NovelToon NovelToon

Terobsesi Guru Bk

01.

...NB: Ini cerita mengenai anak sekolah begajulan atau bahasa kerennya Brandalan. Tentang gaya bahasa, semua itu gaya bahasa keseharian di lingkungan Auhtor. Suka atau tidak, hargai tulisan orang Lain, dan budaya orang lain selagi tidak merugikan....

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tetesan air hujan masih terlihat sesekali jatuh membasahi tanah, dan daun di atas pohon. Udara malam itu juga terasa sangat dingin karena curah hujan cukup deras selama satu hari melanda bumi.

Di ruang tamu cukup megah duduk seorang pemuda dengan kedua tangan disibukkan bermain games di ponsel miliknya. Suara dari game tersebut semakin pelan saat pintu rumah utama terbuka, terlihat seorang pria berusia 45 tahun masuk bersama dengan seorang wanita memakai baju ketat.

Pemuda tersebut, sebut saja Andy Pratama, sering di sapa Andy. Andy menghentikan permainannya saat melihat sang Papa secara terang-terangan membawa seorang wanita ke dalam rumahnya.

“A-Andy!” ucap papanya, Khandar Pratama sambil melepaskan rangkulannya dari tubuh wanita tersebut.

“Pasti Papa berpikir aku tidak ada di rumah? Kalau gitu aku akan keluar sebentar agar Papa bisa merasa puas membawa wanita murahan ke dalam rumah kita!” cetus Andy.

“Jaga bicaramu Andy!” tegur Khandar marah.

Andy tidak memperdulikan teguran Khandar, Andy mengambil kunci sepeda motor sportnya dari atas meja, melangkah melewati Khandar dengan lirikan tajamnya.

“Andy, mau kemana kamu!” panggil Khandar menatap kepergian Andy.

“Aku juga akan mencari kesenanganku sendiri seperti Papa,” sahut Andy terus melangkah keluar dari rumahnya.

Broom broom!

Andy melajukan sepeda motor sportnya keluar dari garasi rumahnya. Andy terus melajukan sepeda motor sportnya dengan kencang di jalan sunyi malam itu. Udara dingin menyusup ke dalam jaket kulit hitamnya hingga menembus ke tulang tidak ia pedulikan.

Di tengah laju kencang sepeda motornya, ponsel dalam saku celananya tiba-tiba berdering hebat, Andy terkejut hingga hilang kendali. Karena ada laju mobil dari arah yang sama, Andy harus membanting stang keretanya ke pinggir trotoar jalan.

Bam!

Sepeda motor bagian depan Andy hancur, tubuhnya terguling ke tengah jalan raya dan hampir saja ketabrak oleh pengendara mobil.

Pengendara mobil wanita tersebut terpaksa melakukan rem mendadak.

“Astaghfirullah, hampir saja aku menabrak pemuda itu,” gumam wanita itu, Karina Aisha dengan suara lembutnya.

Penasaran dengan kondisi Andy, Karina memutuskan untuk turun dari mobilnya. Meski saat itu ia sangat takut akan di begal. Dengan langkah ragu ia terus mendekati Andy, berjongkok dengan tangan terulur mendekati tubuh Andy.

“Dek, dek!” panggil Karina menggoyang tubuh Andy.

“Dek, dek matamu!” celetuk Andy.

Dengan susah payah Andy bangkit untuk duduk. Tatapan sengit memandang wajah teduh dan polos Karina.

“Ma-maaf, apa kamu baik-baik saja?” tanya Karina masih cemas melihat kondisi Andy penuh dengan luka.

Sejenak Andy terdiam dengan tatapan sengit berubah menjadi nakal. Melihat raut wajah polos dan teduh Karina membuat Andy memikirkan rencana jahat untuk kesenangannya sendiri.

“Kau lihat sepeda motorku di sana bagian depannya hancur seperti kerupuk, kan?” tanya Andy menunjuk ke sepeda motor sport miliknya.

“I-iya, lalu saya harus berbuat apa untukmu? Gimana kalau aku antarkan kamu ke rumah sakit atau pulang ke rumah kamu?” tawar Kirana masih dengan niat baiknya.

“Oh, ti-tidak usah khawatirkan aku. Sepeda motor ini biar orang bengkel saja yang membawanya nanti. Tentang pulang ke rumah, sebenarnya aku tidak memiliki tempat tinggal. Gimana kalau malam ini aku menginap di rumah kamu saja,” sahut Andy berbohong, sebenarnya ia malas untuk pulang ke rumah karena melihat kelakuan Khandar selalu gonta-ganti wanita.

“Tidak mungkin kalau kamu tidak memiliki tempat tinggal. Dari penampilan kamu, sepertinya kamu adalah anak orang berada. Dan…tunggu dulu, sepertinya aku pernah melihat wajah ini. Tapi dimana, ya?” ucap Karina seperti pernah melihat wajah Andy sebelumnya.

Bukan Karina saja mengingat wajah satu sama lain, Andy juga ikut mengingat wajah Karina.

Lelah dengan pikirannya, Andy pun akhirnya menyerah, ia memutuskan untuk menelepon salah satu temannya, meminta temannya untuk menjemputnya di tempat ia terjatuh.

Selesai sudah Andy menelepon temannya, Karina langsung memberikan jawaban atas ingatannya itu.

“Nah, kamu bukannya Andy Pratama. Siswa kelas 3 IPA yang suka bolos sekolah itu, kan?” celetuk Karina mengejutkan Andy.

“Haha, sok tahu kamu siapa aku,” sahut Andy ingin menutup jati dirinya.

Karina melipat kedua tangannya, dengusan ringan keluar dari bibir merah muda tanpa polesan lipstik.

“Karena sudah sangat larut malam, dan besok kamu ada ujian kesenian. Maka saya akan segera mengantarkan kamu pulang ke rumah, saya akan beritahu kepada kedua orang tua kamu gimana tingkah laku kamu saat di luar!” ancam Karina menggenggam tangan Andy.

“Mama telah tiada, dan Papa sedang sibuk dengan bisnisnya menabur benih dengan banyak wanita. Jadi, jangan berusaha ingin mengadukan ku kepada orang tuaku, karena aku tidak memiliki orang tua!” gumam Andy penuh dengan kebencian.

Di tengah genggaman kuat Karina dan penuturan kebencian Andy, terdengar suara gahar sepeda motor sport mendekati mereka.

Broom brom!

Suara sepeda motor sport tersebut berhenti di samping Andy.

Andy dan Karina menoleh dengan bersamaan ke arah pemuda mengendarai sepeda motor sport berwarna biru tua.

“Apakah aku salah tempat?” tanya pemuda tersebut, Andreas dari balik helm sport miliknya.

“Tidak, kali ini kau tepat waktu. Bawa aku pergi dari wanita tua ini!” sahut Andy melepaskan paksa genggaman tangan Karina dari pergelangan tangannya, dan ia pun berlari dengan terpincang naik ke atas sepeda motor sport Andreas.

“Menurutku wanita tua ini sangat cantik. Wajahnya juga sangat polos, kenapa tidak kita culik dan jadikan dia budak nafsu kita saja?” cetus Andreas ngawur karena terpengaruh minuman beralkohol.

“Sudah cepat jalan!” desak Andy sambil memukul helm sport Andreas.

“Cerewet!” gumam Andreas menuruti perintah Andy.

Brom broom!

Sepeda motor sport di kendari Andy dan Andreas melaju kencang meninggalkan Karina masih berdiri di depan mobil miliknya.

“Bersiaplah untuk bertemu denganku besok pagi di ruang BK,” gumam Karina.

Karina berbalik badan, melangkah mendekati mobilnya, dan melajukan mobilnya meninggalkan tempat tersebut.

.

.

Keesokan paginya.

Karina melangkah anggun dengan baju seragam di koridor menuju kelas Andy.

“Pagi, Ibu Karina!” sapa anak murid di masing-masing depan kelas mereka.

“Pagi, jangan lupa rapihkan baju kalian agar tidak merusak pemandangan sekolah,” sahut Karina sambil berjalan menuju ruang kelas Andy.

“Bu, hari ini Ibu terlihat semangat!” ungkap salah satu murid kelas 2.

“Oh, tentu saja. Hari ini Ibu ingin membasmi wabah buruk yang sudah cukup lama menimpa sekolah kita,” sahut Karina masih terus melangkah.

Langkah kaki Karina terhenti di depan kelas 3 IPA, sorot mata memandang luas ke dalam kelas Andy. Namun, Karina tidak dapat melihat Andy di dalam sana.

“Ibu cari siapa?” tanya salah satu murid wanita di kelas itu.

“Apakah Andy Pratama sudah datang?” tanya Karina dengan nada lembut namun tegas.

“Sudah ada 3 hari Tama bolos, dan kami tidak tahu kemana ia pergi, bu. Waktu kami ke rumahnya, dia….” penjelasan siswa tersebut terhenti saat mendengar suara gahar sepeda motor sport Andy dan Andreas memasuki gerbang sekolah. “Ma-maaf bu, a-aku permisi!” tambah murid tersebut terlihat takut.

Karina pun menoleh ke arah dimana Andy memarkirkan sepeda motor sport barunya.

.

.

Bersambung

02. Dasar Dugong

Karena ketampanan, ketenaran, dan kekayaan milik kedua orang tua Andy, ia mampu terkenal di lingkungan sekolahnya, terutama kaum wanita.

Andy dan Andreas berjalan melewati lapangan sekolah bak seperti seorang model, tangannya melambai ke semua murid wanita bersorak kepadanya. Namun, ada sosok wanita telah menunggunya dengan tatapan sinis dari dalam kelasnya.

“ANDY PRATAMA, KAU MEMANG LELAKI IDAMANKU!” sorakan para murid wanita kepada Andy.

“KALIAN SEMUA JUGA WANITA IDAMANKU! JANGAN LUPA KIRIMKAN FOTO TANPA HIJAB KALIAN KE NOMOR WA KU!” sahut Andy meninggikan nada suaranya, lalu terdengar balasan dari berbagai murid wanita di luar kelas.

Langkah kaki Andy terhenti di depan kelasnya, dahinya mengernyit heran saat melihat teman sekelasnya tertib tanpa suara.

“Bro, kenapa mereka semua diam seperti mayat hidup?” tanya Andy menyikut lengan Andreas.

“Mana aku tahu! Aku, kan datang bersamaan denganmu,” sahut Andreas mengarahkan pandangannya ke dalam kelas, mencaritahu penyebab teman-temannya terdiam dan pura-pura sibuk dengan buku pelajaran mereka.

Bola mata Andreas membulat sempurna saat mendapati Karina ada di dalam kelas mereka, duduk di antara beberapa murid wanita.

“Sial! Ada guru bk yang membagongkan,” celetuk Andreas berbisik.

“Apa! Guru bk kita seperti dugong? Mana sih, aku penasaran,” cetus Andy melangkah masuk ke dalam kelas, sorot matanya memandang satu-persatu teman sekelasnya.

Dari bangku kelas paling belakang, Karina melambaikan tangannya, tak lupa senyuman penuh arti diberikan untuk Andy.

Melihat wanita memakai seragam dinas itu adalah Karina, Andy berbalik badan, kakinya ingin melangkah cepat keluar dari dalam kelas. Namun, Karina sudah lebih dulu berlari, dan menghadang jalan Andy.

“Coba katakan sekali lagi,” pinta Karina membuat Andy menolehkan pandangannya ke Andreas.

Tidak ingin ikut campur urusan Andy dan Karina, Andreas melangkah pelan menjauh dari Andy sembari melambaikan tangannya, dan duduk di kursinya.

“Kawan dajjal! Kau tinggalkan aku seorang diri bersama dengan dugong ini!” umpat Andy tanpa suara, hanya gerakan bibir namun bisa terlihat jelas di mata Andreas.

Andreas tidak menjawab, ia hanya melambaikan tangannya, mengangguk patuh kepada Karina seolah tidak mengenal Andy.

Pandangan Andy terputus karena Karina menjewer daun telinga kanan Andy.

“Mari ikut dugong ke ruangan bk,” gumam Karina ternyata mendengar umpatan Andy dan Andreas mengatakan dirinya dugong.

“Auw! Sakit bu guru cantik!” rengek Andy.

Karina tidak memperdulikan rengekan Andy, tangannya masih terus menjewer daun telinga Andy sampai mereka masuk ke ruang bk.

Sesampainya di ruang bk, Karina melepaskan tangannya dari daun telinga Andy, ia pun duduk di kursi kerjanya, dan Andy berdiri di depan meja dengan tangan mengusap-usap daun telinganya memerah bekas jeweran Karina.

“Jahat kali ibu samaku,” cetus Andy masih mengusap daun telinga nya.

“Sudah sembuh?” tanya Karina berbasa-basi, sorot matanya tertuju pada kedua lengan Andy di penuhi dengan hansaplast.

“Ternyata ibu beneran guru bk di sekolahku,” gumam Andy.

“Iya, memang saya masih baru di sini, sekitar 3 bulan lah,” sahut Karina sambil membuka buku daftar nama-nama siswa bermasalah di sekolah itu. “Hem, saya penasaran kenapa kamu suka bolos. Boleh kamu jelaskan?” tambah Karina setelah mendapatkan data kenakalan milik Andy.

“Cuman merasa jenuh aja,” sahut Andy sembari menarik kursi dan mendudukkan dirinya di sana.

“Eh, siapa yang suruh kamu duduk di situ?” celetuk Karina memukulkan ujung rol ke tangan Andy hingga Andy tersentak berdiri.

“Yaelah, cuman duduk doang bu! Nggak kasihan melihatku yang masih merasakan sakit di kedua lututku akibat mengelak tabrakan dengan mobil ibu tadi malam,” sahut Andy mendudukkan dirinya kembali.

“Tidak boleh! Kamu harus tetap berdiri sebagai hukuman kamu telah mengejek saya dengan sebutan dugong!” hardik Karina sambil menggebrak mejanya.

Dengan terpaksa Andy berdiri, menahan luka belum sembuh di kedua lututnya.

“Gitu aja sakit hati. Dari pada aku bilang ibu wanita malam,” cetus Andy tanpa berpikir.

Karina mengepal kedua tangannya, berulang kali ia menarik nafas untuk menenangkan pikiran dan hatinya agar tidak emosi.

“Kalau ingin marah, marah aja bu. Lagian aku sudah terbiasa mendengar omelan dan makian dari orang dewasa,” celetuk Andy sambil membuang mata jengah nya ke sisi lain.

Karina terdiam, dahinya mengernyit, ingin bertanya lebih banyak apa penyebabnya Andy seperti ini. Namun, Karina masih menahannya, bertanya secara perlahan sekaligus ingin memahami keadaan Andy.

“Lain kali kamu harus sopan saat berbicara kepada orang yang sopan kepada kamu. Sekali lagi saya tanya, kenapa kamu tidak masuk sekolah selama hampir seminggu?” lanjut Karina kembali ke inti permasalahan.

“Belajar itu membosankan. Lagian, kalau aku rajin masuk sekolah dan mendapatkan nila bagus, tidak ada juga yang akan memujiku. Semua orang hanya tahu memuji ketampananku, dan uang yang aku miliki, maksudnya uang Papaku,” sahut Andy santai.

“Kalau melakukan sesuatu hanya ingin mengharapkan pujian, kenapa kamu tidak memberitahunya kepada kedua orang tuamu. Berikan kertas…” ucapan Karina terhenti saat Andy menggebrak meja kerja Karina.

“Bukannya sudah aku katakan jika aku TIDAK MEMILIKI ORANG TUA! Mama telah meninggal, dan Papa sibuk menabur benih dengan wanita-wanita di luar sana! Kenapa kau masih ingin mengungkitnya!” hardik Andy tersulut emosi, kedua bola matanya membesar dan memerah menatap wajah terkejut Karina.

Karina terdiam sejenak, lalu bibirnya menarik senyum manis, kemudian tangannya pun melayang ke pipi Andy.

Plaak!

“Berbicaralah dengan sopan kepada orang yang berbicara sopan kepadamu,” gumam Karina kembali mengingatkan Andy dengan suara lembutnya.

Andy terdiam, sebelah pipinya terasa kebas dan panas.

“Hahaha, ternyata seperti ini rasanya mendapatkan tamparan dari tangan seorang wanita!” ucap Andy di sela tawa kuatnya.

Karina kembali mengernyitkan dahinya, ia benar-benar tidak habis pikir melihat sikap Andy. Tidak putus asa, Karina kembali mempertanyakan pertanyaan itu kembali kepada Andy.

“Andy, jika di rumah kamu tidak memiliki seseorang, maka saya siap untuk mendengar semua keluhan kamu. Sekali lagi saya bertanya, kenapa kamu bisa bolos selama itu?”

“Sudah aku katakan, aku bolos sekolah karena aku bosan, dan aku ingin mencari kesenanganku sendiri. Tentang ibu mau mendengarkan curahanku!”

Andy menggantung ucapannya, mendekatkan wajahnya ke wajah Karina hingga nanar kedua mata mereka bertemu.

“Jangan sok baik deh, ibu! Tutur kata ibu mengingatku dengan beberapa wanita mainan Papa saat bertemu denganku!” lanjut Andy membuat Karina kembali menamparnya hingga kedua pipinya memerah.

“Apa selama ini kamu merasa puas dengan memilih jalan seperti itu?” tanya Karina masih lembut.

Andy mengepal kedua tangannya, tidak tahan dengan semua pertanyaan Karina, kedua kakinya pun melangkah pergi dari ruangan Karina. Kali ini Karina tidak menahan Andy, ia membiarkan Andy pergi begitu saja.

“Apa yang sebenarnya terjadi pada Andy?” gumam Karina penasaran.

Sepanjang kaki melangkah menuju ruang kelasnya, Andy terus mengumpat kesal.

“Dasar wanita tua. Pantas saja di bilang guru dugong, ternyata kekuatannya sangat kuat seperti dugong. Sakit sekali kedua pipiku ini, kenapa tidak sekalian membunuhku saja. Berlagak sok baik. Dasar wanita aneh!”

.

.

BERSAMBUNG

03. Tahan masuk Neraka?

Andy terus melangkah tanpa memperhatikan jalan, sesekali lengannya menabrak beberapa murid berjalan berlawanan arah dengannya. Bukan minta maaf, Andy malah menghardik murid-murid itu.

Kring kring!

Lonceng tanda pelajaran pertama berbunyi nyaring, semua murid berhamburan masuk ke kelas mereka masing-masing, termasuk Andy.

“Eh, kenapa?” tanya Andreas dari bangkunya.

“Kenak ceramah sama dugong itu,” sahut Andy sambil melipat kedua tangannya di atas meja untuk dijadikan alas bantal wajahnya.

“Eh, bodoh! Jangan tidur, pelajaran pertama kita adalah matematika. Pak Burhan sebentar lagi akan masuk, kalau dia melihatmu tidur, maka kamu akan terkena hukuman,” tegur Andreas masih dengan posisi duduknya memutar ke belakang, tak lupa menggoyang tubuh Andy agar terbangun.

“Nggak takut. Kalau sih pria kepala botak tengah itu marah, maka aku akan…”

Belum lagi siap menjawab ucapan Andreas, Pak Burhan sudah masuk dan kini berdiri di samping meja Andy dengan tangan menjewer daun telinga kiri Andy. Andreas sendiri kembali cari aman agar tidak dilibatkan.

“Kamu bilang ingin memarahi saya?” tanya Pak Burhan menjewer telinga Andy sampai Andy bangkit dari duduknya.

“Auw! Auw! Sakit Pak!” teriak Andy memukul tangan Pak Burhan sampai tangan itu lepas dari daun telinganya.

“Kalau tahu sakit, kenapa kamu masih terus bersikap nakal? Ingat! Kamu ini sudah kelas 3. 6 bulan lagi kamu akan menjumpai namanya ujian akhir sekolah!” omel Pak Burhan mengingatkan.

“Mau lulus atau tidak. Emang ada yang peduli? sudahlah Pak, masih mengantuk nih, mau tidur!” sahut Andy dengan santainya.

Andy kembali duduk di kursinya, ia ingin tidur tapi Pak Burhan menarik tangannya, membawanya keluar dari kelas, dan melepaskan kasar genggaman tangannya setelah di depan kelas.

“Bapak punya masalah apa sih, sama ku? Sekarang biarkan aku masuk, aku ingin tidur di dalam kelas!” desak Andy kasar, ingin bersikeras masuk namun, Pak Burhan melebarkan kedua tangannya.

“Masalahmu itu banyak. Kami sudah menelepon Papamu untuk datang ke sekolah ini. Sekarang kamu tunggulah di luar!” sahut Pak Burhan masuk ke dalam kelas tak lupa menutup pintu kelas agar Andy tidak bisa masuk ke dalam.

Tanpa rasa bersalah Andy berjalan menuju kantin, sesekali ia menguap karena mengantuk. Namun, langkah kaki Andy harus terhenti saat tangan seorang pria lebih besar darinya mendarat di sebelah pipinya.

Plaaaak!

Suara tamparan keras menggema di koridor kelas. Andy terdiam, kedua matanya membulat sempurna melihat seorang pria begitu familiar berdiri di depannya.

“Papa,” gumam Andy melihat Khandar.

“Hanya untuk memenuhi panggilan dari sekolahmu, aku sampai rela menunda jadwal meeting dengan klien penting!” celetuk Khandar menekan nada suaranya, menahan amarah.

“Kalau gitu silahkan pergi, aku bisa menyelesaikan masalahku di sekolah ini!” ucap Andy santai, ia pun berbalik badan ingin kembali melangkah.

Lagi-lagi langkah Andy harus terhenti karena kali ini Karina telah berdiri di belakangnya.

“Kalau ingin berkelahi mari ikut ke ruangan saya,” ajak Karina mengulurkan tangannya ke sisi kiri lapangan, tepat ruangan Bk berada.

“Baik bu,” sahut Khandar lembut.

“Andy, mari ikut saya,” ajak Karina sembari meraih tangan Andy, menggenggam pergelangan tangannya kemudian mengajaknya ikut melangkah bersama.

Sesampainya di ruang Bk, Karina mempersilahkan Khandar dan Andy duduk di bangku berbeda untuk mencegah pertikaian terjadi. Sebelum memulai sebuah pertanyaan, Karina melihat raut wajah kesal Andy, kemudian melihat wajah menahan emosi Khandar.

‘Harus berhati-hati bertanya agar tidak ada perdebatan antara anak dan bapak ini,’ gumam Karina.

Karina menghela nafas singkat kemudian memulai pembicaraan.

“Buat Pak Khandar Pratama, mohon maaf kalau mengganggu waktu Bapak,” ucap Karina lembut.

“Oh, tidak apa-apa. Demi anak, aku rela menyempatkan diri untuk datang ke sini,” sahut Khandar cengengesan.

Andy melirik sini. ‘Cih, dasar genit. Sama wanita aja kau bisa ramah dan cengengesan seperti itu. Coba sama anakmu sendiri,’ dengus Andy dalam hatinya.

“Saya kira bapak akan marah karena dipanggil ke sini,” ucap Karina sedikit menyinggung pertengkaran Khandar dan Andy sempat ia dengar tadi.

“Ti-tidak, aku hanya marah kepada Andy saja. Huuh! Apakah anak ini membuat ulah di sini, Bu?” tanya Khandar lirikan sinis mengarah ke Andy. Namun, Andy membuang wajahnya.

“Begini, Andy sudah ada hampir satu minggu tidak masuk sekolah. Apa bapak tahu hal itu?” tanya Karina.

Sejenak Khandar menggertak giginya, tatapan suram menatap lekat wajah cuek Andy. Kemudian tersenyum manis menatap Karina.

“Ti-tidak tahu, sebab dari rumah aku selalu melihat Andy pergi tepat waktu. Oh, tadi malam. Tadi malam Andy mengalami kecelakaan, hanya itu saja yang aku tahu,” sahut Khandar benar-benar menahan amarahnya.

“Sebagai guru bk, Andy juga sudah kelas 3 SMA dan 6 bulan lagi akan memasuki ujian akhir sekolah. Saya berharap Andy tidak lagi bolos sekolah agar bisa lulus dengan nilai yang baik,” jelas Karina.

“Aku minta maaf karena tidak becus mendidik Andy. Aku akan usahakan Andy masuk sekolah dan mendapatkan nilai yang bagus,” ucap Khandar berjanji.

Mendengar sumpah terlontar dari Papanya, Andy sekali lagi memutar bola mata jengahnya ke lain sisi. Gerak-gerik mengisyaratkan kalau dia sebenarnya sedikit jengah melihat ucapan lembut di buat-buat oleh sang Papa.

Bukan hanya Andy, Karina ternyata menyadari sikap Andy terlihat bosan.

“Baiklah, hanya itu yang bisa kami sampaikan,” ucap Karina mengakhiri percakapan. Karina berdiri. “Terima kasih telah meluangkan waktu bapak untuk datang ke sini, kami harap Andy bisa terus masuk setelah ini,” tambah Karina.

“Kalau gitu aku pamit pergi,” ucap Khandar beranjak dari duduknya.

“Mari,” ajak Karina mengantar Khandar sampai ke depan pintu ruangannya.

5 menit setelah Khandar pergi, Andy hendak pergi dari ruang bk, namun dihalangi oleh Karina.

“Ada apa lagi?” tanya Andy sewot.

“Saya harap kamu bisa berubah setelah ini. Datanglah keruangan jika kamu ingin bertanya sesuatu,” ucap Karina member penawaran.

“Sok baik! aku tidak butuh kebaikan dari kalian!” tolak Andy kemudian menerobos pergi dari ruangan Karina.

Karina tidak menahan Andy, ia membiarkan Andy pergi begitu saja. Dalam hati Karina ia berharap Andy bisa berubah menjadi lebih baik lagi setelah ini.

.

.

Malam harinya, pukul 23:30 malam.

Andy melajukan kencang sepeda motor sport baru miliknya di jalan ramai namun lengang.

“Aku benci Papa, aku benci sih, dugong itu!” celetuk Andy.

Mengingat kejadian tadi pagi di sekolah membuat hati Andy berapi-api, tangan kanannya pun dengan cepat menarik gas hingga membuat laju sepeda motor sportnya sangat kencang. Andy juga menjadi ugal-ugalan membuat semua pengendara di jalan raya harus mengelak dari sepeda motornya demi keamanan bersama.

Namun, salah satu di antara puluhan pengendara di jalan. Salah satunya adalah Karina di sana.

Hampir 2 jam ia berkendara mengelilingi kota sambil meluapkan kekesalan di dalam hatinya. Barulah Andy memarkirkan sepeda motor sportnya di pinggiran jalan, ia pun turun, memilih duduk di kursi jalan.

“Rasanya lelah hidup seperti ini. Bagaimana jika aku mati saja? Kira-kira kalau aku menabrakkan diri di tengah jalan itu sakit tidak, ya?” gumam Andy, sorot matanya mengarah ke tengah jalan raya hanya satu lewat di sana malam itu.

“Tahan masuk neraka?” tanya seorang wanita berdiri di samping kursinya.

Andy melirik ke asal suara wanita itu, melihat sosok wanita begitu ia kenal, Andy cepat-cepat bangkit dari duduknya dan naik ke sepeda motor sportnya. Saat hendak melajukan sepeda motornya, kedua tangan mungil dari wanita itu menyelinap masuk dari belakang, memeluk perut Andy.

.

.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!