NovelToon NovelToon

Ketegaran Hati Raisya

chapter 1

ini adalah pertama kalinya saya menulis novel, jadi harap maklum jika tidak sesuai dengan ekspektasi. Novel ini jauh dari karakter CEO ataupun seorang milyarder krna kisah ini seperti kisah dalam kehidupan nyata sehari-hari. Maaf jika nantinya ada typo karna author suka oleng, trima kasih. selamat membaca reader.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Raisya Azkiya itu nama lengkapku. Aku terlahir dari keluarga yang terpandang di desaku. Aku bukanlah wanita yang cantik, tapi di usiaku yg 16 tahun ini aku harus menerima kenyataan bahwa aku telah dijodohkan dengan seorang laki-laki pilihan nenekku. Aku yang kala itu masih duduk di bangku Sekolah kelas 2 SMA di sebuah pesantren ternama di kota M.

Firman Ramadhan (24 tahun) seorang laki-laki yg bersahaja dalam pandanganku. Kala itu dia merantau di kota B menjadi seorang arsitektur di sana. Alasan aku menerima perjodohan ini karena memang aku tidak pernah tahu yang namanya pacaran. Dan tentu karna aku sangat kenal dg keluarga kak Firman, meski aku tidak pernah bertegur sapa dengannya tapi aku tahu bahwa dia dari keluarga yang baik dan sederhana. Dan dia adalah cucu dari pemuka agama di desakku.

Dua tahun telah berlalu, aku pun sudah lulus sekolah dan keluar dari pesantren. Aku memutuskan untuk kuliah di kota yang tidak jauh dari rumahku. Hubunganku dengan kak Firman berjalan seperti air yang mengalir. Meski kami sudah bertunangan selama 2 tahun tapi kami sangat jarang berkomunikasi, ketemu pun hanya setahun sekali.

Saat ini aku sudah duduk di di smester 3 fakultas pendidikan.Itu artinya sudah hampir 4 tahun kami bertunangan Aku memang bercita-cita menjadi guru sejak duduk di bangku SMP.

Di kampus aku membatasi diri untuk tidak bergaul dengan teman lelaki karna statusku yang sudah punya tunangan. Di kampus aku memang agak berbeda dengan yang lain karena penampilanku yang msih dengan gamis atau rok dan atasan tunik yang jauh dari kata modis untuk ukuran anak kuliahan kala itu.

Saat itu tepatnya hari senin sabtu aku sedang libur kuliah dan bersantai di rumah. Tiba-tiba hp ku berdering, nomer tanpa nama yang kulihat. Aku pun mencoba untuk mengangkatnya.

" Assalamu'alaikum," ucap seorang wanita di seberang sana.

"Wa'alaikum salam, maaf mbak ini siapa?" tanyaku yg tidak mengenali suaranya.

"Aku Ani, Pacarnya Fir." Wanita itu menjawab dengan penuh penekanan. sejenak aku mencerna perkataannya.

"Maksud mbk?," aku menyakinkan kembali pendengaranku.

"Iya aku pacarnya Firman, bukankah kamu Raisya tunangannya Firman?"wanita itu bicara dengan percaya diri.

Ada sedikit ngilu di hatiku meskipun sebenarnya belum ada rasa cinta di hatiku. Tapi aku memang bertekat untuk menerima semuanya. Karna aku yakin apapun yang terjadi dalam hidupku adalah kehendak Allah.

"Hallo, maaf kamu masih di situ kan?" suara wanita itu mengagetkan lamunanku.

"Eh, iya saya masih bisa mendengar anda." Aku mendengar dia menghela nafas kalu kembali berbicara.

"Kamu masih mau melanjutkan hubunganmu dengan fir? sedangkan dia sangat mencintai aku, apa kamu mau makan hati?"

wanita itu memberikan pertanyaan beruntun kepadaku. Aku sedikit menahan emosiku karna aku tidak mau langsung percaya dengan wanita ini.

"Maaf mbak lanjut atau tidak itu masalah waktu. Kalau dia memang tidak mau seharusnya dia gantel sebagai laki-laki. oh iya sudah berapa lama kalian pacaran?" aku bertanya seolah hatiku tenang.

"sudah 6 tahun, sebelum kalian bertunangan, dia mau bertunangan denganmu karna tidak ingin menyakiti hati ibunya, dan kamu seharusnya tahu diri dan mundur dari pertunangan ini." Kata-katanya yang sedikit mencubit hatiku, tapi aku coba menjawab dengan tenang kembali.

"Baik mbk aku akan coba membicarakannya dengan kak Firman, terima kasih karna mbak sudah mau menghubungi dan memberi tahu saya."

"Ok, kuharap kamu mau memutuskannya, karna percuma saja bertahan jika nantinya akan hancur juga, assalamu'alaikum."

dia menutup telpon sebelum aku menjawab salamnya.

See you again kakak, terima kasih sudah mampir. Maaf tulisanku masih berantakan.

chapter 2

Setelah menerima telpon dari wanita yang bernama Ani yang mengaku sebagai pacar Kak Firman hatiku jadi terusik. Bagaimana tidak, keluarga kami sudah punya rencana untuk menikahkan kami tahun depan tepatnya 6 bulan lagi.

"Mbak, jalan yuk!"suara Sofi adikku dari depan kamar memanggilku. Dan dia pun masuk ke kamarku.

"Ngapain mbak?" tanyanya.

"Eh enggak ini cuma lagi kirim pesan dengan Putri, mau jalan kemana dik?"

aku mencoba menetralkan perasaanku saat ini, aku tidak mau adikku tahu.

"Ke market yuk beli camilan," ajak sofi.

"Ya udah ayuk mbak pakai jilbab dulu." Kami pun keluar ke market untuk membeli yang kami butuhkan. Sejenak aku melupakan masalah yang ada di benakku.

Setelah dari market aku langsing masuk ke kamar, aku pandangi hp-ku. Dalam hati aku berkata mungkin sebaiknya aku kirim pesan pada kak Fir. Selama hampir 4 tahun bertunangan kami jarang sekali bertukar kabar. Aku sangat memahami krna dulu aku memang ada di pesantren tidak boleh membawa HP. Dan setelah keluar pun kami jarang berkomunikasi karn saya tidak mau mengganggu privasinya.

Dulu dia pernah mengatakan padaku "aku tidak menentang perjodohan ini, kita jalani saja seperti air yang mengalir, karena kita tidak pernah tahu Allah mentakdirkan kita untuk siapa." Dari kalimat itu aku mengartikan bahwa mungkin sebenarnya dia tidak terima dengan perjodohan ini, tapi aku tidak berpikir kalau dia sudah punya tambatan hati.Karna kala itu usiaku yang masih dibilang sangat muda. Tapi setelah tadi aku mendapat telfon dari yang mengaku Ani, aku harus menghubungi kak Firman. Aku harus berani bertanya.

"Bismillahirromahmaanirrahim..." ucapku dalam hati. aku pun mencari nomor hp Kak Firman yang aku save 2 tahun lalu, ternyata aktif tapi tidak diangkat. Aku pikir mungkin dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengirim pesan.

💌Raisya

Assalamu'alaikum kak Firman, ini aku Raisya, kita perlu untuk bicara berdua mengenai hubungan kita, tolong hubungi aku kembali kak, terima kasih.

Aku sangat berharap dia mau membalas atau menelponku balik.

Satu minggu berlalu, tapi tidak ada tanda-tanda ada telpon ataupun balasan dari kak Firman. Hal ini sangat mengganggu hari-hariku. Aku harus konsentrasi dengan ujian smester dan ditambah lagi dengan masalah ini.

" Rai, udah selesai?" Putri berbisik di belakangku.

"Udah Put, kumpulkan yuk."aku dan Putri maju ke depan untuk mengumpulkan hasil ujian kami.

"Laper Put, ke kantin yuk!" aku tarik lengan Putri untuk mengikutiku jalan ke kantin.

Di kantin kami makan soto ayam.

"Rai, Raisya!" Putri melambaikan tangannya di depan wajahku

"Apa sich Put? aku tahu kamu manggil aku kayak jauh aja dech manggilnya pake nada tinggi." jawabku karna kaget.

"Ya, kamu sih ngelamun kayaknya. Awas kesambet setan!"

"Iya setannya kamu Put," balasku.

"hahahaha." kami pun tertawa bersma.

Memiliki teman seperti Putri adalah sebuah anugrah bagiku, sosoknya yg periang, hamble, dan oarasnya yang cantik. Kampus kami kampus umum, jadi di dalamnya campuran. Ada yg pakai jilbab ada juga yang tidak memakai jilbab. Seperti temanku Putri, dia tidak berjilbab tapi hatinya baik.

"Rai, kamu jadi nikah tahun depan?" pertanyaan Putri membuatku tersedak es jeruk yang aku sedot.

"Pelan dong Raisya, aku gak akan rebut es jeruk mu." goda Putri.

"Ya mungkin, karna orang tua Kak Firman akan datang nantik malam ke rumah. Mau membicarakan masalah itu katanya."jawabku sambil kembali mengaduk es jeruk.

"Jamu cinta gak sih sama tunanganmu?" tanya Putri penasaran.

"Cinta gk ya?" aku pura-pura berpikir.

"Ah sudahlah kalau gak mau dibahas, malas dengarnya aku. Habis kalian aneh tunangan tapi gak pernah komunikasi. Kayak jalan sendiri-sendiri begitu.Kalau aku digituin pasti curiga sama si Fir Fir itu." Putri berkata sambil menggerakkan tangannya.

Benar sekali apa yang dikatakan Putri. Andai aku punya keberanian untuk berbicara. Tapi aku tidak mau mempermalukan keluargaku. Kalaupun hubungan ini bisa berakhir, kuharap bukan karna adanya kesalahan dari pihak ku.

See You again kakak, terima kasih masih mau membaca karyaku.

Chapter 3

Seperti biasa jam 16.30 WIB aku pulang kuliah dengan si putih, sepeda motor metiq-ku.

"Assalamu'alaikum." Ku ucap salam sesampai depan pintu rumah.

"Wa'alaikum salam." Ummi dan abi menjawab serentak di ruang tamu.

"Sudah pulang Rai?" aku mencium punggung tangan mereka.

"Iya bi, Alhamdulillah ujiannya gampang jadi cepat selesai, Rai ke dalam dulu ya belum shalat ashar." Ummi dan abi menjawab dengan anggukan.

Keesokan harinya

" Rai Nenekmu tadi sudah menelpon abi katanya keluarga Firman sudah menemui nenek, mereka bilang akan kenemui kami nanti sore."kata abi yang hendak menyiram bunga di depan rumah.

"Iya bi." Hanya itu yang aku jawab.

Desa kami memang masih bertetangga, tapi rumah nenek yang lebih dekat dengan rumah Kak Firman. Makanya mereka langsung menemui nenek. Kak Firman yang aku tunggu balasan pesannya beberapa hari ini belum juga ada. Bagaimana aku akan mengambil keputusan akan masalah ini. Andai aku berani mengatakan kepada orang tuaku aku ingin mengakhiri pertunangan ini, lalu apa alasanku. Sedangkan yang dikatakan Ani itu belum tentu benar. Sungguh membuatku dilema.

"Mbak, kamu yakin akan menikah dalam dekat ini?" Adikku Sofi bertanya seolah dia ragu akan hubungan kami.

Sofi usianya dua tahun di bawahku, tapi dia memiliki pemikiran yang dewasa sekarang ini dia sudah mau lulus SMA.

"Memangnya kenapa dik?" Aku bertanya padanya dengan tenang.

" Ya nggak apa-apa sich! Sofi takutnya mbak nggak bahagia, karna selama ini Sofi nggak pernah lihat mbak berkomunikasi langsung dengan tunanganmu mbak.Hubungan kalian tidak normal seperti orang tunangan pada umumnya. Maaf itu sih menurut Sofi. "

Perkataan Sofi rasanya menohok hatiku. Memang benar yang Sofi katakan.

"Aku hanya pasrah pada Allah dik, jika memang ini jalan takdir mbak, ya mbak harus terima, bukankah enak dik nanti mbak pacaran setelah nikah." Aku menjawab sambil mengukir senyum di bibirku. Meskipun rasa dilema yang ada saat ini.

" Iya Sofi tahu, mbak anak pesantren tentu pemikiran mbak seperti itu. Sofi cuma mau mbak bahagia."

" Terima kasih dik." Ucapku tulus.

Jam 1 siang aku sudah siap dengan gamis jeans dan jilbab biruku. Aku pun berpamitan kepada Ummi dan abi untuk berangkat kuliah karna hari ini hari terakhir ujian semester,

"Raisya berangkat dulu mi, bi", kucium tangan mereka.

"Nanti kalau keluarga Firman ke sini mau membicarakan pernikahan gimana Rai?" ummi bertanya dengan lembut kepadaku.

"Mungkin nanti Raisya akan pulang agak sore-an mi, karna hari ini ujian terakhir ada praktek juga, mungkin mereka tidak akan bertemu dengan Raisya." Aku duduk di samping ummi yang sedang makan siang.

"Terus kami harus jawab apa kepada mereka Raisya?" Abi bertanya padaku dengan hati-hati. Aku tahu sebenarnya orang tuaku menerima perjodohan ini hanya karna dulu ada perjanjian antara kakek kak Firman dan Nenekku, jadi mau tidak mau mereka merestui perjodohan ini. Dan lagi pula orang tuaku juga tahu bibit bebet dan bibit keluarga kak Firman. Tapi mungkin mereka agak ragu karna statusku saat ini masih sebagai mahasiswi.

"Ummi, Abi, Raisya tidak apa-apa kalau kalian ingin kami menikah, Raisya juga msih bisa sambil kuliah kok, apapun keputusan kalian Raisya akan terima." Jawabku menenangkan hati mereka.

"Baiklah Rai! abi harap kamu tidak menyesal dengan keputusanmu, kami sebagai orang tua tentu berharap yang terbaik untukmu nak." Kata abi sambil membelai kepalaku yang sudah rapi dengan jilbab.

"Terima kasih Abi, Ummi. Raisya berangkat dulu, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

Aku pun meninggalkan rumah denga si putih.

Dengan hati yang campur aduk aku melangkah ke ruang kelasku.

"Tumben duluan aku datangnya, Rai? biasanya kamu yang paling rajin di kelas ini!" Mamat teman kelasku bertanya.

"Iya mat tadi ada perlu sedikit." Jawabku dengan menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Iya ih kamu jalannya sambil ngelamun ya Rai?" Putri menimpali.

"Memangnya aku pingin bunuh diri apa? jalan sambil ngelamun, kamu tuch Put ada-ada aja!" Jawabku sambil mengambil posisi duduk di kursiku.

"Eh ssstt dosen killer kita datang!"Mamat memberi aba-aba.Teman-teman langsung memposisikan duduknya dengan benar.

Memang hari ini adalah mata kuliah Metode Pembelajaran dan dosennya Pak Doni. Beliau termasuk dosen yang aktif dan sangat disegani di kekas kami.

-

-

Tetap stay tune ya kaka, konflik masih belum dimulai, terima kasih atas dukungannya reader's🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!