Seorang direktur tampan berusia 28 tahun baru saja turun dari helicopter disebuah desa yang bernama suka merindu. Dia adalah Mario Syeh Scherzinger anak pertama dari keluarga Scherzinger.
“Apa masih jauh ?” tanya Mario setelah ia turun dari helicopter kini ia sudah masuk lagi ke dalam mobil yang akan mengantarkannya ke balai desa suka merindu.
“Sepuluh menit lagi kita sampai, Tuan !” jawab asisstennya, Harry.
Setelah mereka sampai di balai desa suka merindu dengan gagahnya Mario turun dari mobil.
“Selamat datang Tuan Mario Syeh Sch..erz..ing..er” kepala desa sukamerindu tersebut mengeja nama belakang Mario yang seperti membuat lidahnya keseleo.
“Mario Syeh Scherzinger” terang Harry kemudian.
“Ah, maksud saya begitu, Tuan.” Jawab Pak Kepala Desa tersebut sambil tersenyum penuh arti.
“Boleh kami melihat lokasi banjirnya, Pak ?” tanya Herry karena ia butuh melihat langsung lokasi banjir tersebut untuk dokumentasi bukti fisik nantinya ke presiden direktur.
“Untuk apa kita kesana ?” ucap Mario pelan, karena ia pikir dirinya hanya akan mengantarkan bantuan saja ke desa suka merindu tanpa perlu melihat lokasi kebanjirannya, sebab jika ia akan ke lokasi tersebut sepatu mahalnya akan kotor karena tanah yang masih lembek.
“Untuk bukti fisik, Tuan !” bisik Harry
Benar saja saat mereka berjalan ke lokasi bekas kebanjiran tersebut sepatu Mario menginjak tanah yang lembek.
“Maaf Tuan memang agak lembek-lembek gimana gitu, Tuan.” Ucap Harry mencoba tersenyum pada Bosnya.
“Astaga, sepatu ku !” rintih Mario dalam hati.
“Apa masih jauh ?” tanya Mario dimana ada Harry dan kepala desa beserta antek-anteknya.
“Sebentar lagi kita sampai, Tuan.” Jawab Pak kepala desa.
Dalam hati Mario ia lebih baik pulang saja ketimbang harus ke lokasi bekas kebanjiran tersebut.
“Nah itu dia lokasinya Tuan !” tunjuk Pak kepala desa pada pemukiman warga yang banyak hanyut diterpa banjir tiga hari lalu.
“Ayo kita kesana Tuan.” Ajak Harry kemudian penuh antusias.
“Aku disini saja, kau saja yang kesana !” tolak Mario karena ia lebih baik berdiri ditempatnya ketimbang harus berjalan lagi ke lokasi tersebut sebab ia tak ingin sepatunya semakin terkena becek.
Dengan berat hati Harry masih melajutkan perjalanannya bersama Pak kepala desa dan antek-anteknya sedangnya Mario tetap diam ditempatnya bersama dua pengawalnya.
Kalau bukan karena perintah Papanya sang Presiden direktur perusahaan ia mana mungkin mau turun langsung ke lokasi banjir hanya untuk mengirimkan bantuan pada desa suka merindu.
“Kita kembali saja ke mobil !” Mario berdecak kesal karena sedari tadi Harry tak kunjung kembali.
“Baik Tuan !” dua pengawal tersebut kemudian mengikuti Bos mereka dari belakang.
Mario menyusuri jalanan setapak yang tadi ia lewati, entah sejauh mana ia berjalan dengan dua pengawalnya tiba-tiba Mario baru menyadari jika dirinya sudah berjalan dijalur yang salah.
“Tuan, sepertinya kita tersesat !” ucap salah satu pengawal berkepala botak melihat sekelilingnya bukan jalanan yang ia lewati bersama Pak kepala desa barusan.
“Oh My God !” Mario mengusap kasar wajahnya ia kemudian berjalan balik arah.
Semakin mereka menyusuri jalanan yang lain ternyata mereka semakin jauh tersesat bahkan mereka kini tengah berada di pinggir hutan.
“Astaga kita dimana ?” tanya Mario frustasi ia membalikkan tubuhnya dan terkejut saat dua pengawalnya kini sudah tidak ada di belakangnya.
“Hah…!”
... …………...
Dimana Tuan Mario ?” tanya Harry pada dua pengawal yang barusan bersama Tuannya.
“Tadi dia bersama kami, Tuan.”
“Tapi dia tiba-tiba menghilang !” jawab keduanya dan membuat mata Harry melotot.
“Hilang ?!” pekik Harry ia begitu panik saat mendapat kabar jika Bosnya menghilang, kalau sampai Tuan Presdir tahu anaknya menghilang ia tak tahu masih bisa hidup atau tidak.
“Kalian jangan ngadi-ngadi, sejak tadi Tuan Mario bersama kalian lalu mengapa dia bisa hilang ? kalau Tuan Mario menghilang lalu mengapa kalian tidak ikut hilang juga ?” Harry masih tak percaya dengan penuturan dua anak buah Bosnya tersebut. Ia bahkan kini mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Mario.
Berulang kali ia menghubungi nomor ponsel Tuannya namun tak ia dapati panggilannya akan diterima.
“Tuan disini tidak ada sinyal !” ucap Pak Kades pada Harry dan Harry baru menyadari itu sebab di desa Suka Merindu belum ada listrik.
Harry menepuk keningnya saking khawatir dan cemas dengan keberadaan Tuannya ia sampai melupakan jika di desa Suka Merindu tidak ada sinyal.
“Memangnya kalian tadi lewat jalan mana ?” tanya Harry cepat pada dua pengawal tersebut.
“Kami hanya mengikuti Tuan jalan ke kiri kami ke kiri Tuan jalan ke kanan kami ke kanan sampai kami tiba di pertigaan Tuan jalan lurus ke depan pada saat itu Saya kebelet pipis jadi Saya kehilangan jejak Tuan.” Jawab salah satu pengawal itu pada Harry.
“Lalu kau sendiri bagaimana, kenapa bisa tidak bersama Tuan Mario ?” tunjuk Harry pada salah satu pengawal lagi.
“Anu Tuan…Anu…” ucap pengawal itu bingung untuk menjelaskannya.
“Anu anu !” bentak Harry karena merasa kesal dengan dua orang pengawal tersebut.
“Cepat, kalian semua berpencar mencari keberadaan Tuan Mario !” Harry memberikan perintah pada semua pengawal untuk mencari keberadaan Mario.
“Lalu bagaimana ini Pak Kades ?” tanya Harry panik. Setelah para pengawal pergi mencari keberadaan Bosnya, ia benar-benar bingung karena jika saja Mario tak kunjung ditemukan ia pasti akan menjadi santapan singa lapar Tuan Presdir.
“Mungkin Tuan Mario hanya tersesat disekitar kampung ini, Pak.” Jawab Pak Kades ia pun sudah menyuruh beberapa warga untuk ikut membantu mencari keberadaan Mario.
“Ini tentang hidup dan mati Saya jika saja Tuan Mario tidak kembali bersama Saya ke Jakarta.” Lirih Harry merasa frustasi.
“Tenang Pak, soal orang hilang percayakan saja dengan orang nomor satu di desa ini !” jawab sekretaris desa memberikan solusi pada Harry agar Bosnya segera ditemukan.
“Siapa ?” tanya Harry cepat.
“Mbah Mijan !” jawab Pak Sekdes dengan antusias.
Dan disinilah Harry saat ini berada ia bersama Mbah Mijan yang konon katanya bisa menyembuhkan segala macam penyakit dan menemukan orang hilang termasuk menemukan jodoh.
“Mengatasi segala masalah tanpa masalah !” Hary membaca slogan yang tertempel di dinding rumah Mbah Mijan.
“Sudah seperti pegadaian saja !” batin Harry ia seperti merasa ada yang tidak beres dengan pria yang tengah berada di hadapannya kini yaitu Mbah Mijan.
“Jadi siapa yang ingin berobat ?” tanya Mbah Mijan kemudian menatap empat orang yang datang ke rumahnya.
“Bukan berobat Mbah, tapi Bapak ini ingin mencari tahu dimana keberadaan Bosnya yang baru saja hilang tiga jam lalu.” Jawab Sekdes tersebut.
“Oh, mencari orang hilang, rupanya.” Jawab Mbah Mijan dengan santainya, ia pun menaburkan bunga mawar merah ke dalam kendi dan mengaduk-aduknya dengan mulutnya yang tak henti berkomat-kamit.
Sedangkan Harry yang tidak percaya dengan hal mistis ia menganggap apa yang dilakukan oleh Mbah Mijan hal yang aneh dan di luar nalar.
“Ini dukun beneran atau bukan ?”
“Dijamin asli Pak sudah bersetifikat Halal dan Bpom !” sahut Sekdes dengan bangganya.
... …….....
Sedangkan Mario ia kini semakin kesal karena tak kunjung bisa kembali ke jalan pulang.
“Ini semua gara-gara Daddy, andai saja dia tidak memaksa Ku pergi ke Desa ini aku tidak akan tersesat seperti ini !” Mario semakin frustasi saat ia tak bisa menemukan jalan pulang saat ini.
Mario mendudukkan dirinya di sebuah batu besar dimana ia kini tengah berada di pinggir sungai, ia begitu lelah karena sudah beberapa jam berjalan mencari jalan namun tak kunjung ia temui yang ada malah dia semakin tersesat.
“Ari terjun.” Gumam Mario saat melihat Air terjun yang begitu indah berada di matanya.
Mario yang begitu menyukai Alam ia seolah terhipnotis dengan Air terjun suka merindu tersebut, ia pun melangkahkan kakinya ke sana.
Baru beberapa langkah ia berjalan tanpa sengaja ia menginjak sesuatu yang membuat Mario membulatkan kedua matanya.
“Hah…!” Mario menginjak Bra dan pakaian wanita.
“Ada pakaian seseorang, berarti ada orang disini ! Siapa tahu bisa membantuku pergi ke Balai Desa.” Ucap Mario dengan antusias.
Dan siapa sangka apa yang dipikirkan oleh Mario benar adanya. Ada seorang wanita yang tengah mandi di bawah air terjun tersebut.
“Nona !” pekik Mario memanggil wanita yang tengah berendam.
Wanita yang dipanggil tersebut sontak merasa kaget karena tak biasanya ada orang lain selain dirinya datang ke air terjun.
Wanita itu langsung menutup dadanya dengan kedua tangannya karena ia sendiri saat ini tengah dalam keadaan tanpa busana.
“Jangan mendekat !” titah Wanita itu dia adalah Mentari anak pemilik kebun karet di desa sebelah.
“Baiklah, tapi bisakah aku meminta tolong !” pekik Mario agar wanita itu mendengarnya karena suaranya seperti tertelan dengan deburan air terjun.
“Apa ?!” pekik Mentari kemudian, ia sudah was-was dengan kehadiran pria tersebut takut jika dirinya nanti malah diperkosa olehnya dan Mentari bergitu merinding membayangkan nasibnya hari ini.
“Aku tersesat, bisakah kau membawa ku ke balai desa suka merindu ?” pekik Mario ia benar-benar berharap wanita itu mau membantunya, karena hanya wanita itu harapannya.
“Kau bisa ke sini lalu mengapa tidak bisa pulang sendiri ?” jawab Mentari ia pikir pria itu hanyalah beralasan.
“Aku orang pendatang, Nona.” Mario benar-benar frustasi dan ingin cepat pulang.
Mentari kemudian meneliti pakaian yang Mario kenakan terlihat memang pria tersebut bukanlah dari desa.
“Bagaimana jika aku menolak ?” ucap Mentari kemudian.
“Akan ku buang pakaian mu !” Mario mengangkat pakaian wanita itu lengkap dengan pakaian dalamnya.
“Astaga baju ku !” pekik Mentari saat Mario dengan santainya mengangkat pakaiannya bahkan Branya yang berjuntaian tanpa tahu malunya.
“Bagaimana, Nona ? Apa kau mau mengantarkan Aku ?” tawar Mario dengan seringai diwajahnya, kali ini ia yakin akan kembali ke balai desa dengan selamat berkat bantuan wanita tersebut meskipun harus dengan cara memaksa dan mengancam.
“Baiklah, baiklah. Tapi kau menghadap ke belakang dan jangan berbalik karena aku harus memakai pakaian ku !” sunggut Mentari kali ini ia tak punya pilihan lain.
“Deal !” Mario tersenyum senang ia pun menaruh pakaian Mentari di atas batu dan ia berbalik tak melihat Mentari sama sekali.
Saat Mario berbalik dalam hatinya bukan hanya senang akan kembali pulang tapi juga seperti mendapatkan durian runtuh saat ia sudah melihat tubuh polos wanita yang tengah berenang tersebut.
“Aku sudah seperti jaka tarub, bukan ?”
... ………...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!