"Rayyaaannn..... kenapa kau selalu menggangguku. "
Teriakan itu selalu terdengar di pagi hari di mansion keluarga Khan, Kedua kembar sepasang itu selalu membuat keributan tiap kali mereka hendak sarapan.
"Aku tidak mengganggumu, aku hanya mengambil apa yang menjadi milikku. Kau selalu meminjam sesuati dariku, tapi kau tidak pernah mengembalikannya. "
Rayyan dan Zoya sedang bermain kucing-kucingan di meja makan, padahal di sana sudah ada sang mommy dan daddy juga kakak mereka yang akan sarapan. Nisa langsung berdiri dan melotot ke arah kedua anak kembarnya itu.
"Zoya, Rayyan. Tidak bisakah kalian akur barang sehari saja. Mommy bisa stress jika kalian terus begini tiap pagi. " Akhirnya sang ibu negara mulai ceramahnya.
Zoya dan Rayyan langsung terdiam, dan duduk di samping kanan dan kiri kakaknya.
"Ingat umur kalian, nak. Kalian sudah dua puluh lima tahun, Sudah dewasa dan bisa bikin anak. Tapi sifat kalian masih kekanak-kanakan. Ya, Allah... " Akhirnya Nisa menyebut nama Robb nya jika sudah sangat kesal kepada anak-anak nya.
Erhan mendekati istrinya itu. Dan memeluknya dari samping.
"Sabar, sayang... " hanya itu yang bisa ia katakan untuk menenangkan istrinya.
"Maaf, mom. " ucap mereka berdua pada akhirnya.
"Kalian sudah besar, ayolah jangan selalu bertingkah seperti anak kecil begini. Kalau kalian begini bagaimana mungkin kalian bisa mendapatkan jodoh. " Murad sang kakak selalu memberikan nasehat kepada adiknya yang selalu bersikap kekanak-kanakan itu.
"Iya-iya percaya yang mau menikah bulan depan. " ejek Zoya yang sebenarnya tidak suka jika kakaknya harus menikah dengan Diandra seorang model terkenal di negaranya.
Murad mengacak rambut andiknya gemas, karena dia juga tau adiknya itu tidak pernah menyukai kekasihnya Diandra.
"Sudah-sudah, ayo sekarang kita sarapan. " perintah Erhan pada anak-anak nya itu
"Grandma kemana mom? kok nggak kelihatan. " tanya Rayyan yang tidak melihat nenek kesayangan itu.
"Grandma tadi pagi pergi setelah sarapan. Katanya dia ada urusan dengan saudaranya. " ujar Nisa yang sudah bisa mengontrol emosinya.
"Mau aku suapi, mom? " tawar Erhan yang sudah menyendokkan nasi di piringnya.
"Daaaadddd.... " protes ketiga anaknya tiap kali sang daddy ingin bermesraan dengan mommynya.
Nisa hanya menggelengkan kepala dengan tingkah anak dan suaminya itu.
Setelah sarapan mereka bertiga pun segera berpamitan kepada kedua orang tuanya. Murad dan Rayyan akan pergi ke perusahaaan sebagai CEO dan Wakil CEO, sedangkan Zoya akan pergi ke butik untuk meneruskan usaha mommy dan daddynya itu.
"Mom, dad, nanti aku akan pulang terlambat karena aku ingin menghadiri acara ulang tahun Diandra. " pamit Murad sambil mencium tangan kedua orang tuanya.
"Baiklah, hati-hati di jalan. Apakah Ezra akan ikut bersamamu? " tanya Nisa kepada anaknya itu.
Ezra adalah anak kemal yang di percaya untuk menjadi asisten Murad sang CEO . Sedangkan Kemal sendiri kini menjadi penasehat diperusahaan raksasa itu. Dia tidak berniat membuka perusahaan sendiri, karena dia berjanji pada dirinya sendiri akan mengabdikan hidupnya untuk keluarga Khan yang telah menolongnya dan mengangkatnya dari keterpurukan.
"Ezra tidak masuk kerja hari ini, mom. Tadi pagi dia mengabarkan padaku kalau dia sedang demam. Jadi, aku akan pergi sendiri nanti. "
"Baiklah kalau begitu, hati-hati di jalan. " Nisa memeluk anak pertamanya itu dengan lekat. Entah apa yang dia rasakan, hatinya merasa tak tenang sejak pagi.
Setelah Murad berpamitan, disusul Rayyan dan Zoya yang menciun punggung tangan ibunya. Tapi perasaannya tidak sekalut saat Murad mencium punggung tangannya.
"Kalian semua hati-hati ya.. " pesan Nisa sambil melambaikan tangannya.
Setelah mobil ketiga putranya tak terlihat, Nisa dan Erhan masuk ke dalam Mansion.
"Kamu kenapa, sayang? " tanya Erhan pada istrinya itu yang sepertinya terlihat khawatir.
"Entahlah mas, perasaanku tidak nyaman. "
"Insya'Allah tidak akan terjadi apa-apa. "
Mereka berdua duduk di ruang keluarga dan menyalakan televisi. Menikmati hari tua mereka. Begitulah Erhan dan Nisa. Kini mereka berdua hanya bersantai di rumah, dan sesekali ke perusahaan atau ke butik untuk mengontrol kinerja ketiga anaknya itu.
Sejauh ini perusahaan bisa maju dengan pesat dibawah pimpinan Murad dan Rayyan. Dengan ide-ide brilian mereka, mereka bisa mengembangkan bisnis mereka hingga ke mancanegara.
Kini Nisa dan Erhan hanya tinggal menikmati masa tua mereka dan melihat anak-anak mereka berkembang, dan menunggu cucu-cucu yang akan lahir dari mereka.
*
Murad bekerja keras hari ini karena sang asisten tidak masuk, walau ada Rayyan yang membantunya tapi tetap saja Murad tidak bisa mengerjakan semuanya sendiri, karena Ezra lah yang sudah mengerjakan sebagian pekerjaan ini.
"Kak, ini sudah malam. Katanya kakak akan datang ke acara ulang tahun Diandra. " celetuk Rayyan yang sejak tadi memperhatikan kakaknya yang sedang sibuk itu.
Murad melihat jam tangannya. Sudah jam tujuh malam ternyata. Dari tadi tidak terdengar suara panggilan telpon yang mengganggunya, saat bekerja. Namun, saat Murad membuka layar ponselnya ada puluhan panggilan telpon dan pesan dari kekasihnya itu. Dan Murad tidak menyadarinya karena ponselnya dalam mode silent.
Murad mengusap wajahnya kasar. Masih ada waktu satu jam sebelum acara di mulai. Dia harus datang jika tidak kekasihnya itu akan marah kepadanya.
"Apa kau bisa melanjutkannya, Rayyan. " tanya Murad kepada adiknya itu.
"Nanti aku cek, kak. Kalau akau tidak bisa nanti akan aku bawa pulang, aku akan minta bantuan daddy. "
"Baiklah, terserah kau saja. "
Memang pekerjaan mereka berdua tidak akan berjalan lancar tanpa adanya Ezra. Namun jikaa mereka bertiga sudah berada dalam satu meja maka masalah serumit apapun pasti mendapat solusi.
"Aku akan Bersiap. Kamu jangan pulang malam-malam. Kasihan mommy dan daddy nanti menunggumu. "
"Baik, kak. Sampaikan salamku untuk Diandra."
"Oke, nanti aku sampaikan. "
Murad masuk ke dalam ruang pribadinya untuk bersiap, tak lama dia sudah keluar lagi dengan penampilan yang berbeda. Dia menggunakan kaos putih bebalut jas non formal dan celana jeans. Penampilan nya sangat casual malam ini.
"Tampan sekali kakakku. " puji Rayyan dengan wajah tengilnya
"Begitu menurutmu? "
Rayyan mengangguk sampil menunjukkan dua jempolnya.
Dirasa sudah cukup rapi, Murad pun bergegas meninggalkan ruangannya dan segera menuju acara ulang tahun kekasihnya.
Sesampainya ditempat acara, Murad segera turun dari mobil dan mencari kekasihnya itu. Dia menjadi pusat perhatian semua kaum hawa disana, siapa yang tidak kenal dengan Murad? seorang CEO muda dari kerajaan bisnis keluarganya. Beruntung sekali wanita yang sudah menjadi kekasih pria itu. Murad mencari keberadaan Diandra, tapi dia tidak menemukannya. Bahkan dia menanyakan kepada beberapa orang dimana Diandra berada tapi tidak ada yang tau.
Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa pemilik pesta malah tidak ada di tempat pestanya berada. Murad memijit kepalanya. Kemana lagi dia mencari Diandra, bahkan di telpon pun tidak dia angkat.
Murad terus menghubungi Diandra sambil menuju toilet, karena dia ingin buang air kecil. Tapi saat dia sampai di pintu toilet, Murad mendengar dering suara ponsel milik Diandra dan suara laknat dua anak manusia sedang bercinta. Murad terus menghubungi, tapi suara di dalam ruangan itu membuat telinganya panas.
"Angkatlah sayang, Kekasihmu itu pasti sedang mencarimu. " kata seorang pria dengan nafas tersengal karena sedang memacu kuda di bawahnya.
"Dia tidak akan mencariku. Aku sudah menghubungi nya berkali-kali tapi tidak di angkat, bahkan pesanku satu pun tidak dia balas. Dia tidak akan peduli padaku jika sudah berkutat dengan berkas-berkasnya. " kata seorang wanita dengan nafas terengah menikmati genjotan pria di atasnya.
Murad yang mendengar percakapan mereka segera mengambil ponselnya dan merekamnya. Wajahnya sudah merah padam, tapi dia harus menahannya.
"Tapi kau mencintainya kan? "
"Iya Aku mencintainya, tapi aku lebih mencintai uangnya. Dia memberikan apapun yang aku mau, tanpa mengeluh. Itu yang sangat aku suka darinya. " Kata wanita masih dengan nafas terengah dan suara laknat yang terus keluar dari mulutnya.
"Apa kau Menikmati pelayanan ku? "
"Tentu saja, kau selalu memuaskanku, sayang. Tidak seperti kekasihku yang tidak mau melakukannya sebelum menikah. Polos sekali dia, memangnya dia hidup di jaman batu. "
Akhirnya erangan panjang keluar dari mulut dua manusia sampah itu.
Murad lalu mematikan perekam suaranya. Lalu dia menyalakan kamera ponselnya dan mengarahkannya ke pintu toilet. Dan saat pintu terbuka.
Jepret.... jepret...
Murad mengambil gambar dua manusia menjijikkan di hadapannya.
"Gambar yang bagus. " ucap Murad dengan senyum mengejeknya.
"Sayang, kau datang? kapan kau datang? kenapa tidak menghubungi ku? " Diandra ingin mendekati Murad yang tengah tersenyum sinis padanya.
"Jangan mendekat. Aku tidak mau didekati wanita menjijikkan sepertimu. Mulai malam ini aku batalkan pertunangan kita. " Kata Murad dengan tangan terkepal kuat dan rahang mengeras. Sebisa mungkin dia menahan amarahnya dan tidak memukul Diandra kala itu. Karena pantang baginya memukul seorang wanita.
Murad lalu meninggalkan dua pasangan menjijikkan itu dan segera pergi dari acara yang sudah menorehkan luka di hatinya. Diandra ingin mengejar Murad, tapi ditahan oleh pasangan prianya.
"Biarkan dia sendiri dulu. Kalau kau menemuinya saat dia emosi, bisa-bisa dia menghajarmu. Kamu tidak tau, dia itu sedang menahan amarahnya tadi. Jangan sampai kamu jadi pelampiasan kemarahannya. " nasehat teman pria Diandra.
Diandra mengikuti apa kata teman prianya itu, dia tidak mengejar Murad malam ini. Tapi besok, dia akan menemuinya di kantor.
Murad masuk ke dalam mobilnya, dia mengusap wajahnya dengan kasar. Ternyata seperti ini kelakuan Diandra di belakangnya. Dia yang selalu menjaganya, malah menyerahkan dirinya untuk dirusak orang lain. Murad benar-benar kecewa.
Dia lalu mengirimkan pesan di grup chat keluarganya, yang berisikan dirinya, mommy, daddy, rayyan dan Zoya.
✉️ "Aku sudah membatalkan pertunanganku dengan Diandra. "
Lalu dia mengirim rekaman yang tadi dia rekam dan foto Diandra dengan teman prianya yang masih dalam keadaan kacau.
Murad lalu menjalankan mobil nya untuk kembali ke mansion. Dia ingin tidur bersama mommynya saat ini. Hanya dengan begitu, dia baru akan bisa menenangkan hatinya yang sedang kacau.
Bersambung.
Setelah mengirimkan pesan di grup chat keluarganya, Murad lalu mengirim pesan pribadi ke ponsel sang mommy.
✉️ "Mom, malam ini aku ingin tidur dengan mommy. "
Setelah pesan terkirim ia langsung menjalankan mobilnya, membelah jalanan kota yang masih di penuhi hiruk pikuk manusia. Pikiran Murad merasa tidak tenang, dan dihantui rasa amarah atas kejadian yang di alaminya barusan. Meski tidak melihatnya secara langsung, tapi dia bisa melihat gambaran apa yang dilakukan kekasih sekaligus tunangannya itu dengan teman prianya.
"Menjijikkan." Murad mencengkeram setir mobilnya dengan erat.
Mencoba tetap fokus walau pikirannya sedang kacau. Tapi sefokus apapun jika takdir berkata lain, dia tidak bisa mengendalikan nya.
Murad yang sedang berhenti di lampu merah bersama mobil lainnya, melihat sebuah truk dari arah yang berlawanan dengannya kehilangan kendali. Ingin menghindar pun tidak bisa karena di depan belakangnya juga ada mobil yang berhenti. Murad memejamkan matanya dan menerima takdir apa yang akan dia alami setelah ini.
Brak
Tabrakan beruntun itupun tidak dapat di hindari,
"Mom... "
Sebuah kata yang dia ucapkan sebelum Murad kehilangan kesadarannya.
*
Di mansion, Erhan dan Nisa yang sudah membaca pesan dari Murad pun merasa tidak tenang, mereka berdua mencemaskan keadaan anak sulung nya itu. Namun sebuah pesan yang diterima Nisa membuatnya menerbitkan sebuah senyuman.
"Lihatlah mas, sepertinya malam ini kamu harus tidur sendiri. " kata Nisa sambil menunjukkan pesan yang dikirim Murad kepadanya.
Erhan ikut tersenyum melihatnya. "Baiklah, malam ini aku mengalah. Temanilah anak kesayanganmu itu. "
"Jangan begitu, aku juga menyayangi twins dengan kadar yang sama." kata Nisa dengan mencebikkan bibirnya.
"Ih, ini bibir kalau sudah begini pengen aku makan aja. " Gemas Erhan kepada istrinya.
Tak lama Zoya datang, dan dengan heboh menceritakan pesan yang dikirimkan Murad. Dia bahagia karena pada akhirnya Kakaknya kesayangannya itu tidak jadi menikah dengan wanita ular seperti Diandra.
"Sudah-sudah. Jangan tunjukkan kebahagiaan mu itu dihadapan kakakmu Zoya. Kamu harus prihatin. " nasehat Nisa kepada anak perempuanya itu.
"Baiklah, mom. "
Nisa Pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk keluarga nya, karena anaknya Murad dan Rayyan pasti akan datang juga sebentar lagi. Namun tiba-tiba, Nisa mendengar benda jatuh dari dinding ruang keluarga
Erhan dan Zoya yang berada di sana langsung menuju asal suara, dan melihat benda apa yang jatuh. Nisa yang juga penasaran lalu pergi ke ruang tamu, dia lalu mengambil pigura foto yang jatuh.
"Murad." Kata Nisa dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Mas... Murad... Perasaanku tidak enak, coba hubungi dia mas. " kata Nisa dengan suara tercekat oleh air mata yang sudah tak bisa dia bendung.
Zoya langsung memeluk sang mommy, sedangkan Erhan langsung mengambil ponselnya dan segera menghubungi putra sulungnya itu. Namun sebelum dia melakukan panggilan, dia menerima panggilan masuk dari Rayyan.
Erhan langsung mengangkat panggilan, untuk mendengar apa yang ingin dikatakan anaknya itu.
"Dad... Kak Murad, dad. " kata Rayyan dengan suara tangisnya.
"Tenang lah, sekarang kamu dimana."
"Aku ikut ambulan, dan menuju rumah sakit kita. "
"Baiklah, tenang. Daddy dan mommy akan segera menyusul. Kamu temani kakakmu, okey. "
Panggilan terputus, Erhan lalu mengajak anak dan istrinya ke rumah sakit. Tak lupa, dia menyiapkan beberapa barang yang di butuhkan. Erhan, tidak menyetir sendiri kali ini karena dia juga di landa kecemasan. Jadi, dia meminta sopir untuk mengantar mereka.
"Mas, katakan padaku. Apa sebenarnya yang terjadi? " Nisa selalu bertanya hal yang sama namun Erhan enggan menjawab Karena dia sendiri tidak tau apa yang terjadi.
"Mas.. " pekik Nisa kepada suaminya itu.
"Aku tidak tau sayang, tadi Rayyan menelponku, katanya saat ini dia dan Murad berada di rumah sakit. Sekarang kita menuju kesana Oke. Setelah sampai di sana kita akan tau apa yang terjadi. Jadi kumohon tenanglah. " jelas Erhan akhirnya.
Nisa pun terdiam setelah mendengar perkataan suaminya itu. Dia tidak bertanya lagi, karena percuma suaminya juga tidak tau apa yang terjadi.
Zoya yang berada di kursi depan memperhatikan jalanan yang ramai.
"Sepertinya baru saja terjadi kecelakaan beruntun." gumamnya.
Namun tiba-tiba matanya terbelalak, saat melihat mobil yang sangat di kenalinya juga ada diantara kecelakaan itu.
"Dad, perhatikan kiri jalan. " Zoya memberi isyarat kepada daddynya agar melihat apa yang ia lihat.
Erhan mengikuti isyarat dari anaknya itu. Sama seperti Zoya , dia juga mengenali salah satu mobil itu.
"Murad, anakku. " lirih Erhan dengan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Bagaimana jika Nisa sampai tau apa yang terjadi pada anak kesayangannya itu.
"Aku harus kuat, karena ada hati seorang ibu yang harus aku jaga." gumamnya dalam hati.
Dia langsung memeluk istrinya itu dengan erat untuk memberikan ketenangan sebelum badai.
Mobil mereka akhirnya sampai di rumah sakit milik Erhan. Dia langsung menanyakan perihal korban kecelakaan yang baru saja terjadi.
"Mereka masih ditangani di ruang UGD tuan. " kata petugas rumah sakit itu dengan ramah, karena dia tau yang bertanya padanya adalah pemilik rumah sakit tempatnya bekerja.
Erhan langsung membawa Anak dan istrinya itu ke ruang UGD. Mereka melihat Rayyan yang tampak frustasi sendirian.
"Rayyan, dimana Murad? " tanya Nisa langsung kepada anak keduanya itu.
Rayyan langsung memeluk ibunya dan Menangis sejadi-jadinya.
"Mom... kakak.... "
"Katakan pada mommy, dimana Murad. " kata Nisa sambil menangis dan memukuli punggung Rayyan yang memeluknya.
"Sayang, hentikan. " Erhan berusaha menenangkan istrinya.
Tak lama terlihat dokter keluar dari ruang penanganan.
"Tuan Erhan. " sapa dokter Ahmed dokter senior di rumah sakit itu.
"Dokter, bagaimana keadaan anak saya. " tanya Erhan yang masih menenangkan istrinya itu.
"Tuan muda mengalami pendarahan di kepala dan cidera di kaki. Yang harus kami lakukan sekarang adalah melakukan operasi untuk menghentikan pendarahan itu, tuan. Kami perlu persetujuan dari pihak keluarga untuk melakukannya. " terang dokter Ahmed
"Lakukan yang terbaik, untuk anakku dokter. " putus Erhan pada akhirnya.
"Baiklah, tuan. Kami akan segera melakukannya. " Dokter itu masuk lagi ke ruangannya dan segera mempersiapkan operasi pada Murad.
Tampak seorang dokter asing yang berlari masuk ke ruangan itu, sekilas Zoya menoleh ke arah dokter muda itu, begitu pula sebaliknya. Mata mereka sempat bersibobrok walau hanya sebentar.
"Rayyan, bisa kau jelaskan pada kami apa yang terjadi? " tanya Erhan pada anak keduanya itu, setelah melihat istrinya tenang. Cukup tenang, karena Nisa sudah tidak menangis lagi, tapi tatapannya terlihat kosong setelah mendengar penjelasan dokter tadi. Erhan selalu berada di sisinya dan memeluknya.
"Aku tidak tau, dad. Tadi kakak memang pergi ke pesta ulang tahun Diandra, tapi tak lama kita mendapat pesan itu dari kakak. Aku langsung pulang setelah mendapat pesan itu, karena aku ingin menghibur kakak. Tapi saat di jalan aku melihat kecelakaan beruntun itu, dan aku sangat mengenali mobil kakak. Lalu aku ikut masuk ke dalam ambulan setelah meminta tolong seseorang untuk membawa mobilku ke rumah sakit. " Rayyan menjelaskan apa yang terjadi.
"Beruntungnya kamu bisa menemukan kakakmu nak. " ucap Erhan.
"Ini pasti karena wanita ular itu. " gumam Nisa masih di pelukan Erhan.
"Sayang, jangan berprasangka.. "
"Murad pasti tidak konsentrasi saat mengemudi karena pikirannya kacau gata-gara wanita itu. " Nisa masih menyalahkan Diandra atas kecelakaan yang terjadi pada anaknya.
"No mom, kecelakaan itu terjadi di lampu merah saat mobil berhenti, dan ada truk yang kehilangan kendali dari arah berlawanan dan menabrak beberapa mobil di depannya. Beruntung kakak, tidak berada di bagian paling depan. Jika tidak.... " Rayyan tidak sanggup menceritakannya dan menangis lagi, kali ini saudara kembarnyalah yang menenangkan.
Begitu juga dengan Nisa, yang tak sanggup lagi menahan air matanya.
"Rayyan, kamu harus tegar sebagai pria. Lihatlah adikmu siapa yang akan menenangkan nya jika kamu lemah, sedangkan daddy menenangkan mommymu. " Nasehat Erhan
Rayyan pun menghentikan tangisan nya, dan berusaha kuat.
Terdengar, suara brangkar keluar dari ruang tindakan. Terlihat Murad yang tak berdaya di atas brankar dengan kepala diperban dan didorong beberapa tenaga medis. Nisa menangis histeris melihat keadaan anaknya itu begitu juga dengan Zoya yang melihat kakak kesayangannya itu lemah tak berdaya.
Rayyan langsung memeluk saudara kembarnya itu, "benar kata daddy, jika aku lemah siapa yang akan menjaga Zoya. Sedangkan mommy sangat terpuruk. "
"Kami akan membawa tuan muda ke ruang operasi tuan, agar segera dilakukan tindakan. " ujar dokter Ahmed yang menangani Murad.
"Lakukan yang terbaik untuk anakku dokter. "
"Baiklah, kami akan melakukan yang terbaik. Tapi sebelumnya, saya mau memperkenalkan partner saya kepada anda Tuan. Dia adalah dokter Evan. "
"Lakukan yang terbaik untuk anak saya dokter." Erhan menjabat tangan dokter Evan dengan kuat untuk menyalurkan permohonan kepadanya.
"Kami akan berusaha yang terbaik untuk anak anda tuan, tapi Tuhan yang menentukan semuanya. Kalau begitu kami pamit dulu. " Dokter Evan dan dokter Ahmed pun segera menuju ruang operasi untuk segera melakukan tindakan operasi kepada Murad. Tapi lagi-lagi pandangan matanya menatap ke arah wanita muda yang sedang menangis.Lalu dia memutuskan pandangannya dan segera ke ruang operasi
"Benar... aku masih punya Tuhan... Aku masih punya Allah... mas, aku butuh satu ruangan disini. aku ingin berdoa dan memohon kepada Tuhan ku untuk menyelamatkan anakku. " pinta Nisa kepada Suaminya.
Erhan lalu mencari seseorang dan memintanya melakukan apa yang diinginkan istrinya itu.
Bersambung.
Dua jam telah berlalu Erhan dan Rayyan berdiri tak tenang di depan ruang operasi, sedangkan Nisa dan Zoya sedang menggelar sajadah bersyujud kepada-Nya agar diberi kelancaran dalam proses operasi anak dan kakak kesayangan mereka. Dan diberi keselamatan dan kesembuhan kepada Murad.
Lampu operasi akhirnya padam, yang berarti proses operasi berakhir. Dokter Ahmed dan dokter Evan keluar dari ruangan operasi lalu menemui keluarga pasien.
"Bagaimana dokter. " tanya Erhan tak sabaran.
"Alhamdulillah, operasi berhasil dan berjalan lancar tuan. Tapi kita harus menunggu selama dua belas jam untuk melihat, apakah tuan muda bisa melalui masa kritisnya,Tuan. Jika selama dua belas jam ini tuan Murad belum sadar kami nyatakan beliau dalam keadaan koma." ujar dokter Ahmed.
"Katanya kalian berhasil, tapi kenapa harus koma?" Erhan merasa geram dengan penjelasan dokter itu.
"Dad, tenanglah. " Rayyan menenangkan Daddynya itu, sedangkan Nisa dan Zoya yang juga mendengarkan penjelasan dokter itu juga merasa terpukul.
"Kami sudah berusaha sebaik mungkin, Tuan. Kami sudah berhasil menghentikan pendarahan, tuan Muda. Tapi semua itu tergantung tuan muda, apakah dia akan segera sadar dan keluar dari alam bawah sadarnya atau tidak. Kami telah berusaha sebaik mungkin. " ungkap dokter Ahmed lagi.
Erhan mengusap wajahnya dengan kasar.
"Murad." lirihnya.
"Setelah ini kami akan membawa tuan muda ke ruangan ICU untuk memantau perkembangannya. Kami permisi tuan. " Akhirnya dokter Ahmed dan dokter Evan meninggalkan Erhan. Sekali lagi, Dokter Evan memandang wajah sembab Zoya yang menangis dari tadi.
"Mas... " Nisa lalu berlari mendekati suaminya. Mereka berpelukan, dan saling menguatkan.
Terdengar brangkar di dorong keluar dari ruang operasi, dan terlihat Murad yang masih tak sadarkan diri dengan wajah pucat nya. Nisa menutup mulut dengan kedua tangannya, untuk menahan tangisannya. Mereka lalu mengikuti kemana brangkar Murad akan dibawa, dan mereka berhenti di depan ruangan ICU.
Nisa terduduk lemas di kursi tunggu bersama suami dan kedua anaknya. Tak ada satupun yang bersuara selama beberpa menit, hingga suara Erhan, memecah keheningan.
"Rayyan, hubungi Kemal. Suruh dia kemari. " perintah Erhan kepada anaknya.
Rayyan menurut lalu menghubungi Kemal.
"Hallo ada apa Rayyan, malam-malam begini telpon om." kata Kemal dengan suara serak khas bangun tidur. Mungkin telpon dari Rayyan telah mengganggu tidurnya, karena waktu sudah menunjukkan dini hari.
"Om, papa menyuruh om datang ke rumah sakit. "
Kemal langsung terduduk dari tidurnya, dan itu mengganggu Alima yang tidur di sampingnya.
"Apa yang terjadi. " tanya Kemal dengan wajah gusar.
"Aku tidak bisa jelaskan di telpon, om. Sebaiknya om, datang kemari. Kami berada di ruangan ICU. "
"Baiklah, om akan kesana bersama Ezra. "
Panggilan terputus, dan Kemal segera bersiap.
"Kamu mau kemana, sayang. " tanya Alima yang juga tebangun.
"Rayyan menghubungi ku, aku diminta datang ke rumah sakit. Tapi dia tidak mengatakan apapun. Aku akan ke sana bersama Ezra, apakah dia sudah sembuh? "
"Sudah, demamnya sudah turun dari tadi siang setelah di suntik dokter. "
"Baiklah, tolong bangunkan Ezra, aku akan bersiap. " Kemal meminta tolong kepada istrinya.
Alima segera keluar dan membangunkan anak laki-laki nya itu. Ezra yang mendengar kabar itupun langsung terbangun, dan segera bersiap.
"Hubungi aku, kalau terjadi sesuatu. " Alima
"Baiklah, aku akan menghubungimu nanti. " Kemal
Akhirnya mereka berdua melajukan mobilnya menuju rumah sakit.
Sesampainya di ruangan ICU Kemal melihat semua keluarga Erhan ada di sana kecuali Murad dan mama Aylin.
"Erhan, apa yang terjadi. " tanyanya setelah berhadapan dengan Erhan.
"Murad." lirih Erhan.
"Ada apa dengan anak itu. " tanya Kemal lagi tak sabaran.
"Kak Murad mengalami kecelakaan om. " Akhirnya Rayyan yang angkat bicara.
"Bagaimana bisa. "
Rayyan akhirnya menceritakan apa yang terjadi beberapa jam lalu.
Sedangkan Ezra mendengarkan dan mencari berita di internet apa yang terjadi. Dan benar, ada berita kecelakaan itu, bahkan mobil mewah Murad pun ada diantara mobil-mobil yang menjadi korban kecelakaan itu.
"Lalu bagaiman keadaan Murad sekarang. "
"Kami harus menunggu selama dua belas jam, jika selama itu kakak tidak sadar, maka kakak akan dinyatakan koma. "
Kemal terduduk disamping Erhan, lalu memeluknya. "Sabar, bro... InsyaAllah Murad akan sadar. " Kemal menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu untuk memberikan kekuatan.
Ezra melihat sekelilingnya, dia melihat Nisa yang bersandar di tiang penyangga, dan Zoya yang berbaring dipangkuan Mommynya. Dia lalu memutuskan untuk pergi dari sana.
"Ezra kamu mau kemana? " tanya Kemal yang melihat anaknya itu pergi dari sana.
"Aku ada urusan sebentar. " katanya tanpa menoleh ke belakang.
Ezra memang terkenal dingin diantara Murad dan Rayyan. Jika Murad terkenal ramah dan baik hati, Rayyan yang usil dan tengil, maka Ezra terkenal dengan sikap dinginnya yang seperti gunung es.
Ezra kembali dengan beberapa orang petugas kebersihan dan satpam yang membawa beberapa sofa dan tempat tidur. Entah dari mana mereka mendapatkan semua itu.
Erhan, Rayyan dan Kemal yang melihat itu merasa tercengang dengan apa yang dilakukan Ezra. Dia masuk kesatu ruangan yang berhadapan dengan ruang ICU. Lalu petugas kebersihan segera membersihkan ruangan itu, dan memasukkan semua barang yang mereka bawa tadi.
"Mom, beristirahatlah disana bersama Zoya. Mommy pasti lelah. " kata Ezra saat berada di depan Nisa.
Nisa memang menyuruh anak-anak Kemal dan Alima untuk memanggilnya dan suaminya, Sama dengan anak-anak nya memanggilnya.
"Tidak, mommy ingin menunggu Murad sadar. " kata Nisa dengan keras kepalanya.
Ezra lalu berjongkok didepan Nisa.
"Mom, Murad akan sedih jika melihat mommy seperti ini. Jika dia sadar dan melihat mommynya berantakan, bagaimana perasaan Murad. " Ezra mencoba merayu Nisa.
"Kalau Murad sakit, mommy harus sehat. Kalau mommy juga sakit terus siapa yang menjaga Murad? Jadi mommy harus menjaga kesehatan mulai sekarang. Dan yang pertama harus mommy lakukan adalah, istirahat. tidur yang cukup bersama Zoya. Biar aku, Rayyan, Daddy dan Papa yang akan menunggu Murad di sini. Aku sudah menyiapkan tempat tidur yang nyaman untuk kalian berdua. " bujuk Ezra dengan lembut, membuat semua pria yang ada di sana tercengang. Siapa sangka, gunung es itu bisa mencair di hadapan Nisa.
Nisa mencerna semua perkataan Ezra yang ada benarnya. Dan dia menurutinya. Nisa dan Zoya masuk ke dalam ruangan yang sudah disiapkan Ezra. Entah bisa tidur atau tidak, yang penting dia akan mengistirahatkan tubuhnya seperti kata Ezra tadi.
Setelah mommy dan adiknya masuk ke dalam ruangan, Rayyan lalu bertanya kepada Ezra.
"Dari mana kau belajar bahasa seperti itu? "
"Murad.... Murad selalu mengatakan padaku, jika sikap keras kepala mommy sudah muncul, maka kita harus bersikap lembut kepadanya. Jika saat dia keras kepala lalu kita membalasnya dengan keras, maka mommy akan terluka. Dan dia tidak suka melihat mommy menangis. Itu yang diajarkan Murad padaku, dan itu yang diajarkan daddy pada Murad. "
Semua orang memandang Erhan, dan Erhan hanya mengangguk membenarkan semua perkataan Ezra.
"Kok daddy tidak pernah mengajarkan hal itu padaku? " protes Rayyan yang seolah tak terima.
"Karena kamu selalu bertengkar dengan adikmu, dan membuat mommymu pusing. "
Rayyan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal mendengar perkataan daddy nya.
Kemal lalu menghubungi Alima dan mengabarkan apa yang terjadi.
"Besok, datanglah ke mansion Erhan, bawakan beberapa pakaian ganti dan berapa keperluan untuk mereka semua sebelum kemari. Minta pada pelayan untuk membantumu. Dan jangan katakan apapun pada mereka. Karena kita tidak berhak mengatakan apa pun sebelum Erhan yang mengatakannya sendiri. "
"Baiklah, sayang. Aku mengerti. "
*
Dua belas jam sudah berlalu, tapi Murad masih belum membuka matanya. Dokter yang memeriksanya pun mengatakan kalau Murad mengalami koma.
"Sampai kapan, anakku akan koma dokter. " tanya Erhan dengan nafas memburu.
"Itu semua tergantung tuan Murad, Tuan. Bisa beberapa, hari, minggu, bulan bahkan tahun. Ajaklah tuan Murad berkomunikasi, semoga dia bisa merespon ucapan kalian. Hanya itu yang bisa kita lakukan saat ini. " jelas dokter Ahmed yang selalu memantau perkembangan Tuan muda pemilik rumah sakit tempatnya bekerja.
Semua orang menjadi lemas mendengarkan semua penjelasan dari dokter. Termasuk, gadis cantik yang baru datang bersama mamanya. Kakinya seolah tak bisa bergerak, setelah mendengarkan keadaan Murad.
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!