NovelToon NovelToon

The Lost Love

Tak Seharusnya

...___Cerita Ini Hanya Fiktif Belaka. Jika Ada Kesamaan Nama Tokoh\, Tempat Kejadian Ataupun Cerita\, Itu Adalah Kebetulan Semata Dan Tidak Ada Unsur Kesengajaan.___...

...Diharapkan bijak dalam memilih bacaan, ini hanya bacaan untuk hiburan semata. Tidak dianjurkan untuk dicontoh!...

...Bagi yang tidak menyukai alur ceritanyanya, hanya perlu meninggalkan tanpa harus menghujat....

...Terimakasih 🙏...

^Los Angeles - California^

Asha, melempar setumpuk uang ke atas tempat tidur, tepat disamping Hayat.

Wanita yang memiliki nama lengkap Alesha Ghaury dan akrab di sapa Asha itu baru saja melewati malam dengan seorang pria yang tak sengaja ia temui di Bar.

Hayat, hanya tersenyum penuh arti menatap ke arah uang yang berhamburan di sampingnya.

"Aku rasa jumlahnya cukup!" Imbuh Asha, sebelum akhirnya keluar dari kamar Hotel yang telah menjadi saksi bisu bagaimana bergairahnya mereka berdua melewati malam yang singkat itu.

"Wanita yang menarik." Imbuh Hayat diiringi dengan senyuman smirk nya. Ia pun akhirnya memilih bangkit dari ranjang, menuju kamar mandi, lalu mengguyur tubuhnya dengan air hangat.

Sedangkan pikirannya terus saja terngiang dengan pesona wanita yang bahkan namanya saja tak diketahuinya.

Bercinta dalam keadaan sadar, membuat Hayat tersenyum geli. Ia masih tak habis pikir, bisa bisanya ia bercinta dengan wanita asing. Dan parahnya lagi, wanita itu justru berfikir kalau Hayat adalah lelaki bayaran yang sengaja mendekatinya demi uang.

Pun begitu dengan Asha, yang tak habis pikir. Bisa bisanya ia malampiaskan kemarahan dan rasa kecewanya pada hal konyol seperti itu.

Asha yang baru saja merayakan ulang tahun yang ke 23 tahun itu berprofesi sebagai seorang model, yang akhirnya memilih untuk fakum setelah bertunangan dengan seorang pengusaha tajir. Sedangkan kecantikan dan kemolekan tubuhnya tak perlu diragukan lagi.

Tubuh rampingnya berlenggang memasuki lift, ia bersandar setelah pintu lift tertutup, menghela nafas dalam sambil menyibak rambutnya kasar. Ya, Asha menyesali apa yang telah terjadi. Sedangkan air mata sudah tak dapat lagi ia bendung. Hingga akhirnya tangisnya pecah, Asha berjongkok lalu menangis sejadi jadinya. Asha menjerit memaki dirinya sendiri. Bagaimana tidak, ia harus merelakan keperawanannya dengan seorang pria bayaran. Dalam keadaan mabuk, dengan begitu berani Asha menyeret pria itu kedalam kamar hotel lalu bercinta dengan begitu bergairah. Ingatan itu begitu jelas terlintas kembali dalam ingat Asha ketika ia bangun di pagi hari.

Setelah merasa puas menangis didalm lift Asha melangkah keluar sambil kembali menutup setengah wajahnya dengan syal. Agar tak ada yang menyadari, bahwa itu dirinya. Alesha Ghaury, seorang mantan model terkenal yang keluar dari hotel seorang diri. Jelas saja itu akan menjadi berita heboh.

Kehidupannya setelah menjadi mantan model tentu saja tak begitu saja luput dari pantauan paparazi. Ia, masih menjadi incaran para wartawan setelah menyandang status sebagai tunangan pengusaha.

Kehidupan sosialitanya masih kerap kali menjadi berita hingga tranding.

"Huft ..." Asha menghela nafas dalam, ia masih mencoba untuk menetralkan perasaannya yang kacau, setelahnya membuka syal dan melemparnya ke jok samping dengan kesal.

*

"Asha!" Suara yang terdengar familiar itu menghentikan langkah Asha. "Aku minta maaf.." Imbuhnya lagi ketika Asha sudah berbalik menghadap ke arahnya. "Aku bersumpah, aku tak berselingkuh dibelakangmu." Lanjut Shafiq, yang tak lain adalah tunangan Asha. Keduanya sudah menjalin hubungan selama 4 tahun lamanya, lalu memutuskan untuk bertunangan 2 tahun terakhir.

Asha hanya mematung menatap tunangannya yang sedang memohon di hadapannya.

Flash Back 

10 jam yang lalu, sesaat setelah perayaan ulang tahun Asha.

"Kau lihat Syafiq?" Tanya Asha pada salah seorang temannya yang menjadi tamu undangan di pesta ulang tahunnya.

"Tidak.." Jawabnya sambil menggeleng.

Asha kembali melangkah, sambil terus mencoba menghubungi Syafiq melalui panggilan telpon.

"Kemana perginya anak itu.." Gumam Asha, lalu sekali lagi menekan 'Panggil' dilayar ponselnya.

Hingga akhirnya, langkahnya terhenti. Tangannya yang sedang memegang ponsel dan meletakkannya didekat telinga, terasa lemas.

Mata Asha tertuju ke arah dimana Syafiq sedang berciuman dengan seorang wanita.

Syafiq langsung tersentak ketika Asha dengan kasar menarik lengannya dan menamparnya dengan keras.

"Asha." Syafiq terbata, ia kehabisan kata kata. Dan menjadi gugup seketika.

Asha langsung meninggalkan Syafiq dan bergegas pergi dari sana. Syafiq yang hendak mengejar terhalang oleh wanita itu, yang tiba tiba menarik pergelangan Syafiq.

Asha mempercepat langkahnya, sambil terus menyeka kasar air mata yang mengalir deras dipipi mulusnya. Hingga akhirnya, ia berakhir di sebuah Bar dan mabuk sejadi jadinya.

Bar yang akan tutup mengharuskan semua pelanggan untuk keluar.

"Bisa kau bawa wanita itu keluar dari sini." Ucap seorang pria pada Hayat, pasalnya didalam sana hanya tinggal mereka bertiga.

"Aku?" Imbuh Hayat sambil menunjuk dirinya sendiri. "Kenapa tidak kau saja!" Lanjut Hayat sambil terkekeh, lalu berniat untuk beranjak dari sana. Sampai akhirnya, pria tadi menarik Hayat dan mendorong tubuhnya hingga terjungkal ke arah Asha.

"Huft.." Hayat menghela nafas, "Menyusahkan saja." Kutuk Hayat, lalu mau tidak mau mengikuti perintah si pria.

"Nona, nona..." Panggil Hayat yang berniat menyadarkan Asha dari mabuknya. Asha merebahkan kepalanya di meja bar. Matanya tertutup, tampaknya ia benar benar mabuk.

Hayat mencoba mencari keberadaan ponsel Asha, tapi tak mendapatkannya.

"Apa gadis ini tak memiliki ponsel?" Gumam Hayat, sambil berdiri bertolak pinggang. Lalu memperhatikan wajah Asha yang tampak sedih. Asha memiliki Bulu mata yang lentik, hidung mancung, bibir tebal dan kulit yang mulus.

"Cantik.." Ujar Hayat sambil tersenyum smirk.

"Apa yang kau lihat, cepat bawa dia keluar." Teriak si pria.

"Iyaa iyaa..." Sahut Hayat setelah menoleh ke arah si pria dengan kesal. Hayat memapah tubuh Asha dan tak lupa meraih kunci mobil yang tergeletak di hadapannya.

Asha tersadar ketika tubuhnya mulai dipapah Hayat. Perlahan Asha membuka mata sambil menggeleng gelengkan kepalanya untuk mengembalikan kesadarannya. Setelahnya ia terkekeh seperti orang gila, "Kau datang menjemputku?" Imbuh Asha pada Hayat yang di kiranya Syafiq.

Hayat tak terlalu memperdulikan celoteh Asha, ia sibuk menekan tombol di kunci mobil Asha dan mencari keberadaan mobil itu.

"Ada apa?" Tanya Hayat, ketika Asha menghentikan langkahnya.

Asha berbalik menghadap ke arah Hayat, lalu memegang wajah Hayat dengan kedua tangannya. Menatap netra itu dengan pandangannya yang tak jelas. "Akan aku jadikan kau milikku seutuhnya, hingga tak boleh lagi ada yang memilikimu selain aku!" Sarkas Asha, lalu mengecup bibir Hayat dengan lembut.

Mata Hayat membulat sempurna, mendapati perlakuan tak biasa dari seorang gadis, rasa kagetnya segera digantikan dengan rasa menikmati. Hayat sialan! Ia justru menikmati ciuman itu dan membalasnya tak kalah lembut. Jadi tak heran, jika akhirnya mereka berdua berakhir di sebuah kamar hotel.

Untuk kedua kalinya, Hayat dikejutkan dengan hal yang tak terduga. Ketika darah hangat mengalir di area bawah sana.

Next ✔️

Kesilapan Yang Disengaja

"Aku bisa jelasin semuanya." Ujar Syafiq, membuat Asha tersadar dari lamunannya. Pandangannya yang kosong kini kembali tertuju ke arah Syafiq.

"Maaf, aku butuh waktu." Lirih Asha dengan suara bergetar, Asha menarik tangannya dari genggaman Syafiq.

Mata Asha kembali berkaca kaca, ia sedang menahan tangisnya agar tidak lagi pecah. Rasanya sudah cukup ia menangisi pria yang sudah sangat menghancurkan hatinya itu. Asha bahkan mengorbankan kariernya yang sedang berada di puncak demi pria yang di anggapnya lebih dari sekedar belahan jiwa. Nyatanya, ia yang paling dicintai, ia pula yang akhirnya paling menghancurkan hati.

"Kau boleh marah padaku, kau boleh membenciku, kau boleh memakiku sepuas mu! Tapi, tolong jangan abaikan aku, Sha." Pinta Syafiq, dengan suara bergetar. Keadaan ini benar benar di luar perkiraannya. Entah apa yang difikirkan Syafiq saat berciuman dengan wanita lain di hari ulang tahun Asha.

Asha hanya menunduk, lalu menggeleng pelan. Air matanya terpaksa harus mengalir lagi tampa bisa di cegah.

Hal yang paling tidak bisa di lihat oleh Syafiq. 6 tahun bersama, ini untuk pertama kalinya ia membuat wanitanya menangis.

"Asha, aku mohon. Aku benar benar minta maaf." Dengan air mata yang juga ikut mengalir dari sudut matanya.

Asha masih terdiam, hanya terdengar isakan pilu yang sangat menyayat hati Syafiq.

Syafiq memperhatikan penampilan Asha yang masih mengenakan gaun pesta semalam, dengan mata sembab dan make up nya tampak berantakan. Syafiq hanya bisa membiarkan Asha berlenggang pergi akhirnya, tampa bisa mencegahnya.

Hingga akhir, Asha tak mengeluarkan sepata katapun. Tak memaki atau marah-marah pada Syafiq. Ia hanya mengambil langkah dan meninggalkan Syafiq disana. Tampaknya Syafiq harus mengurungkan niatnya untuk membujuk Asha agar bisa memaafkan kesalahannya.

Syafiq yang paling mengerti Asha, tahu betul. Wanitanya tak mudah luluh hanya dengan sekedar kata maaf. Sepertinya Syafiq harus lebih memutar otak, mencari cara agar Asha bisa memaafkan kesalahannya.

Kehilangan Asha, adalah hal yang tidak akan pernah dibiarkan oleh Syafiq. Setelah dengan susah payah ia mendapatkan wanita itu, bagaimana bisa ia lepaskan begitu saja. Walau nyatanya, ia sendiri yang berulah.

*

Hayat menarik seprei yang terdapat bercak darah dan menaruhnya dikeranjang kain kotor.

Dengan perasaan yang sulit digambarkan, ia bahkan berulang kali tersenyum geli sendiri. Bagaimana tidak, ia seperti mendapatkan durian runtuh.

Seorang gadis cantik menyerahkan keperawanan dengan suka rela padanya. Tak hanya itu, gadis itu bahkan juga memberinya setumpuk uang.

Dimana lagi ia bisa menemukan gadis sebodoh itu!

Hayat keluar dari kamar hotel, ia harus pulang dan melanjutkan tidurnya. Semalam ia hanya sempat tidur sebentar, selebihnya ia sibuk bertempur menerobos segel seorang gadis.

"Hayat! Hayat! Kau memang bajingan." Kutuknya pada diri sendiri.

*

Asha masuk kedalam apartemennya, lalu bersandar di pintu sambil menepuk nepuk dadanya yang terasa sesak. Rasanya sakit sekali, ketika memikirkan kesialan hidup yang harus ia alami. Lagi dan lagi, air mata yang sedari tadi ditahannya kembali menetes.

Asha berjalan kedepan, lalu menghamburkan apa saja yang ada dihadapannya. Ia menangis dan menjerit dengan geram.

Hal yang ditahannya sedari tadi akhirnya tumpah juga.

*

Syafiq kembali kemobil, lalu meraih ponselnya dan menghubungi Mia, sahabat Asha.

"Mi, boleh minta tolong?" Tanya Syafiq langsung ketika panggilan itu diterima oleh Mia.

"Apa?" Tanya Mia agak penasaran.

"Tolong temani Asha di apartemennya, aku takut dia kenapa kenapa." Imbuh Syafiq sendu.

"Kalian bertengkar?" Mia memastikan.

"Kau akan tahu nanti ketika bertemu dengannya, tapi tolong katakan padanya apa yang terjadi tidak seperti yang ia lihat. Dan aku akan jelasin nanti ketika Asha sudah tenang." Ujar Syafiq setelah menghela nafas dalam.

Tak menunggu lama, Mia langsung bergegas menuju apartemen Asha dengan tergesa.

*

Tok!Tok!

"Asha.." Panggil Mia dari balik pintu apartemen Asha. "Asha buka pintunya, ini aku." Lanjut Mia, ketika pintu apartemen itu tak kunjung di buka.

"Asha.." Panggil Mia untu sekian kalinya.

Hingga akhirnya..

Ceklekk..

Kunci pintu itu akhirnya terbuka. Mia langsung bergegas masuk kedalam sana. Pemandangan yang cukup mengejutkan menyambut Mia. Barang barang yang berantakan dan berhamburan dan Asha yang terduduk sambil memeluk kedua kakinya dan menenggelamkan wajahnya di ataranya.

"Asha, apa yang terjadi." Mia langsung menghampiri Asha, ia bahkan hampir menangis melihat keadaan Asha.

Asha perlahan mendongakkan wajahnya, menatap mata Mia yang mulai berlinang air mata membuat ia kembali menangis.

Hick hick.. Asha memeluk Mia sambil menangis, pun dengan Mia yang membalas pelukan itu sambil mengusap punggung Asha. Mencoba menenangkan gadis itu.

Mia membiarkan Asha menangis puas dalam pelukannya, setelah dirasa cukup dan Asha mulai tenang, Mia mulai bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

Ekspresi Asha kembali mewek, "Aku melihat Syafiq ciuman dengan gadis lain." Imbuhnya, sambil menahan tangisnya agar tak pecah lagi.

"What!" Mia dikejutkan dengan pernyataan Asha. Syafiq yang ia kenal tak mungkin melakukan itu. Yang Mia tahu, Syafiq sangat setia. Dan mencintai Asha lebih dari apapun. Namun, Asha juga tak mungkin berbohong. Asha tak mungkin bisa sampai begini jika tak melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

"Aku melihatnya dengan sangat jelas, dan Syafiq sangat menikmatinya. Aku-" Kalimat Asha kembali menggantung, suaranya bergetar dan ia tak bisa melanjutkan kalimat itu. Sebenarnya, tak hanya kejadian itu yang membuat Asha hingga menggila seperti ini.

Mia kembali mengusap punggung Asha. Tampa bisa berkomentar lebih lanjut.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Lirih Asha, menatap sendu ke arah Mia. Sebenarnya, pertanyaan itu menyiratkan hal yang lain.

"Yang pertama, kau harus tenangkan dirimu terlebih dulu. Dan yang kedua, dengar penjelasan Syafiq. Hubungan kalian bukan lagi cinta monyet yang bisa berakhir begitu saja."

"Tapi-"

"Mungkin saja itu tidak seperti yang kau pikirkan. Barang kali itu terjadi tampa disengaja." Mia, mencoba memberi pemahaman. Bukan maksud membela Syafiq, namun ia tak ingin membuat sahabatnya menjadi tambah emosi. Dan berdampak buruk untuk hubungan mereka yang sudah terjalin lama.

"Tapi, Mi." Menurut Asha itu tak mungkin tampa disengaja, jelas jelas Syafiq menikmati ciuman itu.

"Sha, semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Hanya, bagaimana caranya agar kita bisa membuat orang itu untuk tidak lagi mengulanginya."

Ya, benar seperti yang dikatakan Mia. Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Termasuk Asha bukan, ia juga melakukan kesalahan. Bahkan lebih fatal dari Syafiq.

"Bagaimana jika akhirnya dia kembali mengulanginya lagi setelah aku maafkan?" Tanya Asha dengan tatapan penuh nanar.

"Kau hanya perlu memaafkannya lagi!" Jawab Mia enteng.

"Miaaaaa....." Rengek Asha, yang sontak membuat Mia terkekeh. Ya, seperti itulah cara Mia untuk menghibur sahabatnya, ia tak ingin terus membuat Asha larut dalam kesedihannya.

"Sudah sudah... Untuk saat ini jangan pikirkan itu dulu. Tak akan ada solusinya jika dipikirkan dengan pikiran yang kacau. Kita pikirkan ketika sudah tenang." Imbuh Mia, sambil menepuk nepuk pundak Asha.

Sedikit senyuman terlukis di bibir ranum Asha, ia beruntung memiliki Mia dalam hidupnya. Sosok sahabat yang selalu ada untuknya.

"Terimakasih, Mia." Ujar Asha sambil meraih lengan Mia dan merebahkan kepalanya di pundak Mia. "Walaupun kau hanya menambah garam di hatiku yang teriris." Sambung Asha, tak bisa dipungkiri, kehadiran Mia cukup menghiburnya.

Next ✔️

Hadiah Tak Terduga

"Kau tenang saja, Asha baik baik saja sekarang." Mia merasa harus melaporkan keadaan Asha kini, pada Syafiq. Ia tahu, seberapa khawatirnya kini pria itu pada wanitanya. Terlepas dari apa yang telah ia perbuat, Mia sangat tahu, seperti apa rasa cinta yang dimiliki Syafiq pada Asha.

Sebelum Syafiq dan Asha memutuskan untuk pacaran. Mia, sudah terlebih dulu berteman dengan keduanya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk memperkenalkan mereka berdua dan berharap mereka berdua berjodoh.

"Syukurlah.." Syafiq bisa menghela nafas lega sekarang. "Tolong bujuk dia agar tak marah lagi." Pinta Syafiq.

"Emm, aku usahakan." Balas Mia.

"Kau sedang menelpon siapa?" Tanya Asha yang baru saja keluar dari kamar nya setelah mandi dan mengganti pakaian gaun pesta yang masih melekat ditubuh Asha tadinya.

"Tentu saja dengan pacarku." Jawab Mia asal.

"Sejak kapan kau punya pacar!" Kini Asha mulai bisa kembali terkekeh, setelah nalarnya kembali pada inderanya. Dan mencoba merelakan apa yang telah terjadi.

"Sudah dulu ya." Mia mematikan panggilan itu, lalu berjalan menuju ke arah Asha yang sedang membereskan barang barang yang berhamburan disana.

"Apa menurut mu aku berniat jomblo selamanya? Ch!" Mia berdiri sambil menyilangkan kedua tangan didepan dada.

kedua sahabat itu memang tampak kontras, jika Asha adalah gadis yang feminim dan menja. Maka Mia adalah kebalikannya. Penampilannya yang tomboi membuat Mia lebih banyak memiliki teman pria ketimbang wanita.

"Lantas? Kau tak berniat seperti itu?" Asha balas bertanya.

"Tentu saja tidak! Asal kau tahu, aku sudah memiliki pacar sekarang." Dengan penuh kebanggaan, Mia bahkan sampai membusungkan dadanya.

"Benarkah?" Masih tampak tak percaya. Asha kembali memastikan, bahwa ia tak salah dengar.

"Tentu saja!" Mia meyakinkan.

"Aku tak akan percaya sebelum kau mengenalkannya padaku." Imbuh Asha.

"Baik! Malam ini akan aku kenalkan kau padanya." Dengan penuh keyakinan.

"Dan sebelum itu, apa kau tak berniat membantu ku membereskan kekacauan ini." Pinta Asha sambil melirik ke arah barang barang yang berhamburan itu.

"Tentu saja, tidak! Kau yang buat berantakan, maka kau sendiri yang harus membereskannya." Lengkap dengan ejekan menjulurkan lidah, Mia berlenggang menuju sofa dan merebahkan tubuhnya di atas sana.

"Miaaa...! Dasar sahabat la*knat!"

Mia tertawa menggelegar, merasa puas mengerjai Asha.

*

Kedua gadis itu, sudah bersiap menuju tempat dimana Mia akan memperkenalkan pacarnya pada Asha.

Pacar pertama Mia, di usianya yang tak lagi muda. Entah mengapa dulu ia tak pernah tertarik untuk menjalin hubungan dengan pria, kecuali berteman.

Pandangan Asha kembali kosong, menatap jalanan yang basah karena habis diguyur hujan.

Ia bahkan sampai menurunkan kaca mobil untuk menikmati hawa dingin setelah hujan.

Mia hanya melirik dan setelahnya kembali fokus mengemudi.

Ia biarkan Asha, sibuk dengan pikirannya. Ya, Asha masih butuh waktu untuk berfikir, apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

Mobil berhenti di sebuah Bar.

"Disini?" Tanya Asha, setelah melihat tempat yang familiar itu.

"Emm.. Ayo, dia sudah menunggu kita dari tadi." Ajak Mia, dan tampak bersemangat. Rasanya tak sabar ingin cepat cepat memperkenalkan mereka berdua.

Asha turun dari mobil dengan ragu ragu. Langakhnya agak berat.

"Ayo, cepat." Mia kembali berbalik, dan merangkul Asha agar berjalan lebih cepat.

"Ah, mana mungkin aku bertemu lagi dengan pria itu di tempat yang sama. Tidak tidak tidak, dunia ini tidak sekecil itu bukan. Aku tidak mungkin bertemu lagi dengan pria itu." Batin Asha terus meronta.

Setelah duduk disalah satu meja, ditempat yang agak jauh dari kebisingan. Mia mulai celingak-celinguk mencari keberadaan kekasihnya.

"Sayang.." Panggil Mia akhirnya, sambil melambaikan tangan.

Asha langsung menoleh, rasa penasarannya kian memuncak. Ia ingin tahu sosok pria yang akhirnya berhasil merebut hati seorang Mia.

Pria yang sedang berjalan ke arah mereka langsung tersenyum ramah.

"Maaf, aku agak sedikit sibuk tadi." Ucapnya, setelah ikut bergabung dengan kedua gadis itu.

"It's Ok. Kenalkan, ini sahabatku." Ujar Mia.

"Alex.." Pria itu menjulurkan tangannya ke arah Asha.

"Asha.." Balas Asha.

"Kalian sudah pesan?" Tanya Alex kemudian.

Mia menggeleng.

"Tunggu sebentar." Alex bangkit dari duduknya, lalu beranjak dari sana.

Mia, terus saja menatap punggung Alex dengan raut wajah sumringah.

"Yayayayaya... Aku tahu kau sedang kasmaran sekarang, tapi tolong jangan terlalu kentara." Bisik Asha, dan langsung mendapatkan cubitan dari Mia.

"Aww.. Sakit tahu!" Rengek Asha.

"Jadi sekarang kau percaya! Aku benar benar punya pacar sekarang." Mia, kembali membanggakan diri.

"Emm, percaya!" Asha mengangguk semangat, lalu ikut terkekeh bersama Mia.

"Pesanan Anda.." Imbuh si pelayan di tengah tengah gelak tawa kedua gadis itu.

Mata Asha langsung membulat sempurna dengan mulut menganga.

"Kau!" Sarkas Asha dengan telunjuk, menunjuk si pelayan.

"Jadi kalian sudah saling kenal." Imbuh Alex, yang datang bersamaan dengan Hayat sambil membawa nampan penuh makanan.

"Tidak!" Jawab keduanya. Asha dan Hayat, serentak.

"Oh ya, kenalkan. Ini sahabatku." Lanjut Alex, memperkenalkan Hayat.

"Mia.." Imbuh Mia sambil menyodorkan tangannya.

"Hayat.." Balas Hayat. Lalu melirik ke arah Asha, yang langsung buang muka.

"Namanya Asha." Pungkas Mia, ketika mendapati raut kesal diwajah Asha, dan tak kunjung memperkenalkan diri.

"Baiklah, silahkan menikmati. Aku harus kembali bekerja." Hayat kembali mengambil langkah, pergi dari meja itu untuk menepis kecanggungan.

"Sayang, maaf. Sepertinya aku juga harus membantu Hayat. Bisa kau tunggu, sampai pelanggan berkurang?" Pinta Alex.

"Tentu saja." Mia mengangguk, mengizinkan Alex melayani para pelanggan terlebih dulu.

"Terimakasih.." Alex langsung bergegas, setelah tak lupa mengecup pipi Mia. Hingga membuat gadis itu tersipu malu.

"Bar ini milik orang tua Alex, dan ia mengelolanya bersama sahabatnya." Mia menjelaskan.

Asha hanya mengangguk anggukkan kepalanya, tanda paham. Lalu meneguk minuman kaleng hingga habis.

"Kenapa? Apa yang terjadi?" Tanya Mia, yang menyadari suasana hati Asha berubah seketika.

"Tidak ada." Jawab Asha datar.

Menunggu sampai pelanggan berkurang.

Asha kerap kali kedapatan sedang melirik ke arah Hayat, pria yang berpenampilan basic dan terkesan santai itu bahkan tak sekalipun melirik ke arah Asha.

Hayat terkesan cuek, dan itu membuat Asha semakin geram. "Kau seharusnya minta maaf karena telah merenggut keperawanan ku!" Maki Asha dalam hati, dengan tatapan murka ke arah Hayat yang kini sedang menghidangkan pesanan di meja yang tak jauh dari tempat Asha dan Mia berada.

"Asha, aku permisi ke toilet." Imbuh Mia akhirnya.

"Emm.." Diiringi dengan anggukan kepalanya. Asha membiarkan Mia meninggalkannya seorang diri disana.

Selang beberapa saat, tiba tiba saja Asha dihampiri oleh orang yang tak dikenal.

"Nona, tampaknya kau butuh teman." Imbuh si pria dengan tatapan nakalnya. Pria itu duduk disamping Asha, hingga membuat Asha menjadi tak nyaman.

"Tidak! Aku sudah punya dan sekarang ia sedang ke toilet." Jawab Asha datar, dan mengabaikan pria itu.

"Benarkah?" Pria itu melirik ke arah tas slempang yang tergeletak di kursi yng berada dihadapan Asha. Lalu ia terkekeh dan menunduk. "Maksud ku bukan teman yang sejenis." Lanjut si pria, lalu menyodorkan minuman ke arah Asha.

"Tidak terimakasih! Bisa kau pergi dari sini sekarang." Ucap Asha tegas.

Namun pria itu tak menyerah begitu saja.

Ia bahkan berniat untuk merangkul pinggang Asha, namun sebelum sempat ia melakukannya. Hayat lebih dulu menarik Asha hingga terjungkal kedalam pelukannya. Asha langsung menoleh ke arah Hayat. "Apa yang sedang dilakukan pria gila ini." Batin Asha.

"Siapa kau!" Tanya si pria dengan bringas.

"Aku kekasihnya." Sarkas Hayat, membungkam si pria.

Asha terbelalak dengan ucapan Hayat.

"Asha.." Suara itu membuat Asha langsung mengalihkan pandangannya dengan cepat.

"Syafiq.." Lirih Asha tak percaya Syafiq bisa berada disana.

Next ✔️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!