Hello guys, terima kasih sudah berkenan mampir. Aku harap kalian suka sama ceritanya. Kalau sudah baca di akhir bab, kalian bisa komentar. Bantu author menjaga kestabilan retensi, harap dibaca sampai bab akhir.
Terima kasih
Kronologi:
"Mas, apa yang kamu lakukan?" tanya Andina setengah berteriak. Dia ingin melepaskan diri dari cengkeraman Farel.
Farel tak menghiraukan teriakan Andinia. Yang ada di pikirannya saat ini adalah ingin menyalurkan hasratnya pada Andinia.
"Tolong ...." Andinia terus berteriak sambil memberontak mencoba melepaskan diri dari pelukan Farel.
Namun kekuatan Andinia kalah dengan tenaga Farel yang begitu kuat mencengkram badannya dan gerakannya semakin beringas dengan mencumbunya.
Andinia mencoba melawan, namun sayang tubuhnya sudah lemas karena pertahanan kesuciannya telah di jebol oleh Farel.
Farel seperti binatang yang kelaparan dan menghabiskan mangsanya tak tersisa.
Teriakan Andinia tak terdengar oleh teman-temannya. Karena letak gudang yang cukup jauh dari vila mereka.
Awal mula
Andinia sangat senang, bisa berlibur dengan teman-temannya saat telah masuk liburan sekolah. Dia di ijinkan ayahnya yang bernama Asep, untuk menginap di vila tempatnya bekerja.
Hari sudah malam, sementara di vila sebelah tempat Andinia menginap ada sekelompok anak muda yang sedang merayakan pesta lajang.
Farel Angkasa akan menikah dengan tunangannya sebulan lagi. Dan Farel saat ini sedang mengajak teman-temannya untuk menginap di Vila yang terletak di kota Bandung.
Salah satu teman Farel menjahilinya, dengan memasukkan obat kuat laki-laki ke dalam minumannya. Alhasil tubuh Farel terasa panas, dan tiba-tiba hasrat kelelakiannya memberontak ingin di keluarkan.
Karena merasa dijahili oleh teman-temannya, Farel pun keluar dari vila dan duduk dengan gelisah di sebelah gudang tua.
Andinia berniat ingin membuat kayu bakar. Dia langsung berjalan menuju gudang, tempat menyimpan kayu bakar.
Saat akan memasuki gudang, Andinia melihat ada seorang laki-laki yang sedang gelisah dan duduk di sebelah gudang.
"Mas, kamu sakit?" Andinia mendekati Farel yang terlihat sedang gelisah.
Tanpa bicara, Farel langsung membawa Andinia masuk ke dalam gudang.
"Mas, apa yang kamu lakukan?" tanya Andina setengah berteriak. Dia ingin melepaskan diri dari cengkeraman Farel.
Farel tak menghiraukan teriakan Andinia. Yang ada di pikirannya saat ini adalah ingin menyalurkan hasratnya pada Andinia.
"Tolong ...." Andinia terus berteriak sambil memberontak mencoba melepaskan diri dari pelukan Farel.
Namun kekuatan Andinia kalah dengan tenaga Farel yang begitu kuat mencengkram badannya dan gerakannya semakin beringas dengan mencumbunya.
Andinia mencoba melawan, namun sayang tubuhnya sudah lemas karena pertahanan kesuciannya telah di jebol oleh Farel.
Farel seperti binatang yang kelaparan dan menghabiskan mangsanya tak tersisa.
Teriakan Andinia tak terdengar oleh teman-temannya. Karena letak gudang yang cukup jauh dari vila mereka.
Andinia sudah tergolek lemas tak berdaya, seketika kesuciannya telah terenggut oleh laki-laki yang tidak dia kenal.
Berkali-kali Farel memasukkan kejantanannya, ke dalam rahim Andinia. Entah berapa dosis yang dituang oleh teman Farel yang diminum olehnya. Hingga membuat kepemilikan Farel terus menegang.
***
Pagi pun tiba, Farel dan Andinia tertidur tanpa busana didalam gudang.
Pintu gudang terbuka, terlihat Asep sang penjaga villa bermaksud ingin mengambil sapu lidi.
Betapa terkejutnya Asep saat melihat dua orang tanpa busana sedang tergeletak di atas tanah beralaskan ilalang kering.
Asep mendekati gadis yang sedang merintih kesakitan, lalu mencari baju untuk menutupi tubuhnya.
Gadis itu terlihat sedang memunggunginya, hingga Asep tak mengenalnya.
"Siapa kau?" tanya Asep menegur gadis di hadapannya yang sedang meringkuk memeluk tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang.
Lalu Asep mengambil baju yang berserakan di lantai, untuk menutupi tubuh gadis di hadapannya.
Kemudian Asep menutupi tubuh laki-laki yang sedang tergeletak di atas tanah tanpa busana.
Saat melihat wajah gadis di hadapannya, Asep sangat terkejut.
"Andinia ..." Terdengar lirih tanpa suara, Asep membulatkan kedua bola matanya.
Asep terkejut saat melihat anak gadis kesayangannya tak berbusana di hadapannya.
"Ayah ... " Andinia menangis sambil menutupi wajahnya, dia malu dengan apa yang telah terjadi padanya saat ini.
Asep melihat ke arah laki-laki yang sedang terbaring di dekatnya.
"Bangun, kurang ajar kau!" Asep emosi, langsung membangunkan Farel, lalu dia memukul wajahnya.
"Bugh ..."
Farel pun tersadar saat terkena pukulan dari Asep. Farel langsung membuka kedua matanya, dan dia sangat terkejut melihat tubuhnya tanpa busana.
"Apa yang telah terjadi?" Terlihat Farel begitu panik dengan tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang.
Tiba-tiba saja teman Farel datang, dan juga teman Andinia sudah berkumpul di depan gudang. Asep langsung memakaikan baju Andinia yang sudah koyak karena di robek oleh Farel.
"Maafkan aku, semalam aku tidak sadar," ucap Farel menyesal. Keadaan Farel sudah sadar dan telah memakai bajunya.
Andinia menangis histeris, dia malu dan marah pada Farel karena kejadian semalam.
Sang ayah murka, ingin menghabisi Farel dengan parang.
"Kurang ajar," teriak Asep mencoba melayangkan parangnya ke arah Farel.
Namun hal itu keburu di cegah oleh teman-teman Farel dan juga teman-teman Andinia.
"Maafkan dia, Pak!" Jordan memohon pada Asep agar tidak main hakim sendiri.
Jordan adalah teman Farel dan dia otak dari perbuatan bejat Farel tadi malam
Jordan merasa bersalah, karena sudah mencampur obat kuat laki-laki ke dalam minuman Farel. Jordan tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini.
"Jo, kau harus tanggung jawab. Lihat Farel, dia pasti akan gagal menikah dengan Indah," Anton berbisik-bisik di telinga Jordan.
Jordan yang bertanggung jawab atas semua kejadian naas yang menimpa Farel semalam. Akhirnya dia pun bernegosiasi dengan Asep.
Di dalam gudang tempat menyimpan kayu bakar merupakan awal kisah memilukan Andinia.
Setelah mendengar berbagai masukan, akhirnya Asep menyuruh Farel untuk segera menikah dengan Andinia.
"Apa, aku harus menikah dengan wanita itu?" Dengus Farel tak setuju saat Jordan memutuskan sepihak tanpa memikirkan dirinya yang ingin menikah dengan Indah.
Saat ini mereka sudah berada di dalam vila tempat Andinia menginap.
Mereka bertiga sedang mengadakan rapat, untuk menikahkan Farel dengan Andinia.
"Maafkan semua kesalahanku," ucap Jordan dengan rasa bersalah di raut wajahnya.
"Kenapa kau tega menaruh obat itu di minumanku?" Wajah Farel terlihat geram sambil mencengkram leher Jordan.
"Maafkan aku, Farel," ucap Jordan yang langsung berlutut di hadapan Farel.
"Hey, cepat keluar!" teriak Asep sambil menggedor pintu kamar.
Farel, Jordan dan Anton diberikan kesempatan oleh Asep untuk berdiskusi di dalam kamar.
"Farel, pernikahanmu akan kami rahasiakan." Anton menegaskan pada Farel. "Sebaiknya kau nikahkan saja gadis itu, daripada nanti diamuk oleh massa. Karena perbuatanmu sudah disaksikan banyak orang," sambung Anton yang memberi masukan kepada Farel.
"Ini semua karena kau Jordan," ucap Farel seraya memicingkan matanya ke arah Jordan.
Akhirnya Farel menyetujui saran dari Anton.
Farel pun menikah dengan Andinia, dan di saksikan oleh teman-temannya.
Pernikahan yang begitu mendadak, dan terpaksa di lakukan oleh Farel dan Andinia untuk menjaga nama baik Asep.
Farel pun terpaksa melakukannya, karena dia ketahuan telah memperkosa Andinia.
Sebenarnya mereka berdua tidak suka dengan pernikahan yang terpaksa. Dua insan yang tidak pernah mengenal sebelumnya, harus di satukan dengan ikatan sakral sebuah perkawinan.
Mereka berdua hanya melakukan pernikahan siri karena memang permintaan Farel
"Maafkan aku, terpaksa menikahimu secara siri. Karena sebentar lagi aku akan menikah dengan tunanganku. Aku tidak ingin pernikahan kita terdengar olehnya, bisa-bisa aku tidak akan mendapatkan harta dari tunanganku." Farel berbicara pada Andinia usai melaksanakan acara ijab qobul.
Andinia begitu terkejut mendengar penuturan Farel. Dia begitu sedih tak menyangka akan menerima nasib buruk di saat dirinya ingin mencapai cita-citanya.
Andinia bercita-cita ingin menjadi seorang guru, tapi kini semuanya telah sirna.
Silakan berikan komentar.
Saat itu Andinia begitu trauma pada semua laki-laki. Andinia hanya mengurung diri dikamar, karena merasa takut dirinya akan terancam seperti malam naas yang dia alami saat di perkosa oleh Farel.
"Jangan, jangan dekati aku ..." teriak Andinia dari dalam kamarnya. Setiap hari Asep hanya mendengar teriakkan Andinia yang begitu pilu menyayat hati. Dia merasa tak tega dengan sang anak yang merupakan korban perkosaan.
Andinia adalah gadis berusia tujuh belas tahun yang memiliki sifat periang dan juga tekun. Dia sedang liburan dengan teman-temannya, karena telah berhasil menyelesaikan ujian dan kini naik ke kelas tiga sekolah menengah atas.
Cita-cita Andinia saat ini adalah menjadi seorang guru. Andinia tidak pernah menyusahkan sang ayah dengan keinginannya. Karena Andinia sangat mengetahui keuangan sang ayah.
Andinia telah ditinggalkan oleh sang ibu sejak lahir dan hingga kini dia tak tahu keberadaannya.
Istri Asep meninggalkannya di saat Andinia baru saja dilahirkan. Andinia hanya mengetahui jika sang ibu telah meninggal. Ibunya Andinia yang bernama Sulastri merupakan guru di sekolah dekat desanya. Karena kehidupan yang miskin, membuat Sulastri menyukai kepala sekolah yang selalu menggodanya.
Kala itu wajah ibunya Andinia sangatlah cantik, karena Sulastri adalah bunga desa di daerahnya.
Sang kepala sekolah selalu saja memberikan hadiah dan mencoba merebut hati Sulastri dari Asep. Semua rencananya berhasil, hingga membuat ibunya Andinia pergi bersama sang kepala sekolah yang berstatus duda satu anak saat itu.
Hingga kini Asep selalu menceritakan kepada Andinia jika sang ibu meninggal saat melahirkannya. Asep pun tak pernah menjelek-jelekkan sifat sang istri kepada Andinia. Asep sangat takut jika Andinia mengetahui sifat ibunya yang matrealistis.
Asep hanya menceritakan jika Sulastri adalah wanita paling cantik dan berprofesi sebagai seorang guru kala itu. Banyak prestasi Sulastri yang ditunjukkan oleh Asep kepada Andinia.
"Andin, berapa orang yang akan menginap di vila?" tanya Asep sembari menyesap kopi hitam buatan sang anak tercinta
"Lima, Yah!" jawab Andinia yang sedang menggosok baju langganannya.
Andinia adalah gadis yang rajin, dia membantu perekonomian Asep dengan menjadi buruh cuci di daerahnya.
"Jangan lupa, mereka suruh bawa makanan sendiri untuk di masak. Karena kalau malam suka sepi dan tak ada warung yang buka." Asep berpesan kepada Andinia pada saat pagi sebelum kejadian naas itu menimpa putri kesayangannya.
"Iya, Yah! Aku sudah bilang sama Euis, Moza, Rani, Desi dan Yona agar membawa beras dan lauk mentah." Andinia menjawab sambil melipat baju yang sudah di setrika olehnya.
"Kamu jaga diri, jangan macam-macam. Ingat, jangan bawa teman lelaki ke vila." Asep berpesan kepada Andinia.
"Enggak, Ayah."
Andinia begitu senang sekali saat sang ayah mengizinkan dirinya dapat menginap di vila tempat Asep bekerja.
Vila yang dijaga Asep ada lima, dan jaraknya hanya sepuluh meter tiap rumahnya.
Pemilik vila adalah temannya Asep yang kini bekerja di luar negeri. Asep diberikan amanat untuk menjaga vila dengan baik. Karena dia mendapatkan bagi hasil dari hasil sewa vila. Selain itu Asep juga mendapatkan gaji dari temannya untuk menjaga vila.
"Kamu mau ke vila jam berapa?" tanya Asep yang sudah menyelesaikan sarapannya dengan segelas kopi dan sepiring singkong rebus.
"Kata Euis jam sepuluh, makanya aku harus menyelesaikan gosokan baju Bu Imah sekarang. Setelah itu langsung aku antarkan, karena ongkosnya buat beli dua ekor ayam." Andinia segera menyelesaikan pekerjaannya.
"Iya, sudah cepat selesaikan. Ayah mau mandi dulu," kata Asep yang langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi.
Andinia begitu senang sekali dapat mentraktir teman-temannya untuk menginap di vila.
Jarak antara rumah Andinia dan vila terbilang jauh. Karena vila tempat Asep bekerja berada di atas bukit. Pemandangan yang indah akan di lihat jika sudah sampai ke vila.
"Udah belum?" tanya Asep yang telah rapi memakai werpaknya. Karena memang tugas Asep adalah membersihkan vila.
Kebetulan ada beberapa pemuda yang telah menghubungi Asep seminggu yang lalu. Mereka akan menginap malam ini di vila yang paling besar. Karena para pemuda itu berasal dari kota, dan mereka menyewa vila yang ekslusif dan mahal.
Asep segera menyalakan mesin motornya, dan Andinia pun mengikuti sang ayah yang sudah naik ke motor.
"Cuciannya mana?" tanya Asep yang melihat Andinia hanya dengan tangan kosong.
"Eh, iya. Dini hampir saja lupa," kata Andinia seraya menepuk keningnya.
Andinia segera ke dalam rumah untuk mengambil cucian yang telah di setrikanya.
"Ke rumah bu Imah dulu, Yah!" pesan Andinia.
Asep pun menjalankan motornya menuju rumah bu Imah.
Setelah memberikan cucian bersih kepada Bu Imah, Andinia meminta sang ayah untuk mengantarkan ke pasar.
Andinia pun membeli dua ekor ayam untuk di buat ayam bakar nanti malam.
"Ayah, di vila apakah ada kayu bakar?" tanya Andinia.
"Banyak, tapi kamu harus ambil di gudang," kata Asep memberitahu Andinia.
"Iya, nanti akan aku ambil."
Asep melajukan motornya menuju vila tempatnya bekerja.
Sesampainya di vila, Andinia membantu Asep untuk menyapu dan mengepel beberapa vila yang akan di sewa oleh pelanggannya.
"Andin, bantu ayah bersihkan vila. Jangan lupa cek kamar mandinya." Asep berpesan kepada Andinia.
Andinia bergegas menuju vila pertama, sedangkan Asep memarkirkan motornya di vila tempat Andinia menginap nanti malam.
Andinia dengan cekatan membersihkan vila dari ujung hingga ke ujung. Pekerjaan Asep selalu memuaskan pelanggan, karena vila yang dijaganya selalu bersih dan rapi.
"Andini ..." panggil Asep yang mencari Andinia di vila yang besar
"Iya, Yah!" jawab Andinia yang sedang menggosok lantai kamar mandi.
"Ada teman-temanmu di depan," kata Asep.
Andinia segera menyiram lantai kamar mandi dengan air. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia pun menghampiri teman-temannya yang sudah datang.
"Ayah, semua ruangan di vila ini sudah aku bersihkan." Andinia melaporkan kepada sang ayah.
"Iya, nanti malam akan ada pelanggan yang akan menginap. Jadi vila ini harus bersih. Terima kasih," kata Asep yang tak pernah lupa mengucapkan terima kasih kepada sang anak yang selalu membantu pekerjaannya.
"Sama-sama, Ayah."
Andinia segera menghampiri teman-temannya yang sudah kerepotan membawa beberapa bekal makanan untuk nanti malam.
"Moza, kamu bawa tas banyak banget." Andinia membantu Moza membawa dua tas jinjing ditangannya, dan satu lagi di pundaknya.
"Ambu bawain selimut, sama baju. Ini juga ada beberapa cemilan untuk nanti malam," kata Moza sembari memberikan satu tas berisi cemilan kepada Andinia.
Semua teman-temannya hanya menggelengkan kepalanya, karena mereka hanya menginap satu malam saja bukannya satu minggu. Tetapi bekal yang dibawa Moza sangat banyak.
Moza adalah anak tunggal yang begitu dimanja oleh ibunya, hidupnya berkecukupan. Moza sangat senang sekali bisa menginap di vila bersama teman-temannya. Karena sang Ambu sangat jarang mengijinkannya untuk pergi dengan teman-temannya apalagi sampai harus menginap.
Saat tahu akan menginap ke vila milik Asep yang merupakan temannya ibunya Moza, sang Ambu pun mengijinkan.
Jangan lupa berikan komentar ya untuk mendukung karyaku
Andinia dan teman-temannya pun membuka pintu vila tempatnya menginap.
"Wah, adem banget." Euis merasakan hawa sejuk saat masuk ke dalam ruangan.
"Ih, Euis jangan norak." Yona menyenggol lengan Euis.
"Des, ayo kita lihat dapur." Rani menggandeng tangan Desi menuju ke arah dapur.
Desi dan Rani adalah anak yang pintar memasak. Kedua orang tua mereka memiliki usaha warung makan. Karena Desi dan Rani adalah saudara sepupu. Kedua orang tua mereka adalah kakak adik yang membuka usaha warung makan bersama. Hingga menurunkan bakat memasak kepada Rani dan Desi.
"Andin, katanya kamu mau bikin ayam bakar?" teriak Rani dari arah dapur.
"Andini sedang membantu ayahnya, jadinya kita suruh rapi-rapi dulu." Moza menjawab panggilan Rani.
"Iya, sudah. Sekarang kita bagi-bagi tugas, aku dan Desi urus dapur. Yona dan Moza menyapu dan mengepel. Selesai bekerja baru kita makan dan main di taman," kata Rani yang telah membagi tugas kepada ke empat temannya
"Lah, aku ngapain?" tanya Euis yang belum mendapatkan tugas dari Rani.
"Sebaiknya kamu bersihkan kamar mandi," sahut Yona meledek.
"Ish," ucap Euis mendengus kesal.
"Kamu bantu mereka merapikan kamar," kata Desi
"Baiklah," jawab Euis.
"Setelah ini kita boleh berenang ya!" sambung Euis.
"Terserah..." jawab serempak ke empat teman-temannya.
Euis melihat dari jendela vila ada beberapa mobil mewah yang datang dari arah gerbang.
"Sepertinya akan ada tamu yang menginap," kata Euis yang melihat beberapa mobil mewah masuk ke halaman vila yang besar.
Euis pun bergegas keluar dari kamar untuk melihat tamu yang datang.
Sesampainya di depan pintu rumah, Euis begitu takjub melihat ada beberapa pemuda tampan keluar dari mobil masing-masing.
"Wah, meni ganteng pisan!" ucap Euis yang memuji ketampanan mereka.
"Euis, kamu lagi ngapain?" tanya Moza yang tiba-tiba saja datang menepuk pundak Euis.
"Itu lihat deh, aya budak ganteng pisan." Euis terpesona melihat beberapa pemuda sedang menurunkan koper-koper dari bagasi.
Moza pun melihat ke arah telunjuk milik Euis.
"Wah, iya bener." Seketika Moza pun langsung takjub.
Mereka pun ingin mendekati pemuda yang menyewa vila di hadapannya. Namun langkahnya terhenti saat Andinia sudah berada di hadapannya.
"Eits, kalian mau ngapain?" tanya Andinia seraya merentangkan kedua tangannya mencoba menghadang langkah mereka.
"Kita, mau--" ucapan Moza terhenti saat melihat pemuda dihadapan mereka sudah masuk kedalam vila.
"Aku mohon, kalian jangan mengganggu pelanggan di vila ini." Andinia meminta kepada Moza dan Euis dengan wajah penuh harap.
Euis dan Moza pun saling berpandangan, mereka akhirnya menurut dengan permintaan Andinia. Karena tujuan mereka menginap di vila adalah untuk bersenang-senang mengisi liburan akhir tahun.
"Baiklah, kita gak akan berbuat macam-macam." Moza langsung merangkul Andinia dan masuk kedalam vila.
"Din, apa pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Euis mengalihkan pembicaraan.
"Sudah," kata Andinia yang wajahnya terlihat sangat lelah.
"Sebaiknya kamu istirahat," kata Moza dengan wajah penuh perhatian kepada sahabatnya
"Iya, sebaiknya kamu istirahat." Yona menyambung perkataan Moza.
Semua teman-temannya sangat mengetahui pekerjaan Andinia sebagai buruh cuci. Mereka sangat mengetahui keuletan Andinia dalam bekerja. Sebenarnya Andinia tidak diperbolehkan sang ayah untuk bekerja. Tetapi kegigihan Andinia ingin meneruskan pendidikan sebagai guru, membuatnya ingin menabung uang sebanyak-banyaknya. Andinia tidak ingin merepotkan sang ayah. Karena selama ini Andinia selalu melihat ayahnya menangis saat dia sudah tertidur. Entah apa yang ada dipikiran sang ayah, hingga selalu menangis setiap malam.
"Baiklah, aku akan istirahat." Andinia bergegas ke kamar untuk merebahkan tubuhnya.
Moza dan Euis sudah berjanji kepada Andinia untuk tidak membuat ulah di vila.
Mereka pun memutuskan untuk berenang di belakang vila untuk bermain bersama-sama.
Hari menjelang malam, sementara di vila besar ada beberapa pemuda tampan yang menginap.
Asep pun ijin pulang kepada beberapa pemuda dihadapannya.
"Den, saya pamit pulang. Maaf, saya hanya berpesan agar tidak membuat keributan di vila. Karena ada beberapa orang yang menginap di vila sebelah." Asep berpesan kepada pemuda-pemuda dihadapannya.
"Iya, Pak! Tenang saja, kami hanya liburan dan tidak akan membuat keributan." Jordan berbicara kepada Asep.
"Terima kasih, semoga kalian nyaman menginap di villa ini."
Setelah berpamitan, Asep langsung bergegas pergi meninggalkan villa yang besar.
Sementara itu Asep segera ke vila tempat sang anak menginap. Karena hari sudah sore dan Asep harus pamit pulang.
"Andin," panggil Asep dari arah pintu luar.
Desi pun membukakan pintu untuk Asep.
"Abah, Andini sedang tidur dikamar. Sepertinya dia sangat lelah," kata Desi memberi tahu Asep.
"Iya, sudah. Kalian tolong jaga diri baik-baik. Abah pulang dulu, besok pagi akan kesini lagi." Asep pamit kepada Desi. "Bilang Andini, kalau abah sudah pulang."
"Iya, Bah!" kata Desi.
Malam pun tiba, Andinia telah terbangun dari tidurnya.
"Andin, kamu sudah bangun?" tanya Yona yang ingin mengambil baju tidur. Karena seharian tadi dia asyik berenang di kolam renang.
"Kamu baru mandi?" tanya Andinia sambil melihat ke arah jam dinding menunjukkan pukul tujuh malam.
"Iya, kami baru selesai berenang." Yona melaporkan kepada Andinia.
Andinia bergegas keluar dari kamar ingin melihat teman-teman yang lain.
"Andini, tadi Abah pesan kalau dia sudah pulang dan besok pagi akan kesini lagi." Desi menyampaikan pesan Asep.
"Iya, terima kasih. Apa kalian sudah makan?" tanya Andinia yang melihat kelima temannya sedang berkumpul di ruang tamu menikmati acara televisi yang sedang berlangsung.
"Sudah," jawab Moza.
"Kami sudah masak makan malam, tapi katanya kamu mau bikin ayam bakar?" tanya Desi.
"Ah, iya. Aku sudah membeli dua ekor ayam beserta bumbu ayam bakar." Andinia kembali teringat dengan belanjaannya. "Nanti aku carikan kayu bakar di gudang," kata Andinia.
"Sebaiknya kamu makan dulu," kata Rani
"Iya, masih ada nasi putih dan juga tempe goreng, ikan asin sama sambal terasi juga ada." Euis menyambung.
"Terima kasih," kata Andinia yang langsung berjalan menuju ke arah dapur.
Sementara di vila mewah, terlihat ada beberapa orang pemuda yang sedang mengadakan pesta lajang untuk Farel. Karena Farel akan melepaskan masa lajangnya sebulan lagi.
Bulan depan Farel akan melangsungkan pernikahan dengan tunangannya yang sudah dipacari selama setahun silam.
Farel sebenarnya tidak menginginkan pertunangan itu, karena belum ingin menikah. Tetapi keluarganya mendesak Farel untuk menikah, karena saat ini ekonomi keluarganya mengalami keterpurukan.
Tujuan Farel menikah adalah ingin mendapatkan investasi dari calon mertuanya yang memiliki bisnis properti terkenal di Indonesia
Tunangan Farel adalah seorang designer terkenal se Indonesia.
Cita-cita Farel adalah ingin memiliki restoran dan juga hotel. Namun karena keterbatasan ekonomi, Farel hanya mempunyai bisnis katering kecil-kecilan.
Silakan berikan komentar
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!