertahankan semua haknya. Terlebih saat ini ternyata dia dinyatakan hamil oleh dokter.

"Mas, bukankah ini jadwal mas bersama Shofia? Mengapa mas mau pergi ke rumah Freya?" ucap Shofia berani bertanya saat Farhan selesai mandi berpamitan kalau dia ingin ke rumah sang istri kedua. Padahal malam ini adalah jatah istri pertama.

Shofia berusaha mengingatkan keadilan yang harus Farhan jalankan ketika menjalankan pernikahan poligami, yaitu memiliki istri dua. Walaupun Farhan poligami juga karena keinginan Shofia dan tahun ini adalah tahun kedua pernikahan poligaminya.

"Shofia, mas mohon kamu mau mengerti kalau saat ini Freya lebih membutuhkan mas!" Farhan tidak goyah sedikitpun mendengar peringatan dan rengekan Shofia. Padahal saat ini, Shofia sedang mengandung lima bulan. Sedangkan Freya belum hamil. Shofia ternyata hamil saat Farhan dan Freya menikah. Namun Shofia belum memberitahukan pada semua pegawainya.

"Atas dasar apa Freya sangat membutuhkan mas? Saat ini Shofia lah yang sangat membutuhkan cinta dan perhatian mas. Shofia sedang hamil mas, apalagi ini bayi yang ada dalam kandungan Shofia kembar, Mas!" Shofia tidak mau menyerah. Dia terus berusaha mencegah agar Farhan tidak pergi meninggalkan dirinya di mansion mewah seorang diri. Entah kekuatan dari mana, Shofia berani membantah argumen Farhan.

"Harusnya kau menyetujui saat Freya aku bawa ke sini. Mas bisa menjaga kalian berdua di tempat yang sama. Mas harus bagaimana? Saat ini di sana Freya merasa ketakutan!" Farhan meremas kepalanya. Di satu sisi hari ini adalah jatah Shofia-- istri pertamanya dan di sisi lain, Freya menelepon Farhan karena ketakutan sendirian di rumah. Sungguh memusingkan. Farhan melirik ke arah Shofia yang menunduk, hatinya mendadak menghangat. Namun, seketika rasa itu kembali didominasi oleh rindu pada Freya, istri mudanya.

Farhan membeli rumah baru untuk Freya sebagai hadiah pernikahan. Shofia yang tidak mau hidup satu atap dengan madunya, membuat Farhan memilih membeli rumah baru untuk Freya, walau tidak sebesar dan semewah mansion yang ia tempati bersama Shofia.

"Takut? Bukannya di rumah itu ada pembantu? Bukan hanya satu, dua malah. Satu tugasnya bersih-bersih dan satunya masak. Apa masih kurang? Bagaimana dengan aku yang hanya satu, Mas?"

"Kau mau dicarikan lagi agar tambah ramai begitulah, Shofia?"

"Tidak, Mas. Aku lebih senang melakukan semua tugas seorang istri sendiri. Semua itu aku lakukan untuk meraih ridha suamiku dan pahala dari Allah. Ingat janjimu dulu sebelum poligami, Mas. Aku menyetujui kau poligami dengan syarat kau harus bersikap adil. Jadilah imam yang tegas dan memegang teguh prinsip, Mas. Dimana mas Farhanku yang dulu?" Shofia melemah. Hatinya bagai diremas, tapi dia berusaha untuk kuat. Dia harus mempertahankan haknya agar tidak diinjak-injak Freya madunya.

Farhan tersentuh mendengar suara Shofia yang mulai melemah dan menyentuh hatinya. Farhan juga bingung mengapa dia akhir-akhir ini lebih sering memikirkan istri barunya daripada istri pertama.

Kring ... Kriiing ....

Suara ponsel Farhan berdering. Panggilan dari sang istri muda. Farhan segera bangkit dari duduknya lalu berdiri dan melangkah meninggalkan Shofia yang duduk terdiam di ranjangnya.

"Halo, Assalamu 'alaikum, Sayang. Maaf mas gak bisa ke sana. Malam ini bukan jatahmu, Shofia tidak memberikan ijinnya untuk ke rumahmu."

"Ya sudahlah, Mas. Biar Freya di sini sendiri, padahal Freya sudah memakai lingeri yang mas belikan tadi siang, tapi mas gak jadi datang, apa boleh buat lingerie ini aku masukkan ke dalam mesin cuci." Freya mengirimkan foto yang terlihat menggoda dengan lingerie barunya.

"Tidak apa, besok malam bisa kamu pakai untuk menyambut mas, besok jatah mas menginap di tempatmu."

"Baik, Mas. Freya tunggu." Walaupun merasa kesal, Freya tetap sabar, agar Farhan tidak menilai buruk padanya.

Farhan menutup ponselnya, Farhan kembali masuk ke dalam kamar Hera. Tangan Farhan menutup kembali pintu kamar itu setelah menutup dia berjalan ke arah kamar mandi untuk menyegarkan dirinya yang kusut. Rasa kecewa tidak jadi pergi ke rumah Freya membuat moodnya berantakan.

Saat melewati ranjang yang menjadi peraduan dirinya dan Shofia, Farhan menangkap sosok wajah yang cantik dengan rambut terurai. Sosok berpenampilan menggoda dengan perut membuncit.

"Shofia? Kamu?" Farhan mengusap matanya seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Harum parfum yang menjadi favoritnya menguar tercium oleh hidungnya.

"Mau aku pijitin, Mas? Sepertinya dirimu perlu rileks dan tenang. Rasa kecewamu akan aku obati hingga kau tidak akan mengingat yang lain selain aku mas," ucap Shofia dengan suara manja. Farhan hanya melongo melihat perubahan Shofia yang tiba-tiba seperti itu.

Sudah lama sekali Shofia tidak melakukan ini, dia terlalu sibuk dan hanyut dalam kehamilan pertamanya. Shofia mengira saat dirinya hamil maka dia akan mendapatkan perlakuan khusus dan apapun yang dia lakukan akan mendapat pemakluman dari suaminya.

"Mas, aku akan merebutmu kembali. Selama ini aku salah, hingga tidak sadar ada benalu di rumah tanggaku!" batin Shofia.

"Sho ... Shofia! Kamu tidak apa-apa? Kamu kenapa jadi begini?" Farhan menelan ludahnya kasar. Kali ini dia melihat begitu seksi istri pertamanya. Pemandangan yang jarang dia lihat semenjak sang istri dinyatakan hamil.

"Tidak, Mas. Aku hanya ingin menjadi istri yang berbakti saja. Maafkan aku yang selama ini terlalu manja dan tidak sempat merias diri ini dan melayaniku dengan baik" ucap Shofia sembari berjalan mendekati Farhan yang masih berdiri mematung.

Perlahan Shofia membuka satu persatu baju sang suami.

"Ayo mas, aku siapin air hangat untukmu mandi. Aku juga akan memandikanku seperti dulu!" Shofia menarik tangan Farhan untuk mengikutinya ke kamar mandi.

Shofia membuka kran air hangat untuk memenuhi bak mandi. Harum bunga mawar menyeruak membuat rileks siapapun yang menghirupnya. Aroma terapi dari sabun cair yang dipilih Shofia.

"Biarkan aku saja, Sayang. Kamu kesulitan dengan perut yang membuncit seperti itu," sergah Farhan saat melihat istrinya kesulitan mengaduk air dengan sabun di bak mandi.

"Tidak, Mas. Ini mudah kok, aku bisa duduk di bawah," ucap Shofia mengambil posisi duduk di lantai kamar mandi.

Farhan menatap sayu pada Shofia. Ada perasaan bersalah menyelinap di hatinya. Farhan merasa dirinya sebagai sosok suami yang kejam. Di kala istrinya kesusahan mengandung keturunannya dia malah asyik menghabiskan malam indah dengan wanita lain.

Perasaan Farhan berubah-ubah. Di kala dia dekat dengan istri mudanya, di dalam hatinya hanya ada rasa tidak suka pada Shofia. Farhan merasa Shofia telah melupakan fungsinya sebagai seorang istri. Perasaan dominan ke istri muda selalu Farhan rasakan jika dia bermalam di rumah Freya.

"Ayo, Mas. Airnya sudah siap, aku bantu gosok punggungnya ya." Shofia menarik tangan Farhan dan meminta Farhan untuk masuk ke dalam bak mandi yang sudah ia isi dengan air.

Perlahan dan penuh kelembutan Shofia menggosok tubuh Farhan. Farhan menyukai sentuhan dan pijatan Shofia hingga matanya terpejam. Farhan kembali merasakan kembali awal dia menikah dengan Shofia.

Farhan yang mengira Shofia tidak bisa memberikan keturunan dan juga atas permintaan Shofia sendiri, Farhan melakukan poligami. Disertai ijin dari ayah dan ibunya, Farhan memutuskan untuk melakukan poligami.

Pilihan Farhan jatuh pada Freya yang bekerja pada Shofia. Selain Freya adalah janda beranak satu yang ditinggal mati oleh suaminya, keluarga Freya ternyata juga salah satu teman dekat nenek Aini. Ustadzah yang membimbing Ita-ibunya.

"Memang benar kata ibu dulu, suami adalah bayi besar yang lebih sensitif dari bayi biasa. Aku baru sadar jika selama ini aku terlalu menganggap remeh kebutuhan batin bayi besar ku ini. Mas, Shofia berjanji mulai sekarang Shofia akan lebih memperhatikan dirimu. Kalian setuju 'kan jika umma memanjakan abah kalian?" gumam Shofia mengusap perutnya yang membuncit setelah memijat kepala suaminya.

"Hey, kalian menendang! Itu tandanya kalian setuju dengan umma. Baiklah kita berjuang bersama agar abah selalu ada di sisi kita," batin Shofia merasa bahagia anak-anaknya merespon apa yang dia ucapkan.

Kandungan Shofia menginjak usia lima bulan tapi perut Shofia sudah seperti wanita yang hamil tujuh bulan itu semua karena kembar.

"Mas, sudah selesai. Ayo aku bantu berbilas." Shofia mengguyur air di tubuh Farhan dengan pelan. Farhan merasakan begitu rileks dan ketenangan yang selama ini dia cari.

Shofia kembali menggosok tubuh Farhan dengan sabun dan memberikan sedikit pijatan lembut di punggung Farhan. Setelah selesai di punggung, Shofia melanjutkan ke lengan Farhan, dia mengusap dan juga memijat lengan Farhan hingga ke jemari Farhan.

Shofia mengerutkan alisnya saat melihat cincin yang dipakai Farhan terlihat berkilau dan asap hitam mengepul dari cincin nikah Farhan. Cincin pernikahan dirinya dengan Farhan dahulu.

"Mungkin semua hanya perasaanku saja. Terlalu capek membuatku melihat yang tidak -tidak," gumam Shofia sembari menghela napas. Dia melanjutkan meratakan sabun di semua area lengan Farhan dan tubuh yang lain.

Setelah selesai, Shofia membantu Farhan mengeringkan tubuh dan rambutnya lalu membantu memakaikan baju. Farhan pun tampak lebih segar dan ringan.

"Mas, ingin langsung tidur atau ingin minum susu dulu? Biar Shofia buatkan." Shofia menawarkan susu untuk Farhan.

"Mas ingin langsung tidur, tapi sebelum tidur, mas bolehkan?"

"Boleh apa?"

"Itu?

"Itu apa??

Bersambung ....

Bab. 2

"Shofia, mengapa malam ini kamu sangat berbeda, Sayang? Kamu terlihat lebih cantik, tidak seperti biasanya, Sayang!" ucap Farhan yang mendadak melihat Shofia berbeda dari biasanya.

Farhan menatap penuh hasrat pada sang istri. Farhan merasakan kembali manisnya malam syahdu untuk berbagi peluh. Shofia hampir saja melupakan tugas dan kewajibannya memenuhi kebutuhan batin sang suami lantaran untuk menjaga kehamilannya. Ya Shofia dinyatakan hamil saat merasa putus asa tidak bisa memberikan keturunan pada keluarga Farhan.

Perasaan sedih dan kecewa saat anak kembarnya yang pertama meninggal dunia membuat Shofia terlalu posesif dan menjaga kehamilannya saat ini secara berlebihan, hingga dia mengambil keputusan yang salah lantaran tidak sabar menunggu kapan Allah memberikan karunia-Nya.

Anak lelaki yang selamat dan bisa bertahan dari kejahatan Yulia -istri pertama Farhan yang dinikahi hanya sebagai syarat untuk bisa membantu Yulia dari gangguan jin ular. Kenyataan buruk harus Shofia telan, ternyata bayi kedua yang lahir selamat juga terpaksa menyusul kakaknya yang meninggal dalam kandungan. Putra Farhan dan Shofia hanya bertahan enam bulan saja dikarenakan mengalami gangguan kesehatan di ginjalnya. Ginjal bayi itu belum berfungsi dengan sempurna hingga bayi yang diberi nama Reyhan Alamsyah itu tidak bisa bertahan lama di dunia.

Kesedihan yang teramat sangat membuat Shofia tertekan hingga belum bisa kembali memberikan keturunan pada Farhan. Kesedihan akan kehilangan kedua anak kembarnya membuat Shofia menutup diri dan depresi dia sering menolak Farhan setiap kali diajak berhubungan badan.

Keadaan itu berlangsung lama, hingga karena kebodohan Shofia dan keinginan Farhan untuk bisa cepat memiliki anak, maka Shofia meminta Freya sang sekretaris menjadi madunya.

Awal Shofia meminta Farhan menikahi Freya, Farhan menolak karena Farhan hanya ingin memiliki satu istri. Namun, entah mengapa tiba-tiba Farhan mau menikah dengan Freya saat Shofia membawa Freya ke rumahnya.

"Mas, kenalkan ini Freya, sekretaris yang membantuku di kantor. Freya, kenalkan ini mas Farhan, suamiku. Oh ya, aku tinggal dulu sebentar ya. Mau ganti baju dulu, habis itu kita akan bersama ke cabang perusahaan kita," ucap Shofia meninggalkan Freya dan Farhan sendirian di kamar tamu.

Farhan tidak menggubris apa yang Freya lakukan, dia tengah asyik memainkan gawainya membalas chat penting dari pegawai dan kliennya.

Freya menatap Farhan sambil berkomat kamit membaca mantra yang diajarkan oleh seseorang. Setelah selesai, Freya pun memanggil Farhan. Hati Farhan yang merasa kesal pada istrinya mudah terpengaruh oleh mantra Freya.

"Maaf, Tuan. Apakah saya boleh bertanya?" ucap Freya memecahkan keheningan yang melanda.

Farhan menoleh ke arah Freya, tanpa sengaja netra Farhan menatap bibir Freya. Entah mengapa tiba-tiba Farhan tertarik untuk mengobrol dengan Freya. Apapun yang dikatakan Freya bagaikan air hujan yang membasahi tanah yang tandus. begitu sejuk dan mampu membuat Farhan larut dalam kenyamanan yang disuguhkan oleh Freya.

Mulai sejak itu, Farhan dan Freya mulai akrab. Shofia yang pada waktu itu sangat ingin menjodohkan Freya dan Farhan pun seolah -olah membuka pintu lebar -lebar masuknya Freya ke dalam rumah tangganya.

***

"Mas, hati-hati. Pelan-pelan saja, ingat ada kehidupan di perut Shofia," ucap Shofia mengingatkan Farhan untuk melakukannya secara pelan. Dia takut terjadi apa-apa dengan janinnya. Rasa protektif berlebihan masih bersarang di hati Shofia. Namun, pikiran negatif mulai ia hilangkan dengan terus berdzikir menyebut nama Sang Pencipta.

"Mas selalu hati-hati, Sayang," jawab Farhan dengan lembut. Farhan juga tidak ingin membuat sang istri merasa tidak nyaman. Rasa takut masih ada di hati Shofia, untuk itu Farhan melakukan semua dengan begitu pelan dan lembut

Mereka berdua pun saling menuntaskan hasr4t yang selama ini terpendam. Shofia berpasrah diri pada Sang Khaliq akan kandungannya. Segala sesuatu yang diserahkan pada pemilik-Nya maka akan lebih terjaga.

Farhan mulai melaju dan mengerang hebat saat menuju puncaknya, sensasi yang berbeda dia rasakan saat bercinta dengan shofia dan istri keduanya-Freya. Kehamilan Shofia membawa rasa yang berbeda dibandingkan sebelumnya, bahkan lebih berkesan dibanding saat Farhan bersama Freya.

"Terima kasih, Sayang." Farhan mengecup kening, bibir dan terakhir perut Shofia yang membuncit. Bayi kembar, Shofia dapatkan lagi setelah kelahirannya yang dulu.

"Terima kasih, anak Abah. Rasanya lama tidak menengok kalian. Maafkan Abah yang sering meninggalkan kalian, semoga kalian tidak membuat umma kalian repot ya," ucap Farhan sembari mengelus kemudian mengecup perut Shofia dengan lembut. Perasaan lega menyelimuti keduanya.

Setelah mereka berdua melakukan ritual beradu senjata dan tamengnya, mereka pun membersihkan diri kemudian tidur saling berpelukan.

"Alhamdulillah ya Allah, Kau kembalikan suami hamba yang hendak lepas dari jalan keadilan. Semoga Engkau selalu melindungi dan menjaganya dari dosa dan maksiat," ucap Shofia di dalam hatinya. Dengan penuh lemah lembut, Shofia mengusap kepala sang suami hingga Farhan tertidur dengan lelapnya.

Di sudut kamar lain, barang berserakan tidak karuan. Kaca meja rias pecah berhamburan kemana-mana. Suara teriakan dan umpatan juga terdengar dari kamar tersebut.

"Sial! Kenapa lagi-lagi aku gagal! Entah apa yang salah dengan ritual yang aku lakukan hingga belum juga menguasai mas Farhan sepenuhnya!" geram sosok wanita yang hari ini bermaksud menarik perhatian sang suami tapi malah gagal total.

Freya-- wanita itu begitu marah lantaran sang suami tidak mau menemaninya malam ini. Biasanya dengan suka hati, Farhan akan datang dan meninggalkan istri tuanya.

Wanita dewasa itu pun mengambil ponselnya lalu ditekannya nomor kontak orang yang selama ini membantunya untuk mendapatkan sang pujaan hati. Freya tidak akan membiarkan Farhan kembali mesra pada istri tuanya.

"Mbak! Mengapa rencanaku bisa gagal! Semua saranmu sudah aku lakukan. Semua ritual sudah aku jalani. Tapi apa? Nol besar! Semua telah gagal! Dasar tidak berguna!" umpat wanita itu. Dia menelepon sosok yang selama ini membujuk dan mengajarinya ilmu hitam.

"Tunggu, Freya! Kamu belum kalah. Sudah menjadi istrinya saja itu sudah luar biasa. Sangat sulit untuk bisa menaklukkan lelaki ini. Hanya karena dia sedang ada masalah dengan istrinya lah yang bisa membuatmu masuk ke dalam hidupnya. Bersabarlah, kau harus bisa bersikap lebih sabar lagi. Jangan gegabah dan ceroboh seperti aku dulu. Ingat! Kau harus bisa terus bertahan menjadi istrinya!" sahut wanita di balik telepon. Wanita itu tidak mau begitu saja disalahkan oleh Freya.

Freya-- istri kedua Farhan pun terdiam membisu. Apa yang dikatakan wanita yang ada di seberang sana memang benar adanya.

"Baiklah, Mbak Yulia. Aku kali ini akan lebih bersabar, tapi ingat aku pegang kata-kata mu itu. Aku ingin menjadi istri satu-satunya mas Farhan."

"Tenanglah, kau harus bisa mengontrol emosimu. Semua akan menjadi berantakan jika kau tidak bisa mengontrol diri. Ikutilah alur yang sudah aku rencanakan dulu. Sampai saat ini kita sudah berada di titik aman. Jangan sampai gara-gara keserakahan dan kebodohan mu semua menjadi percuma!" gertak Yulia yang kesal karena malam-malam menerima telepon pengaduan dari Freya.

"Baiklah, Mbak. Aku akan mengikuti saranmu!" ucap Freya pasrah.

"Ingat jangan sampai kau lupa, tiap malam bulan purnama kau harus melakukan ritual bersamaku! Biarkan saja Farhan menginap di rumah istri tuanya walaupun itu malam itu adalah malam jatahmu bersamanya!"

"Oke, Mbak. Aku akan selalu ingat semua nasehatmu. Aku akan transfer sesuai yang kau pinta!"

"Bagus! Penyembuhan ku tinggal sedikit lagi. Jika waktu itu tiba maka akan membantu mu merebut Farhan dari tangan Shofia. Itu janjiku padamu! Maka bersabarlah sampai waktu itu tiba," ucap wanita yang dipanggil Yulia oleh Freya.

"Aku mengerti. Baiklah, aku tutup dulu, Mbak. Semoga semua rencana kita bisa berjalan dengan mulus," ucap Freya lebih tenang dari sebelumnya.

Freya terlalu percaya pada Yulia. Entah kenapa Freya begitu mudah untuk dibujuk oleh Yulia. Semua yang dikatakan oleh Yulia akan dipatuhi oleh Freya tanpa ada bantahan apapun. Termasuk harus mandi kembang tengah malam dan mencari tumbal agar apa yang dilakukannya bisa berjalan dengan mulus.

***

Shofia terbangun sebelum sang suami bangun untuk mengerjakan sholat subuh. Shofia memungut pakaian Farhan yang tergeletak begitu saja di lantai. Shofia tersenyum melihat suaminya, pergulatan kemarin malam masih membekas di ingatan. Shofia mengelus perutnya, dia lega karena sang jabang bayi yang ada di dalam perutnya tidak menunjukkan reaksi yang berlebihan.

"Sepertinya kalian juga ingin selalu dijenguk abah kalian, baiklah umma akan lebih giat lagi agar abah kalian selalu berada bersama kita," gumam Shofia lirih, mengajak bicara sang anak.

Shofia kembali melanjutkan pekerjaannya, dia memilah semua baju kotor, kemudian memasukkannya ke dalam keranjang khusus baju kotor untuk dicuci.

Saat Shofia mengambil celana Farhan yang ada di gantungan, Shofia terkejut melihat cincin pernikahannya di saku celana Farhan yang dibungkus dengan kain putih.

"Ini kan cincin pernikahan aku dan mas Farhan. Mengapa tidak mas Farhan pakai? Apa mas Farhan lupa memakainya lagi? Ah, lebih baik aku lihat dulu, sepertinya dia masih pakai," ucap Shofia dalam hatinya sembari menimang cincin pernikahan khusus buat Farhan yang dibuat dari litium.

Shofia berjalan menuju ke tempat tidur, dimana Farhan masih terlelap. Di lihatnya jari tangan kedua tangan Farhan. Di sana masih ada dua cincin pernikahan, yang satu cincin pernikahan dirinya dengan Farhan, dan yang satu cincin pernikahan Ameer dengan Freya.

Shofia memegang tangan kanan Farhan yang mengenakan cincin pernikahan dengan dirinya. Shofia terkejut karena cincin itu masih ada di sana. Shofia meletakkan kembali tangan Farhan. Dia bingung mengapa ada dua cincin yang sama dengan cincin pernikahan dirinya dengan Farhan.

"Aneh, mengapa ada cincin yang sama?" Shofia terheran dengan penemuannya itu.

Shofia kembali memeriksa cincin yang dia genggam. Shofia teringat kalau ada nama dirinya di cincin itu. Sengaja dulu Shofia memberi nama dirinya di cincin yang dipakai oleh Farhan, dan ada nama Farhan di cincin yang dipakai.

Shofia membaca namanya terukir indah di cincin yang ia pegang. Rasa penasaran pun semakin menguat di hati Shofia untuk tahu cincin siapa yang dipakai Farhan. Shofia perlahan memegang tangan kanan Farhan untuk mengambil cincin yang melingkar di jari manis tangan tersebut.

Apakah Shofia berhasil mengambil cincin di jari Farhan?

Bersambung ....

Bab.3

Shofia mengamati sang suami dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dia mengamati pergerakan sang suami, meyakinkan diri untuk bisa mengambil celah, saat yang tepat untuk mengambil cincin tersebut.

Siapapun manusia baik berilmu atau tidak, jika sedang goyah rasa imannya maka akan mudah dirasuki sosok jin. Untuk itu, para ulama selalu mengajarkan sebagai benteng pertahanan diri maka jangan pernah menuruti hawa nafsu.

Shofia melihat cincin yang dipakai Farhan berkilau, mengeluarkan cahaya yang menyilaukan mata walau hanya sekejap saja.

"Mengapa cincin mas Farhan berkilau? Tidak biasanya cincin ini terlihat berkilau! Dan apa ituu ..?!" gumam Shofia melihat bayangan hitam yang berkelebat terbang keluar melewati jendela.

Shofia kembali menatap ke arah cincin Farhan. Karena penasaran, tangan Farhan perlahan diangkat oleh Shofia. Begitu pelannya hingga Farhan tidak merasakan gesekan atau gerakan yang berarti.

Shofi berhasil melepas cincin yang ada di tangan Farhan diamatinya cincin tersebut memutar. Tiba-tiba hawa panas menyerang diri Shofia. Tanpa di sengaja Shofia melempar cincin itu.

"Astagfirullahal adzim ...!" pekik Shofia sembari membungkam mulutnya, takut jika Farhan terbangun.Shofia mengibaskan tangannya untuk meredam rasa panas yang menyerangnya tadi.

Cincin yang terlepas dari tangan Shofia pun tiba-tiba lenyap entah kemana. Hawa panas pun kembali menyerang. Kali ini, tengkuk Shofia seperti sedang ditiup oleh seseorang dari belakang.

"Shofiiaaa ...!" suara lembut memanggil nama Shofia. Namun Shofia tidak mempedulikannya, dia mengira hanya salah dengar.

"Shofiaaaa ...." Suara itu kembali terdengar.

Shofia merasakan merinding bulu kuduknya. Rumah yang dulu senantiasa terlindungi karena ada pagar ghaibnya kini tidak lagi mampu menahan serangan ghaib itu. Semua dikarenakan ada hati yang setiap saat merasa didzalimi. Ya, semenjak Farhan menikah lagi, banyak kedzaliman yang Shofia rasakan.

Rumah tangga yang timpang sebelah, akan mudah dimasuki syetan yang siap menggoda manusia. Sama halnya rumah tangga Farhan dan Shofia, dulu yang begitu harmonis sekarang hanya terlihat dari luarnya saja. Tidak jarang Shofia merasa tidak mendapatkan keadilan jika Freya merajuk dan meminta Farhan lebih berat ke Freya dari pada ke Shofia.

"Siapa itu?" gumam Shofia dengan lirih karena takut membangunkan suaminya. Shofia memendarkan matanya menyapu bersih setiap pojok kamar. Akan tetapi tidak ada apapun.

Shofia mengambil cincin asli dan memakaikan ke jari Farhan Cincin yang terbuat dari perak itu melingkar indah kembali di jari manis Farhan tanpa Farhan ketahui. Sembari sesekali Shofia melirik ke arah wajah suaminya, takut mata itu terbuka dan akan marah jika cincinnya di ambil.

"Baiklah! Semua sudah kembali seperti semula. Cincin palsu ini akan aku bawa ke ayah Azlan saja. Jika cincin ini hanya cincin biasa, berarti memang semua yang dilakukan Freya memang hanya lumrahnya istri yang mencari perhatian suami. Tapi jika cincin ini bermasalah, maka tunggu saja aku akan merebut kembali mas Farhan dan menjauhkannya dari Freya!!" Shofia bermonolog dengan hatinya.

Azlan adalah mertua Shofia yang memiliki ilmu tinggi dalam masalah ilmu ghaib dan rukyah.

Shofia beranjak dari tempat duduknya, namun ketika akan melangkah menuju lemari yang biasa dia pakai untuk menyimpan pakaian dan barang berharga. Kaki Shofia terasa berat untuk digerakkan. Seperti ada tangan dengan berat ribuan mencekal dan mencengkeram kaki Shofia.

"Argh! Astagfirullah ... Allahu Akbar! Kenapa berat sekali!" Shofia masih terus berusaha menggerakkan kakinya yang dirasa sangat berat itu.

Shofia terus berdzikir dan membaca ayat-ayat pengusir syaitan ataupun jin. Tidak berapa lama kemudian kaki Shofia sudah bisa digerakkan.

"Alhamdulillah ... Terima kasih atas perlindunganmu, Ya Allah," Shofia mengusap dadanya lega, dia pun segera melanjutkan langkahnya menuju ke almari pakaian. Shofia bersegera membungkus cincin itu lalu menyimpannya ke dalam kotak perhiasan miliknya.

"Nanti siang, aku akan ke rumah ayah dan bunda. Semoga cincin ini hanya cincin biasa saja," gumam Shofia sembari menyimpan kotak perhiasannya di brankas. Dia berniat membawa cincin itu ke rumah Azlan sang mertua.

Setelah Shofia menyimpan cincin itu, hawa di sekitar Shofia yang semula panas kini mulai sejuk. Shofia melanjutkan membawa pakaian kotor ke tempat laundry. Shofia kembali ke kamarnya untuk membangunkan sang suami karena adzan subuh sudah terdengar.

"Mas ... Bangun, adzan subuh sudah berkumandang. Alangkah baiknya bersegera bangun dan membersihkan diri lalu ke masjid. Aku lihat mas akhir-akhir ini lebih banyak mengerjakan sholat di rumah dibanding ke masjid," ucap Shofia lembut membangunkan Farhan.

Farhan mengerjapkan matanya, mendadak ada hawa sejuk yang menyelimuti hati. Farhan melihat sang istri lebih cantik dari sebelumnya.

"Shofia? Mengapa kau begitu cantik?" Farhan menangkup wajah sang istri kemudian mengecup keningnya.

Shofia menatap aneh sang suami, tidak biasanya Farhan memuji diri Shofia. Sudah lama, semenjak Farhan menikah lagi, Shofia jarang dipuji seperti itu.

"Mas, kamu tidak kenapa-kenapa 'kan?" tanya Shofia pada Farhan yang tetiba memuji dirinya. Pujian dari sang suami adalah multivitamin terbaik bagi seorang istri.

"Memang kenapa? Bukankah tiap bangun tidur aku selalu memujimu, wahai bidadari ku?" ujar Farhan dengan alis yang menyatu di dahi dan senyum yang menghiasi bibirnya.

Shofia semakin yakin suaminya sedang dalam pengaruh kekuatan ghaib. Jiwa Farhan tidaklah berada di tempatnya saat cincin itu tersemat di dalam jarinya. Shofia menatap sendu sang suami.

"Alhamdulillah, Ya Allah. Kau kembalikan suamiku seperti dulu. Sungguh ini adalah Rahmat, pertolongan dan karunia-Mu. Ya Allah, hamba bersyukur Kau mengabulkan doaku," gumam Shofia sembari menangkup wajah sang suami dengan kedua tangannya.

"Hera ada apa? Mengapa kau menangis?" tanya Farhan pada Shofia yang air matanya mulai mengembun.

"Ah, tidak apa-apa, Mas. Ini hanya bawaan bayi saja. Biasa ibu hamil akan lebih sensitif jika hatinya merasa bahagia atau bersedih," ucap Shofa tidak ingin membuat suaminya merasa bingung.

"Mas ... tidak kau tahu bahwa hati ini selalu merindukan pujian, belaian mu seperti dulu. Semenjak kau menikah lagi, hampir semua itu terlewat begitu saja. Tapi apapun itu semua adalah kesalahanku sendiri, karena keegoisanku dan kebodohanku lah yang membuat mu pergi dari genggaman tanganku. Maafkan Shofia, Mas. Shofia berjanji akan bangkit dan merebut mu kembali ke dalam indahnya Surga Allah," gumam Shofia dalam hatinya.

Sungguh hal yang terberat bagi seorang istri yaitu karena kesalahannya sendiri, dia membuka pintu bagi masuknya orang ketiga. Andai waktu bisa diputar kembali saat ini pastilah tidak akan percaya pada kebaikan sosok yang sudah dianggapnya saudara itu.

"Shofia, kenapa? Kamu bilang tidak ada apa-apa, tapi mengapa pipi putih ini basah karena air mata juga?" Farhan mengusap air mata Shofia yang membasahi pipi putihnya.

Tangis Shofia semakin menjadi. Bukan tangis kesedihan tapi karena tangis bahagia. Dia berharap Farhan akan kembali seperti dulu.

"Mas, apakah semua tangis itu adalah tangis karena ada kesedihan? Tangis ku ini karena rasa syukurku pada Allah yang telah begitu banyak memberikan nikmat-Nya melalui perantara dirimu, Mas," ucap Shofia dengan Isak yang masih tersisa.

Farhan tersenyum, dia merasa lega setelah mendengar sendiri kalau istrinya itu sedang baik-baik saja.

"Mas, sudah Hera siapkan semua jika mas ingin mandi junub. Mulai sekarang Shofia akan menjadi Shofia mas seperti dulu," ucap Shofia sambil tersenyum.

Dahi Farhan kembali berkerut, mencerna apa yang diucapkan oleh sang istri. Kemudian dengan lembut, Farhan menanggapi sang istri.

"Terima kasih, Sayang. Tapi katakan mengapa kau bilang kau akan menjadi Shofia mas seperti dulu. Memang apa kau tidak seperti itu sebelumnya?" tanya Farhan terheran. Dia merasa tidak ada yang berubah dengan diri Shofia.

Deg ... Deg ...

Shofia terkesiap mendengar pertanyaan Farhan. Dia tidak menyangka sang suami akan bertanya seperti itu. Shofia semakin yakin selama beberapa bulan ini ada yang tidak beres pada diri Farhan. Sekalipun Farhan adalah ustadz, tidak jarang para ustadz pun bisa terjerembab dalam bujuk rayu syaitan sama seperti kisah lelaki ahli ibadah yang meninggal dalam keadaan bermaksiat.

"Mas ...."

Apa jawaban Shofia?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!