NovelToon NovelToon

Bad Boy VS Gadis Pengamen

Awal mula

Terdengar suara pecahan vas bunga yang cukup mengagetkan kesunyian di malam itu, di sebuah rumah milik pasangan suami istri yang memang sudah hampir sebulan mengalami pertengkaran hebat. Setiap kali Marvel pulang ke rumah, pemuda itu disajikan dengan pemandangan yang sangat membuatnya muak dan tidak ingin melihatnya lagi. Iya, pemandangan melihat kedua orang tuanya yang selalu bertengkar.

"Katakan padaku, Mas? Kamu selingkuh dengan wanita jalaang itu, kan!" teriak Linda kepada suaminya.

"Tutup mulutmu! Aku dan dia tidak ada hubungan apa-apa, jangan fitnah sembarangan!" kilah sang suami yang membela dirinya.

"Kalau kamu tidak selingkuh, lalu apa yang aku temukan dalam saku celanamu? Aku menemukan sebuah CD perempuan, Mas. Untuk apa kamu mengantungi CD itu? Apa untuk jimat, yang benar saja kamu. Pokonya sekarang ceraikan aku!" Linda, wanita yang berusia sekitar 45 tahun itu dibuat sakit hati lantaran ia menemukan sebuah CD wanita di dalam saku celana sang suami saat hendak mencucinya.

Anak bujang satu-satunya mereka, mulai tertekan dengan pertengkaran keduanya. Marvel, pemuda 23 tahun itu tidak bisa menyembunyikan kesedihan hatinya, Ayah dan Ibu yang biasa saling menyayangi tiba-tiba saja saling bertengkar hebat hanya karena sang Ayah tergoda dengan penyanyi dangdut kampung. Ayah Marvel berselingkuh dengan biduan bohay yang biasa bernyanyi di pinggir jalan atau biasa disebut dengan biduan dangdut gerobak dorong.

Hati Marvel benar-benar hancur melihat kedua orang tuanya. Ia pun menjadi sangat benci dengan yang namanya penyanyi dangdut kampung.

Karena tidak tahan melihat kedua orang tuanya bertengkar, Marvel pun memilih untuk pergi mencari hiburan di luar rumah, pemuda itu sejatinya adalah pemuda yang penurut dan pendiam itu. Tiba-tiba dirinya berubah menjadi sosok pembenci.

Marvel pergi ke luar rumah dan nongkrong di sebuah tempat di pinggir jalan raya, menikmati pemandangan jalan dan lalu lintas kendaraan, setidaknya ia bisa melupakan kekalutannya di rumah.

Pemuda itu duduk di atas sebuah trotoar, pikirannya benar-benar kalut, air wajahnya tidak bisa terlihat berseri, sungguh terlihat jika pemuda itu banyak pikiran. Dengan membawa sebotol air mineral di tangannya, Marvel menatap kejauhan cahaya lampu kota yang terlihat seperti cahaya kunang-kunang.

Tiba-tiba, datang segerombolan anak muda dengan membawa motor. Iya, mereka adalah teman-teman Marvel yang mengikuti konvoi geng motor malam itu. Salah seorang diantaranya turun dari motor dan menghampiri Marvel.

"Bro, ngapain kamu di sini?" tanya Luki, pemuda yang memiliki banyak tindikan di area telinganya. Marvel menoleh dan melihat teman sekampusnya itu sedang berdiri di dekatnya.

"Kamu, aku pusing." Jawaban singkat dari bibir Marvel. Luki tersenyum, kemudian Ia mengulurkan tangannya kepada sang kawan. "Ikut kita, yuk!"

Marvel menatap tangan Luki dan berkata, "Kemana?"

"Have fun, kita lupakan masalah kita, bikin hidup kita happy, gabung bersama kita, Bro. Aku jamin hidupmu pasti bahagia, tidak perduli sebesar apa masalah kita. Kita tidak akan pernah perduli," ucapan Luki seperti sebuah magnet bagi Marvel. Pemuda itu pun tertarik dengan tawaran Luki.

Malam itu juga Marvel resmi menjadi anggota geng motor 'The Badung'. Dengan mengendarai motor pribadinya, ia ikut konvoi bersama geng motornya, ia melihat bagaimana kegiatan geng motor yang dipimpin oleh Luki itu.

Setidaknya ada kejahilan yang dilakukan oleh geng motor The Badung, mereka suka memalak orang yang parkir sembarangan, tak jarang mereka juga melempari kaca mobil orang-orang yang menghalangi jalan mereka.

Kegiatan itu mulai diikuti Marvel, ia menjadi tertawa ketika melihat teman-teman geng motornya sedang menjahili pengendara lain. Tak ada yang berani melawan geng motor itu karena Kakak kandung Luki adalah seorang aparat, sehingga geng motor itu mendapatkan sedikit kebebasan di jalan raya.

Kini, hari-hari Marvel disibukkan dengan kegiatan barunya sebagai anggota geng motor, ia menjadi jarang pergi ke kampus, ia pun jarang pulang ke rumah, apalagi sekarang Ayah dan Ibu nya memutuskan bercerai, sehingga membuat Marvel fokus pada kegiatan nya sendiri dan tidak perduli lagi dengan keadaan rumah.

"Bagaimana, Bro? Kamu suka bergabung dengan kami?" tanya Luki kepada Marvel saat melihat sang kawan yang sekarang lebih bahagia.

"Hiya, ini sangat membuatku bahagia, aku rasa ini adalah duniaku. Masa bodo dengan mereka. Mereka sudah tidak perduli lagi denganku." Marvel terlihat mengepalkan kedua tangannya ketika mengingat ayah dan ibunya.

"Ayah dan ibumu?" sahut Luki sambil memberikan segelas bir untuk Marvel.

"Bir? Sorry aku tidak pernah minum itu," Marvel menolaknya dengan alasan dirinya tidak pernah meminum yang beralkohol.

Luki menyunggingkan senyumnya lalu meletakkan bir itu di hadapan Marvel. "Coba sedikit saja, Bro. Ini akan lebih membuatmu fresh, percaya deh!"

Marvel hanya melirik ke arah segelas bir itu, Luki tampak meninggalkan dirinya dan ia berbicara dengan seorang temannya. Perlahan, Marvel tergoda untuk meminumnya, karena jiwanya sudah kalut, Marvel tidak berpikir panjang lagi untuk tidak meminumnya.

Satu tegukan agaknya cukup membuat Marvel tahu rasanya bir. Pait dan tidak enak, herannya kenapa banyak yang suka dan berkali-kali meminumnya. Sialan, desisnya dalam hati.

"Ck, lebih enak minum es campur pak Wawan daripada minum ini, apaan nih pait dan getir." Pikir Marvel sambil mengingat rasa es campur pak Wawan yang berjualan di sekitar kampusnya.

Marvel kembali meletakkan gelas bir itu dan ia memilih menghisap rokok yang ada di tangannya. Kepulan asap putih itu melewati pori-pori kulit wajah pemuda yang memiliki ketampanan yang menawan itu, ia salah satu mahasiswa yang terkenal dengan kepopulerannya, banyak yang mengatakan jika Marvel mirip sekali dengan seorang pengusaha muda, anak dari pasangan legendaris Andra dan Zara yang bernama Zafran Aditya. Mereka bak pinang dibelah dua. Tapi Marvel tidak pernah perduli dengan ucapan teman-temannya, ia menganggapnya itu hanya sebuah kebetulan.

*

*

*

Sementara di sisi lain, di Mansion mewah milik Samuel Alfonso. Seorang gadis tengah berdebat hebat dengan sang Daddy. Meisie Listia Alfonso tetap bersikeras ingin menjadi penyanyi, gadis itu memiliki hobi bernyanyi karena memiliki suara yang sangat merdu dan mendayu-dayu, mirip sekali dengan suara Rita Sugiarto, apalagi saat gadis itu menyanyikan lagu Zainal. Para pelayan pasti menduga jika ada artis Rita Sugiarto yang sedang konser di rumah Samuel Alfonso itu.

Sedangkan sang Daddy, ingin putri pertamanya itu mengikuti jejak dirinya untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Meisie baru saja lulus dari sekolah menengah atas. Sam ingin Meisie menjadi wanita karir dan bisa mengerti bisnis, tapi agaknya itu sangat berbanding terbalik karena putri mereka itu tidak tertarik dengan dunia bisnis, Meisie lebih tertarik di dunia seni, apalagi seni tarik suara.

"Pokonya Daddy ingin kamu kuliah di luar negeri, titik!" seru Daddy Sam yang saat itu berdiri menghadap ke arah sang putri dengan menunjukkan wajah garangnya.

"Plis, Daddy. Jangan paksa Meisie untuk keluar negeri, Meisie ingin kuliah di Indonesia saja, Meisie tidak mau jauh dari kalian berdua!" ucap gadis itu memelas. Sang Mommy, Naura Alfonso berusaha untuk merayu suaminya agar tidak emosi.

"Sudahlah, Sayang. Kamu jangan emosi dong, nanti darah tinggimu kumat loh!" ucap sang Mommy sambil mengelus dada suaminya.

"Bagaimana aku tidak emosi, anakmu ini diam-diam ikut audisi jadi penyanyi dangdut, wajahnya udah nongol di TV-TV. Pantesan aja Pak Daniel sindir-sindir dengan menyebut nama Zainal berkali-kali. Aku tidak mengerti apa maksud mereka bilang kalau Meisie ini sedang bermasalah dengan Zainal. Dan nggak tahunya dia nyanyiin lagu Zainal, emang tuh bocah bikin kesel aja."

Mendengar pengakuan dari sang Daddy, Meisie tampak tertawa kecil melihat ekspresi wajah sang Daddy, bukannya takut gadis itu justru semakin bersemangat untuk menjadi seorang penyanyi.

"Kok anakku sih, anak kamu jugalah. Kamu yang nanam saham duluan, ya dia itu anakmu!" sahut sang Mommy Naura. Rupanya perdebatan mereka berdua cukup membuat Meisie menepuk jidatnya.

...BERSAMBUNG

...

Menyenggol gerobak dorong

"Pokoknya Meisie nggak mau kuliah di luar negeri, ayolah Dadd! Meisie mohon banget. Meisie janji akan belajar sungguh-sungguh, Meisie pasti akan membanggakan Daddy dan Mommy. Lagipula kuliah di sini dan di luar negeri sama aja. Universitas di Indonesia juga nggak kalah bagus kok dengan yang di luar negeri, banyak juga kok orang-orang sukses dari lulusan universitas di negara kita, dari dokter, pejabat, pebisnis. Meisie lihat mereka banyak yang kuliah di dalam negeri. Kapan lagi kita memajukan negara kita Daddy. Meisie bangga banget bisa kuliah di dalam negeri, bisa ketemu kalian setiap hari, Daddy juga nggak takut pergaulan bebas. Apa Daddy nggak khawatir dengan putri Daddy yang cantik ini, kalau di sana nanti ikut lingkungan sekitarnya yang Daddy tahu sendirilah gimana bebasnya di negeri orang."

Penjelasan yang panjang lebar sejenak membuat Sam berpikir apa yang dikatakan oleh sang putri ada benarnya juga. Karena dirinya dulu juga pernah kuliah di luar negeri, ia tahu betul bagaimana lingkungan di sana yang teramat bebas. Terpaksa, kali ini Ia harus menuruti permintaan sang anak, apalagi desakan dari sang istri yang mendukung putrinya untuk kuliah di dalam negeri saja.

"Baiklah, Daddy menyetujui keputusanmu. Tapi ingat, kamu tidak boleh lagi ikut kontes dangdut segala, apa itu Zainal Zainal, ngapain kamu nyanyi nyebut-nyebut nama Zainal, mending Kamu nyebut nama Daddy saja, lebih keren, kan."

Meisie tertawa kecil mendengar protes Daddy Sam. "Ya emang gitu lagunya, Dadd. Kalau pakai nama Daddy kedengarannya nggak asik, Dadd. Samuel ho ho ho Samuel ho ho ...!" Meisie berusaha memeragakan bagaimana jika nama Zainal diganti dengan nama Daddy-nya.

Rupanya sang istri yang saat itu sedang berdiri di sampingnya, juga beberapa pelayan tampak tertawa saat mendengar Meisie mengganti nama Zainal dengan nama Samuel.

"Ha ... udah-udah pokonya Daddy nggak mau kamu jadi biduan, nanti banyak yang colek-colek kamu. Kamu ini anak Daddy satu-satunya, kamu kebanggaan kami, kami ingin yang terbaik untukmu. Kamu mengerti!"

Mendengar ucapan dari sang Daddy, Meisie pun tersenyum bahagia, ia pun langsung memeluk sang Ayah dengan suka cita.

"Makacih Daddy, Daddy emang the best. Meisie sayang banget sama Daddy. Meisie janji nggak bakal mengecewakan kalian berdua, Meisie pasti berusaha untuk membuat kalian bangga, janji!"

Akhirnya, Meisie bisa bernafas dengan lega, sang Daddy mengizinkan dirinya untuk kuliah di dalam negeri. Tapi dengan syarat ia tidak boleh melanjutkan cita-citanya untuk menjadi penyanyi dangdut. Terpaksa Meisie pun menuruti permintaan sang Daddy, meskipun dirinya begitu berat meninggalkan hobinya yang suka menyanyi.

Sam pun mendaftarkan putrinya di sebuah universitas negeri yang berkualitas di Jakarta, selama masa liburan setelah kelulusan dan sebelum Meisie masuk kuliah, gadis itu meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk berlibur ke rumah sang kakek dan neneknya di sebuah kota yang tidak jauh dari kota di mana ia tinggal.

Karena masih dalam masa liburan, akhirnya Sam mengizinkan putrinya untuk berlibur ke rumah sang mertua, tentu saja Meisie sangat bahagia.

Kedatangan Meisie di kota kakek neneknya disambut bahagia oleh kedua orang tua Naura, cucu dari putrinya datang untuk tinggal bersama mereka. Selama kurang lebih 2 Minggu Meisie akan tinggal bersama kakek neneknya untuk.

Rupanya lingkungan tempat tinggal kakek nenek Meisie, tak sengaja Meisie melihat pengamen gerobak dorong yang tak sengaja berhenti di depan rumah Pak Surya, sang kakek.

Suara khas tabuh gendang dangdut membuat Meisie keluar dari rumah sang kakek dan menyaksikan penampilan para pengamen itu. Senyum sumringah ditunjukkan oleh Meisie. Ia pun tergelitik pingin mencoba bernyanyi bersama para pengamen itu.

Bersama sepupunya Mia, Meisie bernyanyi ria seolah dirinya menemukan kebahagiaan di sana. Suara merdu Meisie sungguh membuat orang-orang sekitarnya berhenti dan melihat penampilan Meisie yang tak kalah dengan artis penyanyi kalangan atas seperti Ayu Ting Ting dan Lesti Kejora.

Alhasil hari itu di depan rumah pak Surya mendadak ramai bak ada pertunjukan konser musik dangdut.

"Waahh suaramu merdu sekali, Mei!" puji Mia yang begitu kagum mendengar suara Meisie.

"Terima kasih, Mia. Ah aku cuma ingin menyalurkan hobi saja, tau sendirilah di rumah Daddy nggak suka aku nyanyi, berisik katanya." Balas Meisie yang juga ikut senang bisa membantu pengamen gerobak dorong itu untuk mendapatkan rejeki lebih banyak. Karena banyak orang-orang yang mampir dan suka dengan penampilan Meisie.

"Ya udah, kamu ikut gabung aja sama mereka, mereka ngamen itu sebenarnya buat ngumpulin duit untuk anak-anak panti asuhan, sebenarnya dulu aku ikut gabung, sekarang nggak lagi, karena harus jagain toko bunga kami," ucap Mia yang merupakan putri pasangan Norman dan Diora.

"Eh beneran nih bisa gabung sama mereka, aku sih nggak masalah nggak dibayar, aku cuma suka nyanyi nya aja, apalagi bisa bantu anak-anak yatim." Meisie pun tertarik untuk ikut menjadi pengamen gerobak dorong. Ia pun meminta izin kepada kakek dan neneknya untuk bernyanyi bersama mereka keliling, sang kakek tidak keberatan asalkan Meisie bisa jaga dirinya dan tidak pulang terlalu malam.

*

*

*

Hari pertama Meisie bergabung menjadi pengamen gerobak dorong, ia berpenampilan sederhana dan tidak menunjukkan jika dirinya adalah putri konglomerat Samuel Alfonso.

Mereka memilih mengamen di pinggir jalan raya yang cukup ramai sehingga akan banyak orang-orang yang melintas. Benar saja mendengar suara Meisie bernyanyi apalagi menyanyikan lagu Zainal, banyak orang-orang berhenti untuk sekedar melihat siapa penyanyinya.

"Keren banget, suaranya syahdu sekali."

"Bener, suaranya persis dengan penyanyi aslinya."

Di sela-sela para penonton menyaksikan Meisie yang sedang bernyanyi. Tiba-tiba mereka dibuyarkan dengan suara gerombolan geng motor yang setiap hari melintas di jalan itu. Bak sekumpulan ayam yang sedang berlarian. Para penonton berlarian agar tidak menghalangi jalan geng motor yang terkenal sangat meresahkan warga sekitar.

"Loh loh kok pada bubar sih!" Meisie memperhatikan orang-orang yang berlarian saat datang segerombolan anak muda dengan geng motornya. Mereka konvoi dan menguasai jalanan. Salah satu diantaranya menabrak gerobak dorong yang diletakkan di pinggir jalan agak menengah.

'Grumpyaangg'

Suara sound system yang berserakan karena disenggol oleh sebuah motor milik salah satu diantaranya. Spontan Meisie tak terima jika gerobak dorong itu disenggol dan si pengendara tidak mau berhenti alias tidak perduli.

"Woi sialan kamu. Berhenti nggak? Dasar setan jalanan kalian!" teriak bernada umpatan Meisie kepada seorang pemuda berhelm biru yang mengendarai motor sport berwarna hitam.

Motor yang menabrak gerobak dorong itu pun berhenti. Tapi, ia hanya menoleh dan membuka kaca helmnya sambil mengacungkan jari tengah ke arah Meisie. Setelah itu teman-teman geng motornya tertawa terbahak-bahak dan setelah itu mereka pergi begitu saja tanpa menghiraukan Meisie.

"Sialan nih orang, awas saja ya, nggak bakalan lepas kalian dari Meisie."

Melihat kawanan geng motor itu pergi, Meisie pun meminjam motor milik seorang warga sekitar. Ia melihat sebuah motor cowok alias motor sport yang ia pinjam untuk mengejar kawanan geng motor yang sok itu.

Beruntung Meisie mendapatkan izin untuk memakainya. Tentu saja banyak yang tidak percaya jika Meisie bisa mengendarai motor sport itu dengan mudah.

"Hati-hati, Mbak. Mereka itu bahaya banget. Lebih baik nggak usah dikejar, biarkan saja daripada kita dapat masalah, mereka itu geng motor yang sering banget jahilin para warga, tidak ada yang berani lawan mereka," seru teman Mei mengamen.

"Kita nggak usah takut dengan mereka, jika dibiarkan mereka tuh bakal ngelunjak," sahut Mei yang terlihat sangat geram. Ia pun mulai menaiki motor itu dengan mudahnya, seolah Mei sudah terbiasa menggunakan motor sport seperti itu.

"Waahh gila ya tuh cewek, dia sangar juga ternyata."

"Tapi dia cari masalah, nggak takut apa dengan kepala geng motor, mereka cukup sadis dengan wanita,"

"Mudah-mudahan saja Mei baik-baik saja, kalau tahu cucunya mengejar geng motor itu, pak Surya pasti marah,"

Beberapa teman Mei mengamen heran dengan keberanian Meisie.

Meisie pun mengejar kawanan geng motor itu dengan cepat, kepiawaiannya dalam mengendarai motor sport ia dapatkan dari sang Daddy yang tentu saja bisa melakukan apapun. Meisie belajar dari Daddy Sam.

Sedangkan di sisi lain. Kawanan geng motor itu terus melaju ke sebuah jalan yang sedikit sepi. Tiba-tiba saja mereka dihadang oleh seorang pengendara motor yang berhenti tepat di depan mereka.

Spontan mereka semua berhenti saat melihat pengendara motor yang terlihat sedang menantang kawanan geng motor itu. Tampak pemuda yang berada di urutan depan yang tak lain adalah Marvel, yang sudah diangkat menjadi kepala geng motor karena berhasil membuat geng motor musuh mereka tunduk.

"Eh siapa tuh, berani sekali dia menghentikan kita." seru Luki.

Marvel pun hanya memperhatikan pengendara yang masih memakai helm itu. Dari penampilannya sepertinya dia seorang cewek karena lekukan bodinya jelas terlihat begitu seksi.

Tak berselang lama, Meisie turun dari motornya sembari membuka helm yang menutupi kepalanya.

"Waaahhhh ... cantik!" puji beberapa teman-teman Marvel saat melihat wajah Meisie yang nyatanya adalah seorang cewek cantik.

"Asoy gila nih, macan bener nih cewek!" seru mereka yang terpana akan pesona Mei.

Mei berjalan menghampiri pengendara motor yang sudah memporak porandakan gerobak dorong miliknya. Langkah kaki Mei ibarat Macan Luwe. Terlihat begitu anggun dan mempesona, sangat feminim sekaligus sangar.

Marvel masih terdiam di atas motornya tanpa melepaskan helm yang ia kenakan, melihat kedatangan Meisie yang cukup menyita perhatiannya.

"Aku ingin bicara denganmu sok jagoan. Apa maksudmu dengan menyenggol gerobak dorong milik kami, udah bikin rusuh nggak tanggung jawab lagi, minta maaf nggak!" seru Mei tanpa takut sedikitpun.

Marvel tersenyum smirk dan tidak memperdulikan ucapan Mei.

"Minggir, kami mau lewat!" sahut Marvel dingin.

"Nggak bisa, sebelum kamu minta maaf dan ganti rugi. Aku tidak akan pergi dari sini!" Meisie menatap tajam ke arah Marvel yang masih santai duduk di atas motornya.

...BERSAMBUNG ...

Di kampus

Luki yang berada di samping Marvel, mewakili untuk turun dari motor dan menghampiri Mei. Pemuda itu membuka tas yang ia bawa dan memberinya beberapa uang berwarna merah kepada gadis yang sudah berani menghadang jalan mereka.

Luki dengan senyum seringainya berjalan menuju ke arah Mei. Sedangkan Marvel hanya memperhatikan keduanya. Setelah Luki sampai di depan gadis itu, ia memberikan uang sebagai ganti rugi yang diminta Mei.

"Kamu butuh ini, kan?" Luki memegang uang itu di tangannya sambil ia buat kipas-kipas, seolah-olah Luki sedang mempermainkan Mei terlebih dahulu. Terdengar tawa mereka begitu kencang melihat Luki yang mengipas-ngipaskan uang itu sambil berjalan mengitari Mei yang masih terdiam.

Luki berhenti tepat di samping Meisie, setelah itu ia memberikan uang itu tapi dengan cara yang membuat Mei menjadi marah. Bagaimana tidak, Luki mencolek dagu gadis itu dengan uang yang dibawanya.

"Kurang ajar."

Rupanya perlakuan Luki memancing amarah gadis itu. Dengan cepat, Mei memberikan pukulan pada perut Luki. Pemuda itu kesakitan, setelah itu tendangan demi tendangan Luki dapatkan tanpa ampun.

Mei bukanlah gadis biasa. Ia memiliki kemampuan bela diri yang lagi-lagi diajarkan oleh sang Daddy. Hanya dengan beberapa detik, pemuda itu lari dan kembali mengendarai motornya.

Meisie pun berkata kepada geng motor itu dengan lantang. "Jangan mentang-mentang kalian ditakuti oleh orang-orang sini, kalian pikir aku juga takut. Aku tidak butuh uang itu. Aku hanya butuh permintaan maaf dari kamu. Tapi sepertinya percuma bicara dengan pemuda tidak berguna seperti kalian. Dasar sampah jalanan!"

Setelah mengatakan hal itu, Mei pun kembali ke motornya dan pergi meninggalkan kawanan geng motor itu. Dengan gaya khasnya, Mei dengan lincah mengendarai motor sport itu tanpa kesulitan. Marvel terdiam, tapi dalam hatinya menyimpan sejuta tanda tanya. Siapa gadis itu? Berani sekali dia menantang geng motornya.

"Ah brengsek tuh cewek, awas saja kalau ketemu lagi, bakal aku bikin dia bertekuk lutut. Sudah berani-beraninya dia mempermalukan aku." gerutu Luki sambil memegangi wajahnya yang memar-memar karena terkena pukulan dari Mei.

"Bro, kenapa kamu diam saja, seharusnya kamu lakukan sesuatu kepada gadis itu. Berani sekali dia menantang kita. Pokoknya kita harus buat gadis itu menyesal."

"Dia seorang cewek, kita tidak pernah melawan seorang wanita. Sudahlah, ayo kita pergi!" Marvel kembali menghidupkan mesin motornya. Kawanan geng motor itu kembali menerabas jalanan. Di sepanjang jalan, pikiran Marvel tidak pernah lepas dari gadis yang baru saja ia temui. Ada hal yang menarik perhatiannya. Dia sangat berbeda dari kebanyakan gadis yang lainnya. Untuk sejenak Marvel menarik ujung bibirnya. Senyum itu sedikit menghiasi wajah Marvel yang tertutup helm motor.

*

*

*

Di sebuah rumah sederhana namun masih terlihat begitu adem dan asri, seorang pria yang sudah berusia 60 tahunan. Mendekati Mei yang saat itu sedang berdiri melihat pemandangan anak-anak yang sedang bermain bola dari teras rumahnya. Mei menatap keasyikan anak-anak kampung itu. Sang Kakek, pak Surya terlihat berbicara kepada sang cucu yang sudah seminggu lebih ini tinggal di rumahnya.

"Apa yang kamu pikirkan, Nak? Kamu rindu dengan rumah?"

Mei menoleh ke arah sang kakek dan tersenyum. "Mei justru ingin lebih lama tinggal di sini, Kek. Di sini suasananya asyik dan menenangkan, Mei bisa berekspresi dengan bebas di sini. Mei bisa nyanyi sesuka hati di sini. Di rumah boro-boro. Daddy pasti udah mencak-mencak denger Mei nyanyi. Boleh ya Mei tinggal di sini sama kakek?" Ucapan sang cucu membuat pak Surya tertawa.

"Dari dulu Daddy kamu memang seperti itu. Kakek sih tidak masalah kamu tinggal bersama kakek. Aku dan nenekmu pasti tambah senang. Tapi, kamu harus minta izin dulu sama kedua orang tuamu."

Mei menghela nafasnya, sang Daddy pasti tidak mengizinkannya untuk tinggal lama-lama di rumah kakeknya. Tapi, bagaimanapun juga Mei tetap ingin tinggal bersama sang kakek. Ia pun memikirkan bagaimana cara untuk merayu sang Daddy agar setuju dirinya tinggal lebih lama di kampung halaman Naura.

Hingga tiba-tiba saja melintas di jalan depan rumah dan mereka berhenti untuk beristirahat, segerombolan geng motor yang pernah Mei temui. Iya, geng motor yang dipimpin oleh Marvel. Mei menatap sinis pada gerombolan geng motor itu. Seharusnya hari itu Mei menghajar pemuda itu. Tapi agaknya tenaganya sangat disayangkan hanya untuk sekedar menghiraukan pemuda-pemuda berandal itu.

Di saat Mei sedang memperhatikan pemuda-pemuda itu. Seketika Marvel pun menoleh ke arah rumah Pak Surya. Spontan Mei melototkan matanya saat Marvel melihat ke arah rumahnya.

"Bukankah itu gadis yang pernah marah-marah? Oh rupanya dia tinggal di sini, apa hubungannya dengan Pak Surya? Apa dia cucunya?" Batin Marvel saat melihat Mei ya sedang berdiri di teras rumah pak Surya.

"Apa lihat-lihat!" suara itu terdengar dari bibir Mei. Sang Kakek pun bertanya kepada cucunya. "Mei, kamu kenapa?"

"Oh nggak kok, Kek. Itu tuh mereka pernah bikin Mei kesal." gerutu Mei sambil menunjuk ke arah geng Marvel dan motornya. Pak Surya menoleh ke arah Marvel dan kawan-kawannya.

"Oh ... mereka, nggak usah dihiraukan. Mereka memang seperti itu." Ucap sang Kakek.

"Tapi, mereka itu udah bikin Mei gedek, Kek. Masa ya gerobak dorong Mei ditabrak sama tuh cowok yang berbaju kuning. Dan keselnya lagi dia nggak mau minta maaf. Emang dasar pemuda berandalan." umpat Mei dengan wajah ketusnya.

Pak Surya tersenyum saat Mei menunjuk ke arah pemuda yang memakai baju berwarna kuning, kemudian pria tua itu menjelaskan siapa sebenarnya pemuda yang ditunjuk oleh sang cucu itu. "Oh ... dia itu namanya Marvel, dia anaknya Bu Linda. Sebenarnya kakek juga kasihan sama pemuda itu, dulu dia itu pemuda yang baik, pendiem, ramah. Sejak perceraian kedua orang tuanya, dia jadi seperti itu."

Sejenak Mei terdiam, rupanya pemuda itu bernama Marvel. Dia baik, pendiem dan ramah ah mungkin itu cuma hoax. Mei tetap menganggapnya liar.Tak berselang lama, rombongan geng motor itu pergi. Mei melihat kepergian Marvel dan kawan-kawannya dengan tatapan menyelidik. Apa benar yang dikatakan oleh sang kakek?

*

*

*

Waktu berjalan semakin cepat, pada akhirnya Mei diizinkan oleh sang Daddy untuk tinggal di rumah pak Surya. Karena kebetulan Sam dan Naura harus terbang ke China untuk sesuatu hal. Dan mereka tidak mungkin meninggalkan Mei sendirian tinggal di rumah sebesar itu, meskipun banyak pelayan dan pengawalan di rumah. Mei lebih suka berada di rumah Pak Surya dan Bu Lani. Lagipula jarak kampus yang ditempuh dari rumah sang kakek tidak terlalu jauh. Mei bisa berangkat menggunakan motor matic bersama sang sepupu, Mia.

Hari ini, Mei pertama kali masuk ke kampus. Tentu saja ada serangkaian kegiatan untuk menyambut mahasiswa baru di Universitas di mana Mei akan kuliah. Kegiatan yang biasa disebut sebagai ospek itu harus Mei lakukan sebagai bentuk kegiatan penyambutan mahasiswa baru dan pengenalan lingkungan kampus.

Tentu saja, ketentuan dari BEM mengharuskan setiap mahasiswa baru untuk berpenampilan unik. Kali ini Mei sudah menyiapkan alat kuncir rambut dan kalung bawang putih dengan. Tak lupa tas kresek warna merah besar mereka gunakan sebagai tas. Bisa dibayangkan bagaimana penampilan mahasiswa baru itu di kampus.

Kali pertama Mei menginjakkan kakinya di kampus. Bagi mahasiswa cewek rambut mereka kuncir dengan tali rafia sebanyak lima kunciran. Sementara di dada di pasang papan nama yang bertuliskan nama mereka. Agar kakak-kakak senior mereka bisa tahu nama-nama satu persatu dari mahasiswa baru itu.

Bisa dibayangkan bagaimana penampilan Mei dan Mia yang baru saja datang ke kampus mereka. "Eh kira-kira diapain ya?" gerutu Mei sambil mengedarkan pandangannya ke segala arah.

"Kita nurut aja, Mei. Namanya juga ospek." Balas Mia.

Sementara itu, ada sepasang mata yang tampaknya sedari tadi melihat kedatangan Mei yang baru saja masuk ke halaman kampus.

"Dia? Rupanya gadis itu kuliah di sini? Waahh asik nih, bisa ngerjain tuh cewek belagu!"

Senyum mengembang dari bibir seorang pemuda yang menjadi salah satu BEM di kampus itu. Ia berdiri di suatu tempat dengan pandangan matanya tertuju pada Mei. Iya, dia adalah Marvel.

Waktunya semua mahasiswa baru berkumpul. Mereka akan mendapatkan materi sebelum ospek dimulai. Untuk sejenak, Mei melihat seorang pemuda yang sedang berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Ck, ngapain sih tuh orang lihat-lihat?" Mei terlihat memalingkan wajahnya dari tatapan mata Marvel. Karena sejatinya Mei belum tahu jika Marvel adalah pimpinan geng motor yang pernah bermasalah dengannya.

Tiba waktunya, Marvel yang memberikan materi. Kebetulan Mei berbaris di barisan paling depan. Ini adalah kesempatan Marvel untuk mengerjai gadis yang sudah berani menantang geng motornya.

"He kamu, maju ke sini!" tunjuk Marvel kepada Mei.

"Saya, Kak?" jawab Mei sambil menunjuk dirinya.

"Iya kamu, siapa lagi!"

Mei pun melangkah untuk maju dan menghadap ke arah teman-teman mahasiswa barunya.

Marvel memperhatikan penampilan Mei dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kali ini Marvel benar-benar ingin mengerjai Mei hingga membuat gadis itu menyesal sudah berani melawan geng motornya.

"Apa ini? Kita sudah bilang bahwa rambut cewek harus dikuncir menjadi lima bagian. Kenapa kamu cuma 4? Ini juga, kalung bawang putihnya harus panjang bukan cuma pendek gini!" teriak Marvel sambil menahan tawanya.

"Loh, masa sih cuma 4, tadi 5 loh kak kunciran nya. Waahh ini pasti lepas gara-gara kena helm." Seru Mei membela diri sambil memegangi kepalanya yang ternyata memang benar kunciran rambutnya lepas satu.

"Terus! Kamu pikir kita akan memaafkan? Enak aja, itu sudah peraturan. Sekarang kamu lari sebanyak lima kali mengitari lapangan ini. Kalau tidak kamu tidak akan bisa lulus ospek." ucap Marvel dengan sinis. Sejenak Mei melihat lapangan yang luas itu, matanya membelalak sempurna ketika ia membayangkan harus berlari sebanyak 5 kali.

"Hah? Eh yang benar aja dong ngasih hukuman. Mengelilingi lapangan seluas stadion ini sebanyak 5 kali? Parah ya Kakak. Kalau saya pingsan gimana hayo? Mau nggak tanggung jawab. Sok-sokan nyuruh orang lari sejauh itu. Dasar kejam!" umpat Mei yang tak sengaja terdengar Mia, sang sepupu.

"Udah, Mei. Kita harus nurut apa kata senior, daripada kita dapat hukuman lebih berat lagi."

...**BERSAMBUNG...

VISUAL**.

Ini dia si Marvel. Si bad boy yang akhirnya jatuh cinta kepada gadis pengamen yang pernah dibencinya.

Meisie Listia Alfonso. Putri kesayangan Daddy Sam.

...MOHON MAAF JIKA VISUAL TIDAK SESUAI KEINGINAN. VISUAL HANYA KEHALUAN AUTHOR SAJA 🙏😊...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!