Hay, Sebelumnya,
Terimakasih sudah memutuskan mampir di novel aku.
Oh iya, novel ini masih dalam tahap revisi, jadi tolong, bab 57 sampai 112 tidak perlu dibaca ya? Dari pada kalian bingung.
Pokok setelah membaca bab 56, langsung loncat ke bab 113.
Happy Reading sayang 😍
*****
Terik matahari terasa sangat menyengat. Tepat pukul 12 siang Nay sampai didepan kelasnya.
Dengan langkah cepat setengah berlari dan nafas yang memburu, Nay menghampiri kedua sahabatnya, Nina dan Sari tengah duduk didepan kelas sambil memainkan ponsel mereka.
"Haaah haaah.. gak terlambat kan aku?" Suaranya Nay menderu..
Nay benar-benar takut, pasalnya sudah beberapa kali dia terlambat pada saat kelas pak Hasan, Dosen muda yang galaknya setengah mati.
Pak Hasan ganteng sih. Dia dosen idaman mahasiswi dikampus ini. Tapi tidak untuk Nay.
Pak Hasan adalah dosen yang benar-benar membuat Nay malas masuk kelas. Entah perasaan Nay saja, atau apa
tapi Nay merasa pak Hasan memperlakukan nya seperti mahasiswi tiri.
"Kata siapa? noh ditungguin pak Hasan didalam.." Jawab Nina jengah. "Kamu sih Nay, telat mulu..."
"Hah benarkah? bukannya masih setengah jam lagi ya kelasnya? duh Mampuss aku.."
Buru buru Nay merapikan penampilannya. Dia melihat pantulan dirinya didepan cermin cendela.
Benar" kacau. Batin Nay
"Aku masuk dulu guys..."
Cekleeekkk....
"Taraaa.. selamat Ulang Tahun Nayla..."
Nay benar-benar terkejut. Dia tidak menyangka akan ada kejutan semeriah ini dari temen temennya.
Ternyata mereka semua menunggu Nay didalam kelas. Mereka bahkan ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Nay memang selalu bersikap baik pada semua temannya. Tak jarang Nay mengajak teman sekelasnya makan bersama dikantin. Tentu saja dia yang membayar. Nay kan kaya. hihi
Putri tunggal dari keluarga Deka itu selalu menjadi primadona dikampusnya.
Paras Nay yang cantik dan sikapnya yang baik membuat siapa saja nyaman didekatnya.
Apalagi...
Laki laki yang tiba tiba muncul dari arah sampingnya.
Pacar Nayla. Laki laki yang selalu bersikap baik didepan Nayla. Memperlakukan Nayla layaknya Ratu yang begitu istimewa. Ratu yang dicintainya.
"Selamat Ulang Tahun, sayang.. "
Satya melangkah menghampiri Nay dengan membawa sebuket bunga mawar merah yang indah.
"Satya.." Ucap Nay masih dalam suasana terkejutnya..
Satya berjalan mendekati Nay. Lalu memeluknya.
Nay membalas pelukan Satya dengan perasaan yang bahagia.
Terdengar tepuk tangan dari teman teman yang lain. Mereka selalu bahagia ketika Nay bahagia.
Satya melepas pelukannya. Manyodorkan kotak merah sebagai hadiah.
"Apa itu.?"
"Ini untukmu... " Satya mengeluarkan sebuah sebuah kalung dan liontin huruf dengan inisial "S".
"Biar semua orang tau. Nay adalah milik Satya"
Satya mencium kening Nay.
"Terimakasih Satya.."
Nay sangat bahagia hari ini. Dua tahun menjalin hubungan, Satya masih saja romantis. Memperlakukan Nay dengan sangat istimewa.
"Dua Tahun lagi, setelah kita wisuda dan aku mendapatkan pekerjaan yang bagus. Aku pasti akan menikahimu.."
Ya, Satya sangat mencintai Nayla.
"Tolong, bersabarlah sebentar lagi Nay"
"Trimakasih Satya, terimakasih temen temen semua... Nay sayang kalian semua "
Tiba tiba Nina dan Sari masukk...
"Gaesss.. pak Hasan.. pak Hasan otw kesini..."
"Bubarr bubaaarr...."
Suasana kelas berubah drastis. Yang tadinya larut dalam kebahagian kini berubah menjadi ketegangan..
pak Hasan..
Dosen muda yang menjadi idola mahasiswi kampus, ya walaupun terkenal dingin galak dan kaku. Tetap saja, karena ketampanannya membuat mahasiswi lupa akan sifat menjengkelkan pak Hasan.
Apalagi Nay, rasanya Nay ingin segera mengakhiri kelas nya itu.
"Selamat Siang.."
"Siang pak.."
Seperti biasa, pak Hasan masuk dengan langkah tegap dan percaya diri..Membuat mahasiswi tidak berkedip menatapnya.
Termasuh Nina dan Sari.
Tapi tidak dengan Nay,..
Nay memutar bola mata dengan malas...
"Kenapa? kamu ga suka sama kelas saya Nay? kalau mau keluar, silahkan.."
Tanpa sengaja pak Hasan melihatnya tadi. Saat Nay memutar bola matanya dengan malas.
"Eh , enggak kok pak... maafmaaf"
***
"Nay... Nayla"
Begitulah orang orang memanggilku.
Namaku Nayla Anjani Deka. Aku adalah anak tunggal. Kalian tau rasanya jadi anak tunggal,?
Sepi.. Sendiri.. Sunyi..
itu yang selalu kurasakan ketika Papa sibuk urusan perusahaannya. Dan mama sibuk arisan ibu ibu kompleknya.
Aku selalu berharap memiliki saudara, tapi kenyataan nya itu tidak terwujud.
Meski begitu, aku bersyukur memiliki teman teman yang sangat menyayangiku.
Apalagi sahabatku, Nina dan Sari.
"Nay, Nayla..."
"Ada apa Sar?"
"Nanti sore ada acara sama Satya nggak? kalau gak ada, kita jalan yukk bertiga?"
tanya Sari.
"Belum tau, tapi kayaknya nggak ada dehh..
ehh, tapi belum tau juga sihh.."
Sari tampak sedikit cemberut. Bagaimana tidak. Sejak berpacaran dengan Satya, setiap kali hari penting Nay, termasuk hati ulangtahun Nayla, Nay selalu saja merayakan nya dengan Satya.
Padahal sebelumnya, Nay selalu bersama kedua sahabatnya itu dihari hari pentingnya seperti ini.
"Aku tanya Satya dulu deh... bentar aku tlfon dia."
Nay mengeluarkan ponselnya. Menelfon Satya.
Halo... Satya... Nanti malam ngajak jalan ndak?..Oh gitu.. iya iyaaaa...
"Gimana gimana?" Sari begitu antusias..
malam ini dia benar benar ingin merayakan hari ulang tahun sahabatnya itu.
Entah sekedar rasa ingin, atau ada rasa kekhawatiran yang tidak disadarinya.
Tapi sayang...
"Duhh.. maaf ya Sar.. nanti malam Satya ngajak jalan.."
Nay menjawab dengan sangat hati hati. Dia tidak ingin melihat sahabatnya itu kecewa.
Tapi mau bagaimana lagi, Nay mencintai Satya.
Nay ingin melewati malam ulangtahunnya yang romantis dengan Satya.
"Atau gini.. Hari ini aku kan jalan sama Satya, besok jalan sama kalian berdua. Gimana??"
Nay mencoba menghibur Sari. Memberi jalan tengah agar sahabatnya itu tidak begitu merasa kecewa.
Sedangkan Sari masih saja memajukan bibirnya.
"Yaudahlah Sari. besok aja kita jalannya sama Nay .. "
Nina yang sedari tadi tak peduli dengan perdebatan Nay dan Sari, terlihat mulai jengah.
"Makanya Sar.. lo itu cari pacar, biar ga gangguin Nay sama Satya. Biar ga kesepian gitu..."
"Yaudah yaudahh yaudah.. " Akhirnya Sari mengalah. Apalagi Nina sudah memberi ultimatumnya.
"Tapi Nay, malam ini kamu harus lebih hati hati ya... aku khawatir sama kamu.."
"Santai ajaa.. aku biasa jalan sama satya dan aman aman aja kok.. hihi" Jawab Nay menangkan Sari.
Nay merasa aneh. Pasalnya, Sari tidak pernah seperti itu sebelumnya.
Jika sebelumnya Sari begitu santai ketika Nay memilih jalan dengan Satya, hari ini Sari terlihat begitu sangat kecewa karena Nay menolak ajakannya. Ada raut wajah khawatir juga diwajahnya.
"Sar, kamu kenapa sih?"
Tanya Nina. Nina juga melihatnya. Wajah penuh rasa khawatir itu tampak jelas tertangkap pandangan Nina.
"Tau nih Sari... jangan buat aku jadi merasa bersalah dong" Jawab Nay sambil mencoba merangkul pundak sahabatnya itu.
"Gak papa Nay.."
Sari mencoba mengabaikan rasa cemasnya. Sari tidak ingin Nay merasa bersalah karena sikapnya itu.
"Aku cuma minta, kamu hati hati yaa. Semoga kamu bahagia malam ini.. "
"Pasti bahagia dong. Satya pasti bersikap baik padaku. Dia pasti akan memperlakukan ku dengan semestinya.
Satya pasti juga rela mengorbankan nyawanya demi melindungiku."
Jawab Nay percaya diri.
Senyum diwajah Nay tidak pernah pudar ketika membicarakan kekasihnya itu. Selama ini, Satya benar benar memperlakukan Nay dengan sangat baik. Satya sangat mencintai Nay. itu yang selalu Nay rasakan ketika bersama Satya.
"Idiihh.. buciin. Nay benar benar bucin." Nina sedikit geli melihat tingkah Nay. Nay tidak pernah malu memuji Satya dihadapan Sari dan Nina.
"Haha, yaudh aku pulang duluan yaa..
Sampai bertemu besok sayang sayang ku.. byeee"
Nay melangkah keluar melewati gerbang kampusnya.
"Byeee Nay..."
Hari hampir gelap. Nay masih menikmati waktu santainya dengan menonton drama korea dikamar pribadinya.
Tengkurap diatas kasur berukuran KING dengan seprei warna hitam dan putih bergampar kartun mickey mouse, memandang fokus kearah laptopnya.
Kamar mewah dengan dinding berwarna putih dan hitam itu nampak sangat luas. Dinding kaca disebelah ranjang tidur menampilkan pemandangan pusat kota yang menawan.
Disudut paling jauh, ada lemari boneka yang sangat besar. Segala jenis model boneka lengkap tertata rapi didalamnya.
Apalagi kamar ini ada dilantai dua. Jauh dari suara bisik para pelayan yang beraktifitas dilantai satu.
Secara keseluruhan, kamar Nay benar benar rapi. Penataan yang tepat membuatnya nyaman dipandang. Siapa saja pasti akan betah berlama lama dikamar itu.
Nay mengambil ponselnya setelah layar berkedip pertanda ada pesan masuk.
Satyaku 💌
Sayang, lagi apa?
nanti malam jangan lupa ya. Setengah 7 nanti aku akan menjemputmu..
Nay membaca pesan itu dengan rasa yang bahagia. Jantungnya selalu berdebar menerima pesan singkat Satya yang begitu lembut.
Nay 💌
Nonton drakor nih 😁
Iya, ini masih jam 4 Satya. apa perlu aku bersiap siap sekarang?
Dasar kamu...
Klik.. Nay mengirimnya.
Ahh Satya, kenapa kau selalu membuat ku jatuh cinta berkali kali padamu. batin Nay.
Satyaku 💌
Bukan begitu Nayla sayang.. aku hanya mengingatkan mu...
Teruskan aktifitas mu sayang..
Nay membacanya. sekali lagi jantungnya berdebar. Nay amat bahagia dengan kehidupannya yang sekarang.
Tok.. tok.. tok..
"Naylaa.. apakah mama boleh masuk sayang?"
Suara ibu dibalik pintu menghentikan senyum merekah dibibir Nay.
"Iyaa ma.. masuklah, aku tidak menguncinya.."
Nay menutup laptopnya. Berpindah posisi duduk ditepi ranjang.
Wanita itu bernama Riana. Membuka pintu kamar Nay, membawa buket bunga mawar mawar ditangan kanannya. dan bingkisan kado dengan pita merah ditangan kirinya.
"Selamat Ulang Tahun sayang..."
Kata Mama Riana. Mama berjalan mendekati Nay.
"Ahh mama..."
Nay berlari memeluk mamanya.
Mata Nay tampak berkaca kaca. Hitung saja sudah berapa banyak kebahagian yang menghampiri nya hari ini?
Oh tuhan.. terimakasih. Nay sangat bersyukur.
"Anak Mama sudah tumbuh besar sekarang."
Mama Riana membalas pelukan Nay. Mengusap lembut rambut Nayla.
"Nay, mama sangat menyayangimu... Mama tahu kalau mama selalu sibuk dengan acara ibu ibu komplek sehingga membuat mu merasa kesepian. Tapi ketauhilah Nay..
Mama melakukan itu untuk kalian semua juga. Membangun kerukunan sesama tetangga itu juga penting sayang... Karena itulah mama selalu membebaskanmu, Mama percaya padamu sayang "
Mama Riana memandang kedua manik mata Nayla.
Nayla juga memandang matanya. Mata mama sangat teduh dipandang. Mata yang selalu memberi ketenangan.
Lalu Mama Riana menyerahkan sebuket bunga dan bingkisan kotak kado itu pada Nayla.
"Ini hadiah dari Mama,.."
"Ah Mama, terimakasih Mama. Nayla sangat menyayangimu Ma..
Boleh aku membuka nya sekarang?"
Tanya Nayla dengan manjanya. Bibirnya merekah. Senyum manis itu tak kunjung berhenti
"Tentu saja sayang.." Jawab Mama Riana sambil tersenyum...
Nayla membuka bingkisan kado itu. Jam tangan mewah berwarna keemasan. Ini jam tangan yang sangat diinginkan oleh Nayla. Nayla senang bukan kepalang
"Wahh, ini cantik sekali ma.." Senyum Nay semakin melebar. Menampilkan gigi putihnya.
"Eh tunggu... Nay,
Liontin kamu baru? Eh apa itu? Inisial "S"?
Apa itu dari... Sat..yaaa.??"
tanya mama Riana dengan terkejut.
Nayla menahan malu. Dengan terbata dia menjawabnya.
"I .. iya Ma. Ini dari Satya.." jawab Nay sambil tersenyum kikuk.
Mama Riana tersenyum. Kini dia mengerti kenapa putri semata wayangnya itu tampak sangat bahagia.
"Apa kau mencintainya Sayang?" Tanya Mama. Tangan Mama membelai rambut Nayla.
Mengusapnya dengan penuh sayang..
***
"Apa kau mencintainya sayang?"
Pertanyaan itu masih terngiang dipikiran Nayla. Bagaimana tidak.
Dengan tanpa malunya Nay mengakui kalau dia dangat mencintai Satya.
Lalu Nay teringat pesan mamanya. Itu membuatnya takut..
#Flashback...
"Apa kau mencintainya sayang?"
Nayla tampak kaget dengan pertanyaan Mama. Dia takut akan membuat mamanya marah. Tapi segera ditepisnya pikiran itu.
Toh selama ini Mama Riana tau kalau Satya adalah kekasih Nayla.
Dan mama tampak mendukung mendukung saja. Asalkan Nayla bahagia.
"Nay, . ee... Nay.." Jawab Nayla terbata bata.. Nay sangat malu mengatakan pada Mamanya.
"Katakan sayang.." Mama Riana tampak tidak sabar menunggu jawaban Nayla.
"I.. iya Ma.." Nayla meringis malu. "Nayla benar benar mencintai Satya.."
"Kenapa?" Tanya mama riana sambil tersenyum mengejek.
"Haaa.. kenapa apanya Ma?" Jawab Nayla. Nayla tampak sangat maluu..
"Maksud Mama.. Apa yang membuatmu begitu mencintai Satya? eemmmm Bagaimana Dia?"
Tanya mama Riana yang semakin membuat Nayla malu..
"Satya baik Ma.." Jawab Nayla pelan. Fikiran Nayla masih menyusun kalimat bagaimana dia harus menjawab pertanyaan Mamanya.
"Satya memperlakukan Nayla dengan sangat baik Ma.."
"Tidak apa apa sayang.. Mama mendukung mu..
Apapun itu asal membuat putri kesayangan Mama bahagia..." Jawab mama Riana sambil tersenyum. Dan lagi lagi membelai lembut rambut putri semata wayangnya itu.
Betapa Nay sangat bahagia memiliki Mama yang sangat pengertian. Mengerti dan memahami masa masa muda anaknya.
Walaupun mama Riana jarang ada waktu untuk Nayla, tapi perhatian perhatian kecilnya membuat Nay tidak merasa kehilangan sosok seorang ibu.
"Tapi Nayla masih ingat kan pesan Mama?" Mama Riana masih melanjutkan obrolannya.Tapi senyum dibibirnya masih meneduhkan Nayla.
"Mama tidak menerima menantu yang suka meminum - minuman keras. Bukan apa apa, Mama tidak mau anak Mama mengalami kekerasan dalam rumah tangganya"
Nayla mengangguk patuh..
"Kamu tau sayang? Seorang laki laki akan melupakan segalanya ketika dia mabuk. Dia bahkan bisa saja lupa siapa orang yang dia sayang. Dia akan fokus pada dirinya sendiri."
Mama Riana menarik nafasnya dalam dalam...
lalu melanjutkan kata katanya...
"Seorang yang mabuk, dia terlalu frustasi dengan masalahnya. Dia bisa memukul siapa saja yang dirasa mengganggunya. Dia bisa berkelahi dengan orang dijalan hanya karena masalah yang sepele. Dia juga dengan mudah memukul istri dan anak anaknya tanpa ampun ketika mereka sedikit mengganggunya."
Mama Riana masih membelai rambut Nayla dengan lembut penuh kasih sayang..
Mama Riana berusaha menjelaskan selembut mungkin agar Nayla dapat menerima dan memahaminya.
"Mama tidak bisa mambayangkan, bagaimana hidup mama kalau saja Mama tahu kamu menerima kekerasan dari suamimu nanti. Mama tidak bisa membayangkan sayang. Kamu terlaly berarti untuk mama."
Mama Riana mencium pipi kanan Nayla
"Mama dan papa membesarkan mu dengan penuh kasih sayang dan penuh kepercayaan.
Makanya, mama tidak ingin Nayla salah pilih."
Nayla pun mendengarkan dengan tersenyum mengangguk nganggukkan kepala tanda mengerti.
#Flashback OFF
Nayla kembali teringat Satya.
Aku percaya Satya.. batin Nayla.
Tidak masalah, toh Satya sudah tau kemauan mama Riana dan papa Zeko.
Bahkan Satya sudah berjanji pada Nayla, Satya akan bersungguh sungguh untuk mendapatkan Nayla.
Satya sudah berjanji kalau dia akan meninggalkan kebiasaan buruknya. Satya bilang semua itu demi Nayla.
Nayla percaya karena selama ini, dia tidak pernah melihat Satya meminum minuman haram itu sejak Satya berusaha mendekati Nayla.
Satya menunjukkan perubahan baiknya itu dihadapan Nayla.
Satya memasuki sebuah mall besar dekat kampusnya. Matanya mencari cari restauran bernama "HANTAKKE KITCHEN" didalam mall itu.
Dia berjalan santai mengikuti petunjuk arah yang menggantung ditiap belokan.
Ah ternyata dilantai dua.
Satya terus berjalan, menaiki eskalator sambil memandang ponselnya. Melihat walpaper foto Nayla bak princess yang tampak tersenyum manis. Sangat cantik.
Satya ikut tersenyum. Membayangkan betapa beruntungnya dia dicintai Nayla yang sempurna.
Nayla gadis yang baik, tinggi, putih dan... cantik.
Satya tau betapa banyak laki laki yang menginginkan Nay. Betapa banyak laki laki yang menunggu celah retaknya hubungan mereka. Jangan sampai lengah... itu prinsip yang akan selalu diingat satya.
Satya masih saja berfikir. Entah kenapa, Nayla justru memilih Satya.
Padahal, ada laki laki yang lebih segalanya dibanding dia yang sedang terang-terangan mengejar Nayla dikampus.
Sesampainya dilantai dua, Satya berjalan maju sedikit. Lalu berbelok kanan... dan
itu dia...
"HANTAKKE KITCHEN"
Satya masuk melewati kasir. Matanya mencari cari sosok yang sudah menunggunya didalam sana.
"Heeeeh.."
Akhirnyaa Satya menemukan mereka.. Meraih satu kursi lagi dan duduk dikursi itu.
"Ya ampun lama bangett sih lo.." Kata Andi.
"Tau tuh Satya... sudah kayak putri keong saja." Timpal Joan.
Yaa.. Dia Andi dan Joan. Sahabat Satya sedari SMA
Andi dan Joan juga kuliah dikampuss yang sama dengat Satya dan Nayla. Mereka mengenal Nayla dengan baik.
Mereka juga tau siapa Nayla.
Tapi mereka beda jurusan.
Kadang mereka iri, Satya yang seperti itu bisa memenangkan Nayla? ahh beruntungnya...
Hanya saja, iri tinggallah iri.
Persahabatan mereka sudah sangat kuat. Sudah banyak yang mereka lalui bersama.
"Maap.." Kata satya sambil merebut lalu memakan makanan Andi yang tinggah setengah itu. Satya berhasil melahapnya meskipun hanya satu suapan.
"Eh busettt... pesen sendiri sana!!" Sahut andi tak terima makananya direbut. Andi kembali merebut makananya.
"Lagian kalian.. telat dikit marah marah..
Kayak cewek pms. hahaha" ledek Satya kepada Andi dan Joan.
Dimeja itu ada dua porsi nasi milik Andi dan Joan..
Satu piring kepiting yang tinggal bagian cangkangnya saja yang masih belum tersentuh.
Lalu satu piring sayuran.
Dan tak lupa, Satu botol wine yang juga tinggal setengahnya. Tentu saja
Satya bertekad tidak akan meminumnya.
Nayla lebih penting dari segalanya.
Apalagi nanti malam dia akan bertemu Nayla. Satya tidak mau Nayla mencurigainya jika Satya meminum wine itu sekarang.
Satya menaikkan tangannya, memanggil pelayan.
"Aku mau steak daging aja mbak, sama jus lemon aja."
Andi dan Joan saling menatap..
"Buahahahahahh" Tawa Andi dan Joan bersamaan.
"Sejak kapan seorang Satya minum juice???" ledekk Joan. Joan terheran heran dengan Satya. Empat Tahun bersahabat dengan nya, belum pernah sekalipun Satya pesan juice ketika mereka makan bersama.
"Tau tuh Satya.." Tambah Andi. Masih terkekeh geli.
"Broo, nyalimu kecil sekali? Kamu takut sama Nayla? Kita ga akan ngomong sama dia. Toh biasanya kamu juga minum, dan aman aman aja kan? haha." Andi masih terkekeh meledek Satya.
"Nayla ga akan tau."Tambah Joan tertawa keras.
"Bukan gitu broo.. Nanti malam gue mau makan malam sama dia." Satya membela dirinya.
"Gue ga mau kalau sampek gue mabuk disini dan nanti malam dia curiga."
"Kalian tau lah, gimana gue cintanya sama dia" Satya mencoba menjelaskan.
"Oke baiklahh.. kita mengerti hahaha. Dasar bucin" jawab Andi masih dalam mode mengejek.
"Setidaknya minum lah beberapa gelas" pinta Joan. "Lo masih anggap kita sahabat lo kan?"
"Beberapa gelas lo ga akan mabukk"
Joan terkekeh geli. Ahaha begitukah cinta?
***
Satya mengemudi mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Menyalip semua mobil didepannya tanpa ampun. Dia merutuki kebodohannya.
Sekarang perasaan takut kehilangan Nayla memenuhi hati dan fikirannya.
Kali ini, Satya mungkin saja akan benar-benar kehilangan Nayla...
Mata nya terasa panas. Sekuat mungkin dia menahan air mata.
Laki-laki pantang menangis..
"Apa Nayla tidak pernah memperingatkanmu?"
Kata kata itu masih memenuhi fikirannya
#Flashback...
"Setidaknya minumlah beberapa gelas.. Kau tidak akan mabuk..!!" pinta Joan.
"Oke okee.. baiklaahh
Tapi ingat, jangan smpek Nay tau yaaa.." Satya meng-iya-kan bujukan Joan.
Kalau saja nanti malam Satya tidak ada janji dengan Nayla , Joan tidak akan susah susah membujuk Satya meminum wine kesukaan mereka bertiga. Satya akan meminumnya dengan senang hati tanpa diminta.
Joan menuangkan ke satu gelas kecil. Lalu memberinya pada Satya..
"Nihh, minum.."
Satu tegukan, dan Satya sudah meminumnya..
"Mantap.." Kata satya menikmati wine yang tak lain minuman kesukaannya itu.
Tanpa Satya sadari, ada empat empat mata yang mengawasinya.
Dia Pak Zeko, ayah Nayla. Dan Dendi, sekertarisnya.
Rahang pak Joan mengeras. Tidak disangka Satya berani membohongi putrinya.
Pak Zeko tidak berniat menguntit Satya. Dia pergi ke mall hanya untuk mencarikan kado spesial untuk putri kesayangannya. Tanpa diduga, matanya malah menangkap sosok yang beberapa kali pernah menemuinya dan memperkenalkan diri sebagai pacar Nayla.
Awalnya Pak Zeko biasa saja, sampai dia melihat botol wine dimeja mereka.
Dengan berjalan sangat pelan pak Zeko masuk ke restauran itu. Lalu memilih duduk tepat dibelakang Satya agar Satya tak melihatnya.
Dengan jarak yang begitu dekat, pak Zeka menangkap dengan jelas apa yang mereka bertiga bicarakan.
Satya, jangan harap kau akan mendapatkan Nayla.
Pak Zeko berdiri. Membalikkan badan menghadap Satya.
Tepat saat saya memegang segelas wine yang akan die teguk ke dua kalinya.
"Satyaa..."
Pak Zeko memanggil Satya dengan nadanya tidak tinggi, tapi dingin dan tegas. Nada seseorang ketika menahan amarahnya.
Deg...
Jantung Satya berdetak cepat. Suara itu terasa tidak asing ditelinga nya.
Satya pernah mendengarnya. Bahkan Satya mengenali suara siapa itu.
Perlahan satya menaruh kembali ke meja gelas wine nya yang akan dia minum tadi.
Andi dan Joan tak kalah terkejud. Mereka menatap Pak Zeko yang sudah berdiri dibelakang Satya dengan raut muka merah yang terlihat jelaas sedang menahan amarah.
Laki laki yang duduk dibelakang Satya itu ternyata mengenali sahabatnya. Siapa dia.? batin Andi dan Joan
Satya menoleh kebelakang, wajahnya nampak pucat pasi.
Sial.. sial.. sial...
Satya merutuki kebodohannya...
"Om..." Satya mencoba menyembunyikan ketegangannya.
"Apa putriku tidak pernah memperingatkan mu?"
Pertanyaan pak Zeko yang membuat bingung Andi dan Joan. Siapa sebenarnya laki laki ini?Siapa pula putrinya.? batin Andi dan Joan.
Hanya Satya yang paham kemana arah pertanyaan itu.
Satya diam tidak bisa membela dirinya. Dia tau pak Zeko pasti sudah mendengar apa saja yang mereka bertiga bicarakan sedari tadi.
"Ma.. maafkan saya Om.." Hanya itu kata yang mampu Satya ucapkan. Bibirnya bergetar mengucapkan kata maaf.
Matanya memanas. Hatinya berkecamuk gelisah.
Dia sudah ketangkap basah oleh calon mertuanya itu.
"Apa kamu pikir berlianku pantas bersanding dengan pecundang sepertimu?" Pak Zeko benar benar marah kali ini. Dia tidak berbicara dengan nada tinggi, hanya saja setiap kata yang keluar dari mulutnya menyayat habis hati Satya.
" Tinggalkan Nayla dengan caramu sendiri, atau aku yang akan membuatnya membencimu, Satya."
Pak Zeko melenggang pergi. Meninggalkan Satya yang masih berdiri dengan muka pucat pasi.
#Flashback Off
Satya menambah kecepatan mobilnya. Dia menyesali sikap bodohnya. Hatinya gelisah.
Dia kehilangan Nayla.
Apa yang harus kulakukan? batinnya.
Nay, maafkan aku...
Air mata Satya jatuh juga pada akhirnya.
Penyesalan memang selalu datang belakangan Satya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!