"nak.. kamu ga perlu bekerja di cafe itu, ayah dan bunda masih bisa membiayai kuliah kamu" ucap bunda Dila, ibunda Ara, tak setuju dengan keputusan Dara untuk bekerja paruh waktu.
"bun, Ara tahu keuangan kita ga stabil seperti dulu, Ara hanya ingin meringankan beban ayah dan bunda"
"tapi nak.. kuliah kamu akan terganggu nantinya" sahut bunda tetap tidak setuju.
"bun, cuma kerja paruh waktu kok.. jadi ga mungkin mengganggu kuliahku"
"bunda khawatir, kamu ga bisa istirahat dengan cukup..."
"bun.. tahun depan Dea masuk SMA lho, kita butuh uang lebih untuk biaya pendaftarannya, dengan aku bekerja, aku bisa bayar kuliahku sendiri dan uang ayah bunda bisa di tabung buat Dea"
Anindya Gita, adik perempuan Ara yang biasa di panggil Dea, saat ini duduk di bangku SMP.
"kamu diskusikan dengan ayahmu dulu ya..." sahut bunda kemudian.
"iya bun, nanti sepulang ayah dari kantor, Ara akan membicarakannya dengan ayah"
Pak Burhan, Ayah Ara, adalah seorang karyawan biasa, yang gajinya tidak terlalu besar namun masih bisa mencukupi segala kebutuhan keluarga kecilnya.
"assalamualaikum" ayah Ara memberi salam ketika memasuki rumah sepulang dari kantor.
"waalaikumsalam" jawabku menyambut ayah dengan menyalami tangannya.
"lhoh Ara ga kuliah?" tanya ayah.
"cuma ada satu mata kuliah yah hari ini, jadi bisa pulang cepat"
"oh gitu.." jawab Ayah.
"yah, nanti Ara mau bicara sama ayah"
"mau bicara apa nak? bicara aja sekarang" sahut ayah.
"Ayah mandi dan makan dulu, setelah ayah santai baru kita ngobrol" kataku.
"baiklah.. kalo gitu ayah mandi dulu"
Selepas sholat maghrib, Ara menghampiri ayahnya yang sedang duduk di depan tv, dan duduk di sebelah sang ayah.
"yah..Ara mau ijin untuk bekerja di cafe, bekerja paruh waktu"
"trus kuliah kamu gimana nak?"
"insyaAllah ga akan mengganggu kuliah Ara yah, kata manager cafenya, Ara bisa bekerja dengan menyesuaikan jadwal kuliah Ara" kataku menjelaskan.
"sebenarnya ayah agak keberatan kalo Ara kuliah sambil bekerja tapi ayah khawatir kamu ga bisa membagi waktu dengan baik"
"yah... Ara janji antara kuliah dan bekerja akan berjalan dengan baik secara bersamaan"
"ya sudah, ayah percaya sama Ara"
"terimakasih yah, jadi ayah mengijinkan?"
"bismillah, iya ayah mengijinkan selama Ara bisa mengatur waktu dengan baik"
"insyaAllah Ara akan selalu jaga kepercayaan ayah" jawabku lalu memeluk ayah.
🎉🎉🎉🎉🎉🎉
Sepulang kuliah, Ara langsung mendatangi cafe tempatnya akan bekerja,
"selamat siang kak.." sapa Ara pada Gama, manager cafe yang menawarinya bekerja paruh waktu.
"selamat siang Ara..bagaimana? apa orangtuamu mengijinkan kamu untuk bekerja paruh waktu disini?" balas Gama sambil tersenyum.
Gama bertemu dengan Ara ketika sedang belanja di supermarket, Gama yang terburu buru tidak sengaja menabrak Ara, sikap Ara yang ramah dan baik hati membuat Gama senang dan akhirnya menawarkan pekerjaan pada Ara.
"alhamdulillah kak, orangtuaku mengijinkan" sahut Ara senang.
"alhamdulillah... kakak senang mendengarnya"
"jadi kapan Ara bisa mulai bekerja kak?" tanya Ara.
"terserah kamu saja Ra, mulai besok juga gapapa, sesuaikan dengan jadwal kuliah kamu"
"baik kak, besok sepulang kuliah Ara langsung kesini"
"ya sudah.. ayo kakak kenalkan pada karyawan yang lain" ajak Gama.
"baik kak.."
Ara mengekori Gama yang berjalan memasuki pantry cafe, cafe ini merupakan cafe kalangan kelas atas, karyawannya banyak dan rata rata memiliki tugas masing masing, managementnya di atur dengan sangat rapi sekali.
"Ara.. mulai besok, kamu jadi waitress disini, dan ini senior kamu, kenalkan namanya Lila dan Gea" kata Gama menunjuk dua orang gadis manis yang berdiri di hadapannya saat ini.
"hai Ara.. kenalkan aku Lila" sapa Lila dengan ramah.
"aku Gea.. salam kenal" sapa Gea sama ramahnya dengan Lila.
"haiii kak, aku Ara.. salam kenal dan mohon bimbingannya ya..." kataku.
"jangan panggil kakak, terlalu kaku kedengarannya, panggil saja nama kami ya" jawab Lila.
"baik Lila dan Gea" sahutku.
"ya sudah, Ara, kakak tinggal dulu ya, kakak masih ada urusan" pamit Gama.
"oh iya kak.. terimakasih"
Sepeninggal Gama, Ara kembali berbincang dengan Lila dan Gea, Ara berusaha mengakrabkan diri agar bisa bekerja sama dengan baik ke depannya.
"Lila, Gea.. kalo gitu aku pulang dulu ya..selamat bekerja" pamitku kemudian.
Pribadi Ara yang supel dan riang membuatnya gampang akrab dengan oranglain, tidak butuh waktu lama bagi mereka bertiga untuk menjadi sahabat.
🎈🎈🎈🎈🎈🎈
Sepulang kuliah, Ara terburu buru pulang,
"Ra.. kamu buru buru mau kemana?" tanya Rama teman sekampusnya.
"Aku mau ke tempat kerjaku Ram, hari ini hari pertama aku bekerja, aku tidak ingin terlambat di hari pertamaku bekerja" sahutku sambil berjalan cepat menuju parkiran, dimana sepeda maticku terparkir.
"kamu kerja? kerja dimana?" tanya Rama yang masih penasaran.
"di cafe Bintang" sahutku singkat.
"Cafe Bintang yang dijalan Suroyo itu?"
"iyaaa" sahutku,
"eh Ram.. aku duluan ya.." sambungku lalu melajukan motor maticku menjauhi Rama yang masih terpaku ditempatnya.
"hati hati Ra..." teriaknya kemudian.
Entah Ara mendengarnya atau tidak, Rama sudah lama menyukai Ara dan Ara tahu akan hal itu namun Ara tidak pernah menanggapinya, lagipula Rama juga tidak pernah mengungkapkannya, Ara hanya dengar dari beberapa temannya jika Rama punya perasaan lebih pada Ara.
Sampai di cafe, Ara masuk dengan berlari menuju meja check clock, meskipun dia mengenal kak Gama dengan baik, Ara tidak bisa bertindak seenaknya apalagi sampai telat datang bekerja.
Setelah check clock, Ara mengatur nafasnya yang ngos ngosan.
"kenapa kamu ngos ngosan begitu Ra?" tanya
Gama.
"oh ini kak.. aku takut terlambat jadi aku berlari dari parkiran" sahut Ara.
"masih ada waktu 10 menit, ngapain harus lari lari?"
"hehe... Ara cuma ga mau telat aja kak" sahutku sambil nyengir kuda.
"telat dikit gapapa kok" bisik Gama ke telinga Ara.
Wajah Ara blushing sempurna karena merasakan nafas Gama di telinganya,
"kak.. aku mau ganti seragam dulu" kata Ara berusaha menutupi blushing diwajahnya.
Gama hanya menggelengkan kepala melihat sikap Ara, "dia disiplin sekali" gumamnya lalu tersenyum.
🎐🎐🎐🎐🎐🎐
*Cukup segini dulu ya kakkk... pemasanannya, hehe...
kira kira sampai sini ada yang tertarik ga? maaf kalo kurang memuaskan..
😊😊😊
Jangan lupa dukung author ya.. dengan like koment , rate dan vote sebanyak banyaknya, terimakasih..
😘
Part berikutnya, insyaAllah author akan menampilkan visual dari masing masing karakter, tokoh utamanya ya...😎*
Sesuai janji author bakal tampilin visual dari tokoh utama ya... Ara dan Raka
Arabella Nandhita.
Raka Brahmana.
Visual hanya pemanis, sesuai dengan imajinasi author saja, jika tidak sesuai dengan ekspetasi para pembaca, author minta maaf... hehe...
🎍🎍🎍🎍🎍🎍
Suasana kantor yang awalnya riuh akan suara karyawan yang sedang berbincang, seketika hening setelah mendengar derap langkah berat yang berjalan hendak memasuki ruangannya,
Tap...tap..tap..tap...
Kaki jenjang yang kokoh dan tegas di tambah dengan sepatu mahal merk ternama menimbulkan suara langkah yang angker di telinga orang orang yang mendengarnya,
Walau menampilkan senyuman manis di wajahnya, semua karyawan segan menatapnya secara langsung, sedikit bicara dan agak introvert itulah sifat CEO muda perusahaan mereka, Brahmana Corp, salah satu perusahaan properti terbesar di negeri ini,
Raka Brahmana, putra pendiri Brahmana Corp yang saat ini menjabat sebagai CEO menggantikan posisi ayahnya, Indra Brahmana yang memilih pensiun dini dan menikmati masa tuanya dengan berjalan jalan keliling dunia bersama sang istri, Linda Brahmana.
Raka merupakan putra pertama dari Indra Brahmana, dan putra keduanya, Rama Brahmana yang saat ini masih kuliah di salah satu kampus ternama dikota ini.
"Selamat pagi..." suara berat yang khas itu selalu menyapa seluruh staff karyawannya setiap hari.
"selamat pagi.."jawab para staff yang kebetulan sedang berhadapan dengannya,
CEO tampan itu masuk kedalam ruangannya, di ikuti oleh seorang pria bernama Beni, yang merupakan sekretaris prbadinya, jika pada umumnya jabatan sekretaris di duduki oleh seorang wanita cantik dan seksi, tapi beda dengan Raka, dia lebih memilih Beni untuk menjadi sekretaris prbadinya karena menurutnya kerjasama lebih mudah terjalin jika dalam gender yang sama.
"selamat pagi pak... jadwal anda hari ini sudah saya kirimkan pada email anda, silahkan dibaca dengan seksama" ucap Beni.
"tidak perlu formal jika di dalam ruangan ini hanya ada kita berdua!" sarkas Raka.
Raka dan Beni memang merupakan sahabat lama, mereka berteman sejak duduk dibangku SMA bahkan kuliahpun di kampus yang sama.
"sorry bro.. sudah terbiasa" jawabnya santai.
"banyak banget jadwalku hari ini?" keluh Raka setelah membaca emailnya.
"iya karena Brahmana Corp baru saja memenangkan tender besar, jadi banyak kolega yang ingin bertemu denganmu"
"benar benar membosankan harus bercengkerama dengan bapak bapak tua itu, aku bahkan tidak mengerti arah pembicaraan mereka" sahut Raka malas.
"bersabar lah broo... sudah jadi resikomu jadi CEO muda, hahaha" ejek Beni lalu tertawa.
"ini semua karena papi...bisa bisanya dia memutuskan untuk pensiun dini padahal aku belum siap mengemban tanggung jawab besar ini" curhat Raka.
"siap tak siap kau harus tetap menjalaninya dengan baik, pertahankan apa yang sudah papimu raih bro!"
"cih.. tumben sekali kata katamu bijak!" decih Raka.
"hahaha... kau masih belum tahu sisi diriku yang lain broo..." ucapnya lagi lagi tertawa, padahal tidak ada yang lucu menurut Raka.
Sore itu, semua pertemuan dengan kolega sudah terselesaikan dengan baik, Raka nampak kelelahan dan ingin segera pulang, namun saat keluar dari ruangannya, Beni menghadang jalannya,
"kau mau langsung pulang?" tanya Beni.
"iya.. aku lelah sekali hari ini"
"ngopi dulu yuk!" ajal Beni.
"lain kali aja broo..." sahut Raka malas.
"kau bisa sekalian relaksasi sambil ngopi.. aku yakin lelahmu akan hilang setelah disana" rayu Beni.
"terserah padamu saja tapi aku numpang mobilmu saja, aku terlalu lelah untuk menyetir sendiri"
"baiklah..tinggalkan mobilmu disini, nanti akan aku titipkan pada satpam yang piket malam"
"berangkat sekarang?" kata Raka lalu berjalan dengan langkai gontai ke arah lift khusus para petinggi perusahaan.
"lets go dude.." jawab Beni bersemangat.
Beni melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, menembus jalanan yang padat merayap karena saat ini jam jam pulang kantor, banyak orang berlalu lalang hendak pulang kerumahnya masing masing.
30 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di cafe Bintang, salah satu cafe langganan kalangan jetzet.
Beni memilih meja outdoor, agar bisa menikmati hari yang menjelang malam, sedang Raka hanya bisa mengikuti sahabatnya tersebut dengan langkah gontainya.
Mereka duduk berhadapan dimeja bundar tersebut, dan seorang waitress memghampiri meja mereka,
Waitress bername tag, Arabella N itu menyodorkan daftar menu pada Beni dan Raka,
"kau karyawan baru ya?" tanya Beni sambil melihat Ara dengan intens.
"iya Tuan... saya baru satu minggu bekerja disini" jawab Ara dengan ramah.
"pantas saja, karena aku tidak pernah melihatmu sebelumnya" sahut Beni.
"oh begitu, apakah Tuan langganan tetap di cafe ini?" tanya Ara tetap dengan nada yang sangat ramah membuat Beni nyaman berbicara dengannya sedang Raka hanya mendengarkan saja sambil sibuk dengan ponselnya.
"iya, aku lumayan sering kesini dan sepertinya akan semakin sering kesini" ucap Beni sambil mengedipkan sebelah matanya kearah Raka, Raka membalas dengan memutar bola matanya,jengah melihat kelakuan sahabatnya tersebut.
"baik Tuan, silahkan sebut pesanan anda, saya akan mencatatnya" sahut Ara sambil mengeluarkan note kecil dari saku apronnya.
"oh iya, aku sampai lupa memesan sesuatu, hahaha" sahut Beni.
"aku pesan 1 latte dengan krim kocok dan 1 americano original" sambung Beni sambil membolak balikkan daftar menu.
"itu saja Tuan?" tanya Ara.
"iyaaa.. bro kau pesan apalagi?" sahut Beni menatap kearah Raka.
"sudah itu saja" jawab Raka tanpa menoleh pada Beni.
"baiklah saya ulangi lagi, 1 latte dengan tambahan krim kocok dan 1 americano original, apakah sudah itu saja Tuan?" kata Ara.
"sementara itu saja" jawab Beni.
Ara segera berlalu dari hadapan mereka dan masuk pantry guna memberitahukan pesanan kepada barista.
"bro.. waitressnya cantik abis!" kata Beni.
"hem..." sahut Raka malas.
"kau kenapa sih? percuma saja aku mengajakmu kesini jika ujung ujungnya kau hanya bermain ponsel tanpa menghiraukan aku!" ucap Beni kesal.
"sudah bagus aku mau ikut denganmu dan menemanimu disini!" tukas Raka.
"setidaknya letakkan ponselmu agar ada manfaatnya aku membawamu kemari!"
Lalu Raka meletakkan ponselnya di atas meja dan menatap malas sahabatnya tersebut, dia lebih baik mengalah daripada harus mendengar ocehan Beni yang memekakkan telinga.
Pesanan mereka pun datang dan lagi lagi Ara yang mengantar pesanan itu ke meja mereka,
"permisi Tuan, pesanan anda, 1 latte dengan tambahan krim kocok dan 1 americano original" ucap Ara.
"yaaap benar nona...?" Beni menggantungkan kata katanya pura pura membaca nametag Ara.
"Ara, cukup panggil saya Ara Tuan.." Ara melanjutkan kata kata Beni.
"oohh... Ara..nama yang cantik, secantik orangnya.." puji Beni.
"terimakasih Tuan atas pujian anda, selamat menikmati" sahut Ara lalu pergi dari hadapan Beni dan Raka.
"bro.. kau lihat dia kan? dia cantik banget, ramah lagi" kata Beni, sepertinya Beni menyukai Ara.
"kambing dibedakin aja pasti kau bilang cantik!" sahut Raka sambil menyeruput americanonya.
"bushett... jangan samakan Ara dengan kambing broo!!" jawab Beni.
"aku tidak menyamakannya dengan kambing, tapi matamu saja yang konslet, tidak bisa melihat cewe bening sedikit!!"
"tapi dia memang bening bro!" bela Beni.
"iya.. iya terserah kau saja!"
"kau masih normalkan bro?"
"maksudmu?"
"maksudku,kau masih menyukai wanita kan?" tanya Beni sambil bergidik ngeri dan menyilangkan kedua tangan di dadanya.
"apa kau sudah gila? tentu saja aku masih menyukai wanita!" jawab Raka geram.
"hahahaa.. aku pikir kau sudah berubah haluan bro, karena aku lihat kau tidak tertarik melihat wanita, melihat Ara saja tidak!"
"masih banyak wanita yang pantas aku pandang selain dia!" sungut Raka.
"memang kenapa dengan Ara? dia sama cantiknya bahkan lebih cantik dari wanita wanita yang selama ini mendekatimu!" tukas Beni.
"whatever dude..." jawab Raka jengah.
🎗🎗🎗🎗🎗🎗
Sejak hari itu, Beni sering mengajak Raka untuk sekedar nongkrong di cafe Bintang tempat Ara bekerja, bukan hanya karena pengen nongkrong aja, tapi juga melihat Ara, sepertinya Beni sangat menyukai Ara.
"Nongkrong bro?" ajak Beni setelah meeting usai.
"Lagi?" sahut Raka jengah.
"hahaha.. setiap hari juga ga masalah!" sahut Beni.
"sepertinya kau sudah kena pelet waitress itu!"
"dengan wajah beningnya itu, dia tidak membutuhkan pelet lagi bro!"
"lebay!!" sahut Raka.
Walau dengan terpaksa, Raka tetap mengiyakan ajakan Beni, entah mengapa dia mulai terbiasa melihat wajah Ara setiap harinya, jika dilihat dengan seksama, waitress itu memang cantik meski dengan polesan make up sederhananya.
Ketika sampai di cafe, Raka sedikit kecewa karena bukan Ara yang melayani mereka namun oranglain, dilihat dari nametagnya namanya Lila. entah iseng atau hanya ingin tahu, Raka bertanya kepada Lila kemana perginya Ara, membuat Beni tercengang dengan sikap Raka yang tak biasa kepo.
"Kemana Ara?" tanya Raka pada Lila yang sedang mencatat pesanan mereka.
"Ara? oh dia sedang cuti hari ini, ada kegiatan di kampusnya" sahut Lila dengan ramah.
"kampus?" ulang Raka dengan dahi berkerut.
"iya Tuan, Ara kuliah smabil bekerja paruh waktu disini" sahut Lila lagi lalu meninggalkan Raka yang masih bertanya tanya.
"ooh jadi dia masih kuliah" gumam Raka.
"kenapa memangnya kalo masih kuliah?" tanya Beni yang bertanya tanya dengan sikap Raka yang menurutnya mulai kepo.
"eh" Raka jadi salah tingkah karena Beni mendengar gumamannya.
"eh... tumben banget kepo?? suka ya sama Ara?? hayo ngaku" kata Beni curiga membuat Raka makin salah tingkah, Raka juga merasa heran dengan dirinya, bisa bisanya dia keceplosan bertanya tentang keberadaan Ara.
"belum tidur juga, udah mimpi aja kau!!" sahut Raka dengan ketus.
Suasana cafe jadi sedikit suram bagi Raka dan Beni tanpa kehadiran Ara, mereka jadi tidak betah berlama lama disana dan akhirnya memutuskan untuk pulang padahal belum sejam mereka nongkrong.
Setelah membayar, mereka langsung pulang dengan wajah 5L, lemah, letih, lesu , lamban dan lunglai, hihi...
♥♥♥♥♥♥
"Ra..kemarin dua cowok cakep yang biasa nongkrong dimeja luar, nanyain kamu loh" kata Lila.
"dua cowok?" sahut Ara dengan wajah bingung.
"iyaa..yang biasanya nongkrong berdua!"
"ooohhh Tuan Beni dan Tuan Raka maksudmu?"
"sepertinya iya, kemarin aku sempat mendengar nama Beni di sebut" kata Lila sambil mengingat ngingat.
"kenapa mereka nanyain aku?" tanya Ara dengan polosnya.
"bukan mereka, sepertinya yang bernama Raka itu yang menanyakanmu padaku"
"ouhhh, kira kira ada apa ya?"
"yaa mana aku tahu.. kangen kali" sahut Lila seenaknya.
"hahaha... kangen? ngimpi kali ini mbak mbak ya" sahut Ara sambil menoel gemas pipi Lila.
"yaa sapa tahu ajaaa..."
"bangun gih sebelum mimpi menyesatkanmu, hahahaha" jawab Ara sambil tertawa.
Gama yang kebetulan lewat melihat Lila dan Ara sedang tertawa bersama, menghampiri mereka.
"pada ngobrolin apaan sih? kayaknya seru sampai tertawa begitu" kata Gama.
"eh.. kakak... enggak kak bukan apa apa kok, hanya bercanda aja barusan" sahut Ara yang sudah menghentikan tawanya.
"itu lho kak, ada yang kangen sama Ara" celetuk Lila.
Ara dengan sigap menutup mulut Lila dengan tangannya,
"kangen? wah kamu sudah punya pacar Ara?" tanya Gama.
"eh..enggak kok kak.. Lila ngasal aja barusan" sahut Ara salah tingkah, tangannya tetap setia membungkam mulut sahabatnya tersebut agar tidak bicara macam macam lagi pada Gama.
"punya pacar juga gapapa" sahut Gama sambil tersenyum manis lalu berlalu meninggalkan Ara dan Lila.
"gara gara kamu nih!" sungut Ara pada Lila.
Entah apa yang ada di hati Ara, suka atau hanya sekedar kagum pada Gama? namun saat mendengar kata Gama tadi, ada sedikit kecewa dihati Ara, Gama bahkan tidak peduli jika Ara memiliki kekasih.
Cafe lagi ramai pengunjung, maklum saja karena weekend,
Raka dan Beni sudah duduk ditempat biasanya, kali ini lagi lagi Lila yang melayani mereka,
Raka mengedarkan pandangannya berusaha mencari keberadaan Ara,
"cari Ara ya Tuan?" tanya Lila yang sudah ada di hadapan mereka.
Raka jadi salah tingkah karena pertanyaan Ara, melihat ekspresi Beni yang hendak menggodanya, Raka jadi gengsi mengakui jika dia memang sedang mencari keberadaan Ara.
"siapa? aku?? tidak... aku hanya melihat lihat saja, sepertinya hari ini cafe ramai sekali" sahut Raka berbohong pada Lila.
"ooh.. kukira Tuan sedang mencari Ara" sahut Lila malu malu.
"memangnya kenapa aku harus mencarinya" sahut Raka dengan ketus.
"eh... tidak tuan, itu... karena kemarin anda mencarinya jadi saya pikir hari ini anda akan mencarinya lagi!" sahut Lila menjelaskan dengan takut takut.
Raka tidak merespon perkataan Lila dan hanya mendengus kesal membuat Beni semakin bingung dibuatnya.
Karena Raka hanya diam, akhirnya Beni yang menyebutkan pesanan pada Lila.
Ketika pesanan mereka datang, wajah Raka berubah sumringah karena Ara yang mengantarkan pesanannya,
"silahkan Tuan... pesanan anda" kata Ara.
Beni semakin penasaran dengan sikap Raka namun menepisnya kemudian setelah melihat Ara membawa pesanan mereka.
"hai Ara.. apa kabar?" sapa Beni sambil tersenyum.
"baik alhamdulillah Tuan..." sahut Ara sambil membungkukkan badan.
"jangan panggil Tuan donk, kami kan sudah jadi langganan tetap disini.."
"jadi saya harus memanggil apa Tuan?" tanya Ara kikuk.
"Tuaaan lagi.... panggil mas aja.. mas Beni dan mas Raka.. gimana?"
Raka sudah melotot ke arah Beni namun tidak dihiraukan.
"baik mas Beni..." sahut Ara canggung dengan panggilan baru untuk mereka.
"oya Ara, apa kamu masih kuliah?" tanya Beni, Beni melihat wajah Raka yang seolah ingin bertanya lebih pada Ara tapi enggan karena gengsi.
"iya mas.. saya masih kuliah"
"kuliah dimana?" tanya Beni semakin kepo.
"di ABM mas" sahut Ara, ABM adalah salah satu kampus bergengsi dikota ini.
"wow...ABM!" seru Beni takjub.
"saya dapat beasiswa jadi bisa kuliah disana selebihnya saya bekerja paruh waktu disini" jawab Ara yang melihat ekspresi tak percaya di wajah Raka.
"kamu hebat Ara" puji Beni, sedang Raka hanya diam dengan canggungnya.
"biasa aja mas..ya sudah kalo gitu, saya tinggal karena banyak pelanggan hari ini, selamat menikmati" kata Ara seraya menjauhi meja Raka dan Beni.
🕹🕹🕹🕹🕹🕹
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!