Roda spin sedang berputar dengan kencangnya di sebuah klub malam milik wanita cantik bernama Madame Linda. Malam ini alat spin kembali berputar ketika seorang pria tampan nan gagah mendatangi klub ini.
Suara riuh tepukan tangan memenuhi ruangan yang berisikan wanita-wanita malam yang namanya tertera di mesin spin itu.
"Selamat Mellanie, kali ini namamu yang keluar sebagai pemenang," ucap Madame Linda.
"Wow! Ini sangat menakjubkan! Tidak kupercaya kalau aku akan mendapatkan kesempatan lagi untuk menemaninya semalaman," ungkap Mellanie bahagia.
"Sudah, sana cepat layani Tuan Zeeko dengan baik. Jangan sampai dia kecewa karena sudah membayar mahal dirimu." Madame Linda segera menyuruh anak didiknya itu untuk menemui tamu istimewa malam ini.
Dialah Zeeko Howard. Pria tampan berusia 28 tahun yang di idolakan di klub malam Angels. Pemilik klub Angels adalah sahabat lama Zeeko. Zeeko sering datang ke klub jika tubuhnya merasa lelah dengan pekerjaan. Ia butuh dipuaskan dan memuaskan diri dengan wanita-wanita di klub itu.
Linda sengaja memilih wanita-wanita terbaik yang akan menemani Zeeko semalam suntuk. Berbagi peluh bersama dan juga gairah kenikmatan. Linda membuat permainan spin the wheel untuk menentukan siapa yang akan menemani Zeeko jika pria itu datang.
Linda tak ingin terjadi keributan karena masalah memperebutkan hati Zeeko seperti beberapa saat yang lalu. Hingga akhirnya Linda memikirkan cara ini untuk mengurangi persaingan antar pekerjanya.
...***...
Ruangan temaram itu menjadi saksi bersatunya dua insan yang sedang berbagi peluh dan lenguhan. Zeeko sudah memulai aksinya sejak satu jam yang lalu. Wanita bernama Mellanie ini sangat menikmati permainan Zeeko.
"Tuan, aku senang bertemu denganmu lagi. Aku suka kekuatanmu yang luar biasa."
Zeeko tersenyum menyeringai. "Baiklah, kau nikmatilah ini!" Zeeko menghentak lebih cepat. Membuat Mellanie menggelepar dengan tubuh yang berguncang.
Zeeko menjadi pemain wanita setelah istrinya meninggal dunia karena kecelakaan. Zeeko begitu terpukul dan tak terima dengan takdir yang harus dijalaninya.
Hingga akhirnya pertemuan dengan kawan lawannya secara tak sengaja yang menjadi muncikari sebuah klub malam membuatnya seakan menemukan kehidupan yang baru. Kehidupan sebagai casanova yang bisa memakai wanita manapun yang ia inginkan.
Tak ada rasa cinta sedikitpun dihati Zeeko saat ini dan seterusnya. Baginya hatinya telah ikut pergi bersama dengan Ellea, mendiang istrinya. Ellea adalah cinta pertama dan terakhir bagi Zeeko.
Getaran ponsel Zeeko membuat pria itu sedikit terganggu. Ia sudah bilang pada asistennya, Max untuk jangan mengganggunya jika sedang bersenang-senang.
Zeeko tak bisa berkonsentrasi jika ada yang mengganggu fokusnya saat bercinta.
"Argh, sial! Siapa yang terus menghubungiku?"
Zeeko meraih ponsel diatas nakas dan melihat nama Max disana.
"Astaga! Awas saja kau, Max! Aku akan membuat perhitungan denganmu," geram Zeeko.
"Tuan, biarkan saja panggilan itu. Bukankah kita sedang menikmati waktu berdua?" Mellanie tak ingin kesenangannya terhenti begitu saja karena asisten Zeeko.
"Diam kau! Disini aku yang berkuasa, jadi kau tidak berhak ikut campur urusanku!" Tatapan mata Zeeko yang mengerikan membuat nyali Mellanie menciut.
"Maaf, Tuan."
Zeeko memang terkenal dengan sikap dingin dan angkuhnya. Tidak ada yang bisa bicara santai padanya kecuali Mellanie. Wanita itu berada diatas awan karena beberapa kali melayani Zeeko. Jadi, dia cukup tahu seperti apa perangai Zeeko. Dan ya tentu saja Mellanie berharap jika suatu saat Zeeko mau memperistri dirinya dan bukan hanya sebagai pemuas napsunya saja.
"Halo!" Zeeko akhirnya menerima panggilan dari Max.
Nada suara Zeeko yang berat dan penuh penekanan membuat Max menelan salivanya. Max tahu jika dirinya sudah merusak kesenangan sang bos.
"Ha-halo, Tuan. Ma-maaf jika saya mengganggu waktu Anda..." Max berkata dengan nada terbata. Biasanya asisten Zeeko ini selalu bersikap tegas dan tidak berbasa basi. Namun kali ini sepertinya ada yang berbeda dari nada bicara Max.
"Ck, Max! Sejak kapan kau gagap? Cepat katakan ada apa? Atau kau mau kupenggal?"
"Maaf, Tuan. Saya tidak berani melawan Tuan. Sebenarnya... Ini Tuan. Nyo-nyonya Emilia sudah kembali."
"APA?! Kenapa kau tidak bicara sejak tadi? Sekarang dimana dia?"
Zeeko bergegas mengenakan pakaiannya kembali. Kegiatan panas yang belum usai terpaksa ia akhiri sekarang juga.
"Tuan? Kau mau kemana? Kita kan belum..."
"Jangan banyak bertanya! Aku harus pergi! Dan bayaranmu, kau ambil saja pada Linda."
Zeeko menuju ke kamar mandi untuk membenahi penampilannya. Gawat saja jika Emilia tahu tentang kelakuannya yang selalu bermain wanita.
Usai memakai pakaian rapi, Zeeko segera pergi dari kamar VIP itu tanpa menoleh kearah Mellanie.
"Huft! Beginikah nasib menjadi wanita penghibur? Sudah mendapat buruan yang besar, tapi tetap saja tak bisa diraih." Mellanie turun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi.
...***...
Zeeko mengendarai mobil mewahnya dengan kecepatan tinggi. Ia harus tiba di mansion utama dalam waktu kurang dari 30 menit. Zeeko tak peduli dengan pengendara lain yang membunyikan klakson padanya.
Yang ia pikirkan adalah hanya Emilia. Wanita paruh baya yang begitu disegani oleh Zeeko. Dia adalah ibu kandung Zeeko sendiri.
Zeeko bernapas lega karena tiba sebelum waktu yang ditentukan. Zeeko berlari memasuki mansion utama dan menuju ke ruang keluarga dimana Emilia berada.
"Kau tepat waktu, Nak!"
Kalimat Emilia membuat Zeeko menghela napas lega.
"Mom, kenapa tidak memberitahuku jika akan pulang?" Zeeko memeluk sang ibu yang duduk di kursi kebesarannya.
Emilia mengerutkan kening. "Kenapa memangnya? Aku ingin bertemu dengan anakku apa ada yang salah?"
Zeeko mengulas senyumnya. Di hadapan Emilia, Zeeko adalah anak manis yang penurut dan manja.
"Tidak, Mom. Ini kan rumah Mommy. Mommy bebas mau datang kapanpun."
Emilia meminta putranya untuk duduk mendekat. "Kemarilah, Nak."
"Ada apa, Mom? Apa di Paris kurang menyenangkan?"
Emilia menggeleng. "No! Paris sangat menyenangkan. Dan ya, mommy hanya bosan. Mommy ingin pulang ke rumah. Sekalian ada hal yang ingin mommy sampaikan padamu."
Ketika melihat wajah Emilia mulai serius, Zeeko mulai tegang. Zeeko bahkan melirik kanan dan kiri mencari keberadaan asisten yang tadi menghubunginya.
"Mommy sudah meminta Max untuk pulang. Kau selalu saja menjadikan Max sebagai tameng. Kau pikir Mommy tidak tahu apa yang kau lakukan diluaran sana?"
Emilia menatap Zeeko tajam. "Berhentilah bermain-main, Nak! Mommy tidak suka dengan hobimu yang bergonta ganti pasangan hanya untuk bersenang-senang."
Emilia menggenggam tangan Zeeko. "Menikahlah, Nak!"
"Mom!" Zeeko protes. "Mommy tahu kan tidak ada wanita yang bisa menggantikan posisi Ellea dihatiku. Aku tidak mau menikah lagi, Mom."
"Sayang... Apa kau pikir Ellea tidak bersedih melihatmu begini? Dia pasti sedih, Nak. Percayalah!"
Zeeko mulai menyesali apa yang sudah diperbuatnya selama ini. Benar apa kata Emilia jika Ellea pasti kecewa padanya.
"Kau masih ingat dengan Anthony Johanson?" Tanya Emilia pelan.
"Iya, dia salah satu pengusaha sukses di kota ini. Kenapa dengannya, Mom?"
"Mommy ingin menjodohkanmu dengan putri Anthony. Kau masih ingat Trisha?"
Zeeko menatap bingung ibunya. Ia menggeleng kemudian. "Tidak, aku tidak mengingatnya. Aku hanya kenal Tuan Anthony saja."
Emilia menghela napas kasar. "Ya sudah, kalian berkenalan saja dulu. Trisha adalah gadis yang manis. Dia seorang guru. Mommy rasa dia..."
"Mom! Aku tidak bilang aku setuju dengan ide Mommy!" Zeeko masih memprotes ibunya.
Emilia tak ingin memaksa putranya. Sejak dulu Zeeko bukan anak pembangkang, tapi juga tak bisa dipaksa. Emilia akan mencari cara halus untuk membujuk putranya.
"Baiklah, Mommy tidak akan memaksa. Tapi kau coba pikirkan saja dulu. Mommy mohon!"
Zeeko terdiam dan tak menjawab permintaan ibunya. Setidaknya setelah mendengar kalimat Emilia, Zeeko mulai sadar jika kehidupannya sudah salah jalan.
Di kantor, Zeeko masih termenung dan mengabaikan pekerjaannya. Kata-kata yang diucapkan Emilia rasanya masih membekas di hati.
Benarkah Ellea tidak menyukai diriku yang brengsek ini?
"Tuan!" Max menginterupsi lamunan Zeeko. Sudah sejak satu jam yang lalu bosnya itu hanya diam dan melamun. Entah apa yang sedang dipikirkannya.
"Hmm!" Zeeko hanya membalas dengan dehaman.
"Tuan baik-baik saja?" Pertanyaan Max membuat Zeeko mendelik kearahnya.
Max Angelo, pria berkulit hitam dan berkepala botak ini sudah mengenal Zeeko sejak lima tahun lalu. Meski berkulit hitam, namun pesona Max tak bisa dianggap remeh. Tubuh tinggi tegap dengan yang selalu dibalut dengan setelan jas mahal, membuatnya juga digilai para wanita.
Sebagai asisten Zeeko Howard, Max bukanlah orang sembarangan. Zeeko menyelamatkan Max dari dunia bawah yang sudah membuatnya kehilangan segalanya. Max kehilangan keluarganya karena bermasalah dengan salah satu geng di kota asalnya.
Max berhutang budi pada Zeeko dan memilih untuk mengabdi pada pria itu dan keluarganya. Sayangnya saat itu Max tak bisa menyelamatkan Ellea yang mengalami kecelakaan mobil karena jebakan musuh Zeeko.
Meski Zeeko tak menyalahkannya, tapi Max merasa ikut bertanggung jawab karena tak bisa melindungi orang terkasih Zeeko.
"Hari ini kau uruslah semua pekerjaanku! Aku sedang tidak dalam mood yang bagus untuk bekerja!" Zeeko memilih menghubungi Linda.
"Tuan!" Max menahan tangan Zeeko yang akan meraih ponselnya.
Max tahu kalau Zeeko akan menghubungi Madame Linda dan memesan wanita penghibur.
"Jika Nyonya Emilia sampai tahu maka tamat riwayat Tuan."
Zeeko mendengus kesal. "Riwayatku memang sudah tamat, Max. Mommy sudah mengancamku! Dan kata-katanya membuatku tak bisa berkutik."
Max mengerutkan kening bingung. "Memangnya apa yang Nyonya Emilia katakan, Tuan?"
"Mommy ingin menjodohkanku."
Mata Max membola. "Itu hal yang bagus, Tuan!"
Zeeko melempar kepala Max dengan bolpoin yang ada di tangannya.
"Apanya yang bagus? Aku tidak bisa menikah dengan siapapun karena cintaku hanya untuk Ellea. Kau tahu itu kan?"
Max mencibir pernyataan bosnya. "Jika hanya cinta pada nyonya Ellea lantas kenapa setiap malam malah bermain dengan wanita bayaran?" gumam Max lirih hingga tak didengar oleh Zeeko.
...****************...
Malam harinya, Zeeko kembali mendatangi klub malam milik Madame Linda. Kali ini Zeeko memilih untuk mengobrol saja dengan Linda dan tak memesan wanita bayarannya.
"Jadi, ibumu ingin menjodohkanmu dengan seorang gadis?" tanya Linda dengan mengepulkan asap rokoknya ke atas.
"Hmm, begitulah. Menurutmu bagaimana?"
Zeeko dan Linda sudah berteman sejak masa SMA. Banyak yang salah paham dengan hubungan mereka. Karena mereka memang sangat dekat.
Namun hubungan mereka memang hanya sebatas teman. Linda yang terpaksa masuk ke dunia malam, akhirnya memutuskan untuk memiliki klub malamnya sendiri dengan bantuan Zeeko.
Dulu, Ellea kurang menyukai hubungan pertemanan Zeeko dan Linda yang dianggap tak wajar. Hingga akhirnya Zeeko menghindari Linda untuk menghormati perasaan Ellea.
Setelah Ellea meninggal, Zeeko kembali dekat dengan Linda. Dan bahkan Zeeko malah berbuat nekat dengan sering memesan wanita bayaran yang bekerja di klub Linda.
Linda merasa jika apa yang dilakukan Zeeko hanya pelampiasan saja. Zeeko membenci takdirnya yang harus kehilangan Ellea. Linda tahu jika Zeeko sangat mencintai Ellea.
"Kurasa kau harus membuka diri, Zee." Linda mencoba memberi pendapat.
"Predikat duda cassanova sudah melekat dalam dirimu. Kurasa itu tidak bagus untuk bisnismu ke depannya. Kau seorang CEO dan juga penguasa dunia bawah. Jadi, ubahlah imejmu, Zee."
Zeeko menarik sudut bibirnya. "Apa kau serius?"
"Apa kau mendengar pendapatku?" Linda tak yakin jika Zeeko akan mendengar saran darinya.
"Yeah. Saat ini hanya kau orang yang kupercaya."
"Baiklah. Saranku adalah... Kau coba ikuti saja keinginan ibumu. Kau kenalan dulu dengan gadis itu."
Zeeko tersenyum kecut. "Ibuku bilang dia seorang guru."
Linda bertepuk tangan senang. "Itu bagus! Kau bisa belajar banyak dari dia!"
"Sialan kau! Dia masih kecil! Usianya baru 22 tahun."
"Wah, dia sangat ranum, Zee. Terima sajalah!" Linda mengedipkan matanya.
Zeeko mengusap wajahnya kasar. Rasanya percuma saja meski menolak permintaan Emilia. Selama ini Zeeko selalu patuh pada Emilia. Dan mungkin untuk saat ini, Zeeko juga harus patuh.
...****************...
Di sebuah rumah mewah, seorang pria paruh baya sedang duduk di meja makan bersama putrinya. Dialah Anthony Johanson. Pemilik Johnson Company yang terkenal seantero negeri.
Anthony memiliki satu orang putri bernama Trisha Johanson. Meski terlahir dari keluarga kaya raya, Trish, biasa gadis itu dipanggil, lebih memilih mengabdikan diri di sebuah sekolah yang dulu menjadi almamaternya.
"Kupikir Daddy masih berada di Paris, ternyata sudah pulang."
"Yeah, Daddy merindukan putri kesayangan Daddy ini."
Trisha mengulas senyumnya. Gadis cantik ini memang memiliki paras cantik dengan rambut hitam legamnya.
"Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Anthony berbasa-basi.
"Hmm, lancar Dad. Aku suka saat mengajar anak-anak," jawab Trisha sambil mengunyah makanannya.
"Apa kau tidak punya rencana untuk menggantikan ayahmu ini di perusahaan?"
Trisha menatap ayahnya. "Dad, kita sudah sering bicara soal ini. Sudah kukatakan aku tidak tertarik dengan perusahaan. Aku lebih suka mengajar."
Anthony hanya diam. Sebenarnya ia hanya beralasan saja bicara tentang minat putrinya pada perusahaannya. Anthony tidak pernah memaksa Trisha untuk mengikuti jejaknya menjadi seorang pebisnis. Sejak bercerai dengan ibu kandung Trisha, Anthony memang banyak menghabiskan waktu untuk mengurus bisnis. Anthony membebaskan Trisha untuk memilih minatnya sendiri. Hingga akhirnya Trisha memilih untuk menjadi seorang guru.
"Sayang, apa kau masih ingat dengan pasangan Howard, Brahm dan Emilia Howard?" Anthony mulai membuka pembicaraan yang sebenarnya menjadi maksud utamanya kembali ke rumah.
"Umm, Bibi Emilia. Iya aku masih ingat dengannya. Kenapa memangnya, Dad?"
"Daddy bertemu dengannya di Paris kemarin."
Trisha manggut-manggut. Memang bukan hal yang mengherankan jika para perbisnis sering bertemu ketika sedang berlibur ke negara lain.
"Daddy dan mereka memiliki rencana untuk kalian."
"Kalian? Siapa?" Trisha tak mengerti.
"Kau dan putra mereka, Zeeko Howard."
Mendengar nama Zeeko Howard membuat Trisha teringat akan kejadian beberapa tahun lalu.
"Kami berniat ingin menjodohkan kalian."
#
#
#
Trisha merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya. Trisha mengambil ponsel dan berselancar di dunia maya.
Kata-kata ayahnya masih terngiang di telinga Trisha. "Dijodohkan?" gumam Trisha sambil men-scroll sosial media milik Zeeko.
Trisha pernah mengenal Zeeko, tapi hanya sebatas kenal saja. Trisha juga tahu jika Zeeko telah menikah namun kini sudah menjadi duda.
"Hmm, duda cassanova? Menarik!" Trisha menarik sudut bibirnya.
Trisha memang pernah mendengar sepak terjang Zeeko yang seorang pemain wanita. Dilihat dari postingan Zeeko di media sosial, Trisha langsung tahu seperti apa pria bernama Zeeko itu.
"Kau sudah banyak berubah. Mungkinkah aku bisa mengubahmu kembali?" gumam Trisha sambil menatap foto Zeeko.
Zeeko akhirnya menyetujui usulan Emilia untuk dijodohkan dengan Trisha, putri teman bisnis ayahnya. Setelah berpikir selama beberapa lama, Zeeko membuka hati untuk sebuah hubungan yang baru. Meski hatinya masih belum bisa moveon dari Ellea, mendiang istrinya.
Hari ini Emilia meminta Zeeko untuk menemui Trisha di tempat kerja gadis itu. Emilia menyebutkan satu sekolah menengah atas yang menjadi tempat Trisha mengajar.
Zeeko turun dari mobilnya dan melihat sekeliling. Suasana sekolah sudah mulai sepi karena hari sudah sore. Zeeko berjalan memasuki area sekolah.
Saat bertemu dengan salah satu siswa, Zeeko pun bertanya.
"Maaf, dimana ruangan ibu guru Trisha mengajar?" tanya Zeeko.
"Miss Trisha mengajar di ruang olahraga, Tuan. Ruangannya di sebelah sana. Tuan ikuti saja papan petunjuk yang ada di atas itu!"
Zeeko mengangguk paham. "Baiklah, terima kasih."
Zeeko melanjutkan langkahnya. Ia masih belum 'ngeh' kenapa Trisha mengajar di ruang olahraga.
"Tunggu! Apa dia seorang guru olahraga?" gumam Zeeko menggaruk tengkuknya.
"Hmm, ya mungkin saja. Padahal ayahnya pemilik perusahaan. Tapi kenapa dia hanya menjadi seorang guru di sekolah biasa seperti ini?"
...***...
Tiba di sebuah ruangan yang bertuliskan aula olahraga, Zeeko mulai melangkah masuk. Betapa terkejutnya si duda casanova itu saat tahu jika Trisha adalah seorang guru karate.
Matanya membola ketika melihat Trisha sedang melatih muridnya. Mereka saling berduel dan berteriak.
"Hyaaaa!"
"Haaa?!" Zeeko terperangah. "Yang benar saja! Jadi, mommy menjodohkanku dengan gadis bar-bar seperti dia? Dia bukan guru biasa, dia itu guru karate!"
Zeeko segera meraih ponselnya dan menghubungi Emilia.
"Halo, Zee. Bagaimana? Sudah bertemu dengan Trisha?" tanya Emilia santai di seberang telepon.
"Mom! Mommy sengaja melakukan ini, huh?! Trisha itu seorang guru karate!"
Emilia menahan tawanya. Sebenarnya sejak awal tentunya ia sudah tahu jika Trisha adalah seorang guru karate. Namun untuk mengelabui Zeeko, Emilia terpaksa tidak mengatakan apapun soal profesi Trisha.
"Ya meski guru karate kan tetap seorang guru, Zee. Bagaimana? Kau sudah bertemu dengannya atau belum?"
Zeeko mendengus kesal. "Aku sudah berada di sekolah tempatnya mengajar."
"Baiklah, kalian mengobrol sebentar dulu. Lalu saat makan malam, ajak Trisha ke tempat yang sudah kita sepakati bersama. Kita akan mengadakan makan malam keluarga."
Emilia langsung mematikan sambungan telepon. Ia tak mau mendengar putranya mengomel.
"Bagaimana? Apa Zeeko sudah bertemu dengan Trisha?" tanya Brahm, ayah Zeeko.
"Hahaha, sepertinya Zeeko baru melihatnya dari jauh. Kau tahu, anakmu itu sangat terkejut saat tahu kalau Trisha seorang guru karate." Emilia tergelak karena membayangkan ekspresi putranya yang ketakutan.
Meski bertubuh besar dan kekar, Zeeko adalah anak berhati lembut yang suka bermanja-manja pada Emilia.
"Hahaha, sepertinya putra kita sudah menemukan pawang yang tepat, hahaha." Brahm ikut tergelak bersama Emilia.
...***...
Trisha menyudahi kelasnya hari ini. Ia berterimakasih kepada murid-muridnya. Mereka saling memberi hormat dengan membungkukkan badan.
Trisha beralih menatap seorang pria yang berdiri di depan pintu aula sambil memainkan gawai di tangannya. Dari perawakannya, Trisha tahu siapa pria itu.
"Apa kau yang bernama Tuan Zeeko?"
Suara Trisha membuat Zeeko menoleh. Untuk sejenak Zeeko memindai penampilan gadis yang ada di hadapannya.
Wajah cantik dengan hidung mancung, rambut panjang yang terkuncir rapi ke belakang, dan pastinya kulitnya putih bersih meski kini terbalut jubah karate berwarna putih yang tampak kebesaran di tubuhnya.
"Ehem! Iya benar, aku Zeeko." Zeeko mengulurkan tangannya.
Trisha menyambut uluran tangan Zeeko.
"Trisha Johanson, panggil saja Trish."
Zeeko manggut-manggut. "Apa kelasmu sudah selesai?"
Zeeko berusaha bertanya dengan tetap tenang. Meski dalam hatinya cukup was-was dengan kemampuan tersembunyi yang dimiliki gadis cantik ini.
"Iya, kelasku sudah selesai. Apa bibi Emilia yang menyuruhmu menjemputku?"
"Ah, iya. Mommy memintaku untuk bertemu dan mengobrol denganmu."
Trisha menepuk pundak Zeeko cukup keras. Hingga mengejutkan pria itu.
"Baguslah! Kalau begitu aku akan ganti baju dulu! Kau tunggulah di bangku sana!" Trisha menunjuk sebuah bangku panjang di sudut ruangan.
Zeeko meringis. "I-iya."
Zeeko menghela napas lega. "Astaga! Tenaganya lumayan juga." Zeeko menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.
"Hehe, kurasa aku menemukan lawan yang tangguh kali ini." Zeeko tersenyum seringai membayangkan bagaimana dirinya nanti bergelut diatas ranjang bersama Trisha.
...***...
Trisha dan Zeeko mengobrol santai selama perjalanan menuju resto yang sudah dipesan oleh Emilia. Zeeko bukanlah orang yang sulit diajak bergaul. Dia termasuk pria yang supel dan ramah. Tetapi sikap hangatnya hanya ia tunjukkan ke beberapa orang saja. Tidak termasuk pada wanita malam yang menghangatkan ranjangnya.
"Sejak kapan kau jadi guru karate?"
"Sejak lulus kuliah."
"Kenapa tidak bekerja di perusahaan ayahmu?"
"Oh, come on. Aku tidak suka membahas soal itu. Aku ini berjiwa petualang. Aku tidak akan tahan seharian berada di kantor seperti yang kau lakukan. Itu sangat membosankan!"
Zeeko mencebikkan bibirnya. "Sombong sekali gadis ini!" batinnya.
"Tuan, setiap orang memiliki passion masing-masing. Jadi, jangan samakan aku denganmu, Tuan!"
Zeeko berdecak kesal. "Jangan memanggilku Tuan. Cukup namaku saja."
"Oh, baiklah Zeeko." Trisha tersenyum lebar.
"Jadi, kau setuju dengan perjodohan ini?" Zeeko mulai membicarakan soal perjodohan mereka.
Trisha mengangguk.
"Kenapa? Kau masih muda kenapa ingin menikah?"
Trisha mengedikkan bahunya. "Aku hanya mau saja."
"What?! Jadi, kau hanya main-main saja?"
"Tidak, Zee. Aku setuju menikah. Itu saja! Bagaimana denganmu?"
Zeeko menghela napas.
"Kau tidak suka menikah denganku ya?" Nada bicara Trisha terdengar sedih.
"Tidak, bukan begitu. Hanya saja... Kau tahu kan siapa aku?"
Trisha mengangguk. "Tahu, tentu aku tahu. Kau seorang casanova dan ya... Kau suka bermain wanita. Lalu apa masalahnya?"
"Masalahnya bagaimana jika aku tidak bisa menghentikan kebiasaanku untuk bermain wanita?"
Pertanyaan Zeeko membuat Trisha terdiam. Sebenarnya ada kekhawatiran itu juga dalam hatinya.
"Tidak masalah!" jawab Trisha tetap tenang.
Zeeko tertawa keras. "Kau yakin?"
"Aku akan mengubahmu, Zee!" tegas Trisha.
Tawa Zeeko makin keras.
"Aku serius! Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku dan kau akan meninggalkan kebiasaanmu itu." Trisha bicara dengan berapi-api.
Zeeko menghentikan tawanya. "Iya iya, baiklah gadis kecil. Aku percaya! Tapi, jangan sampai menangis ya kalau cintamu tak berbalas!" Zeeko mengacak pelan rambut Trisha yang tergerai.
"Gadis kecil? Apakah sejak dulu aku ini hanya seorang gadis kecil di matamu? Tak bisakah kau melihatku sebagai wanita?"
Trisha kembali diam. Ia tak ingin berdebat dengan Zeeko. Ingatannya tertuju ke beberapa tahun silam.
Trisha selalu ikut ke jamuan makan malam di acara bisnis ayahnya. Disanalah pertama kali Trisha melihat Zeeko. Pria yang berusia enam tahun diatasnya itu telah membuatnya jatuh cinta.
Meski bisa dibilang itu hanya cinta monyet. Tapi Trisha dengan keceriaannya malah berani menyatakan perasaannya kepada Zeeko. Dan saat itu Zeeko juga membalas dengan kata yang sama.
"Gadis kecil sepertimu tahu apa soal cinta? Sekolah dulu yang rajin, baru bisa bilang cinta." Zeeko malah tertawa dan meninggalkan Trisha begitu saja.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!