Dinginnya udara di pagi hari, menyelimuti kawasan hutan larangan, di Pegunungan Dewa Agung. Rasa dinginnya hingga menusuk tulang dan meresap masuk kedalam sumsum.
Dari jauh, tampak seorang remaja berusia 16 tahun, dengan penuh semangat, melangkahkan kakinya menuju sebuah hutan larangan, dikawasan gunung tersebut.
Sekelompok pemuda yang berpapasan, mengejeknya. "Lihat itu si hina, yang sedang mencari kematiannya!" Ejek pemuda pertama.
"Dia itu aib dikampung kita," sambung pemuda lainnya.
Remaja yang selalu di hina itu, terus melangkahkan kakinya, menghiraukan hinaan tersebut. "Aku harus menjadi kuat," ucapnya dalam batin.
Jiwanya bergetar. Meskipun langkah kakinya terus terayun, namun dari mimik wajahnya, terlihat sepenggal rasa dendam. "Aku harus berusaha untuk menjadi kuat," batinnya lagi.
Remaja itu bernama Arya Kusumah, seorang remaja sebatang kara, yang hidupnya terlunta-lunta, dan selalu mendapat hinaan dari orang-orang sekampungnya.
Penghinaan dan cacian yang dia terima, terjadi setelah kedua orang tuanya meninggal, hidupnya sebatang kara, hanya ada seorang sepuh sebagai Ketua Kampung, yang selalu memberikan perhatian kepadanya.
Namun oleh saudara-saudaranya, dia dikucilkan, dan dianggapnya sebagai pembawa sial, sampai-sampai ketika kedua orang tuanya meninggal, dituduhkan kepada dirinya sebagai anak pungut pembawa sial.
Anak pungut! Dia selama ini memikirkan, siapakah orangtua Arya yang sebenarnya. Walaupun dia mencari tau, namun seorangpun dari saudaranya, tidak ada yang tau persis, kapan dan siapa yang membuang dirinya, dan ditemukan dipinggir hutan oleh seorang pria setengah baya, ketika pria itu tengah mencari kayu bakar.
Karena asal usul dirinya tidak jelas itulah, maka dirinya dianggap sebagai anak pungut pembawa sial.
Meskipun Arya selalu di hina, dituduh pembawa sial, dilempari batu dan diusir dengan penuh cacian. Dia tidak bisa membalasnya, karena dirinya sendiri merasa sebagai orang yang sangat lemah, untuk melawan orang-orang yang memiliki kekuatan.
Hingga dia akhirnya nekad memasuki hutan larangan, hanya untuk mendapatkan sebuah keberuntungan.
Dengan hanya mengandalkan keberanian, dan berharap bertemu dengan sebuah keberuntungan, yang dapat merubah nasibnya, Arya terus melangkahkan kakinya, dengan penuh semangat dan keyakinan yang kuat didalam dirinya.
Menjelang sore, akhirnya akhirnya menemukan sebuah sungai, yang airnya sangat jernih.
Dengan tubuhnya yang lelah, dan keringat yang membasahi pakaiannya, Arya berniat membersihkan dirinya, sebelum melanjutkan kembali perjalanannya.
Setelah membuka pakaiannya, lalu Arya melompat ke sungai, dan terus menyelam ke dalam air.
Dengan mengandalkan kemampuan fisiknya yang lemah, Arya mampu bertahan beberapa menit di dalam air. Lalu kembali muncul di permukaan air, dan bergegas beranjak dari sungai.
Setelah mengenakan pakaiannya kembali, kemudian dia melanjutkan perjalanannya lagi, memasuki hutan larangan.
Saat memasuki bagian dalam hutan larangan, dia merasakan aura yang semakin kuat menerpa dirinya. Walaupun demikian, dia terus melangkahkan kakinya memasuki hutan larangan lebih dalam lagi.
Kemudian dia menghentikan langkahnya sejenak, saat tiba-tiba lapisan kabut tipis bergerak, menyelimuti seluruh hutan larangan.
Arya berharap, semoga dapat menemukan sesuatu yang berharga, didalam hutan tersebut.
Dia terus melangkahkan kakinya, melewati kabut tipis itu.
Tiba-tiba Arya terkejut, mendengar suara teriakan yang menggema di seluruh hutan larangan.
"Hai bocah nakal! Berani-beraninya kamu memasuki kawasan hutan terlarang!"
Suara tersebut menggema, diseputaran kawasan hutan larangan.
"Hari ini kamu akan menjadi santapan ku!"
"Tuan, siapa anda? Aku tidak bermaksud mengganggu tuan, aku hanya tersesat," ucap Arya memberanikan diri.
"Hari ini kamu tetap akan menjadi santapan ku." Suara itu terus menggema.
Tanpa berpikir panjang, Arya lalu berlari sekencang-kencangnya, sambil mencari jalan keluar dari hutan larangan. Namun tidak semudah yang dia pikirkan, karena dalam keadaan kalut, dia lari selari-larinya. Tanpa memperhatikan keadaan disekitarnya. Dia terus berlari memasuki hutan lebih dalam lagi. Akibatnya, tanpa disadari, dia berhadapan dengan seekor hewan buas. Tanpa berpikir lagi, dia balik arah menuju ke sebelah kiri, dan terus berlari sekencang-kencangnya.
Tidak terasa, dia tiba didepan sebuah gubuk tua, ditengah hutan. Dia sejenak diam mematung, memperhatikan keadaan disekitar gubuk tua itu.
Tiba-tiba, muncul seorang pria sepuh dihadapannya, entah darimana datangnya, menghampiri Arya yang mematung, yang memperhatikan sosok pria sepuh tersebut.
Wajah sepuh itu tersenyum, ketika melihat Arya, lalu pria itu menggunakan mata malaikatnya untuk melihat tubuh Arya, hingga membuat pria sepuh itu semakin tersenyum renyah.
"Hmm...! Tipe tubuh kaisar," batin pria sepuh itu takjub.
Kemudian pria sepuh, membawa Arya masuk ke dalam gubuk tua.
Swhuusss.... Whuungg....
Seperti dalam mimpi, tiba-tiba Arya berada disebuah Istana Kerajaan yang megah.
"Nak...! Siapa nama mu? Tanya pria sepuh tersebut dengan ramah.
"Arya Kusumah," jawabnya gugup. "Tuan, dimana ini?" Tanya Arya bingung.
"Saat ini kamu berada didalam dunia kecil ku, dan ini adalah Istana Kerajaan Dewa Agung," jawab pria sepuh.
Tanpa basa-basi lagi, pria sepuh itu meminta Arya untuk menjadi muridnya.
"Panggil aku Kakek Guru Widjaya, kamu akan menjadi muridku," ucapnya tersenyum ramah.
Arya tidak segera menjawab.
"Apakah kamu bersedia?"
Arya malah bingung. Ditatapnya Kakek Guru Widjaya lekat-lekat.
"Arya, apakah kamu bersedia?" Tanya ulang Kakek Guru Widjaya.
Setelah berpikir cukup lama, Arya menganggukkan kepalanya.
"Aku bersedia Kakek Guru!" Ucap Arya, memberi hormat berlutut dihadapan Kakek Guru Widjaya.
"Hahaha.... Akhirnya setelah ribuan tahun, aku memiliki seorang murid," ucapnya bahagia.
Arya terkejut mendengar ucapan gurunya. "Kakek Guru, siapakah anda sebenarnya?" Tanya Arya penasaran.
"Suatu saat nanti, kamu akan tau siapa diriku yang sebenarnya. Sekarang yang perlu kamu tau, aku adalah gurumu," ucap Guru Widjaya. "Baiklah, hari ini kamu istirahat dulu. Karena besok kita akan memulai latihan," tambahnya.
Setelah berkata, pria sepuh itu lalu menunjukkan sebuah kamar, untuk Arya istirahat.
Didalam kamar, Arya berusaha untuk berkultivasi. Meskipun dirinya dianggap cacat, karena tidak bisa berkultivasi, sehingga saudara dan penduduk kampung, menganggapnya sebagai pemuda pembawa sial, namun dia tidak berputus asa, berusaha dan berusaha terus.
Pagi harinya, Arya sudah mulai latihan, dibimbing oleh Kakek Guru Widjaya.
"Ini adalah air terjun es. Silahkan kamu berendam dibawah air terjun," perintah Kakek Guru Widjaya.
Arya menuruti perintah Kakek Gurunya, tanpa membantahnya.
Pertama masuk, airnya terasa dingin. Setelah berendam cukup lama, rasa dingin itu semakin menjadi dan menjalar ke seluruh tubuhnya. Kulit, daging dan tulang-tulangnya terasa membeku, hingga Arya berusaha menahan rasa dingin, yang membekukan tubuhnya, dengan mengalirkan energi murni keseluruh tubuhnya.
Sekuat mungkin, dia harus bertahan agar tetap sadar. Meski terasa sangat menyakitkan "Aku harus berhasil dan menjadi kuat," batin Arya menahan rasa sakitnya.
Tubuhnya semakin tegang dan membeku.
"Tetap bertahan. Air itu tidak akan membunuhmu," kata Kakek Guru Widjaya.
Arya yakin, bahwa kata-kata gurunya benar, dan gurunya akan melindunginya.
Menjelang malam harinya, dia sudah tidak merasakan dingin lagi. Malah kebalikannya, tubuhnya terasa hangat dan nyaman. Namun perutnya terasa perih karena lapar.
Setelah dia diperintahkan oleh gurunya, untuk beranjak dari air terjun. Baru dia menghampiri gurunya, yang sudah membakar dua ekor ayam hutan.
"Makanlah," ujar gurunya.
"Hmm... Kebetulan aku lagi lapar," batin Arya, sambil meraih seekor ayam panggang dihadapannya.
Setelah merasa kenyang, Arya lalu beristirahat masuk ke kamarnya.
Esok harinya, dia disuruh membaca semua kitab-kitab suci kuno, yang ada didalam sebuah ruang pustaka istana.
Banyak kitab-kitab suci kuno, yang memiliki tingkatannya masing-masing. Begitu juga dengan kitab tingkatan kultivasi.
Setiap hari, Arya berlatih dengan berendam dibawah air terjun es, dan membaca semua kitab-kitab suci kuno, yang ada di ruang pustaka istana tersebut.
Selain fisiknya semakin kuat, pengetahuannya tentang dunia kultivasi menjadi semakin luas.
Tidak terasa, sudah satu tahun berlalu, tubuh Arya menjadi lebih kuat, pada saat bergerak terasa lebih ringan. Titik-titik meridian ditubuhnya telah terbuka, sehingga dapat menyerap kekuatan dari luar menjadi tenaga inti.
Kekuatan fisik Arya, meningkat pesat dan kuat. Kualitas tulangnya juga semakin meningkat.
Kualitas tulang memiliki tingkatan, mulai dari yang terendah seperti tulang gajah, tulang Qilin, Phonix, dan tulang naga. Setiap tingkatan terbagi menjadi tingkat perunggu, perak, emas, berlian dan dewa.
Sedang Arya sendiri, setelah berlatih terus menerus, saat ini kualitas tulangnya telah mencapai tulang naga tingkat berlian, satu tahap lagi naik ke tingkat dewa.
"Nak Arya, besok kamu pindah berendam di air panas mendidih. Kebalikannya dari air es yang membeku," ucap gurunya.
"Baik Kakek Guru," jawab Arya semangat.
Pagi harinya, Arya mulai berendam di air panas yang mendidih. Tampak permukaan air itu, mendidih dan mengeluarkan uap panas.
Arya memberanikan diri memasuki bak air yang mendidih. Tiba-tiba uap air panas itu, bergerak menyelimuti seluruh tubuhnya.
"Oohhh...." Keluh Arya, menahan rasa panas yang menyakitkan.
"Ohh... Akhh..." Keluhnya lagi, sambil merasakan rasa panas yang menyakitkan.
Enam jam berlalu, kini Arya sudah tidak merasakan rasa panas itu lagi.
"Hahaha.... Tipe tubuh kaisar langit memang sangat luar biasa," ujar Kakek Guru Widjaya, sambil terus mengawasi muridnya.
Setiap hari terus menerus, Arya berlatih dengan berendam di bak air panas yang mendidih, dan membaca kitab-kitab suci kuno.
Bersambung....
Melalui latihan yang sangat keras, kemampuan fisik Arya semakin kuat. Tanpa menggunakan jurus pun, dia mampu mengalahkan pendekar langit tahap puncak.
Kualitas tulang Arya, sudah mencapai tulang naga tingkat dewa, sehingga kekuatan fisiknya menjadi luar biasa.
Sekarang Arya sudah waktunya untuk memilih jurus, dan teknik bertempur secara khusus, yaitu jurus-jurus Rajawali Sakti.
Diantaranya jurus Cakar Rajawali, Cengkraman Rajawali, Benteng Sayap Rajawali, Rajawali Memangsa Lawan, Rajawali Mencuri Kekuatan, serta Dewa Rajawali Mengunci Lawan.
Dimana jurus dan teknik bertempur ini, memiliki daya tempur yang dahsyat, selain dapat mencengkram dan mengunci musuh-musuhnya dari jarak jauh, juga dari telapak tangannya dapat mengeluarkan kekuatan api dan petir, yang sangat mengerikan. Sesuai keinginan penggunanya.
"Aku ingin melihat semangat latihan mu, maka kamu harus berlatih teknik bertempur, dan jurus Rajawali Sakti," ujar gurunya.
"Baik Kakek guru," jawab Arya, menghampiri gurunya.
Kemudian Guru Widjaya, mentransfer ilmu kekuatan rajawali sakti ke tubuh Arya. Terasa oleh Arya, ada kekuatan dari gurunya menjalar ke seluruh tubuhnya.
Dibelakang tubuh Arya, muncul dua burung rajawali raksasa, dengan cengkraman tangannya yang sangat kuat dan mengerikan.
"Hahaha... Sempurna," ujar gurunya tertawa renyah.
"Kakek Guru, apa artinya itu?" Tanya Arya penasaran.
"Itu artinya, kamu dapat mempelajari jurus dan teknik bertempur Rajawali Sakti dengan mudah. Dan dua burung rajawali raksasa itu, dapat membantu mu dalam setiap kesulitan yang kamu hadapi," kata gurunya menjelaskan.
"Terimakasih Kakek guru," ucap Arya sumringah senang.
Setelah proses transfer ilmu Rajawali Sakti, kemampuan pemahaman teknik jurus dan kultivasinya, menjadi lebih baik, apalagi Arya begitu tekun memahami jurus dan teknik bertempur Rajawali Sakti, hingga menjadikan jurus Rajawali, menjadi jurus yang sangat luar biasa.
Keunggulan jurus rajawali, dapat menguatkan kekuatan jiwa dan kekuatan fisiknya. Dan dapat meningkatkan daya tempur jiwa dan fisiknya.
Beberapa waktu berlalu, Arya dan gurunya keluar dari dunia kecil, dan kembali ke hutan larangan. Mereka berdua muncul disebuah gubuk tua.
"Nak, coba kamu berlatih bertarung dengan hewan buas, atau hewan siluman. Di hutan ini banyak hewan buas dan hewan siluman. Kamu cari hewan buas dan hewan siluman, dengan level tinggi, agar daya tempur mu semakin meningkat," ucap gurunya, memberi perintah kepada Arya.
"Baik Kakek guru," jawab Arya, lalu beranjak dari hadapan gurunya, pergi mencari hewan buas, atau hewan siluman untuk menjajal kemampuan bertarungnya.
"Hmm... Hutan ini ternyata sangat menyeramkan," batin Arya, sambil terus melangkahkan kakinya, menuju ke sebuah tempat hewan siluman berkumpul.
Tidak begitu lama, Arya sudah tiba ditempat para hewan siluman berkumpul. Lalu dia melompat ke sebuah dahan pohon, untuk mengamati situasi ditempat itu.
Ada beberapa hewan siluman yang sedang rebahan. Dengan kecepatannya, Arya melompat dari dahan pohon, menghampiri sekumpulan hewan siluman, sambil memberikan pukulannya.
Duar.... Duar....
Arya memukul beberapa hewan siluman. Pukulan setengah kekuatan Arya, menghempaskan beberapa hewan siluman hingga mental menabrak pepohonan.
Pertempuran dimulai. Sama-sama saling menyerang dan bertahan. Arya bergerak cepat memukul hewan-hewan siluman tersebut.
Pertarungan Arya dengan hewan-hewan siluman, tujuannya tak lain hanya untuk menguji kemampuan dan kekuatannya.
Waktu pun berjalan. Pertempuran Arya dengan hewan-hewan siluman, terus berlanjut hingga hampir menjelang sore.
Akhirnya, pertempuran pun berakhir. Posisi Arya duduk lelah, setelah membantai puluhan hewan-hewan siluman.
Setelah kekuatannya pulih, dia bergegas menuju ketempat gurunya.
_______________
Tidak terasa, waktu pun cepat berlalu, sudah tiga tahun Arya berlatih. Berlatih jurus-jurus rajawali sakti, serta berlatih teknik kultivasi jiwa dewa, dan teknik Kultivasi Tingkat Dewa, karena dia sendiri bercita-cita ingin menjadi seorang Kultivator Tingkat Dewa, yang tidak ada tandingannya di seluruh semesta alam raya.
Kesungguhan Arya dalam berlatih, yang sebelumnya dianggap seorang pemuda hina, pemuda sampah, dan seorang pecundang, kini membuahkan hasil. Dia sekarang telah memiliki kekuatan yang cukup mengerikan, ranah kultivasinya sudah berada ditingkat pendekar dewa langit tahap puncak.
Selama di hutan larangan, Arya sudah menguasai jurus-jurus rajawali sakti, dan teknik cengkraman rajawali dengan sempurna, sehingga dirinya semakin bertambah kuat.
"Baiklah, sekarang kamu sudah waktunya meninggalkan tempat ini. Berpetualanglah di alam semesta ini. Bantulah orang yang membutuhkan bantuan. Bunuhlah orang yang pantas dibunuh," ucap gurunya.
"Baik Kakek guru. Aku pamit," jawab Arya, sambil berlutut memberi hormat dihadapan gurunya.
Arya melangkahkan kakinya, keluar dari hutan larangan, menuju kesebuah kota, yang tak jauh dari hutan tersebut.
Sudah banyak kultivator, dan para pendekar memasuki kota. Karena di kota itu, kebetulan sedang diadakan pertarungan untuk memilih perajurit tangguh kerajaan Daha.
Sudah banyak para kultivator, dan orang-orang memenuhi alun-alun.
Arya pun, turut serta dalam acara pemilihan prajurit tangguh kerajaan Daha. Setelah dia mendaftarkan diri, Arya berkumpul dengan para kultivator lainnya, yang juga sama-sama mengikuti pemilihan itu.
Tiba giliran Arya, memasuki arena pertarungan. Para penonton bersorak. Ada juga yang taruhan.
Kehadiran Arya di arena pertarungan pemilihan prajurit tangguh, membuat suasana semakin ramai. Karena sudah banyak kultivator, yang mencoba melawan Arya, namun dapat dikalahkannya dengan mudah.
"Lihat itu! Hanya dengan satu serangan tunggal, lawannya dibuat tak berdaya," ucap penonton, sambil menunjuk ke arah Arya.
Selain para penonton, kehadiran Arya juga menarik perhatian para petinggi kerajaan Daha, termasuk Panglima Kerajaan, Jenderal Besar Begawan Abisana, karena Arya sudah memenangkan enam puluh dua pertarungan tanpa istirahat.
"Sungguh kultivator yang kuat," batin sang jenderal besar kagum.
Para penonton semakin dibuat penasaran, dengan jurus-jurus yang digunakan Arya, tidak seperti jurus-jurus kultivator lainnya. Jurus-jurus yang digunakan Arya, sangat aneh dan asing dimata para penonton.
Setelah Arya memenangkan enam puluh delapan pertarungan, petinggi kerajaan Daha menginterupsi pertandingan.
"Nak, siapakah dirimu?" Tanya Jenderal Besar Begawan Abisana, menatap Arya.
Arya pun balik menatap sang jenderal dan tersenyum.
"Maaf sebelumnya tuan jenderal, aku adalah seorang petualang," jawab Arya, tersenyum ramah.
Pertarungan pun terus berlanjut, hingga tersisa sepuluh besar petarung. Dan Arya urutan pertama, dari sepuluh besar petarung itu.
"Hahaha... Akhirnya kerajaan Daha telah mendapatkan sepuluh petarung yang tangguh," ujar Jenderal Besar Begawan senang.
Arya menjadi pusat perhatian, mengingat kekuatannya dalam bertarung. Banyak para penonton dibuat penasaran, karena para lawan-lawannya, tidak ada yang mampu bertarung dengannya.
Memang menakjubkan, hanya dengan satu serangan tunggal, langsung mengalahkan lawan-lawannya.
"Benar-benar tangguh, selain teknik jurusnya, kekuatan fisiknya juga luar biasa. Bahkan sepertinya dia belum mengeluarkan kekuatan sepenuhnya," batin sang jenderal besar, kagum terhadap Arya.
Sepuluh besar petarung, diperintahkan untuk naik ke panggung.
"Jenderal besar, silahkan memberikan hadiah kepada para pemenang," ucap ketua pelaksana pertandingan.
______________
Akhirnya, ke sepuluh besar petarung, dibawa oleh sang jenderal besar, ke jantung kota metropolitan, kota raja Daha.
Perjalanan dari kota Singaparna, menuju kota metropolitan, memerlukan waktu satu bulan penuh perjalanan, dengan menggunakan kereta kuda.
Kesepuluh petarung mulai menjalin hubungan untuk lebih mengakrabkan diri. Terlebih mereka yang berasal dari satu kota, sehingga mereka harus tetap kompak.
Jenderal Besar Begawan Abisana, sangat senang melihat kebersamaan mereka. Karena jarang hal seperti itu terjadi. Dia berharap, kebersamaan mereka tetap bertahan hingga berada di kota metropolitan.
Setelah cukup lama dalam perjalanan, rombongan Jenderal Besar Begawan Abisana, yang membawa sepuluh orang petarung tangguh, menyempatkan diri untuk mampir disebuah kota yang dilewatinya, Kota pelabuhan Tanjung Perak, yang masih dibawah kekuasaan kerajaan Daha, berlokasi dekat dengan laut, sehingga banyak para pedagang yang singgah untuk menjual barang-barang dagangannya.
"Ternyata kota ini ramai sekali, banyak saudagar kaya pedagang yang singgah," batin Arya, sambil memperhatikan para saudagar kaya.
Setelah memasuki kota, mereka semua mencari penginapan untuk beristirahat. Kesepuluh petarung sudah mendapatkan kamarnya masing-masing, dan mereka semua masuk kamar untuk beristirahat. Kecuali Arya, yang tidak beristirahat.
Arya keluar dari penginapan, untuk mencari sebuah rumah makan. Setelah berkeliling, dia menemukan sebuah rumah makan mewah. Dia pun masuk ke rumah makan mewah tersebut, dan langsung memesan makanan terbaiknya.
Tak seberapa lama, saat dirinya menikmati makanannya, masuk lima pemuda dengan pakaian bangsawan. Satu orang pemuda seperti tuan muda kota.
Mereka berlima menghampiri Arya, dengan angkuh dan arogan.
"Saudara, silahkan saudara pindah dari meja ini. Karena meja ini hanya untuk tuan muda kota," ucap salah satu pemuda itu menatap Arya.
"Kenapa harus di meja ini, kan masih banyak meja yang lain," ujar Arya, tidak senang diusir oleh mereka.
"Apakah kamu tidak tau siapa kami," hardik pemuda lainnya.
"Aku tidak tau, dan tidak mau tau," sergah Arya ketus.
"Bajingan kau, berani menentang tuan muda kota ini," ucap pemuda disamping tuan muda kota.
Duar... Bugh... Brakk...
Tiba-tiba kelima pemuda itu terhempas, menimpa dinding rumah makan. Tidak tahu apa yang terjadi, para pengunjung lainnya juga terkejut, karena tidak ada yang tau persisnya.
Sedangkan Arya hanya tersenyum, sambil terus menikmati makanannya, matanya menatap kelima pemuda yang terlempar itu.
Kelima pemuda itu meringis, merasakan badannya sakit, dan tulang-tulangnya terasa ngilu, karena selain dihantam secara cepat oleh Arya, juga mereka semua terlempar menimpa dinding rumah makan.
"Itulah akibatnya, kalau berani mengganggu orang yang hendak makan," ucap Arya datar.
Kelima pemuda itu lantas keluar dari rumah makan, sambil memberikan ancaman kepada Arya.
"Tunggu balasan dariku," kata tuan muda kota, terus berlalu menjauh dari rumah makan.
Arya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Pengunjung lainnya juga terheran-heran, karena mereka tidak tau apa yang telah dilakukan Arya. Gerakan Arya sangat cepat dan tidak terlihat oleh mata mereka.
Bersambung.....
Dijalanan kota, tidak jauh dari rumah makan mewah, tuan muda kota bersama lima belas pengawalnya, menunggu Arya lewat.
Anak Tuan Kota itu, berniat membalas perlakuan Arya terhadapnya, karena rasa sakitnya, dipermalukan dihadapan umum.
Setelah beberapa waktu berselang, terlihat Arya keluar dari restoran, berjalan menuju kearahnya.
"Ayo kita bersiap," ucap tuan muda kota.
Para pengawal pun mempersiapkan dirinya, dengan senjatanya masing-masing.
Arya terlihat tenang. Tidak ada rasa takut sama sekali, walaupun ia tau bahaya menghadangnya.
"Hmm... Tuan muda kota bersama para pengawalnya. Hanya semut kecil saja, ingin bertingkah," gumam Arya mendengus.
"Berhenti!" Seru Komandan Pengawal.
"Ada apa saudara memberhentikan ku?" Tanya Arya acuh.
"Dasar bajingan tengik. Apa salah dan dosa mu, Hah? Berani-beraninya kamu memukul tuan muda bersama para pengawalnya," hardik Komandan Pengawal tersebut.
"Aku tidak tau, dan tidak mau tau," sahut Arya.
"Bajingan kau. Kamu cari mati!" Seru Komandan Pengawal geram.
"Kalau iya, emang kenapa?"
"Bangsat... Hiaatt...!" Seru Komandan Pengawal, langsung menerjang Arya.
Arya sangat tenang. Dia sedikit pun tidak bergeser dari tempatnya. Malah menadah terjangan pukulan tersebut.
Duaar.... Boom.....
Dua kekuatan bentrok.
Komandan Pengawal terlempar jauh. Dan langsung tidak bergerak lagi.
Tuan muda kota, beserta para pengawalnya terkejut. Rasa benci dan marah semakin besar. Jiwanya bergetar, melihat kejadian itu.
"Serang...!" Seru tuan muda kota, memberikan perintah kepada para pengawalnya.
Serentak, semua pengawal mengepung Arya.
"Hanya semut saja, ingin bertingkah." Seringai Arya.
"Bajingan kau, hiaattt...." Serempak semuanya menyerang Arya.
Arya tersenyum, sambil melambaikan tangan kanannya. Namun lambaian tangannya, mengandung unsur kekuatan yang sangat dahsyat, bahkan unsur kekuatannya dapat membuat lawan-lawannya hancur.
Tentu saja, dengan satu serangan tunggal, tuan muda kota dan semua pengawalnya, terhempas kebelakang beberapa ratus meter, hingga menabrak bangunan yang berada ditempat itu.
Pemandangan tersebut, tentu membuat semua orang, yang tengah menyaksikan kejadian itu terkejut. Hanya dengan lambaian tangan seorang pemuda tanggung, dapat melemparkan Tuan Muda Kota dan para pengawalnya.
"Sungguh luar biasa!" Ucap orang-orang itu.
Arya dengan tenangnya melangkah, melanjutkan perjalanan, sedikit pun tidak ada rasa was-was dalam dirinya. Dia menuju penginapan tempat beristirahat, bersama rombongannya.
Arya segera masuk kedalam kamarnya. Setelah membersihkan dirinya, dia berkultivasi di atas tempat tidur.
________________
Didalam Istana Kota.
Tuan Kota Pelabuhan Tanjung Perak, Barmantian, begitu mendapat laporan dari bawahannya, marah besar. Anaknya bersama ke Lima belas pengawalnya, sudah tidak bergerak lagi, dipukul oleh seorang pemuda tanggung.
"Dimana mereka?" Tanya Tuan Kota, menatap bawahannya.
"Dijalanan kota, dekat rumah makan mewah, Tuan," jawab bawahannya.
"Siapkan sepuluh prajurit elit, sekarang kita berangkat ke sana," ucap Tuan Kota.
"Baik Tuan," balas bawahannya.
Tuan Kota beserta sepuluh prajurit elit tingkat Pendekar Spiritual, ditambah dua pengawal Tuan Kota tingkat Pendekar Dewa, berangkat menuju ketempat kejadian.
Sesampainya ditempat kejadian, tampak anaknya bersama lima belas pengawalnya telah mati, terbunuh oleh seorang pemuda tanggung.
"Argh....." Teriak Tuan Kota marah.
"Mulai hari ini. Cari pemuda itu sampai dapat. Bawa kepalanya kesini," perintah Tuan Kota tegas, kepada bawahannya.
"Baik, Tuan," jawab serempak bawahannya.
Tuan Kota, setelah memerintahkan bawahannya, lantas pergi meninggalkan tempat itu, dengan membawa rasa dendam, karena anaknya sudah tak bernyawa lagi.
Tiga hari berlalu, Panglima Kerajaan Daha, Jenderal Besar Begawan Abisana, mendatangi Istana Kota, karena Pelabuhan Tanjung Perak masih berada dibawah kekuasaan Kerajaan Daha.
Tiba di gerbang Istana, prajurit penjaga begitu melihat Panglima Kerajaan Daha, langsung memberi hormat.
"Hormat kepada Panglima Kerajaan Daha." Serentak mereka semua, memberi hormat dan langsung berlutut dihadapan Jenderal Besar.
"Salam Tuan Panglima," ucap komandan jaga, memberi salam.
"Berdiri. Antarkan aku ketempat Tuan Kota Barmantian,"ucap Panglima Jenderal Besar.
"Baik, Tuan Panglima," sahut Komandan Jaga, sambil memimpin jalannya ke ruang kerja Tuan Kota.
Komandan jaga, masuk ke ruang kerja Tuan Kota, memberi tahu bahwa ada Panglima Kerajaan Daha, Jenderal Besar Begawan Abisana.
Tentu saja Tuan Kota terkejut, karena Panglima Kerajaan datang secara tiba-tiba, tanpa memberi tau sebelumnya.
Bergegas Tuan Kota pun keluar, menyambut atasannya.
"Salam, Panglima Jenderal Besar Begawan Abisana," sambut Tuan Kota, memberi salam.
"Silahkan Tuan Panglima." Tuan Kota mempersilahkan Panglima Kerajaan Daha, masuk keruangannya.
"Terimakasih, Tuan Kota," balas Panglima. Kemudian Panglima duduk di kursi kehormatan.
"Maafkan kami, Tuan Panglima. Kami tidak tahu Tuan Panglima berkunjung kesini," ucap Tuan Kota, gemetar ketakutan.
"Aku kemari, karena ada sesuatu hal yang ingin aku tanyakan," ucap Panglima.
"Mengenai apa itu, Tuan Panglima?" Tanya Tuan Kota, penasaran.
"Mengenai perintah mu menangkap prajurit elit kerajaan."
Degh..... Rasa terkejut Tuan Kota Barmantian. Dia tidak menyangka, bahwa yang ingin dia tangkap itu, adalah prajurit elit kerajaan.
"Sudah tau kesalahan mu?" Tanya Panglima Kerajaan Daha.
"Ma.... Maafkan kami, Tuan. Ka.... Kami tidak tahu, apa yang telah kami perbuat."
Tuan Kota langsung bersujud dihadapan kaki Panglima Kerajaan.
"Ohh..., Begitu rupanya. Kesalahan sendiri ditutupi. Kesalahan orang dicari-cari," hardik Panglima.
"Ma.... Maafkan kami, Tuan." Tuan kota gemetar ketakutan.
Panglima Kerajaan Daha menatap tajam, hingga Tuan Kota semakin ketakutan.
"Mohon ampun Tuan Panglima, aku memang bersalah." Tuan kota semakin gemetar.
"Hmm.... Jelas kamu bersalah. Karena kamu telah memerintahkan seluruh prajurit kota, untuk menangkap prajurit elit kerajaan," ucap Panglima menatap Tuan Kota.
Degh.... Hatinya berdetak keras, ketika mendengar ucapan dari Panglima Kerajaan.
"Ka.... Kami, mo.... mohon ampunan Tuan Panglima, karena ketidak tahuan kami." Nyali Tuan Kota yang beringas itu, seketika ciut dihadapan Panglima Kerajaan.
Tuan Kota masih tetap bersujud dihadapan Panglima Kerajaan. Hatinya berdetak kencang, dan jiwanya juga bergetar keras.
"Berdiri," Panglima menyuruh Tuan Kota berdiri dari bersujudnya.
"Sudah tau kesalahan anak kamu, dan para pengawalnya?" Tanya Panglima.
"Sudah, Tuan Panglima."
"Kalau sudah tau, kenapa kamu melindungi orang yang salah. Seharusnya kamu mendidik anak mu biar kelakuannya baik, bukannya malah menjerumuskannya." Tegur Panglima Kerajaan.
"Ma.... maafkan kami, Tuan Panglima." Tuan Kota menunduk, tanda penyesalannya.
"Ya, sudah. Ini jadikan cambuk buat mu. Dan ini merupakan sebuah peringatan keras dariku. Hal semacam ini jangan sampai terulang lagi," ucap Panglima Kerajaan. "Jika sekali lagi terdengar kamu melindungi orang yang salah, walaupun itu anak mu sekalipun. Hukuman berat menantimu," tambah Panglima, mengancam Tuan Kota.
"Mengerti, Tuan Panglima," sahut Tuan Kota menunduk.
Panglima Kerajaan Daha, Jenderal Besar Begawan Abisana, keluar dari ruangan tanpa pamit.
_______________
Diluar Penginapan.
Esok paginya, kesepuluh prajurit elit, bersama para prajurit khusus pengawal Panglima, berkumpul diluar penginapan.
Tak begitu lama, yang ditunggu pun keluar dari penginapan tersebut.
"Para prajurit, aku ingin mengingatkan kalian. Kerajaan Daha adalah kerajaan besar dan terkuat di benua ini. Ada banyak kerajaan lainnya. Namun semua kerajaan menengah dan kecil, tunduk dan patuh pada Kerajaan Daha," jelas Panglima.
Semua prajurit terdiam. Pikirannya pada sibuk menerawang jauh ke masa depan, ketika nanti mereka tinggal di kota besar Metropolitan.
Panglima Kerajaan Daha, melirik kearah Arya, dan berkata, bahwa sebelum melanjutkan perjalanannya, Panglima akan terlebih dahulu membuat Pasukan Elite Angkatan Udara, yang nantinya ada pasukan khusus keamanan Kerajaan Daha dari udara.
"Alangkah baiknya, sebelum kita melanjutkan perjalanan, kita akan mendirikan sebuah pasukan khusus wilayah udara, nama pasukan khusus itu adalah Pasukan Elite Rajawali Sakti," ucap Panglima menjelaskan.
"Sebagai pemimpin pasukan, sudah aku putuskan, yang terkuat adalah sebagai pemimpin dengan pangkat jenderal," kata Panglima.
Tentu saja, prajurit yang terkuat adalah Arya. Dan secara kebetulan, Arya memiliki dua Burung Rajawali Sakti Raksasa. Tepat memang, jika Arya dijadikan pemimpin Pasukan Elit Udara.
"Saudara Arya, aku akan mengangkatmu menjadi jenderal, dan memimpin Pasukan Elit Rajawali Sakti. Tidak ada kata penolakan, atau kata tidak setuju dari yang lainnya. Ini sudah menjadi putusanku, sebagai Panglima Kerajaan Daha," ucap Panglima, menekankan pada semua prajurit.
"Rajawali sebagai pengingat, bahwa pasukan elit kita adalah Pasukan Khusus Angkatan Udara. Yang bertugas mengamankan Kerajaan Daha dari udara," jelas Panglima.
"Kami setuju," sahut semua prajurit serempak.
"Nanti setelah sampai di kerajaan, prajurit lainnya akan bergabung dengan Pasukan Elit Rajawali Sakti, yang merupakan Pasukan Khusus Angkatan Udara Kerajaan Daha," ucap Panglima lagi.
"Hidup Pasukan Elit Rajawali Sakti... Hidup Pasukan Elit Rajawali Sakti....," Ucap gema para prajurit bersamaan.
Arya pun tersenyum senang, melihat para prajurit telah mendukung dirinya menjadi pimpinan pasukan khusus wilayah udara, dengan pangkat jenderal.
"Jika demikian, aku sangat perlu dukungan dan kerjasamanya dari kalian, agar Pasukan Elit Rajawali Sakti menjadi kuat, dan disegani oleh kawan maupun lawan," ucap Arya penuh harap.
"Baiklah, aku setuju" jawab mereka setuju.
"Aku juga setuju," sambung Panglima.
Whuuss.... Whuuss.....
Arya mengeluarkan dua burung Rajawali Sakti Raksasa, dari belakang punggungnya. Tentu saja, hal ini membuat semuanya terkejut, termasuk Panglima.
"Tepat sekali, nama Pasukan Elit Rajawali, dengan pemimpinnya memiliki dua Burung Rajawali Raksasa," ucap Panglima.
"Sekarang sudah resmi, saudara Arya menjadi jenderal Pasukan Rajawali Sakti," imbuh Panglima senang.
Lalu mereka merayakan berdirinya Pasukan Khusus Angkatan Udara Kerajaan Daha, dengan nama Pasukan Elit Rajawali Sakti, dan sekaligus merayakan pengangkatan Arya, menjadi jenderal.
Bersambung.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!