Apakah kalian tahu, bagaimana jahatnya ibu tiri Cinderella beserta kedua kakak tirinya?, memperlakukan Cinderella begitu tidak manusiawi dan selalu mengeksploitasi tenaganya. Namun Cinderella selalu tabah dan sabar. Hingga akhirnya dia mendapatkan kisah yang Happy aver after.
Big no!
Itu adalah kisah dongeng yang diceritakan turun temurun oleh para ibu di dunia.
Nyatanya, Cinderella dalam kisah ini adalah anak yang selalu menentang kuat Ibu tiri dan kedua kakak tirinya.
Walau tangan dan wajahnya biru biru akibat perlakuan ibu dan kedua kakak tirinya, Ella tetap tidak gentar, dengan kokohnya ia berdiri sambil mengangkat dagu tinggi tinggi.
"Tampar terus Mah, tampar terus Kak, Aku udah kebal" tantangnya meski kedua pipinya sudah terasa perih.
"Dasar anak gak tau diuntung!" ucap Nyonya Kalia, Ibu tirinya.
"Gak tau di untung? bukankah seharusnya Mamah dan kakak yang gak tau di untung?, Mamah nikah sama Papah dan sekarang Papah meninggal, harusnya aku yang berhak nerima semua harta warisan Papah, tapi Apa? Aku Cinderella, aku baik hati, Aku kasih semua harta yang udah jadi milik aku ke Mamah, Siapa yang gak tau diri Mah?"
PLAK!
Kali ini, bukan tamparan dari Kalia, tapi Angela, Kakak tertuanya.
"Jaga omongan Lo kalo Lo masih mau tinggal di sini, Jangan munafik, najis" Angela hampir saja meludah tepat diwajah Ella jika tidak ia tahan menggunakan tangannya.
"Lo bukan bidadari, ludah Lo bau!" ucap Ella tanpa filter, mengundang cekikikan kecil dari kakak keduanya, Arsyla.
"Lo emang bau kak" timpal Arsyla seketika mendapat cubitan mematikan bahkan sebelum dirinya menutup mulut kembali.
"Tenang aja, Gue gak gila harta, masih muda, masi punya masa depan cerah, gak burem kaya masa depan Lo berdua" Telunjuk Ella mengarah pada wajah menyebalkan kedua kakak tirinya.
"Apa Lo bilang?" Angela maju selangkah untuk memberi tamparan yang lebih keras, namun Ella berhasil menangkap tangan Angela dengam gesit, dan memelintirnya ke belakang.
"Aww.. Mah, liat dia mulai kurang ajar lagi" rengeknya pada Kalia yang langsung membalas perbuatan Ella lebih gila.
Ella diseret bagai budak dimasa penjajahan, dimaki secara ramai ramai, di siksa begitu menyakitkan, dan terakhir, Ella ditenggelamkan dengan kaki dan tangan yang terikat kuat.
"Terus mah, jangan dibiarin napas" sungut Angela saat melihat Ella yang berusaha naik ke permukaan.
Kalia yang kejam itu merasa di beri intruksi, dia mengambil tongkat pembersih kolam renang dan menekan kepala Ella agar tenggelam lebih dalam.
"Kamu bilang apa tadi? Masa depan cerah? Jangan mimpi kamu bisa sukses, karna hidup kamu bakal berakhir disini, dan satu hal yang harus kamu tahu, bahwa ayahmu sudah memberikan seluruh harta warisannya padaku" Tawa Nyonya Kalia puas, diiringi tawa kedua anaknya. Apalagi saat melihat Tubuh Ella yang Sudah lemas dan tak berdaya, ajalnya pasti akan segera tiba, akhir hidup yang mengenaskan bagi seorang gadis berusia 15 tahun.
****************
******
"Woiy Ella!" teriak seseorang begitu mengejutkan lamunan Ella yang kembali pada dunia nyatanya saat ini.
"Apaan sih?" tanyanya risih, ia menatap sahabatnya itu dengan jengah.
"Nomor lima isinya apaan?"
"Yang dibelakang, ada apa?" tanya seorang guru yang sedari tadi memperhatikan murid muridnya.
Ella mendesah pelan, fikiran yang begitu buruk melupakan kalau dirinya tengah ulangan harian bersama Bu Sinsin, Sehingga ia tak bisa mengontrol suaranya.
Bu Sinsin berjalan mendekat ke arah meja mereka, wajah garangnya langsung melotot saat melihat lembar jawaban Ella yang kosong, dan jawaban Temannya yang baru beberapa, padahal waktu tinggal lima menit lagi.
"Cinderella, Aurora!, Keluar dari kelas ibu sekarang!" perintah Bu Sinsin tak bisa dibantah.
Kedua nama karakter disney itu keluar beriringan, saling sikut dan menyalahkan.
"Anjir Loe parah banget sih, Loe belum jadi ibu rumah tangga, jangan banyak pikiran" dengus Aurora.
PRET!
Ella membalas ucapan Aurora dengan kentut supernya, membuat gadis itu terkejut dan langsung menutup hidungnya takut tericum bau bau kematian.
"Cinderella Sialan!" umpatnya berniat menggetok kepala Ella, namun gadis itu keburu menghindar dan berlari bagai Korban dikejar banteng ngamuk.
Ella terus tertawa, Aurora tak henti mengumpat. Sepanjang koridor dipenuhi oleh ocehan mereka, melewati beberapa kelas. Menyebabkan penghuni kelas teralihkan perhatiannya sejenak melihat kelakuan abstrak keduanya yang sudah biasa.
Tapi Ella bahagia, ia sangat bersyukur bisa bertemu dan bersahabat dengan Aurora, hidupnya penuh warna sekarang, tidak sama seperti sebelum dirinya meninggal.
*************
Mungkin saat itu, tuhan mengembalikan dua nyawa sekaligus. Ella dapat selamat dari maut berkat Aurora, dan Aurora dapat terbangun dari tidur seratus tahunnya.
...`Flashback~...
"Ella Lo harus bangun, Lo gak boleh ninggalin gue" tangis Aurora tepat dihari kematian Ella. Rumah duka yang sepi, tidak banyak orang berkabung, hanya beberapa orang Bodyguard, dan ibu juga kedua kakak tiri Cinderella yang mengurus jenazah Ella.
Kemudian tubuh Ella yang sudah terbungkus kain putih itu diangkat ke dalam keranda mayat oleh beberapa orang suruhan Nyonya Kalia.
"Kalian memang Ibu dan Kakak tiri Cinderella yang kejam, tunggu ibu peri datang dan mengutuk kalian semua" ucap Aurora dengan suara sangau karna tangis.
Kalia dan kedua anak tirinya tertawa lucu. "Kebanyakan baca dongeng Lo"
Aurora tak mempedulikannya lagi, sebagai sahabat baik Ella, ia tahu betul bagaimana busuknya mereka, untung saja Ella anak yang tegar, sejauh mana mereka menyiksa Ella, gadis itu selalu memberi sedikitnya perlawanan, Ella tidak pernah menunduk di depan mereka, Ella tidak pernah menangis ataupun mengeluh. Dia benar benar kuat.
Tempat untuk mengubur jasad Ella sudah disiapkan, para Bodyguard Kalia kembali mengangkat tubuh Ella untuk di letakan pada liang lahat. Namun sebelum itu, Aurora kembali memeluk Ella untuk yang terakhir kalinya.
Aurora menangis pilu. baru saja mereka akan memulai pertemanannya lagi, baru saja Aurora terbangun dari tidur panjangnya yang sangat lama, namun begitu dirinya terbangun, ia sudah tidak bisa melihat sahabatnya lagi.
"Kalau tau gini, kenapa tuhan harus bangunin gue, kenapa tuhan gak biarin gue mati aja" Air mata Aurora tak henti hentinya mengalir, beningnya sebuah air mata ketulusan, hangatnya cinta Aurora, tiba tiba memberi suatu keajaiban.
Tubuh Ella mengerjap bagai terkena sengatan listrik, dadanya naik turun, Ella bernapas kembali. Aurora segera membuka tali pengikat tubuhnya tanpa rasa takut. Dia terkejut saat melihat seluruh tubuh Ella yang dipenuhi luka dan bibirnya yang sudah membiru.
Namun, perlahan lahan bola matanya terbuka, Ella berkedip lambat, dan memaksakan senyumnya saat melihat Aurora yang matanya sudah sembab akibat terus menangis.
"Ella Lo bangun!" ucapnya terbata bata, Aurora memeluknya begitu terharu, dadanya semakin memanas dan tangisnya makin kencang.
"Lo juga bangun..." bisik Ella dengan suara lemah.
...~Flashback end...
Sudah dua tahun kejadian itu berlalu, Ella tidak akan bisa lupa, pada sakitnya sakaratul maut, pada keajaiban tuhan, Pada Aurora yang meneteskan air matanya, meski Aurora bukanlah rapunzel yang punya keajaiban dari rambutnya yang menyala, ataupun air mata yang bisa menyembuhkan luka tusukan pada kekasihnya, Eugene.
Aurora yang Ella tahu, adalah si Putri tidur, yang mengalami koma sejak terakhir kali mereka bersama saat SD dulu. Hingga dia baru terbangun ketika Ella berada di penghujung SMP.
BUKH!
Ella kembali mengerjap saat Aurora menyikut pinggangnya di jam istirahat siang ini.
"Jangan ngelamun Cinderella, Lo mau kena santet?" tegur Aurora mulai jengkel karna melihat Ella bertingkah aneh hari ini.
"Maksud Lo?"
"Sihir bisa masuk kalo fikiran Lo kosong"
"Yaelah, gue gak percaya begituan" sanggah Ella merasa kalau Aurora itu kuno, bagaimana tidak, ia tinggal bersama neneknya. Nenek yang aneh, punya barang barang sakral yang Ella tidak mengerti sama sekali walau dirinya ikut menumpang hidup bersama mereka.
"Kena, baru tau rasa Lo"
"Bacot Ah, mending Lo beliin gue es jeruk lagi" titahnya seperti pada babu sendiri.
Aurora pura pura tidak mendengar, ia melahap makan siangnya dengan khusyuk. Membuat Ella berdecak dan mengambil sisa es batu di gelas bekas es jeruknya dan melemparnya pada Aurora.
Sret!
Firasat Aurora sangatlah tajam, dia tau Ella akan melakukan itu padanya, karna itu, dengan jurus angin Aurora menghindar. Alhasil es batu itu melayang jauh, masuk ke dalam baju seragam seorang cowok yang sedang makan di meja sebrangnya.
SLUP!
GERRR!
Dingin mulai merasuki punggung cowok itu, tubuhnya merinding sesaat, membuat reaksi teman temannya terlihat aneh.
"Lo kenapa? Kesurupan?" Tanya temannya terheran heran.
Tanpa mau menjawab, cowok itu menoleh cepat ke belakang, dimana Ella sudah menyeringai dan menangkupkan kedua tangannya, memohon maaf lahir dan batin.
Cowok dengan gaya serampangan itu mendengus, kemudian bangkit dari duduknya, berjalan bagai seorang pemimpin, pemimpin gangster.
"Sialan, mau mati Lo?" Tanyanya ketus
"Udah pernah! " Ella tak kalah ketus.
"Sinting"
"Lo yang sinting"
"Eh Lo bukannya minta maaf malah ngajak ribut, songong banget!"
"Lo yang songong, Gue kan udah minta maaf tadi, lo malah nyolot"
Tak ada lagi yang bisa dia katakan, cowok itu memilih untuk pergi saja. Berdebat dengan wanita adalah pilihan yang akan disesali, begitulaj pikirnya.
......................
...****************...
...----------------...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, semua orang membicarakan rencana pulang sekolah masing masing. Begitu juga dengan Ella, yang memiliki rencana untuk ikut Aurora ke kios sayur nenek.
"Gue mau ikut ke pasar" ucap Ella saat mereka tengah menyusuri koridor sekolah.
"Serius?" Tanya Aurora hampir tak percaya.
Benar!
Ella adalah anak yang tidak suka keramaian, saat ke kantin tadi pun, waktunya mepet ke jam masuk, hanya untuk menghindari ramainya suasana kantin. Bahkan Ella sama sekali tidak pernah datang ke kios nenek selama dirinya menumpang hidup. Maka dari itu, Aurora cukup terkejut saat mendengar Ella ingin ikut bersamanya.
"Serius, gue mau bantu nenek Lo juga"
"Kok tiba tiba? Kenapa? Lagi pengen sesuatu?" Aurora masih tidak percaya niat baik Ella kali ini.
"Banyak nanya Lo ah, yaudah sih kalo Lo ga mau gue ikut" ketusnya dengan wajah kesal.
"Eh jangan ngambek dong, gitu doang baperan lu" dengan senyumnya Aurora merangkul leher Ella hingga membuatnya sedikit tercekik.
Sedekat itu persahabatan mereka, Ella yang selalu ngambek dan emosian, sedangkan Aurora selalu mengalah dan membujuk. Tapi meskipun begitu, mereka tetap saling menyayangi,
++++++++++++++++++++++
Hiruk pikuk keramaian di pasar tradisional terlihat sangat menyesakan. Berbagai suara dan kebisingan bersatu padu memekakkan telinga.
Sebelum memasuki lautan manusia didepannya, Ella menarik nafas panjang, membulatkan niatnya untuk membantu nenek. Dia harus bisa meruntuhkan egonya, demi membuat dirinya berguna.
Perlahan, kakinya melangkah mengiringi Aurora, dimana gadis itu terlihat berseri seri dan menyapa beberapa pedagang yang terlihat sudah akrab dengannya. Terus melewati beberapa kios, hingga tibalah pada kios besar berisi sayur sayur segar dan buah buahan.
"Nenek!" Sapa Aurora datang dengan pelukan hangatnya.
Seorang cucu kesayangan, hidup dimanjakan nenek pun tidak masalah, tapi dirinya? satu satunya orang yang menyayanginya sudah meninggal.
Papah!
sedangkan mama, Ella memang tidak pernah merasakan kasih sayang ibunya karna beliau meninggal saat melahirkannya.
Bagaimana dengan ibu tiri yang ayah yakini seperti malaikat? nyatanya, Nyonya Kalia berubah wujud menjadi nenek sihir setelah papah meninggal, Jika saja tuhan tidak memberinya kehidupan kedua, mungkin sekarang, Ella sudah menjadi tulang belulang yang terkubur di dalam tanah.
"Sini Nak!" Panggil nenek memberi ruang pada Ella untuk memeluknya juga.
Ella menggelang dan tersenyum canggung, namun tangannya segera di tarik Aurora sehingga mereka berpelukan seperti teletubis
Ternyata begini hangatnya sebuah keluarga, Ella dapat merasakannya, pelukan dari sang nenek. Senyumnya berkembang hangat, namun mendadak terhenti saat mengingat seseorang.
Bibi Rosy, pengasuhnya saat kecil dulu. yang mendidik Ella dengan penuh kasih sayang, yang selalu ada saat dirinya sedih, memberinya semangat, tapi sayangnya, dia di pecat oleh Nyonya Kalia sejak lama.
"Lebay!" tutur Aurora saat melihat air mata terbendung di pelupuk mata Ella.
"Apaan sih, Gue cuman kelilipan doang" sanggah Ella kemudian melepas pelukan dan menyusut air matanya dengan kasar.
"Ella mau bantuin nenek, boleh kan?"
"Emangnya kamu bisa?" tanya nenek dengan senyumnya yang ramah.
Ella mengangkat sudut bibirnya ke atas "Bisa dong, Ini kan Cinderella, memangnya apa yang gak bisa dilakuin seorang putri?"
Keduanya terkekeh, dan mulai membantu nenek melayani para pembeli yang mulai berdatangan.
******************************
...****************...
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!