"Daniel cukup marah-marahnya, Mama sudah lelah dengan semua yang telah kamu lakukan," bentak seorang wanita di depan anaknya yang mengamuk di sekolah karena telah di jemput.
"Mama jahat, mengapa terus terlambat? Aku kan sudah bilang jangan terlambat lagi," oceh anak umur 5 tahun sambil memasang wajah cemberut.
"Daniel kamu kan bisa pulang sama Om Wisnu."
"Enggak Daniel mau pulang sama Mama, pokoknya Daniel mau pulang setiap hari sama Mama. Daniel juga pengen kaya temen-temen Daniel yang di jemput pulang sama orang tuanya," Daniel malah menangis.
Wanita itu langsung menggendong anaknya dan membawa nya masuk ke dalam mobil, Wisnu ikut masuk ke mobil.
"Udah jangan di marahi lagi, dia masih kecil belum mengerti apapun," Wisnu mengelus tangan wanita itu.
"Daniel kamu harus ngerti kalau kita berbeda dengan teman-teman kamu," ujar wanita itu yang terus saja memarahi anaknya.
Daniel menangis di kursi belakang, "Daniel juga pengen punya ayah, memangnya ayah Daniel kemana sih?"
"Cukup Daniel, jangan pernah tanya ayahmu dimana lagi," wanita itu menghela nafasnya dalam-dalam berusaha menenangkan dirinya agar tidak terlalu terbawa emosi.
Wanita itu bernama Bella, ia adalah ibu dari Daniel sedangkan Wisnu adalah temannya yang selalu membantu Bella ketika harus menjemput Daniel pulang. Bukan tidak mampu membayar asisten untuk menjaga Daniel, tapi sudah banyak yang mundur ketika mereka kerja. Karena Daniel punya sikap jail dan keras kepala.
"Pulanglah dengan Om Wisnu Mama masih ada kerjaan di kantor," tambah Bella.
Bella menatap Wisnu, "Tolong jagain Daniel yah."
Wisnu tersenyum pada Bella, "Kau tenang saja Daniel aman bersamaku."
"Makasih yah, maaf suka ngerepotin. Abisnya Daniel cuman mau sama kamu."
"Gak papah, udah sana kalau mau kerja. Daniel biar aku yang urus."
Bella menatap Daniel yang masih menangis, "Mama pergi dulu, jangan nakal."
Daniel hanya menganggukkan kepalanya saja, Bella keluar dari mobil Wisnu dan masuk ke mobilnya. Wisnu menarik Daniel ke depan, Wisnu memeluk Daniel terlebih dahulu.
"Mau es krim?" tanya Wisnu membujuk Daniel.
Daniel mengangguk.
"Anak baik, oke tapi udah yah jangan nangis."
Anak itu kembali mengangguk.
"Om kenapa sih Daniel gak punya Papa? Padahal kan Daniel pengen kayak temen-temen Daniel. Daniel juga gak mau di tinggal terus sama Mama," ujar Daniel yang membuat hati Wisnu sedikit tersentuh.
Wisnu mengusap kepala Daniel, "Hey katanya janji gak sedih lagi? Kamu tenang aja nanti Mama mu juga pasti akan mencari ayah baru untukmu."
"Beneran Om?"
Wisnu mengangguk.
"Asik aku punya papa nanti."
Sementara itu Bella sudah sampai di kantornya ia duduk dengan lemas di kursinya, seorang wanita berjalan ke arahnya, "Daniel gak mau pulang lagi?" tanyanya.
Bella hanya bisa mengangguk.
"Makannya cepat-cepat turuti permintaan anakmu itu, anakmu minta papa baru kan?"
Bella menatap wanita itu, "Memangnya semudah itu?"
"Ah lagipula sudah lima tahun yang lalu, kau harus segera membuka hatimu untuk pria lain. Banyak yang menyukaimu, kau nya saja yang tidak mau menyadari hal itu."
"Sudahlah aku masih banyak kerjaan."
Perempuan tadi bernama Rose, dia adalah ketua di tim perencana. Mereka kerja di salah satu perusahaan game terbesar di Asia.
"Jangan lupa hari ini ada rapat penting," teriak Rose.
"Iya aku ingat tenang saja."
"Bagus kalau kau ingat."
Sementara itu kini Daniel dan Wisnu tengah berbelanja Eskrim di supermarket, saat hendak keluar supermarket tiba-tiba Daniel malah lari ke jalanan membuat Wisnu kaget dan segera mengejarnya.
Daniel ternyata hendak menyelamatkan seekor kucing yang hampir tertabrak mobil, untungnya Daniel juga di selamatkan oleh seorang pria yang segera menarik Daniel beserta kucing-kucingnya. Dari tengah jalan, Wisnu yang melihat itu langsung bernafas dengan lega.
"Ah terimakasih sudah menyelamatkannya," ujar Wisnu pada pria yang kini masih menggendong Daniel.
Daniel menatap wajah pria itu, "Om bisa turunkan saya?"
Pria itu langsung menurunkan Daniel.
"Lain kali yang benar kalau jagain anak," ujar pria itu dingin.
"Om dia bukan Ayahku," timpa Daniel.
"Yah pokoknya lain kali lebih berhati-hatilah."
"Baik, sekali lagi terimakasih telah menyelamatkannya," Wisnu membungkukkan kepalanya.
"Tuan Ether kita harus segera bergegas pergi," ujar seorang pria yang sedari tadi menunggu Ether di belakangnya.
"Baik," Ether menatap Wisnu dan Daniel bergantian, "Saya pergi dulu," ucapnya sembari berjalan meninggalkan mereka.
Daniel menyimpan kucingnya kembali di jalan, "Baik-baik yah kucing."
Daniel di gendong Wisnu untuk pulang ke rumahnya Daniel, Daniel tinggal bersama Bella di perumahan. Sesampainya di sana ternyata Daniel sudah tertidur pulas dalam mobil jadi Wisnu harus menggendong Daniel dan membawanya ke dalam rumah.
Wisnu menidurkan anak itu di kamarnya, Wisnu mengelus kening Daniel sambil mencium keningnya dengan perlahan.
"Selamat tidur Daniel ku," ucapnya sebelum akhirnya ia keluar membiarkan Daniel tidur sendiri di kamar.
Tiba-tiba Bella menelpon Wisnu untuk menanyakan kabar anaknya, "Dia sedang tidur."
"Ah baiklah terimakasih karena sudah menjaga Daniel."
"Sudah berapa kali kau hari ini bilang terimakasih padaku, sudahlah aku senang bisa mengurus Daniel. Lagipula pekerjaan ku juga belum normal lagi jadi aku masih bisa kerja dari rumahmu."
"Aku akan segera pulang setelah rapat nanti, mau ku bawakan makanan?" tanya Bella.
"Boleh, kita makan malam bareng seperti biasa."
"Oke, aku matikan dulu telponnya yah."
"Baiklah, semangat kerjanya," setelah itu Wisnu duduk di kursi dan langsung membuka laptopnya untuk bekerja di sana.
___________
Malam pun tiba, Bella sudah pulang ia kini tengah di perjalanan. Sampailah Bella di rumahnya ia melihat pemandangan indah saat Daniel dapat tersenyum saat bermain dengan Wisnu.
"Mama," panggil Daniel langsung menghampiri Bella yang baru datang.
"Mama bawa makanan?" tanyanya menatap Bella.
"Yah, yuk kita makan dulu Mama sudah lapar."
Mereka bergegas ke ruang makan, Wisnu membantu Bella menyiapkan makanan di meja makan. Setelah selesai di siapkan barulah mereka mulai makan, "Selamat makan," ucap ketiganya barengan.
__________
Bella mengantarkan Wisnu ke depan rumahnya, "Terimakasih untuk hari ini, kau besok tidak perlu menjemput Daniel lagi. Aku yang akan menjemputnya."
"Kau yakin bisa melakukannya?" tanya Wisnu.
"Iya kau tenang saja, besok di kantorku tidak terlalu banyak kerjaan."
"Baiklah jika kau butuh sesuatu aku akan selalu ada untukmu, jadi jangan lupa untuk menghubungi ku."
"Iya, Hati-hati di jalannya," Bella melambaikan tangannya pada Wisnu yang sudah hendak naik mobil.
Saat Bella akan masuk ke kamarnya tiba-tiba sudut matanya sekilas melihat seseorang yang tidak aneh baginya, "Ah mana mungkin itu dia," tak mau berharap banyak Bella membuang prasangka buruk yang ada di otaknya.
Paginya seperti biasa Bella sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya juga anaknya Daniel, "Cepat habiskan sarapanmu," titah Bella yang melihat Daniel hanya memainkan rotinya.
"Ma Daniel masih ngantuk," balas Daniel dengan wajah memelas.
"Tidak, hari ini kau harus sekolah. Lagipula kau pasti akan tidak mengantuk nanti kalau sudah di sekolah dan bertemu dengan teman-teman mu."
"Ah aku malas bertemu mereka."
"Ada apa lagi?"
"Mereka selalu menanyakan kemana ayahku pergi, Padahal aku juga tidak tau ayahku pergi kemana."
"Ah sudahlah jangan mendengarkan mereka."
"Tetap saja aku punya telinga dan aku pasti bisa mendengar mereka."
_________
Selesai mengantarkan Daniel ke sekolah Bella segera bergegas ke kantor untuk kerja di perjalanan menuju kantor ia malah terjebak macet karena tampaknya ada kecelakaan di depan.
Bella membuka jendela mobil untuk memastikan apa yang terjadi di depan mobil di sebelahnya juga sama membuka kaca mobilnya. Keduanya tanpa sengaja saling memandang dengan tatapan saling tak percaya, pria di samping Bella tak lain adalah Ether.
Ether turun dari mobilnya dan langsung menghampiri mobil Bella, Bella menutup kaca mobilnya, "Bella keluarlah ada hal yang ingin ku bicarakan padamu, Bella cepat keluar," Ether menggedor pintu mobil Bella.
Bella tetap tidak mau keluar membuat Ether dengan terpaksa berdiri di depan mobil Bella untuk menghilangkan jalan mobilnya Bella, para pemobil di belakang Bella sudah memberinya klakson untuk jalan.
Bella membuka kaca mobilnya kembali, "Kau gila? Minggir!" teriak Bella.
"Maka ikutlah denganku, ada yang ingin ku katakan padamu."
"Baiklah-baiklah."
Bella masuk ke mobil Ether sementara mobil Bella di bawa oleh sekertaris Ether.
"Jadi apa yang ingin kau katakan padaku? Cepatlah aku harus kerja," tanya Bella.
"Aku rindu padamu."
"Setelah kejadian 5 tahun yang lalu kau masih berani bilang rindu padaku? Memang tidak tau malu hidupmu," Bella melipat kedua tangannya di dada, ia enggan sekali menatap Ether.
"Aku tau dulu aku salah tapi ada alasan mengapa aku melakukan itu padamu."
"Apapun alasannya tapi apa yang kau lakukan padaku benar-benar tidak bisa di maafkan."
"Bella aku minta maaf."
"Kau tau, pada hari itu aku benar-benar menunggumu semalaman di tengah hujan deras yang mengguyur berharap kau benar-benar hadir. Tapi nyatanya kau malah pergi tanpa alasan selama 5 tahun, kau melakukan itu sengaja bukan?"
"Tidak Bella, ada alasan yang rumit mengapa aku meninggalkanmu saat itu. Aku benar-benar minta maaf."
"Sudah ku katakan permintaan maafmu tidak berguna."
Tiba-tiba Bella mendapatkan telpon dari pihak sekolah, "Halo," Bella langsung mengangkat panggilan telponnya.
"Bu, anak ibu tampaknya sakit. Dia sekarang sedang menangis dan ingin kau menjemputnya pulang."
"Baik saya ke sana sekarang."
Bella menatap Ether, antarkan saya ke sekolah.
"Kau mau apa ke sekolah?"
"Anakku sakit dan ia ingin pulang jadi aku harus menjemputnya."
"Kau sudah punya anak?" tanya Ether kecewa.
"Iya, sudah cepat kita ke sekolahnya sekarang."
________
Sampailah mereka berdua di sekolah Daniel, Daniel ada di ruangan UKS sedang menangis menunggu Bella menjemputnya.
Bella menggendong Daniel, "Sudah sayang Mama ada di sini," Bella juga menepuk-nepuk punggung Daniel.
Daniel malah menatap Ether, "Kau bukannya orang yang menyelamatkan ku kemarin?" tanya Daniel.
Ether juga baru sadar kalau anak ini adalah anak yang kemarin ia selamatkan.
"Kau, jadi kau adalah ibu dari anak ini?" Ether menunjuk wajah Bella.
Bella mengangguk.
"Anakmu kemarin hampir tertabrak mobil."
"Benarkah?" Bella menatap Daniel tak percaya.
Daniel menganggukkan kepalanya.
Bella menatap Ether, "Terimakasih sudah menyelamatkannya."
"Sudah menjadi keharusan."
Mereka kini pergi ke rumah sakit untuk memeriksa Daniel, "Jadi kau sudah menikah?" tanya Ether sedikit kecewa dan sakit hati.
"Menikah? Apa itu menikah?" tanya Daniel.
"Sudahlah kau tidur saja," Balas Bella pada Daniel.
"Siapa suami mu?" tanya Ether kembali.
"Bukan urusanmu juga."
"Ayahku tidak ada," ujar Daniel dengan sinis.
Bella menatap anaknya, "Sudah cukup, kau tidur saja."
"Maksudnya?" Ether malah penasaran.
"Kata Mama ayahku pergi meninggalkan-" Bella menutup mulut anaknya, kini ia merasa canggung dan bingung harus bagaimana untuk menutupi kenyataan bahwa sebenarnya Daniel adalah anaknya Ether.
Ether menghentikan mobilnya dengan mendadak.
"Jawab pertanyaan ku cepat, dimana ayah dari anak itu?"
"Bukan urusanmu, cepat kita ke rumah sakit nanti Daniel makin parah."
"Jawab dulu pertanyaan ku," kekeh Daniel.
"Ah kau ini, aku akan turun saja mengendarai mobilku," Bella hendak membuka pintu mobilnya tapi Ether malah mengunci pintu mobil tersebut agar Bella tidak bisa keluar.
"Ether cukup, Daniel harus ke rumah sakit sekarang."
"Baik akan ku antarkan sekarang," Ether segera menjalankan kembali mobilnya ia tidak mau juga kalau anaknya Bella kenapa-napa.
"Selama lima tahun aku benar-benar sendiri Bella, aku selalu berpikir kau akan menungguku kembali."
Bella tersenyum sinis, "Manusia mana yang akan tetap menunggu seseorang yang telah meninggalkan dirinya selama lima tahun tanpa kabar dan tanpa kejelasan."
"Aku tau, tapi entah mengapa aku rasa dulu kau akan menungguku selama apapun aku pergi. Nyatanya kau ternyata sudah punya anak sekarang."
Bella kembali tersenyum sinis, "Buanglah semua pikiran itu untuk selamanya."
_________
Sampailah di rumah sakit Daniel segera di bawa ke ruangan periksa anak dan ternyata Daniel hanya demam biasa, Bella merasa sangat lega takutnya kejadian dulu terulang kembali. Saat Daniel sakit parah dan hampir membuat Daniel meninggal.
Rose menelpon Bella, "Kau dimana mengapa belum ke kantor?" tanyanya.
"Daniel sakit, jadi aku harus mengantarkannya ke rumah sakit terlebih dahulu. Nanti setelah semuanya selesai aku akan ke kantor."
"Ah tidak usah, kau urus saja dulu anakmu itu, nanti setelah sembuh baru kau ke kantor, lagipula kerjaannya mu sekarang bisa kau lakukan dari rumah."
Bella tersenyum, "Ah baiklah, terimakasih."
"Sudah ku matikan dulu telponnya kerjaan ku juga masih banyak."
"Baik sampai jumpa nanti."
Bella mematikan sambungan telponnya, ia menatap Ether sebentar, "Apa kau lihat-lihat?"
"Tuan kita harus segera pergi," ujar sekertaris Ether.
"Sudah ku bilang kosongkan semua jadwal ku hari ini," bentar Ether.
"Kalau kau harus pergi, pergilah," timpa Bella.
"Aku menunggumu selama lima tahun setelah bertemu enak saja kau bilang begitu."
"Kau yang meninggalkanku, jadi aku tidak peduli sekarang."
"Yah aku memang melakukannya tapi aku punya alasan untuk melakukan itu."
"Apa? Apa alasan mu? Tidak bisa jawab kan?" Bella masuk ke ruangan Daniel untuk melihat anaknya.
"Dok apakah Daniel harus rawat inap?" tanya Bella.
"Tidak usah, dia bisa pulang hari ini."
"Baik dok."
Ether kekeh ingin mengantarkan Bella pulang ke rumahnya, dengan terpaksa dan tidak mau keributan Bella mengiyakan permintaan Ether tersebut.
"Apakah Om ini akan jadi ayahku? Soalnya selain om Wisnu tidak ada yang datang ke rumah ini," Daniel menunjuk Ether.
"Tidurlah Daniel kau jangan banyak bicara oke, kau masih sakit," Bella meminta anaknya tidur dan tidak banyak omong lagi.
Ether keluar dari kamar Daniel, ia mulai melihat-lihat isi rumah Bella.
"Kau bisa pulang sekarang," ujar Bella.
"Kau tidak ada niatan memberiku minum dulu apa setelah aku mengantarkan mu pulang?" tanya Ether.
"Baik kau mau apa?" Bella berjalan ke dapur, Ether mengikuti Bella ke dapur lalu duduk di kursi.
"Kau memangnya nyaman tinggal di rumah sekecil ini?" tanya Ether.
"Nyaman, aku bukan dirimu yang punya uang banyak untuk membeli rumah."
"Kau hanya tinggal berdua? Dimana ibu dan ayahmu."
"Mereka meninggal dua tahun lalu akibat kecelakaan," Bella meletakkan segelas jus mangga di depan Ether.
Ether tersenyum melihat jus itu, "Ternyata kau masih ingat apa yang ku suka."
Bella duduk di depan kursi Ether, "Sudahlah minum saja jangan banyak bicara."
"Baik," karena memang sudah haus Ether langsung meminumnya beberapa tegak.
Beberapa saat kemudian Ether pun pamitan pulang ada kerjaan yang benar-benar tidak bisa ia tinggalkan saat ini, "Cari tahu siapa ayah dari anak itu," titah Ether pada asisten yang kini sedang menyetir.
"Baik Tuan."
"Saya tidak suka menunggu jadi carilah dengan cepat."
"Baik Tuan."
Sementara itu Bella saat ini sedang menatap Daniel yang tengah tertidur pulas, "Sayang kalau suatu saat kau tau siapa ayahmu, mama harap kau tidak pergi bersamanya. Aku benar-benar tidak akan bisa hidup tanpamu," kini ketakutan Bella muncul, ia takut Ether akan mengambil hak asuh Daniel darinya.
"Mama masih ingin melihat setiap hari dan tumbuh jadi pria pemberani," lanjutnya, ia mengecup kening Daniel sebelum akhirnya ia pergi.
__________
Paginya setelah mengantarkan Daniel sekolah ia segera ke kantor, di kantor Rose langsung menghampiri Bella, "Jadi anakmu sudah membaik?" tanyanya.
"Sudah, bahkan dia sudah ingin sekolah. Kata dokter kemarin Daniel hanya demam biasa."
"Ah syukurlah, ibu angkatnya ini sangat mengkhawatirkan dia," Rose sok dramatis sembari menyimpan tangannya di dada.
"Sudah cukup," Bella memukul tangan Rose perlahan.
"Ya sudah aku kembali bekerja, katanya hari ini kita akan kedatangan investor perusahaan yang akan mendanai hasil kerja kerasmu itu, jadi bersiaplah untuk persentase nanti, biar investornya semakin yakin, karena kan belum ada tanda tangan perjanjiannya, bisa saja investor menarik kembali semua uangnya."
"Baik Ibu ketua, aku akan mempersiapkan diriku dengan sebaik-baiknya."
"Bagus," Rose berjalan ke kursinya untuk ikut mempersiapkan data-data yang nanti akan di tampilkan saat rapat.
Bella menghela nafasnya, ia berharap semuanya berjalan dengan lancar tak ada gangguan.
Waktu rapat telah tiba, CEO juga beberapa perwakilan dari masing-masing tim menghadiri rapat tersebut. Alangkah terkejutnya Bella saat melihat Ether ternyata ada di sana, Bella berusaha biasa saja dan tidak mengenal Ether kini.
Ether memperkenalkan dirinya sebagai pemilik saham terbesar Black House perusahaan game yang sudah punya beberapa cabang di negara lain, perusahaan ini berpusat di jepang. Bella semakin kaget mengetahui Ether sekarang sesukses ini.
Rapat itu pun di mulai, Bella menjelaskan bagaimana game yang sedang ia rancang tersebut. Semua tampak takjub pada ide dan perancangan yang Bella kerjakan itu, dan tampaknya Ether setuju untuk menandainya.
Rapat itu selesai kini sudah waktunya makan malam, Bella makan bersama tim nya.
"Ah leganya akhirnya kerja keras kita benar-benar di Terima baik oleh mereka," ujar Julian.
"Bagaimana kalau nanti malam kita minum? Aku yang akan traktir kalian semua," usul Rose.
Ke enam orang di sana langsung bersorak setuju, "Bagus nanti malam ke tempat makan biasa oke."
"Jadi kau mau ikut? Ayolah sudah lama kita tidak melakukannya?" Rose menatap Bella yang sedari tadi hanya melamun saja.
"Hah Apa?" tanya Bella tidak mendengar apa yang Rose katakan.
"Tuh kan? Kau sedang memikirkan apa sih memangnya?"
"Tidak, aku tidak memikirkan apapun. Baiklah nanti malam aku akan ikut."
Rose tersenyum, "Bagus."
Sebenarnya Bella sedang memikirkan bagaimana bisa Ether jadi pemilik saham terbesar Black House.
Di tempat lain Ether sedang bersama asisten pribadinya, "Kau sudah lakukan tugasmu belum?" tanya Ether.
"Ini Tuan beberapa informasi mengenai Daniel," Asisten nya itu bernama Mark.
Mark memberikan identitas Daniel yang ia dapatkan dari rumah sakit yang pernah melahirkan Daniel dulu, Mark mendapatkannya dengan cara menyogok dan memaksa pihak rumah sakitnya.
"Jadi anak itu bernama Daniel Padilla, berusia lima tahun bergolongan darah O. Mengapa firasat ku mengatakan kalau dia itu adalah anakku, tapi bagaimana mungkin. Ah tapi mungkin juga sih," gumamnya kebingungan.
"Kau cari tahu lagi sampai benar-benar bisa kau pastikan siapa ayahnya," titah Ether lagi.
"Baik Tuan."
"Lalu bagaimana pekerjaan kita di markas?" tanya Ether.
"Semuanya berjalan dengan lancar Tuan, membeli saham Black House juga sangat tepat untuk menutupi pekerjaan Tuan yang sebenarnya."
"Yah tidak buruk juga, semoga saja mereka tidak menyadari semua itu. Baik kau boleh pergi, aku ingin istirahat."
"Baik Tuan," Mark keluar dari ruangan kerja Ether.
_________
Malamnya Bella dan yang lain sudah sampai di tempat makan-makan, "Hari ini aku membawa wine terbaik di seluruh dunia," Rose memamerkan Wine yang ia punya.
Semua pun tampak senang, sebelum makan mereka meminum Wine terlebih dahulu. Barulah setelah itu mereka mulai makan-makan, beberapa saat kemudian sudah waktunya pulang.
Bella minum terlalu banyak hingga membuat dirinya setengah sadar, Ether tak sengaja melihat Rose yang kesusahan membawa Bella masuk mobilnya.
"Tuan Ether," Rose kaget ada Ether di sana.
"Boleh saya yang bawa Bella pulang?" tanya Ether.
Rose malah melamun sambil memandangi Ether, "Saya mengenalnya, dia teman lama saya. Ini fotonya juga masih ada," Untuk membuat Rose percaya kalau ia mengenal Bella ia langsung menunjukkan foto ia bersama Bella lima tahun yang lalu.
"Ah baiklah," Rose memberikan Bella yang mabuk berat pada Ether.
"Kalau begitu sampai jumpa."
"Kau bawa mobilnya," Ether meminta Mark mengendarai mobil Bella.
"Baik Tuan."
Ether membawa Bella pulang ke rumahnya, ia membawa Bella menuju kamarnya. Karena mendengar suara bising Daniel yang sudah tidur pun jadi terbangun, ia berdiri di depan kamar ibunya sambil menatap Ether yang tengah menyelimuti ibunya.
"Om, kok ada di sini?" tanya Daniel sambil menguap.
"Kau mengapa belum tidur?" tanya Ether.
"Kebangun Om, om sih berisik jadinya kebangun deh."
"Ya sudah tidur lagi sana!"
"Tidak bisa, Mama harus membacakan dulu buku dongen."
"Mama mu sudah tidur, dia kecapean. Bagaimana kalau Om saja yang membacakannya."
Daniel mengangguk sambil senyum.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!