BUG
BUG
BUG
BAG
BUG!!!
Seorang pria dengan tato di leher tampak memukuli dua orang pria di depannya hingga dua pria itu babak belur dengan wajah yang sudah berlumuran darah akibat pukulan mematikannya itu.
"Blaze ... Kita hentikan ini. Mereka bisa mati," ucap sang sahabat yang ada di belakangnya.
"Mereka memang pantas mati," jawab pria bernama Blaze itu dan kembali menendangi kedua pria yang sudah terkapar itu.
Lalu dua teman Blaze memeluknya dari belakang untuk menghentikan kebrutalan Blaze itu.
"Ingat, Blaze. Mereka anak buah geng musuh kita," ucap Aron -- teman Blaze.
"Aku tak takut pada mereka. Mereka mau menyerangku? Aku siap menghadapinya," sahut Blaze.
"Blaze, please," ucap Brady.
Lalu Blaze pun menghentikan tendangan dan pukulannya. Mereka akhirnya pergi dari sana membiarkan dua pria tadi terkapar di pinggir jalan.
Blaze dan kedua temannya menaiki motor Ducati mereka masing-masing lalu pergi ke markas mereka yang merupakan rumah pribadi Blaze.
*
Zeppelin Blaze Ruiz, seorang pria keturunan Spanyol yang merupakan ketua geng motor yang sangat disegani di sana. Faktor lainnya adalah karena nama Ruiz di belakang namanya.
Ayah Blaze yang bernama Alonso Ruiz adalah penyokong banyak pejabat di hampir seluruh kota di Spanyol. Penyebab kebrutalan Blaze salah satunya adalah karena perlawanannya pada perilaku sang ayah yang tak pernah ada untuk keluarganya.
Puncak kemarahan Blaze adalah kematian sang ibu akibat korban dari politik kejam yang dijalani sang ayah.
*
Mom, kapan Kak Arvy kembali?" tanya Glow pada sang ibu -- Izzy Michael Wilson.
"Entahlah, dia terlalu asyik bekerja, Sayang," jawab Izzy sembari mengambil bunga yang sudah ditatanya tadi.
"Kapan kau kembali ke Madrid?" tanya Izzy pada putrinya.
"Besok lusa, jadwalku padat di rumah sakit," jawab Glow.
"Kapan kau akan pindah ke London lagi?" tanya Izzy.
"Tugasku masih banyak di sana, Mom," jawab Glow.
"Jangan terlalu sibuk seperti kakakmu. Jika kalian sibuk, lalu kapan Mommy akan melihat cucu Mommy?" sahut Izzy.
Glow tertawa pelan dan memeluk sang Mommy dari belakang.
"Usiaku masih 23 tahun, Mom. Jadi tagihlah hal itu pada Kak Arvy," jawab Glow.
"Kalian sama saja. Apakah di Spanyol tak ada pria tampan hingga kau masih saja menjomblo?" tanya Izzy.
Glow kembali tertawa dan mencium pipi sang Mommy.
"Justru di sana sangat banyak pria tampan hingga aku bingung memilihnya," jawab Glow tersenyum.
"Ck, jika sampai umur 28 tahun kau belum menikah, maka Mommy akan menjodohkanmu," ucap Izzy mengancam.
Glow kembali tertawa dan menciumi pipi Izzy karena merasa gemas dengan sang Mommy yang wajahnya tak jauh berbeda dengannya.
*
Glow Magnolia Wilson, wanita muda cantik yang merupakan anak kedua pasangan Aiden Wilson dan Izzy Michael.
Glow memiliki perawakan yang tak jauh berbeda dengan sang mommy. Wajah baby face bak boneka, tinggi semampai dengan tubuh ramping. Glow merupakan pribadi yang ramah dan suka menolong tanpa pamrih.
Tutur katanya selalu menyejukkan dan membuat orang yang berbicara dengannya ikut tenang mendengarnya. Dan itu sangat sangat sesuai dengan profesinya sebagai dokter.
Glow adalah seorang dokter di sebuah rumah sakit di Madrid -- Spanyol. Glow baru saja pindah ke sana satu tahun terakhir setelah ia menyelesaikan pendidikan spesialis kedokterannya di Inggris dalam waktu yang relatif cepat karena kepintarannya.
Besok ia akan kembali ke Madrid setelah mengambil cuti libur selama seminggu untuk menghadiri sebuah acara keluarga besarnya yang termasuk dalam klan Romanov dan Michael.
2 Glow
Seminggu berlalu, Glow sudah kembali ke Madrid dan kini sudah bekerja kembali. Hari ini seharusnya Glow pulang sore, tapi karena ada operasi mendadak dari korban kecelakaan, akhirnya wanita itu harus pulang ketika jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.
Seharian bekerja membuatnya sangat lelah dan mengantuk. Tadinya ia ingin pulang menaiki taksi, tapi karena jalanan cukup sepi akhirnya ia memutuskan untuk naik mobilnya sendiri.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba ia dikejutkan oleh sebuah insiden di mana seseorang menembak pengendara motor yang ada di sebelah mobilnya.
DOR!!
BRAK BRAK!!
Seketika pengemudi motor itu jatuh dan motornya mengenai mobil Glow. Glow seketika menghentikan mobilnya. Sedangkan mobil yang dinaiki penembak tadi tampak melarikan diri dengan kecepatan tinggi.
Glow segera turun dari mobil dan melihat seorang pria terkapar di tengah jalan, sedangkan motornya sudah ringsek di sebelah mobil Glow.
Glow menghampiri pria itu dan ia bersyukur helm pria itu tak terlepas karena kepalanya tak mengalami cidera. Lalu Glow melihat darah merembes dari arah lengan pria itu.
Glow membuka helmnya dan melihat pria itu tampak menatap ke arahnya.
"Kau tak apa-apa?" tanya Glow.
"Ya," jawab Blaze dan berusaha beranjak duduk.
Glow membantunya duduk dan berdiri.
"Aku akan membawamu ke rumah sakit," ucap Glow.
"Kau siapa? Aku orang jahat. Jangan semudah itu menolong orang tak dikenal," sahut Blaze dan melepaskan tangan Glow.
"Aku seorang dokter dan motormu tertabrak mobilku, jadi aku akan bertanggung jawab," jawab Glow.
"Ini bukan salahmu. Pergilah," jawab Blaze dan mengambil helmnya lagi tanpa mempedulikan rasa sakit di lengannya yang tertembak.
"Tanganmu terluka dan harus segera ditangani," ucap Glow ketika Blaze mulai mengangkat motornya yang jatuh lalu menaikinya.
"Aku tak butuh bantuanmu dan aku bisa pergi ke rumah sakit sendiri," sahut Blaze yang suaranya mulai terdengar melemah.
"Jangan keras kepala. Keadaanmu sudah melemah dan kau akan jatuh beberapa menit setelah kau menyetir," ucap Glow mencabut kunci motor Blaze.
"Hei!! Jangan lancang!!" bentak Blaze.
Blaze tak pernah takluk pada wanita mana pun termasuk Glow meskipun wanita itu memiliki wajah cantik sempurna bagaikan boneka.
"Jika kau tak mau ke rumah sakit, aku akan mengobati lukamu di apartemenku. Apertemenku hanya tinggal dua ratus meter saja," jawab Glow.
"Kau gila? Aku adalah gangster dan kau mempersilahkan orang sepertiku masuk ke dalam apartemenmu?" sahut Blaze.
"Di mataku kau adalah manusia yang butuh pertolongan sekalipun kau seorang penjahat," jawab Glow.
Dari arah kejauhan terdengar deru mobil dan sepeda motor. Blaze yang mendengar itu langsung turun dari motornya dan menarik tangan Glow ke dalam mobil.
Lalu Blaze duduk di belakang kemudi setir, sedangkan Glow duduk di bangku penumpang.
"Ada apa? Siapa mereka?" tanya Glow.
"Temanku, mereka tak boleh melihatku terluka," jawab Blaze dan melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.
"Biar aku saja yang menyetir," ucap Glow.
"Bisakah kau diam saja?" bentak Blaze.
Glow tak suka jika ada orang yang membentaknya, terlebih orang itu adalah orang yang ingin ditolongnya.
Glow berhenti bicara dan ia mengambil peralatan dokternya di bangku belakang. Kebetulan tangan kanan Blaze yang terkena tembakan, jadi Glow menggunting jaket dan baju Blaze tanpa harus meminta izin pada pria keras kepala itu.
"Apa yang kau lakukan??" marah Blaze.
"DIAMLAH!! DAN FOKUS MENYETIR!!" bentak Glow yang kali ini bersikap tegas.
Blaze mengarahkan mobilnya ke sebuah klinik kecil dan ia justru tak menerima bantuan dari Glow.
Blaze keluar dari mobil.
“Pergilah!” ucap Blaze pada Glow dan berbalik pergi ke arah pintu masuk klinik.
“Oh my … Sombong sekali pria itu,” kesal Glow yang tangannya masih memegang gunting setelah memotong baju Blaze.
Lalu Glow meletakkan kotak obatnya kembali di bangku belakang dan duduk di belakang kemudi setirnya.
“Semoga aku tak bertemu dengannya lagi,” ucap Glow kesal dan menginjak gas mobilnya.
*
*
Ponsel Blaze berbunyi di saat para perawat menjait luka di tangannya. Blaze mengangkat ponselnya.
“Blaze, kau di mana? Kami menenemukan sepeda motormu di pinggir jalan,” ucap Adam — salah satu teman Blaze.
“Aku bersama pamanku. Tadi dia menghadangku di jalan lalu aku pergi dengannya,” jawab Blaze berbohong.
“Kau baik-baik saja? Motormu rusak karena terjatuh cukup keras,” tanya Adam lagi.
“Ya, aku baik-baik saja,” jawab Blaze.
“Baiklah kalau begitu. Kami akan membawa motormu ke bengkel kita,” ucap Adam.
“Ya, aku tak pulang malam ini, jadi jaga lah mansionku,” ucap Blaze.
“Ya, baiklah,” jawab Adam dan menutup panggilan teleponnya.
*
*
Satu minggu berlalu, luka di lengan Blaze sudah sembuh dan ia kembali bekerja di perusahaan warisan kakeknya dari pihak ibunya. Sosok Blaze yang dingin membuatnya sangat ditakuti oleh para pegawainya termasuk beberapa pamannya yang bekerja di perusahaan itu.
Niat para pamannya yang ingin melengserkannya dari kedudukan tertinggi di perusahaan tak pernah tercapai meskipun Blaze sangat jarang datang ke perusahaan. Itu semua berkat sang ayah yang ingin mempertahankan posisi sang putra meskipun mereka tak berhubungan baik.
Blaze hanya datang ke perusahaan seminggu sekali saja. Bahkan terkadang hanya sebulan sekali karena ia lebih sering menghabiskan waktunya bersama para teman gengnya di markas besarnya yang tak lain adalah mansionnya sendiri.
Hari ini ada rapat pemegang saham yang mau tak mau membuat Blaze harus hadir. Para pamannya mulai mencari celah keburukannya lagi yang dianggap tak becus memimpin perusahaan. Dan Blaze sama sekali tak takut dengan ancaman dua pamannya yang merupakan adik kandung dari sang ibu.
Rapat pemegang saham itu berlangsung ricuh karena Blaze dengan beraninya memasang headset di telinganya karena ia lebih memilih mendengarkan lagu dari headsetnya itu dibanding harus mendengarkan ocehan para pejabat perusahaan dari pihak pamannya.
"Lihatlah, kelakuannya benar- benar seperti berandalan," celetuk salah satu pamannya di sebelahnya.
Blaze mendengar itu dan tak menggubrisnya dengan masih mendengarkan musik di telinganya.
"Kami akan mengambil suara dari jumlah pemegang saham yang hadir di sini bahwa kau tak layak menjadi pimpinan di perusahaan ini, Blaze," ucap Dawson -- paman Blaze.
"Tuan Ruiz tetap menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan ini dan kalian tak bisa melengserkannya," ucap Tommy -- asisten Blaze -- membela sang bos.
"Pria bodoh sepertinya seharusnya tak masuk ke dalam perusahaan ini jika tak ingin perusahaan ini mejadi bangkrut akibat ulahnya," ucap Dawson pedas.
Lalu seorang pria muda bernama Delon -- yang merupakan anak Dawson tampak menghampiri Blaze untuk melepas headphone di telinga Blaze karena ia menganggap pria itu tak sopan pada ayahnya.
Delon belum mengenal karakter Blaze karena ia baru saja bekerja di perusahaan itu sebulan terakhir setelah lulus dari kuliah masternya di Amerika.
Dengan beraninya Delon melepas alat itu dari telinga Blaze hingga membuat Blaze marah. Pria itu kemudian berdiri dan menarik tangan Delon lalu membantingkan kepala Delon ke arah meja di depannya.
BRAK!!
"BLAZE!!" teriak Dawson dan segera menahan tangan Blaze.
Darah mengucur dari kepala Delon karena terkena pinggiran laptop yang ada di atas meja juga.
"Kau hanya pelayan di sini, Brengsekk!! Aku bisa mengusirmu dan ayahmu itu jika aku mau," ucap Blaze geram dan meninggalkan ruangan meeting itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!