NovelToon NovelToon

Special Wife Sang CEO

Bab 1# Ditipu Mentah-mentah!

Di atas altar, sepasang pengantin bergantian menandatangani surat surat dokumen pernikahan. Raut wajah mempelai pria yang sengaja disembunyikan di balik masker, terkesan dingin. Pertanda, ia tidak menyukai adanya pernikahan paksa yang sudah diatur oleh dua pihak keluarga sejak dulu.

Selesai membubuhi tanda tangannya, mempelai pria yang duduk di atas kursi roda itu, mendongak ke arah mempelai wanitanya yang memakai gaun putih dengan cadar tipis menutupi seluruh wajahnya. Mata wanita yang belum sama sekali pernah ia lihat itu pun, tertuju padanya.

Dengan acuh tak acuh, Kelvin Jansen berkata datar ke asisten pribadinya. "Ayo pergi!"

"Hah...?" Asisten yang bernama Deli itu, memberi respon bodoh nya. Bagaimana tidak, harusnya pengantin akan pergi bersama pasangan nya bukan? Tapi Tuan muda dari keluarga konglomerat di Amsterdam ini, hanya acuh tak acuh pada Aleta San- wanita yang sudah menjadi nyonya muda Jansen mulai beberapa menit yang lalu.

Tidak banyak keluarga apalagi tamu dari kerabat jauh yang hadir. Di tempat suci itu, pernikahan yang tak dikehendaki sang mempelai, hanya dihadiri dua keluarga inti. Salah satunya orang tua Kelvin yang bernama Rick Jansen.

"Ck...!" Kelvin hanya mendengus kesal sembari menatap dingin sang asisten. Dengan cepat, Deli sadar dari kebodohannya. Orang kepercayaan Kelvin, segera membalik kursi roda dan mendorongnya untuk pergi.

"Kelvin!" Suara pelan Rick namun ditekan dingin itu, membuat Deli merinding. Refleks, Deli menghentikan dorongan kursi roda yang diduduki Kelvin karena pria paruh baya tersebut, menghadang jalannya.

Aleta yang sudah tau kalau ia tidak diterima oleh Kelvin - Pria yang dirumorkan lumpuh, mempunyai wajah cacat dan impoten karena kecelakaan tiga tahun lalu, hanya bisa diam menerima takdir pernikahan yang entah bagaimana nasibnya ke depan?

"Kalau pun kamu mau pergi, maka ajak Aleta bersama mu!" Suara Rick sudah bernada memerintah. Anak pertamanya ini, memang sangat dingin dan pembangkang semenjak kecelakaan tiga tahun lalu yang mengakibatkan ibu Kelvin meninggal dunia.

Dengan datar, Kelvin berkata, "Bukannya Anda yang menginginkan dan mengatur pernikahan ini?" Kelvin menyeringai di balik maskernya. Wajahnya itu sangat misterius untuk semua orang yang ada di ruangan tersebut, kecuali Deli dan Rick Jansen yang sudah tau kebenaran atau rahasia Kelvin yang sebenarnya di balik masker itu, tidaklah cacat.

"Kelvin!" Rick masih bersabar karena di depannya ada keluarga San. Memang betul, ia memaksa putra pertamanya itu menikah demi warisan. Keluarga Jansen terdiri banyak dengan keturunannya yang unggul unggul du bidangnya masing-masing, kalau Rick tidak membuktikan kalau ahli waris Jansen yakni Kelvin bukanlah pria impoten dan suatu saat akan mempunyai keturunan, maka semua warisan akan jatuh pada sepupu Kelvin yang berasal dari keluarga Jansen tentunya.

"Hey, bukannya kamu mempunyai fungsi kaki yang bagus bukan?" Kelvin mengabaikan Rick, malah menoleh dan bertanya dingin ke Aleta yang refleks mengangguk sebagai jawabannya. "Kalau ingin tinggal bersama dengan ku, maka datanglah ke alamat villa ku."

Deli yang di lirik penuh arti, langsung paham maksud sang bos mudanya. Dengan cepat, Deli memberikan sebuah kartu nama ke Aleta.

Tidak ada lagi yang berani menahan kepergian pria dingin dan temperamen seperti Kelvin termasuk Rick.

Dengan penuh rasa bersalah, Rick Jansen meminta maaf kepada keluarga San terutama Aleta - sang menantu.

"Tidak masalah, Tuan Rick. Ini hanya soal waktu saja! Cepat atau lambat, Kelvin akan menerima Aleta." Dengan basa basi manis, Esme San- Ibu Aleta yang menjawab.

"Iya, Tuan. Lagipula, saya juga ada hal penting yang harus diurus setelah ini." Aleta yang diberi tatapan dingin oleh Ibu serta Papanya, segera mengeluarkan suara merdunya meski sebenarnya ia menahan sesak di dada.

Sebenarnya, bukan Aleta yang harus menjadi istri Kelvin. Tapi, adiknya yang bernama Olivia San. Wanita itu tiba-tiba kecelakaan kemarin. Karena paksaan dari Esme dan Dean San- orang tuanya yang selama ini mempunyai perlakuan tidak baik padanya, ia harus menggantikan posisi si cantik Olivia yang selalu dimanjakan.

"Baiklah, saya permisi!" Rick pergi bersama dua pengawalnya.

"Selamat, Aleta. Kamu sudah resmi menjadi nyonya keluarga kaya raya. Semoga kamu beruntung menjadi ratu nya pria yang sombong dan impoten __maaf, maaf!"

Bukan kata tulus yang ia dapatkan dari sang Ibu, Aleta malah meresponnya sebagai ejekan.

Akan tetapi, Aleta hanya diam menerima dengan mata dan hati yang perih, demi kasih sayang yang ia harapkan dari keluarganya suatu saat nanti.

"Kami pergi dulu. Mau menjenguk Olivia." Dean beranjak duluan di susul Esme yang acuh tak acuh tak mempedulikan Aleta yang menjadi korban pernikahan pemaksaan.

***

"Bagaimana, bagaimana?"

"Beres!"

"Beres dengan artian, aku bebas dari pria jelek, lumpuh dan impoten itu?" Olivia menyambut antusias cerita Esme-ibunya. Dean sendiri, tidak jadi datang ke rumah sakit karena harus pergi ke kantor.

"Begitulah! Aleta sudah menjadi ratu dari pria cacat tak berguna seperti Kelvin Jansen itu."

Olivia langsung jingkrak jingkrak. Berkata, "Aku tidak sia sia berakting sekarat yang tidak ada sama sekali kecelakaan kemarin yang ku alami." Olivia tersenyum jumawa. Wajahnya yang di-make up pucat bak orang sakit, nampak bahagia layaknya semua masalah di pundaknya sudah ia limpahkan pada Aleta yang bodoh dari dulu menurutnya. Kakak yang malang, sudah bodoh dapat suami tidak berguna pula.

Praang...

Sebuah parsel jatuh di ambang pintu. Buah buahan yang di dalamnya berhamburan ke arah tak beraturan. Esme dan Olivia yang merasa terganggu, menoleh. Ada Aleta yang ternyata mendengar semua pembicaraan dua wanita dekatnya yang begitu tega memperdayainya.

"Kalian menipu ku mentah mentah!" Dengan cepat, Aleta sudah berdiri di hadapan Esme dan Olivia yang tak nampak sama sekali wajah kesalahannya.

"Jangan mendrama, Aleta. Anggap saja, saya berbaik hati memberikan Kelvin Jansen padamu, agar kamu tidak dicap wanita yang tak laku. Bukannya sebagai adik yang baik, tidak boleh melangkahi kakaknya dalam pernikahan bukan?"

Aleta hanya mampu menganga shock. Adiknya ini sungguh luar biasa piciknya.

"Lihatlah penampilan mu! Siapa yang akan mau menjadi pasangan dari wanita jelek dan berkaca mata tebal nan bulat seperti mu?" Tutur bicara Olivia benar-benar sangat pedas tak berfilter. "Bisa bisa, kamu akan menjadi perawan tua tak bersuami!"

"Sudah, sudah...!" Pembelaan Aleta tertelan kembali manakala Esme melerai. "Nasi sudah menjadi bubur, Aleta. Kamu sudah menjadi istri Kelvin. Tidak bisa mundur lagi."

Benar, selain menerima apalagi yang bisa Aleta lakukan. Selama ini, ia selalu menurut apa kata Esme karena masih berharap ada secuil kasih sayang dari keluarganya. Aleta menjadi ragu dan berkata, "Ibu, sebenarnya ... apakah saya ini anak kandung mu. Kenapa kasih sayang mu berat sebelah?"

"Tutup mulut mu, Aleta!" Telunjuk Esme berada di depan kaca mata tebal Aleta.

Meski tidak bersuara melawan, tapi tatapan dingin yang selama ini tidak diperlihatkan di depan keluarganya, terpancar untuk Esme dan Olivia lihat. Sejenak, keduanya terhipnotis oleh mata tajam tapi bulat indah milik Aleta.

"Pergilah ke rumah suami mu, Aleta. Kami sudah tidak ada kewajiban untuk bertanggung jawab lagi dengan segala hidup dan keperluan mu." Esme mengusir dengan lagi lagi pilihan kata yang berhasil menusuk hati Aleta.

Saat ini, Aleta hanya bisa terenyuh dengan batin menghardik dirinya yang memang bodoh di manfaatkan. Tersenyum dingin, lalu berkata, "Ibu sudah menyakiti anak demi anak yang lainnya." Aleta membalik punggungnya diiringi dengan air mata yang di tahannya sejak tadi. Pernikahannya dengan Kelvin, masih ia coba untuk diterimanya. Tapi, mengetahui seorang ibu di belakangnya saat ini, berlaku tidak adil, terasa menyakitinya begitu dalam. Hati nya dingin untuk keluarga San mulai saat ini. Semua pengorbanannya yang di pinta sang Ibu, tidak ada gunanya sama sekali.

Aleta tersenyum kecut. Orang-orang hanya mengetahui kalau ia itu adalah wanita culun yang bermuka dekil dan tidak menarik.

Dulu, Esme tidak menginginkan ia lebih unggul dari Olivia - anak kesayangan keluarganya. Oleh sebab itu, Aleta rela berdandan culun semenjak beranjak dewasa sampai sekarang. Demi apa? Demi menyenangkan orang tuanya. Tapi itu semua, hanya abu yang tertiup angin.

"Aleta, kata Ibu. Terimakasih atas hadiah pernikahan uang satu triliun dari keluarga Jansen." Olivia kian mengejeknya dengan kata lain, Aleta itu adalah wanita yang hanya dibeli.

Bab 2# Menjadi Adik Ipar

"Pergilah ke rumah suami mu, Aleta. Kami sudah tidak ada kewajiban untuk bertanggung jawab lagi dengan segala hidup dan keperluan mu."

Di dalam mobil taksi, kalimat Esme selalu terngiang ngiang menusuk rulung hatinya. Dalam diam lamunannya, Aleta selalu bertanya tanya, apakah dirinya itu bukan anak kandung dari orangtuanya? Apa bedanya ia dengan Olivia yang selalu diratukan di keluarga San? Bertanya ke Esme tadi pun, ibunya itu hanya mensarkasme tanpa hati.

"Nona!"

Lamunan Aleta buyar akan suara sang sopir taksi yang sudah menghentikan lajunya.

"Sudah sampai?" Segera Aleta mengedarkan pandangannya keluar mobil. Gerbang tinggi nan kokoh menjulang di luar sana. Titik keberadaan Villa Kelvin Jansen berada di atas bukit dekat laut yang jauh dari pemukiman warga.

Dengan sedikit ragu, Aleta turun dari taksi setelah ia membayar ongkos yang lumayan mahal.

Selain pergi ke rumah suami yang belum pernah ia lihat wajahnya, Aleta tidak punya pilihan lain. Daripada pulang ke rumah besar keluarganya, ia lebih memilih berhadapan dengan Kelvin Jansen yang dirumorkan sombong dan kejam. Ia sudah pasrah karena punya keluarga namun terasa seorang wanita yang hidup batang kara sejak kelahiran Olivia.

"Lebih baik diperlalukan tidak baik oleh orang asing sekalian, ketimbang diperlukan tidak adil seumur hidup di keluarga San. Itu sangat menyakitkan."

Ya ... Mulai hari ini, Aleta memutuskan untuk tidak peduli lagi dengan apapun yang bersangkutan dengan nama keluarga San. Ia mati rasa karena perlakuan orang tuanya sendiri yang tidak adil.

"Cari siapa?" Penjaga gerbang bertanya tegas di balik lubang besi dengan tatapan meremehkan.

"Kelvin Jansen. Saya adalah Aleta San, istri Kelvin."

Hah ... Aleta San? Tidak salahkah Bosnya itu menikahi wanita culun berkaca mata bulat tebal dengan wajah dekil?

Tidak mau mendapat masalah, penjaga yang sudah diberi pesan akan kedatangan Aleta, segera membuka gerbang dengan hati bertanya tanya heran.

"Mari, Nyonya. Saya antar masuk." Meski kurang pas dengan sang bosnya, penjaga yang berseragam bodyguard berjas hitam itu, tetap menjaga kesopanannya ke Aleta.

Di sepanjang jalannya memasuki villa, Aleta hanya diperlihatkan bodyguard bodyguard berotot. Dari ruangan demi ruangan, ia tidak melihat ada pelayan wanita pada umumnya di rumah rumah orang kaya, contohnya di rumah keluarga San, rumah orangtuanya. Semua pekerja Kelvin adalah bergenre pria.

Hal itu membuat Aleta bertanya-tanya dalam hatinya, "Apakah benar rumor di luar sana, kalau tidak ada satu pun wanita yang akan keluar selamat setelah masuk ke dalam kandang kehidupan Kelvin?" Aleta sampai tidak fokus berjalan. Ia menabrak sisi tembok penyekat ruangan sampai ringisan, "Aduh!" terdengar nyaring.

"Hati hati, Nyonya."

Aleta memegang keningnya yang berponi tebal. "Temboknya saja kejam, apalagi pemiliknya." Aleta bergumam yang tak merespon anak buah Kelvin.

"Anda tidak apa - apa?"

"Tidak masalah."

"Mari, saya anter ke lantai dua. Kamar Anda ada di atas."

Langkahnya berlanjut. Tidak ada foto satu pun yang memperlihatkan wajah Kelvin Jansen. Itu membuat Aleta semakin penasaran sosok sang suami. Tadi siang, ia memang menikah dengan pria yang memiliki suara dingin tanpa memperlihatkan wajah satu sama lain. Oleh sebab itulah, ia setengah penasaran dan setengah takut juga.

"Apa, Tuan Kelvin ada di rumah?"

"Ada! Silakan, ini adalah kamar, Nyonya. Kalau begitu, saya permisi."

Pria di depannya menunduk sopan lalu pergi begitu saja. Padahal, Aleta masih ingin bertanya sesuatu tentang Kelvin.

Villa mewah tapi keheningannya bak kuburan. Aleta bergidik. Masuk ke kamar cepat cepat. Dengan pandangan datar, ia memperhatikan dekorasi kamar mewah yang seharusnya ia nikmatin. Tapi kenyataannya, ia malah was was karena dirinya tau kalau Kelvin Jansen tidak mengharapkannya menjadi istri.

"Tuan muda, Nyonya sudah tiba dan sekarang berada di kamarnya." Deli yang mendapat laporan dari pengawal yang mengantar Aleta sampai kamar, segera memberitahukan pada sosok pria yang duduk di ruang baca.

Menutup majalah bisnis. Memperlihatkan wajah pria yang digadang gadang buruk akibat kecelakaan tiga tahun lalu, nyatanya hanya hoak. Di depan Deli, ada sosok pria gagah dengan paras tampan mempesona.

"Eum ..." Kelvin sekadar bergumam. Berdiri tegak membuat Deli keheranan. Bukannya, Tuan muda nya selama ini selalu merahasiakan kenyataan kalau tidak ada wajah buruk, lumpuh dan bahkan sang Tuan muda membuat kesan dirinya seorang pria impoten. Tapi ini...? Kursi roda serta masker yang selalu menutupi wajah tampan sang bos, tidak dikenakan yang saat ini sudah berjalan ke arah pintu.

Deli sebenarnya ingin mengikatkan, mana tahu sang bos lupa. Tapi, Kelvin lebih dahulu berbalik dan bersuara, "Di depan wanita itu, panggil saya Elvan!"

Elvan Jansen? Kembaran Kelvin yang berada di luar negeri. Apa yang sebenarnya yang direncanakan sang bos muda nya ini? Kenapa harus berpura-pura menjadi orang lain di depan sang istri sendiri. Ah, pusing sendiri Deli memikirkan nya. Lebih baik menjawab patuh, "Iya, Tuan! Saya paham."

Kelvin menyeringai. Saatnya bertemu sang istri yang sebenarnya ia pun ingin lihat wajah wanita yang maharnya satu 1 Triliun itu.

Kelvin mengetuk pintu kamar. Aleta yang duduk di tepi kasur, terlihat gugup. Pasti itu adalah suaminya yang entah akan ada masalah apa yang ia hadapi. Pastinya, petaka besar karena Kelvin sudah memperlihatkan sikap dinginnya dari pernikahan tadi siang.

Suara terbata, Aleta berkata, "Ma-masuk!"

Pintu terbuka pelan. Ujung kaki putih dengan sendal rumah yang pertama Aleta lihat. Bukannya Kelvin Jansen lumpuh? Aleta bernafas sedikit lega. Syukurlah, ternyata bukan Kelvin yang datang karena orang yang masih terhalang daun pintu di sana itu bisa berjalan normal, pikirnya yakin.

Dan benar saja, sosok pria tinggi gagah dengan garis wajah tegas tampan, berjalan ke arahnya dengan kedua tangan masuk ke saku celana. Siapa pria ini?

"Saya Elvan Jansen. Adik ipar mu!"

Adik ipar? Memperkenalkan diri tapi dengan seringai wajah yang angkuh. Apakah Kelvin lebih sombong dari adiknya? Aleta hanya mampu berkata dalam hati.

"Satu triliun dengan wajah yang jelek!" Kelvin sengaja menghina.

Mulut Aleta terbuka dengan mata memicing di balik kaca mata culunnya.

"Saya memang jelek. Tapi mulut saya mempunyai etika dalam bertutur." Aleta menjawab kalem.

Suara wanita di depannya sangat merdu dengan sinar pancaran di balik kaca mata tebal tersebut, sedikit membuat Kelvin terpaku sejenak. Pria yang memiliki kepekaan kuat itu, merasakan ada sesuatu di diri Aleta yang menarik. Tapi apa? Naik turun, ia memperhatikan Aleta. Kenapa punggung tangan wanita itu putih, sangat kontras dengan kulit wajah Aleta yang kecokelatan dekil?

Sudut bibir Kelvin, terangkat sedikit. Ia ingin mengetahui sisi Aleta dengan berpura-pura menjadi orang lain, bukan sebagai suami. Toh, keluarga San itu sudah mempermainkan diri nya juga dengan cara menukar calon istri yang sesungguhnya yaitu Olivia Jansen.

"Kakak saya sangat tidak beruntung. Ah, tapi adil sih. Dia kan cacat___"

Kelvin terjeda akan sergaan Aleta, "Cukup!"

Kelvin menaikkan satu alisnya. Sangat menyebalkan di mata Aleta.

"Kelvin adalah kakakmu, bukan? Tidak seharusnya menjelekkan nya yang mungkin saja bisa membuatnya down. Apalagi menghinanya di depan sang istri."

Wanita ini melindunginya dari hinaan? Apakah tulus atau hanya pencitraan semata?

Sial... Lagi lagi, mata indah di balik kaca mata itu membuat hatinya bergetar. Menarik sekali. Dengan berani, Kelvin maju mendekat pelan. Aleta reflek mundur sampai terduduk di tepi kasur.

"Apa yang kamu ingin lakukan? Menjauh!" Aleta gugup manakala 'Elvan' membungkuk ke arah duduknya.

Tidak peduli, Kelvin malah berkata dengan posisi begitu dekat yang berhasil membuat Aleta gugup.

"Kakak ipar, Kelvin itu pria cacat yang mukanya seperti monster, lumpuh dan juga impoten. Kalau kamu 'kesepian' datang padaku." Nada 'Elvan' tersemat kode godaan untuk sang kakak ipar. Ia sengaja mengetes Aleta karena mengira sifat satu keluarga San itu sama yang buruk seperti Olivia. Beberapa hari yang lalu, ia sudah memerintahkan Deli mencari info tentang Olivia yang sering keluar masuk club malam.

Sempat, Kelvin bersyukur mengetahui kalau Olivia digantikan dengan Aleta. Karena waktu yang mepet, ia belum sempat menyelidiki keseharian Aleta. Buruk atau sebaliknya?

"Keluar! Saya tidak menerima pria lain di dalam kamar ku kecuali suami ku sendiri."

Aleta dengan berani mendorong 'Elvan' yang sialnya tidak berefek. Pria ini malah tersenyum miring. "Berdoa saja Kelvin mau bertemu dengan mu!"

Bab 3# Kurang Ajar!

Tak disangka, Elvan yang notabenenya adalah adik Kelvin Jansen sendiri begitu mudah menghina sang kakak di depan Aleta secara terang terangan. Aleta merasa kasihan pada Kelvin meski belum bersitatap muka. Ia berpikir, 'pantas saja Kelvin menjadi interover dan kejam karena keluarganya sendiri ikut menggunjing alih alih memberi semangat untuk menjalankan hidup normal.'

Aleta yang iba, malah bertekad mengambil hati sang suami dan berdiri terus di sisi Kelvin, meski kelihatan tidak mudah. Ia paham betul rasanya disepelekan dan tidak diharapkan oleh keluarga sendiri karena Aleta selalu berada di posisi tersebut. Keluarga San tidak pernah menganggapnya anak. Miris!

Ceklek...

Lamunan Aleta tentang kehidupan Kelvin yang pasti buruk belakangan ini, buyar. Manakala pintu kamar terbuka oleh Elvan.

Mau apa lagi pria kurang ajar ini kembali memasuki kamarnya?

Entah kenapa, Aleta selalu was was dan takut melihat tatapan Elvan yang tajam.

"Tidak sopan!" Aleta menyembunyikan ketegangannya dengan berkata tenang .

Dengan datar Kelvin menjawab, "Aku sudah mengetuk pintu. Tidak ada jawaban dan takutnya kakak ipar bunuh diri, aku langsung masuk!"

Bibir Aleta cemberut begitu saja. Bunuh diri? Tidak akan.

"Ada apa lagi?" Aleta masih mencoba bersikap ramah. Suaranya selalu lembut, berharap adik iparnya ini bersikap baik.

Tidak langsung menjawab, Kelvin berjalan mendekat membuat Aleta waspadah. Takutnya, Elvan berbuat kurang ajar padanya karena tadi, pria ini sudah mencoba menggodanya.

Namun, Aleta salah. Pria tanpa ekspresi ini ternyata datang mengambil hapenya yang mungkin tertinggal tadi atau memang sengaja ditinggalkan di sisi badcover?

"Auh..."

Aleta terjatuh ke kasur sampai terlentang. Elvan sepertinya sengaja menyenggolnya. Ingin segera bangun, tapi pria yang ia ketahui hanya adik iparnya ini, segera menahannya dengan cara menaruh wajahnya tepat di atas nya. Kedua tangan berotot pria ini, berada di sisi kepalanya.

"Apa kamu ingin menggoda ku, Nona? Oh, ayo lah. Kamu boleh mengatakan ingin 'malam pertama' bersama ku. Aku dengan senang hati mengabulkan keinginan mu menggantikan tugas Kelvin yang impoten!" Suara Elvan begitu seksi di sisi kuping Aleta. Sengaja menggoda. Ia benar benar ingin menguji kesetiaan sang istri jeleknya. Kan, kebanyakan wanita selalu tergila-gila dengan ketampanan dan harta bukan?

Namun, suara 'plak' terdengar nyaring. Elvan menjauh. Keras sekali tamparan Aleta.

"Pergi sebelum suami ku datang! Anggap saja tamparan ini adalah peringatan keras untuk berhenti kurang ajar." Air mata Aleta menetes begitu saja tanpa ia sadari karena ketakutan akan kelakuan Kelvin versi Elvan.

Aleta mengusap buliran air matanya. Tanpa ia sadari, make up yang sengaja digelapkan untuk menyembunyikan wajah cantiknya, sedikit luntur membuat Kelvin Jansen curiga dalam diamnya. Seperti hewan zebra yang belang. Separuh hitam dan separuh mempunyai kulit putih.

"Hanya kamu yang berani menampar ku!" Meski penasaran, Kelvin mencoba berpura-pura tidak tahu. Ia menemukan hal menarik di balik kejelekan sang istri. Pasti ada rahasia yang disembunyikan Aleta padanya.

"Bahkan aku bisa menusuk mu kalau mengulangi hal kurang ajar seperti tadi!"

Kelvin berdengus dingin. Pergi begitu saja dengan hati yang buruk.

Aleta bernafas lega. Cepat cepat ia mengunci kamar, lalu meringkuk di atas pembaringan sembari menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia ketakutan. Sepertinya, bukan Kelvin orang yang menyeramkan di rumah ini, melainkan Elvan. Ia harus menjauhi pria toxic itu, agar terhindar dari masalah besar. Harus!

Di lantai satu, Kelvin bertemu dengan Deli. Perhatian, Deli bertanya cemas, "Tuan muda, wajah Anda...?"

Kelvin gengsi mengakui kelakuan kurang ajar Aleta. "Ditabrak nyamuk!"

Nyamuk? Ada kah nyamuk yang memiliki tangan lebar dengan jari lentik-lentik? Jelas-jelas, pipi bersih sang bos memerah karena bekas tamparan. Elakan sang bos sangat konyol.

Mengetahui betul suasana hati Kelvin sedang buruk, Deli tidak berani bertanya lagi. Map coklat di tangannya ia julurkan ke arah Kelvin sembari berkata, "Ini adalah data data tentang Nyonya Aleta."

Kelvin meraihnya. Membawa berkas itu masuk ke ruangan kerjanya. Deli segera mengekor di belakang sang bos.

Duduk di kursi kebesarannya, Kelvin mulai membaca data data Aleta yang sudah terkumpul.

Selesai mempelajari, Kelvin mendongak menatap Deli yang berdiri takzim di depan mejanya. "Apa laporan ini concreet?"

"Iya, Tuan!"

Kasihan juga kehidupan Aleta. Orang tuanya mampu membiayai kuliah Olivia, sementara Aleta banting tulang sendiri sampai sekarang bekerja paruh waktu di toko roti, demi bisa membayar semester terakhirnya. Orang tua macam apa yang dimiliki Aleta? Sudut bibir Kelvin terangkat tipis namun tajam.

Entah kenapa, ada rasa iba pun yang ia rasakan untuk sang istri. Tapi, Kelvin selalu pintar menyembunyikan ekspresinya di depan orang.

"Di kertas ini, tertulis kalau sifat Aleta orang bodoh dan lemot?"

"Iya, Tuan." Seketika, Deli meringis pelan. Ia diberi tatapan tajam oleh Kelvin.

Bodoh dari mananya? Jelas jelas, Aleta berkuliah di salah satu universitas swasta elit. Tidak sembarangan pelajar yang bisa masuk ke sana. Sementara lemotnya dari mana? Pipinya sampai sekarang masih pedas kena tamparan.

"Laporan mu salah. Bawa pergi!"

Salah?

Kacung hanya bisa memprotes dalam hati. Sepertinya sang bos tidak terima akan kekurangan yang dimiliki Aleta.

"Permisi, Tuan."

***

Pagi nya, Aleta sudah rapi dengan stylish culun nya menurini anak tangga. Levis hitam dipadu kaos longgar berhasil menyembunyikan lekuk tubuhnya yang indah.

"Mau kemana?"

Aleta sebenarnya kaget oleh suara Kelvin yang sebelumnya tidak ia sadari keberadaannya duduk di sofa.

Dengan sengaja, Aleta menulikan telinganya. Ia terus berjalan menuju pintu utama, karena masih kesal akan kelakuan kurang ajar Elvan semalam. Toh, ia tidak wajib minta izin pergi pada pria yang bukan suaminya.

Kelvin hanya bergeming di tempat saat Aleta berhenti menyapa Deli yang baru datang.

"Apa Tuan Kelvin sudah bangun?"

Sebelum menjawab, Deli melirik dulu ke arah Kelvin. "Sudah, Nyonya. Tapi, Tuan muda akan pergi keluar kota siang ini."

Hem ... Itu tandanya, ia tidak bisa bertemu dengan suaminya sampai ... entah?

"Apa saya boleh bertemu sekarang?" Aleta berharap.

Kelvin memberi kode gelengan pelan ke Deli. Menolak.

"Maaf, sepertinya tidak bisa."

"Begitu ya. Tidak masalah, tapi tolong sampaikan padanya kalau saya akan pergi bekerja dan sorenya ada kelas." Aleta belajar menjadi istri yang baik meski Kelvin tidak peduli.

"Baik!" Jawab Deli takzim.

Aleta pergi. Kelvin segera berdiri.

"Tuan __"

"Keluar kotanya tidak jadi, kamu saja yang pergi!"

Deli membatu. Bosnya ini sebenarnya ingin apa? Tadi, katanya ada kerjaan diluar kota bersama. Sekarang malah mengikuti langkah Aleta.

"Masuk!"

Aleta membalik tubuhnya dengan cepat. Perintah yang tak ingin dibantah dari Elvan sangat meresahkan.

"Saya sudah memesan taksi!"

"Taksi nya kehabisan bensin!"

Sok tau! Aleta memutar mata malas. Saat ini, ia menunggu di depan gerbang.

"Naik atau saya akan melapor ke Kelvin kalau kamu menggodaku semalam!"

Ancaman Kelvin membuat mulut Aleta terbuka shock.

"Apa tidak sebaliknya? Aku tidak takut dengan ancaman mu. Tidak ada bukti ini kan?" Aleta salah pilih lawan dalam ber-argumen.

Elvan bin Kelvin turun dari mobil mewahnya. Tanpa ba bi bu, ia memojokkan tubuh mungil Aleta ke badan mobil. Dengan pergerakan cepat bak angin yang tidak disangka sangka oleh Aleta, Kelvin menikmati bibir Aleta dengan satu tangan memotret dari arah samping. Ia sudah punya bukti yang dipertanyakan Aleta.

Gadis di depannya terpaku shock.

"Kamu...!"

"Naik atau__"

"Iya, iya..." Terpaksa Aleta menurut. Dadanya yang bergerumuh kesal, ia redam untuk sekarang daripada kelakuan kurang ajar Elvan masuk ke dalam telinga Kelvin yang pasti akan membuatnya terkena masalah. Sepertinya, Elvan benar benar gila. Kelvin pasti percaya pada mulut manis adiknya meski berbohong tentang 'godaan' alih alih mempercayainya yang hanya istri tak dianggap.

"Aku ada teman kuliah atau teman kerja yang cantik cantik, kalau kamu butuh pendamping hidup, katakan saja." Aleta menawarkan karena ingin bebas dari kegilaan Elvan.

"Kalau aku mengatakan hanya ingin dirimu, bagaimana?"

Lebih baik diam seribu bahasa. Elvan sudah membuatnya gila di pagi hari. Merusak harinya saja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!