NovelToon NovelToon

Gadis Bar-Bar Incaran Badboy Sekolah

001- Rem Sepeda Gue Blong!!!

"Minggiiiir kalian semua, rem sepeda gue blong!" teriak seorang gadis SMA dari atas sepeda kayuh milik kakaknya. Dia berusaha keras mengarahkan sepedanya agar tidak menabrak murid-murid lain yang ada di depannya.

"Minggir-minggir," ucap murid yang lain sambil memerhatikan Hara yang sedang kesulitan mengehentikan sepedanya. Maklum, dia pakai rok sehingga akan jatuh kalau menggunakan kakinya untuk menghentikan sepeda itu.

"Bundaaa, tolong Haraaaa!" teriak cewek itu saat sepedanya semakin tidak terkendali.

Brak!

Hara jatuh dengan sepedanya setelah menabrak sebuah mobil mewah warna merah sampai sedikit penyok. Dia jatuh dengan dahi terkena stang sepeda sehingga terluka. "Jidat gue sakit banget," gumamnya merasa sedikit pusing. Dia menyentuh dahinya dan kaget ketika melihat noda merah di tangan.

"Eh, Lo nggak apa-apa?" tanya murid lain yang ramai-ramai datang menghampirinya.

"Mata kalian nggak lihat apa kalau jidat gue berdarah?" sentak Hara galak, jangan kaget karena itu memang sifat aslinya.

"Sorry, ayo gue bantu Lo bangun!" ucap seorang murid cewek dengan gaya sedikit culun.

"No, no. Gue bisa sendiri." Hara buru-buru menggeleng cepat. "Kalian semua mending pergi dari sini atau gue terkam kalian satu-satu!" teriak Hara membuat semua murid yang semula mengerumuninya langsung pergi begitu saja.

"Emang dasar sepeda butut lo, atau jangan-jangan ini karma karena gue ambil sepeda Kak Marcel tanpa bilang-bilang dulu?" Hara mengusap-usap dahinya yang sakit karena terkena stang sepeda sehingga dia belum sadar kalau mobil merah yang ditabrak tadi penyok.

"Lah, siku gue luka juga," gumamnya saat melihat luka gores di siku. Hara lalu dengan susah payah berdiri sendiri kemudian menendang sepeda kayuh milik kakaknya dengan kesal. "Gara-gara sepeda butut kaya lo gue luka-luka, awas lo ya nggak akan mau gue bawa ke bengkel." Tendang-tendang terus sampai kakinya sendiri yang sakit.

Hara atau Jauhara Faradhita Mahardika adalah murid pindahan yang terkenal galak dan judes dengan murid yang lain. Wajahnya cantik, kulitnya putih, matanya berwarna cokelat tua dan bibirnya agak berisi dihiasi dengan garis-garis tipis yang membuatnya terlihat seksi. Dia senang pergi sekolah menggunakan sepeda kayuh milik kakak laki-lakinya daripada diantar pakai mobil sama sopir.

"Gila, mobil Lo kenapa, Nyet?" ucap seorang cowok dengan penampilan nakal berambut sedikit gondrong yang tiba-tiba saja datang dengan empat tiga orang lain. Kaos putih polos terlihat jelas menapak di tubuhnya karena seragam SMA yang dia pakai tidak dikancingkan.

Mereka adalah anggota geng Atlantis yang konon sangat misterius. Pertama, si wakil ketua geng yaitu Gilang Firmansyah, anak kelas dua belas IPA 4 yang ganteng dan tinggi. Kedua, Arion Rahardian, cowok paling terkenal tengil di gengnya. Ketiga, Anthonino Alexander, cowok paling hangat dan peka di geng. Ke empat, Dhimas Dwidhana, tampan, tinggi, tapi sayangnya lemot banget kalau disuruh mikir.

"Mobil? Penyok?" Hara langsung buru-buru memerhatikan mobil yang dia tabrak tadi. "Astaga, ternyata beneran penyok, gimana nih?" Hara panik sendiri jadinya.

"Siapa sih yang bikin penyok?" ucap cowok itu lagi.

"Gila, Ganteng banget Kak Gilang," gumam Hara yang matanya langsung tidak berkedip melihat cowok tampan itu.

"Emang mobil gue kenapa?" suara bariton yang mempunyai efek dingin itu langsung menyeruak masuk ke telinga Hara. Brr, tiba-tiba dia merasakan punggungnya sangat dingin seperti berhasil merubah aura musim panas jadi musim salju. Hara buru-buru menoleh ke belakang dan melihat seorang cowok dengan pakaian sedikit acak-acakan berjalan ke arahnya.

"Mobil Lo penyok," jawab cowok nakal tadi sambil menunjuk mobil merah itu.

"Kok bisa, perasaan tadi gue tinggal masih baik-baik saja si Rere," ucap cowok beraura dingin yang terlihat paling tampan di antara teman-teman yang lain.

Ngomong-ngomong, Rere adalah nama mobil merah milik si cowok yang tidak sengaja dibuat penyok oleh Hara.

"Kayaknya mereka nggak lihat gue di sini deh, lebih baik gue kabur sekarang atau ketahuan kalau gue yang bikin mobil merah jelek ini penyok." Hara dengan hati-hati berniat pergi menjauh dari sana, tetapi baru satu kali dia melangkah, seseorang sudah menarik baju bagian belakang sehingga membuat langkahnya terhenti.

"Mau pergi ke mana, Lo?" sentak cowok paling tampan itu yang tidak Hara ketahui namanya.

Ngomong-ngomong, Hara adalah murid baru di sekolah itu dan ini adalah hari keduanya bersekolah. Maklum kalau dia tidak tahu nama cowok itu karena satu-satunya cowok yang dia tahu namanya cuma Gilang dan ketua kelasnya.

"Ke kelas," jawab Hara sewot, dia paling tidak suka kalau bajunya ditarik, mereka pikir dirinya kucing apa.

"Lo yang udah buat mobil gue penyok, 'kan? Tanggung jawab!" sentak cowok itu membalikkan tubuh Hara sehingga mereka berhadapan sekarang. "Cantik-cantik kok perusak, malah mau kabur lagi," ucap cowok itu sambil menatap tajam mata Hara.

"Halah, cuma penyok dikit doang juga. Lagian mobil Lo juga nggak ngerasa sakit, seharusnya Lo aja yang tanggung jawab karena gara-gara mobil Lo, dahi sama siku gue luka!" sentak Hara balas menatap tajam cowok itu, dia pikir dirinya takut dengan cowok itu, jawabannya tentu saja tidak.

"Gila nih cewek, berani banget bentak bos kita," ucap Arion sambil bertepuk tangan.

Plak!

"Kenapa Lo malah ketawa, ege!" sentak Gilang setelah mengeplak kepala Arion.

"Ceweknya keren, cantik spek bidadari baru mentas dari got rumah tetangga," sahut si Dhimas dengan ekspresi datarnya.

"Diam!" teriak cowok paling tampan tadi yang malah emosi karena mendengar ocehan sahabatnya.

"Dih, lagian mulut-mulut kita, kenapa nggak boleh ngomong?" protes Dhimas kesal sendiri.

"Diam atau gue potong burung kecil, Lo!" ancam si cowok paling tampan yang membuat Dhimas mencebikkan bibir kesal untuk menangis juga karena burungnya di bilang kecil.

Hara yang mendengar perdebatan mereka malah sibuk menyimak karena merasa mereka ini cukup lucu.

"Tanggung jawab Lo!" sentak cowok tampan itu lagi.

"Halah, emang berapa sih biaya bengkel mobil jelek begitu doang?" kesal Hara sambil menepis kasar tangan si cowok paling tampan yang masih berada di bahunya.

"Sepuluh juta!"

"Gila! Mana ada biaya mobil sampai segitu, Lo mau nipu gue ya?"

"Jangan banyak bacot, cepat kasih gue duit segitu atau jangan salahin gue kalau pulang ke rumah nanti Lo cuma tinggal nama doang!" ancam si cowok sok menakut-nakuti, tetapi Hara malah tertawa keras mendengarnya.

"Memangnya Lo tahu nama gue?" ejek Hara masih tertawa.

"Jauhara Faradhita Mahardika," celetuk Nino yang berhasil membaca nama di bed seragam Hara sehingga membuat cowok tampan itu pun tahu juga nama Hara.

"Sekarang gue udah tahu nama, Lo. Lo harus tanggung jawab!"

"Ck! Oke, gue transfer 10 juta nanti. Sekarang gue mau ke kelas karena sebentar lagi mau bel." Hara langsung berbalik kemudian berlari secepat kilat menuju kelasnya. Hari ini jam pertama dia ada ulangan matematika dengan Pak Botak sehingga tidak mau telat atau dia akan dihukum membersihkan seluruh toilet sekolah.

"Jauhara, gue tandain, Lo!" teriak si cowok paling tampan, matanya masih menatap kepergian Hara sampai cewek itu tidak terlihat lagi di matanya.

"Cantik banget, Bos. Boleh tuh dijadiin pacar," komentar Gilang sambil merangkul bahu cowok paling tampan itu.

"Singkirin tangan Lo kalau nggak mau gue bikin patah!" sentak cowok paling tampan itu galak.

"Oke-oke."

002- Cewek Tukang Rusuh

"Oke anak-anak, sekarang ulangan matematika akan segera dimulai. Seperti biasa, sistem bapak adalah satu soal langsung dikerjakan dan langsung koreksi saat itu juga. Setelah selesai baru lanjut ke soal berikutnya. Jumlah soal hanya lima, waktu pengerjaan per satu soal hanya lima menit," ucap Pak Botak, guru matematika terkenal paling galak dan tegas, tetapi kadang suka ngelawak juga.

"Masa cuma lima menit, Pak. Buat berak aja nggak cukup," celetuk Ghozi, murid yang terkenal paling tengil di kelasnya Hara.

"Diam kamu Ghozila!" sentak Pak Botak.

"Enak aja panggil saya Ghozila, nama saya Ghozi Alwansyah, Pak!" protes Ghozi tidak terima. Masa nama yang bagus begitu diganti seenak bakso di warung sebelah.

"Saya tidak peduli. Ulangan akan dimulai dalam hitungan ke tujuh. Satu, dua, tujuh. Soal pertama ...."

"Gila tu si Botak, masa ngitung habis dua langsung tujuh. Katanya guru-guru matematika, masa ngitung gitu doang nggak bisa," gumam Hara yang duduk di barisan paling depan, tetapi di pojok dekat dengan pintu.

Hara tidak kesulitan mengerjakan soal matematika yang tergolong sulit itu. Materi statistika, biasanya banyak murid yang tidak bisa belajar materi matematika yang satu itu karena ribet dan bikin pusing. Namun, bagi Hara itu tidak cukup sulit walau dia juga tidak terlalu pintar matematika.

Waktu terus berlalu, banyak murid di kelas itu yang berdecak kesal karena pusing dengan ulangan dari Pak Botak, tetapi empat puluh lima menit kemudian semuanya berhasil selesai walau harus ada tambahan waktu lima belas menit dari yang seharusnya.

"Pak, seriusan ini nilai saya sepuluh? Perasaan tadi ada yang saya jawab salah," protes Hara, padahal yang mengoreksi adalah teman beda bangku.

Pak Botak awalnya tidak mau peduli, tetapi akhirnya dia mengambil kertas Hara kemudian mengeceknya. "Ngakunya murid bodoh, ternyata kamu pinter juga," puji Pak Botak sambil mengacungkan jempol.

Hara berdecak kesal, niatnya mau pura-pura jadi murid bodoh, tetapi malah dia lupa mengerjakan semuanya dengan mudah.

Setelah ulangan selesai, mata pelajaran langsung berganti dan Hara malah sibuk tidur karena mengantuk mendengar penjelasan tentang fisika.

Waktu istirahat tiba, Hara buru-buru pergi ke kantin karena dia lapar.

"Hara!" panggil Nino yang tiba-tiba datang menghampirinya. Tapi, Hara tidak tahu namanya.

"Lo siapa?" tanyanya judes.

"Gue Nino, temannya Juan," jawab Nino sambil tersenyum hangat.

"Juan itu siapa? Gue nggak kenal," ucap Hara lagi karena dia memang tidak punya teman bernama Juan.

"Juantariksa Haidar, cowok yang mobilnya Lo buat penyok tadi pagi," katanya menjelaskan.

"Oh." Hara acuh tak acuh, dia memilih melangkah cepat meninggalkan Nino kemudian memesan mie ayam di kantin itu. "Mbak, mie ayam dua porsi, mienya setengah matang tanpa daun bawang!" teriaknya pada mbak-mbak kantin penjual mie ayam.

"Siap, ditunggu," seru mbak kantin bahagia.

"Oke." Hara mengacungkan dua jempol sebagai tanda setuju.

Hara kemudian duduk di bangku kosong yang ada di sana dan Nino pun ikut duduk di sana. "Lo ngapain ikut duduk di sini?" tanyanya sewot, tidak suka dengan cowok yang sok kenal dan sok dekat dengannya.

"Lo murid baru, ya?" tanya Nino mengabaikan pertanyaan Hara yang sebelumnya.

"Bukan urusan, Lo," ketus Hara sama sekali tidak tertarik menjawab pertanyaan Nino.

"Judes banget sih, padahal gue tanya baik-baik." Nino masih tersenyum, jujur saja senyumannya itu sangat manis, rasanya gula saja kalah dengan manisnya, apalagi Nino punya dimple.

"Bodo amat." Hara tidak peduli.

"Dahi Lo luka, 'kan. Nih gue bawa plester buat, Lo!" Nino memberikan dua plester luka dengan merk inisial H ke depan Hara. "Gratis," katanya lagi.

"Kok Lo perhatian banget sama gue? Jangan-jangan Lo punya niat terselubung?" tuduh Hara sok waspada.

"Nggak kok." Nino menggeleng pelan. Dia mengambil kembali plester yang sempat dia berikan kepada Hara tadi kemudian dia buka dan dia tempelkan ke dahi Hara yang terluka. "Cepat sembuh ya, gue pergi dulu," katanya kemudian langsung kabur begitu saja.

Hara masih bengong karena perlakuan manis cowok itu, tetapi ketika kesadarannya kembali, dia langsung menggeleng kemudian mencebik kesal, merasa heran dengan tingkah cowok bernama Nino tadi.

Dua porsi mie ayam terhidang di mejanya, Hara menarik satu mangkok kemudian menambahkan sambal dan langsung melahapnya setelah berdoa. Dia memang tipe orang yang suka rasa original dan bumbu tambahan hanya sambal saja, dia tidak suka kecap ataupun saos karena menurutnya itu sangat merusak citarasa yang asli.

Saat dia sedang asik makan porsi kedua, tiba-tiba saja seseorang menuangkan banyak saos dan kecap juga sambal di mangkoknya. Hara langsung mendongak untuk melihat siapa yang telah lancang mengganggunya, tetapi ketika dia baru saja mendongak, tiba-tiba wajahnya langsung disiram menggunakan jus jeruk.

"Cewek sok kecakepan kaya Lo emang pantes diginiin," ucap seorang cewek dengan penampilan berlebihan menurut Hara. Hara bahkan tidak kenal dengan cewek sok kecakepan itu.

"Lo apa-apaan sih, kenal sama gue aja nggak, main siram segala!" sentak Hara tidak terima.

Sentakannya membuat beberapa pengunjung kantin memerhatikan mereka sambil berbisik-bisik.

"Gue Rani, cewek paling terkenal di sekolah ini." Cewek itu memperkenalkan dirinya dengan begitu sombong. Oke, Hara akui kalau wajah Rani memang lumayan cantiknya, tolong digaris bawahi 'lumayan'.

"Lo pikir gue peduli?" Hara tersenyum sinis, dia tidak takut dengan cewek sok kecakepan itu.

"Lo!" Rani menuding wajah Hara dengan jari telunjuknya yang dengan cepat langsung Hara tepis dengan gerakan kasar.

"Apa?" sentak Hara kesal.

"Ngeselin banget!" sentak Rani emosi.

"Gue nggak punya urusan ya sama, Lo. Jadi, Lo nggak usah nyari gara-gara sama gue! Kenal aja enggak, malah nyari gara-gara. Lo caper banget jadi cewek, jijik gue lihatnya!" sentak Hara menatap sinis cewek itu.

Byur!

Tiba-tiba saja Rani kembali menyiram wajah Hara, kali ini menggunakan jus alpukat yang jelas-jelas kental sehingga menempel di wajah Hara.

"Rasain!" Hara mengangkat mangkok mie miliknya dan melemparkan isinya ke wajah cewek bernama Rani tadi.

Semua orang yang ada di kantin sangat terkejut karena perbuatannya, tetapi mereka hanya menonton tanpa berniat menolong salah satu dari mereka. Justru, beberapa dari mereka terlihat senang melihat ada orang yang membalas perbuatan jahat Rani.

"Aaa, mata gue perih banget. Tolongin gue!" teriak Rani sambil merintih kesakitan.

Sementara itu, Hara langsung mengambil uang dan membayar mie miliknya tadi kemudian pergi begitu saja meninggalkan kantin. Dia akan membasuh wajahnya ke kamar mandi.

Tanpa banyak orang sadari, seorang cowok memerhatikan perbuatan Hara sambil tersenyum.

003- Balas Dendam

"Siapa sih itu cewek kurang ajar banget. Kenal juga enggak main guyur aja, syukurin deh tadi mata dia sakit. Semoga nggak sampai buta," gumam Hara sambil terus melangkah menuju toilet siswa. Baju seragamnya sudah kotor semua dan tidak mungkin dia sekolah dengan seragam yang seperti itu. Hara pun menatap ke sekeliling untuk mencari orang yang sekiranya dia kenal. "Woy, Tralala, sini, Lo!" teriak Hara ketika melihat salah satu teman sekelasnya sedang duduk santai dengan teman kelas yang lain.

"Lo manggil gue?" tanya cewek yang dipanggil Hara seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, ke sini sebentar! Gue mau minta tolong sama, Lo!" pinta Hara memohon.

Cewek yang dipanggil Tralala tadi pun langsung meninggalkan teman-temannya dan menghampiri Hara sambil bertanya-tanya Hara ingin dibantu apa. Dia juga bingung kenapa pakaian Hara bisa kotor semua dan dia menebak-nebak kalau Hara pasti menjadi korban bullying. "Hara, nama gue Ella, bukan Tralala! Jadi, panggil gue dengan nama yang benar baru deh gue tolongin, Lo!" ucap Ella sambil melihat kedua tangan di depan dadanya yang kecil.

Tolong jangan dianggap serius ya pembaca.

"Oke, Lala. Gue minta tolong beliin seragam sekalian hijabnya juga di koperasi sekolah. Ini duitnya, sisanya nanti Lo ambil aja! Gue mau ke toilet dulu buat bersih-bersih, nanti seragamnya tolong diantar ke toilet juga!" Hara memberikan satu lembar uang seratus ribuan kepada Ella.

"Hara, tapi uang, Lo–" Belum juga selesai bicara, Hara sudah memotong ucapannya.

"Sisa banyak? Udah ambil aja semua sisanya, gue ikhlas kok," kata Hara tulus.

"Bukan begitu, tapi uang yang Lo kasih kurang dua ratus ribu. Harga seragam di sini tiga ratus ribu sisa seribu," kata Ella sambil menatap Hara kesal. Bisa-bisanya cewek itu berpikir kalau harga seragam sekolah di bawah seratus ribu.

"Haha, gue kira sisa banyak." Hara tertawa kemudian merogoh saku roknya, mengambil satu lembar uang merah dari sana. "Nih!"

"Kurang seratus ribu, ini kan baru dua ratus ribu?" protes Ella setengah kesal, rasanya ingin melempar uang itu ke muka Hara dengan kasar.

"Hehe, yang seratus ribu gue ngutang dulu sama, Lo! Besok gue ganti." Hara nyengir tanpa ada raut berdosa sama sekali, hari ini dia cuma membawa uang dua ratus lima puluh ribu ke sekolah dan yang lima puluh ribu sebagian sudah dia pakai beli mie ayam di kantin sekolah tadi.

"Ck, oke gue pinjemin Lo yang seratus ribu. Tunggu di sini gue beliin dulu seragamnya!" ucap Ella dengan raut wajah kesal, rasanya ingin memaki Hara, tetapi malas.

"Gue mau nunggu di toilet."

"Seterah Lo aja deh, Ra!"

"Terserah, Lala!" ralat Hara langsung.

"Ya itu maksud gue, seterah," ucap Ella seraya berbalik badan kemudian segera pergi ke koperasi.

"Dikata terserah masih aja salah bilang seterah," gerutu Hara sambil melanjutkan langkahnya menuju toilet, tetapi sialnya ketika di jalan dia malah dihadang oleh segerombolan cowok tampan tetapi terlihat nakal yang dia temui pagi hari tadi. Minus Juan karena cowok itu tidak terlihat bersama gengnya. "Ngapain Lo semua ngehadang gue?" tanyanya ketus.

"Idih, jangan sok kepedean deh! Orang kita nggak ada niatan ngehadang, Lo!" kata Arion sambil tertawa mengejek.

"T-tapi bukannya kita memang mau ngehadang cewek ini ya?" tanya Dhimas dengan begitu polos dan langsung mendapat pukulan di kepala yang dilakukan oleh Gilang.

"O'on banget sih jadi orang!" maki Gilang dengan begitu kesal.

"Jangan kasar-kasar sama aku dong, Lang! Kelapa aku sakit banget tau!" Dhimas mengusap-usap kepalanya bekas pukulan Gilang tadi.

"Nggak usah pakai aku kamu, geli banget gue dengernya!" maki Arion tepat di telinga Dhimas sambil bergidik kegelian.

"Kepala, Dhimas! Bukan kelapa, kalau kelapa airnya enak diminum, nah kalau air di kepala Lo kesukaan para vampir." Nino merangkul bahu Dhimas kemudian meniup ubun-ubunnya.

Lah, dia pikir Dhimas kesurupan mungkin. Dasar, Nino!

Hara hanya memerhatikan mereka sekilas kemudian pergi begitu saja meninggalkan keempat cowok tadi yang masih saja ribut karena menanggapi Dhimas yang lemotnya minta pukul.

"Otak itu letakkan di kepala, Dhimas! Jangan di lutut!" Gilang menoyor kepala Dhimas kemudian pergi menyusul Hara yang sudah kabur.

Gilang berlari karena dia tidak mau kalau sampai kehilangan cewek itu. Dia bahkan dengan tidak tahu malunya masuk ke toilet siswa, memang sih toilet umum sehingga cewek cowok bisa masuk, tetapi saat itu toilet siswa lebih banyak diisi cewek sehingga Gilang harus menahan malu karena masuk ke sana.

Bahkan dia sampai dikatai cabul oleh beberapa cewek di sana sampai-sampai dilempar air dan bra.

"Apa? Bra? Ini bra punya siapa woy?" teriak Gilang sambil melempar bra tadi ke sembarang arah. "Gila ya, cewek di sekolah gue kenapa seremnya ngalahin hantu Hanako-San." Gilang bergidik lalu memilih berlari keluar toilet daripada keluar dari sana sudah sudah tidak perjaka lagi.

Woy, Gilang! Lo mikirnya kejauhan ege! Otak Lo kayaknya harus dicuci pakai sabun sinar matahari karena isinya kotoran semua. Author hanya bisa memaki dalam hati.

Sementara itu, Hara yang mendengar keributan di luar hanya mengangkat bahu acuh tak acuh. Dia fokus membersihkan wajahnya yang kotor oleh jus alpukat tadi.

...***...

"Ran, apa Lo nggak mau balas dendam sama tuh cewek kurang ajar?" Thalita, teman Rani bertanya kenapa cewek yang duduk di ranjang UKS setelah mengobati matanya.

"Gue bakal balas dendam sama dia, bisa-bisanya dia bikin mata gue sakit. Awas saja, pulang sekolah nanti gue bakal ngasih pelajaran buat dia," kata Rani menggebu-gebu, dia benar-benar membenci Hara sampai ke akar-akarnya.

"Ran, Lo kan bukan guru. Kok Lo mau ngasih pelajaran ke cewek itu sih?" Dhila menggaruk pelipisnya yang tidak gatal karena bingung dengan kata-kata ketua geng The Angel's.

"Nggak gitu konsepnya, Dhila! Lo udah cocok banget jadi pacarnya Dhimas. Sebelas dua belas o'onnya," seru Thalita sambil mengusap dada, dia harus ekstra sabar menghadapi temannya yang satu itu.

"Aaa, jangan bilang soal Dhimas, dong! Cinta gue ditolak kemarin, hiks ... mamaaa!" Dhila malah menangis sambil guling-guling di lantai UKS.

Rani dan Thalita yang melihatnya hanya bisa menggeleng kepala dan tidak peduli. Mereka berdua justru memilih pergi dari UKS karena sebentar lagi bel pulang sekolah akan berbunyi. Mereka memang sengaja bolos tiga mata pelajaran sekaligus karena malas belajar.

Mohon jangan ditiru ya semuanya!

Ketika jam pelajaran selesai, banyak murid yang langsung memilih pulang walau ada beberapa yang masih memilih diam di sekolah dan bermain dengan gengnya atau ikut kegiatan di luar jam pelajaran.

Rani dan kedua temannya sudah standby menunggu Hara keluar dari kelasnya. Mereka akan balas dendam saat itu juga dan berniat membuat Hara keluar dari sekolah itu bagaimanapun caranya. Ngomong-ngomong, sebenarnya yang membuat Rani kesal dengan Hara karena murid baru itu bisa dekat dengan Juan, padahal selama ini dia selalu gagal dekat dengan cowok incarannya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!