NovelToon NovelToon

ASI Untuk Bayi Mafia

Part 1

Club Casino

Terdapat El dan teman-temannya yang tengah bersenda gurau sembari menikmati koktailnya.

"Eh tahu enggak sih, kemarin ada yang dijodohin lagi sama om Wendles," sindir Glen pada Safrel.

"Udah diem," ketus Safrel yang kesal.

El tampak tertawa puas melihat wajah kesal Safrel.

"Kali ini sama cewek mana lagi?" tanya El penasaran.

Safrel menghela napas sembari menuang koktailnya sekali lagi.

"Masak sih papa mau jodohin aku sama anak temennya, mana dia udah tua lagi," dumelnya dengan kesal.

"Tua? Masak sih? Setua apa?" tanya Glen penasaran.

Safrel menghela napas gusar dan menatap jengah Glen.

"Tanya aja sama papa, atau kau aja yang gantikan aku untuk menikah dengannya," ketusnya kesal yang mana melemparkan perjodohan itu pada Glen.

"Enggak, wanitaku sangat banyak, enggak perlu dijodoh- jodohin, entar kalau udah pengin nikah tinggal pilih aja nanti," jawabnya dengan begitu gamblangnya membuat Safrel dan El tertawa keras.

Mereka yang asyik mengobrol dan bersenda gurau sontak langsung terhenti kala ada seorang perempuan mendatangi meja mereka.

"El mau enggak nikah sama aku?" sontak semua mata tertuju pada wanita itu.

Tampak terlihat wanita tinggi berdiri di depan meja mereka sembari membuka kotak berudu yang memperlihatkan cincin permata mengkilap.

"Wah, kau dilamar?" gumam Safrel berbisik.

"Berapa nyawa yang kau punya? Kau sungguh berani sekali melamar singa jantan yang sudah lapuk ini," gumam Glen membuat El berdecak kesal.

El dengan tatapan dinginnya menatap wanita tersebut.

...

...

Ziko, selaku tangan kanan serta asisten El, yang paham dengan tatapan marah tuannya tersebut sontak langsung mendekati perempuan itu untuk membawanya pergi, selagi El masih berkepala dingin.

"Jangan mengganggu waktu tuan El, kamu bisa membicarakan hal ini di lain waktu lagi," pinta Ziko yang mengusir wanita itu secara halus.

"Tolong jangan halangi aku, aku sedang melamar El," tolaknya sembari mendorong Ziko ke samping.

"El kumohon terimalah lamaranku, aku akan menerima putramu dengan baik dan akan memperlakukan ia seperti putraku sendiri," ucapnya dengan memaksa membuat El meletakkan gelasnya.

Semua wanita di sana tampak begitu penasaran dengan jawaban El.

Tapi mereka lebih penasaran dengan nasib wanita tersebut.

El Zibrano Alemannus , siapa yang tidak tahu sosok iblis berupa tampan nan rupwan itu.

Semua orang tahu sikapnya yang sangat membenci wanita dan tak segan untuk membunuhnya.

Jadi, bagi mereka para perempuan, mendekati El bagikan mengantarkan dirinya sendiri di ambang kematian.

Karena akan berakhir dengan mati di tangan El atau dipermalukan dengan segala ucapan kasarnya.

"Bagaimana jika aku menolak?" tanya El sembari menuang koktailnya.

"Aku akan melompat dari lantai atas club ini," jawabnya dengan enteng dan begitu gamblang.

El tampak manggut-manggut santai namun tidak dengan ekspresi orang-orang yang mencemaskan wanita tersebut.

El beranjak dari sofa dan mendekati wanita itu.

"Ayo ikut denganku," ajaknya membuat semua orang di sana terkejut dan begitu penasaran kemana El akan membawa perempuan itu.

"Apa mereka akan melangsungkan pernikahannya di kamar?" tanya Glen pada Safrel dan Ziko.

Bugh

"Nih otak enggak pernah dipakai yang bener, mana ada nikah di kamar yang ada eksekusi mati," jawab Safrel yang sudah tahu dengan apa yang akan El lakukan pada wanita itu.

Sedangkan di tempat yang sama namun disisi yang berbeda ada Lea yang tengah sibuk dengan ponselnya tanpa memedulikan keributan yang ada.

Ia sibuk meminjam uang ke sana kemari untuk biaya rumah sakit papanya yang saat ini tengah dirawat di rumah sakit.

Ya Cornelio terkena serangan jantung setelah mendengar perusahaannya bangkrut.

Dan mendadak semua aset ditahan oleh bank untuk membayar kerugian serta gaji karyawan yang belum terbayarkan.

Lea yang faktanya anak tunggal dan juga merupakan anak yatim, kini sedang pontang-panting ke sana kemari mencari pinjaman untuk biaya rumah sakit papanya.

Bagaimana tidak pontang-panting jika sepeserpun Lea tidak punya uang untuk biaya rumah sakit papanya.

Bahkan paman dan bibinya enggan untuk meminjami dirinya uang meski hanya untuk pengobatan papanya di rumah sakit.

Padahal dulu Cornelio lah yang membuatkan rumah untuk mereka.

"Arghh bangsat, kenapa tidak ada yang mau meminjami sepeserpun," umpatnya kala ia tak mendapatkan pinjaman dari siapapun.

Lea yang sudah merasa frustasi tapi tak putus asa, langsung menyambar koktailnya kembali.

Ia mengatur napasnya lalu menatap gelasnya.

Sudah kosong.

Lea tak ingat sudah gelas keberapa ia minum.

Dan kini ia sudah merasakan pusing yang begitu hebat.

Kringgg

Lea tersentak kaget kala ponselnya berdering.

Dari rumah sakit.

Dengan cepat Lea beranjak dari sofa dan pergi ke kamar mandi untuk mengangkat telponnya.

BRUGH

Lea yang sedikit pusing dan berjalan dengan kepala menunduk membuat ia tak sengaja menabrak seseorang.

"Apa anda baik-baik saja? Maaf saya sedang buru-buru," ucapnya yang mana ia beberapa kali menggelengkan kepalanya untuk membuat dirinya tetap sadar.

Orang itu ialah El.

Ya kalian tidak salah dengar.

Ia hanya diam dan fokus menatap mata cantik Lea yang tampak sayu namun terlihat begitu cantik, membuat El tertegun dan hanya diam saja tanpa menjawab pertanyaan Lea.

Lea yang merasa orang itu hanya diam saja sontak langsung pergi begitu saja.

Lea lalu menoleh sekilas sebelum ia masuk ke dalam lorong kamar mandi di mana tatapan mereka bertemu.

El baru tersadar kala Lea sudah menghilang dari pandangannya.

Tampak senyum devil terbit di bibir El yang entah menyiratkan apa hal itu.

Ia lalu kembali ke meja teman-temannya dengan wajah yang sedikit sumringah.

"Di mana perempuan itu?" tanya Glen ingin tahu namun seketika langsung diam kala melihat wajah El yang tampak ada percikan darah.

"Jangan bilang jika kau?" tebak Glen membuat El tersenyum tipis.

"Bukankah ia sendiri yang ingin mati? Aku hanya membantunya," jawabnya dengan gamblang membuat Glen tak habis pikir dengan hal itu.

"YAAA, apa kau pikir nyawa orang itu mainan? Bagaimana bisa kau membunuhnya kala ia menginginkannya?" marah Glen yang tak ingin El mendapatkan masalah.

El melepas jasnya dan membuka kancing kemejanya paling atas sembari menyugar rambutnya ke belakang membuat ia terlihat begitu seksi dan tampan.

"Harusnya ia lebih berhati-hati lagi, suruh siapa datang padaku," jawabnya dengan gamblang.

Ziko yang sudah hafal dengan sikap El hanya bisa menghela napas pelan dan terus merapalkan doa.

Bagaimana tidak merapalkan doa jika ia saja bekerja dengan malaikat maut seperti El.

Yang mana kapan saja ia sendiri juga bisa mati di tangan El jika melakukan sebuah kesalahan.

"Ziko ambilkan baju di mobil, aku ingin mandi dan menemui seseorang yang spesial malam ini," perintahnya pada Ziko.

Ziko langsung pergi ke mobil El untuk mengambil pakaian tuannya.

"Orang spesial? Siapa?" tanya Glen dan Safrel penasaran.

El yang melihat wajah penasaran teman-temannya kini begitu senang.

"Besok juga tahu," jawabnya sembari tersenyum devil lalu melenggang pergi ke lantai atas untuk mandi.

Part 2

Lea kini menahan tangisnya kala mendapat kabar jika pihak rumah sakit tak bisa lagi membiarkan Cornelio tetap di rawat di rumah sakit karena biaya yang terbatas.

Dan mereka meminta Lea untuk menjemput Cornelio karena ruangannya akan dipakai untuk pasien lain.

Sedangkan Lea sendiri tidak punya rumah.

Rumahnya kini telah disita oleh bank.

Dan harapan Lea hanya di rumah sakit ia bisa tenang meninggalkan papanya untuk mencari uang.

Pasalnya jika harus ke rumah paman dan bibinya itu sangat tidak memungkinkan sekali.

Karena mereka menolak untuk menampung Lea dan papanya.

Lea mengusap air matanya, kepalanya berdenyut tak karuan, ia mencoba untuk tetap sadar dan fokus.

Ia menatap ponselnya dan akan kembali berbicara pada pihak rumah sakit.

"Halo," sapa Lea pada bagian administrasi.

Lea mencoba mengatur napasnya sebelum berbicara.

"Tolong biarkan malam ini saja papa saya berada di rumah sakit, besok saya akan membayar semua tagihannya," pintanya dengan sangat memohon.

Lea menggigit bibirnya berharap jika pihak rumah sakit akan memberikan kesempatan padanya.

"Baiklah, hanya untuk malam ini saja. Besok anda harus membayar tagihannya," ucap suster bagian administrasi membuat Lea menghembuskan napas lega dan tersenyum lebar.

"Terima kasih," jawabnya lalu mengakhiri teleponnya kala kepalanya terasa berat.

Lea menyandarkan kepalanya di dinding dan melihat sekitarnya tampak berkeliling.

"Aku harus mencari uang malam ini untuk papa, aku tidak boleh mabuk," gumamnya mencoba untuk berdiri dari atas toilet duduk itu.

Lea berpegangan pada dinding untuk menjaga keseimbangan tubuhnya.

Ia lalu membuka pintu untuk kembali ke depan.

Namun dirinya dikejutkan dengan sosok tinggi yang bersandar di depan pintu kamar mandi.

Lea menatap El dengan kerutan di dahinya.

Hingga ia baru ingat jika pria di depannya ialah orang yang tadi ia tabrak.

"Oh anda yang tadi saya tabrak? Apa anda terluka? Maaf saya sedikit mabuk," ucap Lea sembari bersandar di pintu toilet.

El tampak tersenyum miring dan kini ia bagai mendapatkan keberuntungan emas.

"Kamu butuh uang?" Lea menatap El dengan wajah yang sedikit terkejut.

"Anda mencuri dengar pembicaraan saya?" tanya Lea dengan ketus.

El hanya tersenyum tipis dan menunduk sekilas.

"Tidurlah denganku malam ini, akan kutanggung semua tagihan rumah sakit papamu," pintanya pada Lea.

Lea tersenyum miring mendengar tawaran itu.

"Kau kira aku barang? Yang bisa kau beli dengan uang?" tanyanya dengan marah sembari menjaga keseimbangan tubuhnya.

El lagi- lagi tersenyum dan patut dicatat berapa kali El tersenyum kala mengobrol dengan Lea.

"Semua ada nilainya nona, berapa nilaimu?" tanyanya memancing amarah Lea.

Lea tampak kesal dan menyugar rambutnya ke belakang, ia menatap tajam El.

"Kau tak akan mampu, kau tahu?" ketusnya dengan amat sombong.

"Ini mulai menarik," gumam El sembari melangkah mendekati Lea.

"Tapi aku punya saham Dior dan Gucci, 5 resort 5 vila 5 Luxury, 10 black card dan kartu tak terbatas lainnya, 10 mobil limited edition dan beberapa mansion di Milan, dan 5 perusahan milikku sendiri, apa itu masih kurang nona untuk membelimu?" tanya El dengan begitu sombongnya mengatakan segala kepemilikannya.

Lea tampak mengepalkan tangannya kala mendengar pertanyaan El.

Plak

"Dasar berandal, kau pikir karena uangmu banyak kau bisa membeli apapun yang kau mau dengan uangmu? Tidak semudah itu," tekannya sembari menatap tajam El.

El mengusap sekilas pipinya lalu tersenyum tipis kala ia tertarik dengan Lea.

Ini sangat berbeda, gumamnya dalam hati.

Lea lalu berjalan dengan sempoyongan berusaha untuk kembali ke depan.

"Jika bisa langsung dibawa kenapa harus meminta izin," gumamnya yang langsung meraih tangan Lea dan membopongnya layaknya karung beras.

"YAAA bangsat, turunkan aku," teriak Lea diiringi dengan umpatan sembari memukuli punggung kekar El.

El hanya tersenyum dan membawa Lea pergi melalui pintu belakang agar tidak ketahuan teman-temannya dan orang lain.

"YAAA turunkan aku sebelum kurobek punggungmu dengan kukuku," ancamnya pada El yang terus berteriak dan memberontak.

Plak

"Diamlah, kau akan tertangkap satpam nanti jika terus berteriak," ucapnya menakuti Lea sembari berjalan ke basement parkiran.

Lea melotot tak percaya kala El menampar pantatnya.

"YAAA, kau menampar pantatku?" teriaknya sembari terus memukuli punggung El dan terus memberontak agar bisa turun.

El terkekeh pelan sembari merogoh saku celananya untuk mengambil kuncinya.

"Lebih baik aku ditangkap oleh satpam dibanding dibawa oleh pria cabul sepertimu," dumelnya yang kini sudah pasrah dan lelah karena kepalanya yang berdenyut begitu hebat sekali.

El tersenyum tipis dan membuka pintu mobilnya.

Dengan sangat hati-hati El mendudukkan Lea di kursi penumpang samping pengemudi.

Dengan cepat El memutari mobilnya dan segera melajukan mobilnya sebelum Ziko mencarinya.

Selama perjalanan Lea tampak terlelap dengan sesekali meracau membuat El tak hentinya tersenyum.

Ia sedikit mempercepat laju mobilnya.

Tak lama El telah sampai di mansionnya.

Dengan senyum yang terus mengembang ia membopong Lea masuk ke dalam mansionnya.

Hampir semua pengawal yang tengah berjaga kini menatap El dengan tatapan yang terkejut kala ia pulang membawa seorang wanita.

"Coba tampar aku sekarang," pinta pengawal yang berjaga di depan pintu.

Plak

"Aww sakit," ringis satunya.

"Apa itu seorang wanita?" tanya pengawal yang meminta ditampar tadi.

"Apa itu terlihat unta di matamu?" ketus temannya yang kesal.

"Wahh bukankah ini berita yang besar, seorang tuan El Zibrano Alemannus membawa pulang seorang wanita? Ke mansionnya? Wahh ini sungguh akan menggemparkan dunia jika mereka tahu hal ini," gumam pengawal muda itu.

Sedangkan itu El membawa Lea ke kamarnya.

El membaringkan Lea di atas ranjangnya, di mana ranjang itu telah ia sumpahi dengan ucapan, Tak akan kubawa wanita manapun ke atas ranjangku setelah perceraiannya dengan Fera.

Tapi malam ini sumpah itu seakan bagai kiasan yang tak ada gunanya.

El membawa Lea ke atas ranjangnya.

Lea tampak menggeliat membuat El tersenyum miring.

Sebelum melancarkan aksinya El melihat lebih dulu putranya.

Ia tersenyum tipis kala putranya tertidur dengan lelap.

"Bagus son, tidurlah dengan pulas dan jangan terbangun sebelum esok hari sekalipun kamu mendengar suara yang aneh," gumamnya sembari mengusap lembut pipi putranya.

"Bentar ya, papa carikan mama baru untuk kamu, sekaligus adik untuk teman bermainmu nanti," ucapnya dengan frontal lalu menutup tirai keranjang bayi putranya.

El melepas jasnya dan berganti memakai kemeja putih.

"Papa," racau Lea membuat El menoleh sekilas dan mengancingkan kemejanya.

El lalu pergi keluar kamar untuk mengambil air minum.

Sedangkan Lea kini mengerjapkan matanya beberapa kali melihat ke langit-langit kamar.

"Di mana ini?" gumamnya sembari memegangi kepalanya yang berdenyut sebelah.

Ceklek

El kembali dengan segelas air di tangannya.

"Kau sadar sekarang?" tanya El menyadarkan fokus Lea.

Lea yang terkejut sontak langsung bangun dari baringnya.

Ia memeriksa dirinya yang mana pakaiannya masih melekat di tubuhnya membuat ia menghembuskan nafas lega.

El yang melihat hal itu hanya tersenyum dan menyodorkan segelas air tersebut.

"Tenang saja, meski bejat aku tak akan melakukannya dibawah kesadaranmu, aku bukan pria yang seburuk itu," ujarnya pada Lea.

Lea berdecak sembari meraih segelas air itu untuk menyadarkan dirinya.

Ia meminum hingga tandas lalu mengatur napasnya.

"Siapa namamu?" Lea mendongak menatap El.

Ia hanya diam dan meletakkan gelasnya di atas nakas.

Tanpa menjawab pertanyaan El, ia langsung beranjak dari ranjang dan menyambar tasnya.

BRUGH

Lea terduduk kembali di tepi ranjang kala El melangkah mendekatinya.

"Kau mau kemana nona?" tanyanya pada Lea dengan sedikit merunduk hingga wajahnya sejajar dengan wajah Lea.

Lea masih diam, ia sedang merasakan sesuatu pada tubuhnya.

Sesaat Lea seakan baru sadar kala merasakan sensasi panas pada tubuhnya.

"Kau memasukkan sesuatu pada minuman tadi?" tanya Lea dengan tatapan yang begitu galak.

El menyunggingkan senyumnya dan tatapannya fokus pada bibir Lea.

"Bagaimana bukankah sangat panas sensasinya?" tanyanya sembari mendekati Lea.

Lea menahan dada bidang El dan menunduk sembari memejamkan matanya menahan dirinya yang bagai di atas tungku api.

Sangat panas sekali.

"Panas bukan? Aku bisa mendinginkanmu dengan sentuhanku," bisiknya pada Lea lalu langsung menindih tubuh Lea.

"Cepat minggir dari atas tubuhku," usirnya sembari memukuli tubuh El.

"Sepertinya aku lupa memberitahumu nona, tak ada seorangpun yang akan lolos setelah berada di atas ranjangku, termasuk kau," bisiknya lalu langsung ******* bibir manis Lea.

Lea terus memberontak dan enggan membuka bibirnya agar El tak bisa mengakses mulutnya.

El menatap Lea yang mana napasnya tampak memburu dengan tatapan yang tajam padanya.

"Cih kau tadi mengatakan jika dirimu tak seburuk itu? Nyatanya kau lebih bejat dari laki-laki lain," oloknya dengan kesal sembari menahan dada bidang Lea.

El hanya tersenyum tipis sembari memegang tangan Lea yang menahan dadanya.

"Bukankah ucapanku benar, aku tak akan melakukannya ketika kau berada di bawah kesadaranmu. Karena itu aku menyadarkanmu dengan segelas air putih, siapa yang tahu jika tadi aku tak sengaja mencampurnya dengan obat perangsang, dan kini kau telah sadar bukan? Apalagi mari kita lakukan," ucapnya sembari bangun dari atas tubuh Lea dan membuka kemejanya.

Lea memalingkan wajahnya kala melihat perut sixpack El.

El kembali menindih tubuh Lea dengan senyuman yang terlihat begitu jahil.

"Sekarang kau bisa melihatnya nona, ini milikmu sekarang," ucapnya sembari menciumi pipi Lea.

Lea menatap galak El yang mana terus mencumbui pipinya.

"Tolong jangan lakukan, aku akan melakukan semua yang kau inginkan," pintanya pada El dengan tatapan yang memohon.

El tersenyum miring sembari membelai pipi Lea.

"Maaf nona, sayangnya sudah terlambat, kau sudah berada di atas ranjangku saat ini," jawabnya dengan senyum smirknya.

Lea mengatur napasnya dan menatap serius El.

El yang tak bisa lagi menahan dirinya sontak langsung memangut bibir tipis nan kecil milik Lea.

Lea terus memberontak dan berusaha melepas pangutan itu sembari memukuli pundak El.

El melepas pangutannya dan mengunci tangan Lea ke atas kepalanya.

"Diamlah nona, akan kuberikan kau kepuasan yang sulit kau lupakan nantinya," bisiknya yang kembali ******* bibir kecil Lea.

Lea yang sejak tadi mati-matian menahan diri dari reaksi obat perangsang kini tak bisa lagi bertahan lebih lama.

Ia butuh sesuatu yang bisa membuat dirinya lebih tenang dan dingin.

Tanpa Lea sadari ia membuka mulutnya memberikan akses pada El untuk masuk ke dalam mulutnya.

El yang mendapat lampu hijau tak tinggal diam dan langsung bersikap cekatan.

Di samping ia sibuk menikmati bibir Lea, El dengan tak sabarnya membuka dress Lea dengan sekali tarikan.

Srek

Dress itu sudah robek dan memperlihatkan tubuh mulus Lea.

Apalagi, El langsung mencumbui tubuh mulus Lea dan melepas dress yang sudah menjadi dua itu agar tidak menghalangi jalannya dalam menikmati tubuh Lea.

Kini hanya menyisakan pakaian yang menutupi bagian sensitif membuat El melepas lebih dulu bagian atas Lea.

"Enghh akhhh geli ihhh," desah dan erang Lea sembari membusungkan tubuhnya kala tangan El meremas squisynya.

Lea meremas rambut El kala El menghisapnya begitu kuat hingga kepala Lea terasa berdenyut dan hatinya berdebar begitu hebat.

"Enghh akhhh," desah Lea tak tahan dengan hal itu.

El mulai beralih ke bawah untuk memberikan rangsangan pada Lea.

"****," umpat El kala hendak membuka underwear hitam nan berendra itu tak sengaja melihat roti bawah dengan selai merah pekat di dalamnya.

Lea yang mendengar umpatan itu hanya tersenyum tipis dan memejamkan matanya di mana ia benar-benar sangat mengantuk sekali saat ini.

"Sial kenapa harus datang bulan," umpatnya dengan kesal dan merasa kecewa dengan hal itu.

Lea yang mendengar hal itu hanya diam dan memilih untuk tidur.

El menatap Lea yang malah memilih tidur tanpa memedulikan dirinya.

Hingga senyum devil tampak terbit pada bibir El.

"Kau pikir datang bulan ini akan menghalangi niatku untuk mendapatkanmu? Tentu tidak nona, aku masih bisa bermain denganmu," ucapnya yang kembali naik ke atas dan mencumbui leher jenjang nan mulus Lea sembari memainkan squisy yang mungkin mulai saat ini akan menjadi mainan baru untuk El dan putranya.

Part 3

•••

Keesokan paginya ada El yang kini sedang duduk di dekat jendela sembari menikmati rokok dengan secangkir kopinya.

Sejak tadi tatapannya enggan teralihkan dari atas ranjang.

Di mana ia tengah fokus menatap dan menunggu Lea bangun.

Hingga senyum devil itu terbit di bibir seksinya kala melihat Lea menggeliat.

Tanpa melepas rokoknya, El berjalan menghampiri Lea di atas ranjang.

"Kau sudah bangun?" tanya El sembari berdiri di samping ranjang menatap wajah cantik Lea.

Lea menatap El di mana saat ini pikirannya belum berjalan dengan baik jika ia sedang berada di atas ranjang.

El berjalan ke dekat jendela untuk segera membuang rokoknya.

Dan sialnya tatapan Lea malah terfokus pada perut El.

El yang tahu tatapan itu sontak langsung membuka jendelanya dan membuang rokoknya.

BRUGH

"Minggir!" ketus Lea kala El berbaring di depannya sembari memeluk pinggang rampingnya.

"Bagaimana? Seksi bukan tubuhku?" tanya El dengan amat percaya dirinya.

Lea berdecak mendengar pertanyaan tersebut.

"Perut rata kayak jalan tol aja dibilang seksi, seksi tuh kalau punya abs," ketusnya sembari memegang erat selimutnya di depan dada sebagai  sikap siaga dan waspadanya.

El tersenyum dan mendekatkan wajahnya pada Lea.

"Oh jadi tubuh impianmu yang perutnya sixpack?" tanya El membuat Lea mengernyitkan keningnya.

"Siap perintah diterima. Selagi kamu masih datang bulan, aku akan rajin olahraga untuk membentuk perutku menjadi seperti impianmu, dengan begitu aku akan menghajarmu siang malam tanpa henti dan kamu juga bisa menikmati perut sixpack ini tanpa ragu," ucapnya dengan sangat frontal membuat Lea melotot dan langsung memukul dada bidang El.

Bugh

"Dasar berandal mesum," oloknya dengan kesal membuat El tertawa.

Tatapan keduanya sontak langsung teralihkan kala mendengar suara tangisan bayi.

El langsung beranjak dari ranjang dan menghampiri keranjang baby Enzo.

Lea yang penasaran dengan suara bayi itu sontak langsung duduk untuk melihatnya.

Namun perhatian Lea malah teralihkan dengan dress hitamnya yang menjadi dua kini tergeletak di lantai.

Lea menunduk melihat dirinya yang saat ini mengenakan kemeja putih.

Ia menunduk sembari memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya kala mengingat bagaimana semalam El yang sudah melihat tubuhnya.

"Bisa-bisanya aku bersikap seolah semua biasa saja setelah apa yang terjadi kemarin malam," gumamnya lirih sembari menggigit selimut tebal itu.

"Jika lapar makanlah, jangan kau makan selimutku," intruksi El membuat Lea seketika langsung mendongak dan betapa malunya ia saat ini.

Namun rasa malu itu seketika langsung hilang saat ia melihat bayi tampan nan menggemaskan yang berada di gendongan El.

"Apa boleh aku menggendongnya?" tanyanya pada El.

El yang mendengar hal itu ingin sekali bersorak gembira saat ini namun ia tahan sebisa mungkin.

El lalu memberikan baby Enzo pada Lea.

"Tubuhnya sangat panas? Bukankah ia demam? Kenapa tidak kau bawa ke rumah sakit?" ucap Lea dengan cemas membuat El yang melihat hal itu ingin sekali menerkam Lea saat ini.

"Ia bukan demam. Setiap kali bangun pagi, tubuhnya akan terasa panas. Kata dokter itu efek samping dari susu formula yang ia konsumsi," jelasnya pada Lea.

"Kenapa kau beri susu formula, ia masih terlalu dini untuk minum susu formula, di mana ibunya, kenapa ia tidak menyusuinya?" tanyanya tanpa sadar ucapan Lea membuat El tersenyum.

El berkacak pinggang sembari menahan senyumnya.

"Bagaimana bisa kamu menanyakan di mana ibunya setelah semalam kau tidur denganku di atas ranjang ini, jika ibunya ada, kupastikan kau tak akan bisa tidur sepulas tadi malam dan memelukku begitu erat bagai ayam goreng, mungkin kau sudah dimandikan di kamar mandi," jawabnya dengan wajah tengil sembari menahan senyumnya.

Lea menelan salivanya di mana ia kini begitu malu sekali.

"Lalu kenapa kau tidak mencarikan seorang ibu untuk menyusuinya?" gumamnya pelan sembari menatap baby Enzo dan sesekali menimangnya.

El memajukan tubuhnya pada Lea.

"Karena itu aku membawamu kemari,  aku ingin kau yang menjadi ibu susunya," jawabnya sembari menatap mata Lea dengan begitu lekat dan dekat.

Lea yang mendengar hal itu berdecak dan memalingkan mukanya.

El hanya tersenyum dan rasanya El ingin sekali bisa menaklukkan hati Lea yang membuat dirinya begitu bergairah dan bergejolak untuk bisa mendapatkannya.

"Kalau mau sih udah dari dulu baby Enzo punya ibu susu. Kau tahu sendiri bukan, bagaimana pesonaku? Hampir semua wanita mengantri untuk menjadi ibu dari putraku, sayang sekali, aku sangat pemilih. Aku hanya menginginkan wanita yang tulus, bukan sekedar modus," tekannya di akhir kalimat sembari menatap Lea dengan kerlingan mata genitnya.

Lea berdecak dan menertawakan ucapan El.

"Bagaimana bisa kau begitu percaya diri dengan wajah yang terlihat begitu biasa saja," oloknya tanpa takut jika El marah.

El yang mendengar hal itu kini melotot tak percaya.

Bagaimana bisa Lea mengatakan hal itu sedangkan para wanita di luaran sana begitu memuji dan mendambakan dirinya.

El langsung beranjak dari ranjang dan berusaha mengatur emosinya saat ini.

"Lalu bagaimana sekarang, ia tak kunjung berhenti menangis. Ia pasti sangat lapar saat ini," gumam Lea yang tampak cemas.

El yang mendengar hal itu sontak langsung terpikirkan ide cemerlang untuk membalas olokan Lea.

"Jadilah ibu susu dari putraku, akan kuberi berapapun uang yang kau minta dan apapun permintaanmu," ucap El dengan tegas.

"Apa kau gila? Aku belum menikah, bagaimana bisa aku menyusuinya?" tolak Lea dengan tatapan yang begitu kaget juga marah.

El tersenyum smirk dan sedikit merunduk hingga wajahnya begitu dekat dengan Lea.

El seakan menghipnotis Lea dengan tatapannya selagi tangannya sibuk membuka kancing kemeja Lea.

Dan Lea yang terhipnotis dengan tatapan El seakan tak sadar jika kemejanya terbuka.

"Tentu bisa. Dengan sedikit sentuhan," jawabnya sembari meremas benda kenyal Lea lalu menghisapnya begitu kuat.

"Enghh akhhhh," desahnya sembari meremas sprei kala El menghisap putingnya begitu kuat dengan tangan satunya yang sibuk meremas.

"Hentika akhhh," desahnya tak tertahankan kala hisapan itu begitu kuat sekali hingga membuat Lea mendongakkan kepalanya.

El baru melepas hisapannya kala ia merasakan ASI Lea mulai keluar.

"Cepat minumkan," ucap El sembari menahan agar ASInya tidak tumpah keluar.

Lea dengan sedikit canggung juga malu segera menyusui baby Enzo yang terus menangis dengan ASI nya.

El tampak tersenyum kala kini putranya bisa merasakan ASI.

Sedangkan Lea yang kini baru menyadari sesuatu sontak langsung menarik telinga El dengan begitu kuatnya.

"Awww sakit sakit lepaskan," rintih El sembari memegangi tangan Lea.

"Apa kau seorang pedofil? Kenapa kau begitu mesum sekali? Kau bahkan bisa memanfaatkan kesempatan dengan segala alasanmu," marahnya dengan kesal mengingat bagaimana El tadi yang menghisap kuat benda kenyalnya.

Bahkan Lea sendiri tak sadar jika dirinya tak memakai bra.

El hanya tersenyum tipis mengingat bagaimana semalam ia memang  sengaja memakaikan kemejanya pada Lea tanpa memasang kembali bra-nya.

Yahh tahu sendirilah kenapa dia tidak memasangnya kembali.

Namanya juga El Zibrano mesum Alemannus.

"Baik lepaskan dulu, akan kuberitahu alasannya," ujarnya yang merasa sakit dengan telinganya.

Lea melepaskan tarikannya pada telinga El dan menatap baby Enzo yang tampak begitu tenang menyusu dirinya.

El menumpukan tangannya di atas ranjang sembari menatap Lea.

"Baby Enzo memiliki tongue tie yaitu gerakan lidah yang terbatas. Ini membuatnya tidak bisa menyusu atau menghisap ****** dengan baik dan benar. Kata dokter, kita bisa membantu istri dengan memberikan rangsangan dan menghisapnya untuk memancing ASI nya keluar. Karena itu aku tidak sembarangan dalam menerima wanita lain untuk menjadi ibu susunya," ucapnya menjelaskan bagaimana anaknya yang mempunyai sedikit masalah dalam minum susu.

Lea menatap El dengan rasa tak percaya namun juga baru mendengar masalah seperti itu mengingat dirinya yang juga belum menikah, jadi tidak begitu paham dengan masalah seperti ini.

El mendekatkan wajahnya pada Lea.

"Karena itu aku memilihmu," El menjeda ucapannya dan mendekatkan wajahnya pada telinga Lea.

"Siapa yang tahu jika kau memiliki stock ASI yang begitu banyak dan cukup untuk kukonsumsi dengan baby Enzo, meski terasa hambar, namun begitu lezat kala dinikmati secara langsung dari sumbernya," bisiknya dengan frontal diiringi dengan senyuman yang tengil.

"KAU!" tekan Lea yang mendengar hal itu kini melotot dan menatap tajam El.

El hanya tertawa pelan dan mencium kening Lea sekilas.

"Akan kusiapkan air hangat untuk kalian berdua mandi. Kita akan pergi mengunjungi kakek hari ini," ujarnya sembari melenggang pergi ke kamar mandi.

Lea yang mendengar hal itu hanya berdecak dan mengumpati El dengan segala isi kebun binatang.

Lea menatap baby Enzo yang tampak begitu tenang sekali saat ini di atas pangkuannya.

Diam-diam Lea tersenyum tipis melihat hal itu dan mencium sekilas pipi baby Enzo.

El yang melihat hal itu kini ikut tersenyum bahagia.

"Enggak salah lagi, kini kutelah menemukan ibu susu yang tepat untuk putraku," gumamnya sembari masuk ke dalam kamar mandi untuk menyiapkan air hangat.

•••

Kini Lea dan baby Enzo telah selesai mandi.

Lea membopong baby Enzo keluar dari kamar mandi.

Terlihat El tampak duduk di tepi ranjang menunggu keduanya.

"Bisa tolong pakaikan baju untuknya? Aku akan berganti baju," pintanya pada El sembari membaringkan baby Enzo di ranjang.

El hanya mengangguk di mana tatapan liar itu sibuk meneliti jubah mandi yang Lea kenakan saat ini.

Sebatas paha.

Bugh

"Lepaskan," berontak Lea kala El merengkuh perutnya dan mendudukkan Lea di atas pahanya.

"Apa kamu sudah selesai datang bulannya?"tanyanya berbisik di belakang telinga Lea sembari menciumi tengkuk Lea yang masih basah dengan aroma sabunnya.

Lea yang mendengar hal itu sontak langsung menyikut perut El untuk bisa lepas dari pelukannya.

"Argh," ringis El di mana Lea langsung beranjak dari atas pangkuan El.

"Dasar berandalan mesum," oloknya sembari pergi ke walk in closet untuk berganti baju yang telah El belikan barusan.

El hanya tertawa lalu menoleh ke samping kala baby Enzo tampak mengoceh riang.

El langsung mendudukkan baby Enzo dan menyelimutinya.

"Wah son, kau sepertinya senang bukan karena sebentar lagi akan mempunyai seorang ibu," gumamnya pada putranya.

El lalu beranjak dari ranjang dan berdiri di depan putranya.

"Bagaimana perasaanmu tadi, apa ASI nya terasa lezat? Kamu pasti senang bukan? Mulai sekarang kamu harus membaginya dengan papa, jangan kau habiskan stock ASI nya begitu saja, itu milik kita berdua, jadi sisakan juga untuk papa, oke?" ujarnya yang membuat kesepakatan dengan putranya meski itu terdengar konyol dan lucu.

Baby Enzo tampak tersenyum seakan ia menyetujui ucapan papanya.

...

...

"Bagus. Itu baru putra El Zibrano," pujinya lalu mengambil pakaian untuk putranya.

Setelah mendandani putranya dan juga bersiap diri, tak lama Lea keluar dengan penampilan yang luar biasa cantiknya.

...

...

Sayang sekali, kunciran Lea yang memperlihatkan leher jenjangnya membuat tatapan mata El terlihat bisa membunuh siapapun di depannya.

Tajam dan mematikan.

"YAAA," teriaknya pada Lea yang mana hal itu membuat Lea terjengkit kaget.

El yang membopong Baby Enzo sontak langsung menghampiri Lea.

"Awwww," teriak Lea kesakitan kala El menarik kuncir rambutnya.

"Apa-apaan sih," marah Lea kala El menarik kuncir rambutnya begitu saja.

"Jelek, enggak usah dikuncir," jawabnya asal di mana sebenarnya El merasa tergoda imannya kala melihat leher jenjang Lea.

Lea sontak langsung menendang kaki El.

"Awww sakit," ringisnya kala Lea menendang kaki keringnya.

"Jelek bagus bukan urusanmu," ketusnya yang mana Lea tampak menguncir kembali rambutnya.

El yang tak ingin pria lain memiliki gairah seperti dirinya kala melihat leher jenjang Lea sontak langsung memberikan tanda kepemilikannya.

"Akhhh sakit," pekik Lea kala El menggigit leher jenjangnya.

El tersenyum tipis kala melihat tanda yang ia buat.

"Udah sekarang kuncirlah," suruhnya dengan senyuman yang tengil membuat Lea mendelik kesal dan membuang kuncir rambutnya.

"Ngeselin banget sih jadi orang," ketusnya kesal yang mana ia langsung melenggang pergi begitu saja.

El yang melihat hal itu hanya tertawa lepas.

"Bagaimana son, bukankah papamu sangat cerdas?" tanyanya pada baby Enzo.

"Mulai sekarang kita tidak boleh membiarkan pria manapun mendekati mamamu, kamu tahu?" Baby Enzo tampak menatap El dengan senyuman seakan ia paham dengan apa yang papanya katakan.

"Bagus. Yuk sekarang kita jenguk kakekmu," ucapnya yang segera keluar kamar menyusul Lea ke depan.

•••

Rumah sakit Alemannus

Ya di sinilah El dan Lea sekarang.

"Kita mau kemana sih? Aku harus ke rumah sakit melihat kondisi papaku," tanya Lea yang tanpa henti sepanjang perjalanan hingga lorong rumah sakit saat ini.

El hanya menatap Lea sekilas dan tersenyum tipis sembari menggenggam erat tangan Lea menyusuri lorong.

"Nanti juga tahu," jawabnya dengan enteng.

Lea yang sudah merasa lelah karena terus bertanya kini memilih untuk diam.

Hingga El berhenti di ruang VVIP membuat Lea dengan sebal melihat arah lain.

"Kau tak ingin melihat papamu?" Lea seketika langsung menatap El terkejut .

El merengkuh pinggang ramping Lea untuk mendekat padanya dan menunjuk dengan dagunya ke dalam ruangan pada Lea.

"Bukankah itu papamu?" ucapnya membuat Lea membelalakkan matanya kala melihat papanya berada di dalam ruangan VVIP.

Tidak, bahkan papanya berada di rumah sakit Alemannus, rumah sakit yang terkenal kemewahan dan perawatannya.

Lea mengerjapkan matanya beberapa kali seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.

Lea menatap El yang mana kini jarak wajah mereka hampir saja bersentuhan.

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanyanya pada El.

El hanya tersenyum lalu mendekatkan wajahnya pada telinga Lea.

"Kau pikir siapa yang membelikanmu dalaman tadi. Aku tahu semua hal tentang dirimu," ucapnya sembari membuka pintunya.

Lea yang mendengar hal itu sontak langsung melotot tak percaya.

"Dasar berandal mesum," umpatnya sembari menyilangkan tangannya di depan dada.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!