🌻🌻🌻🌻🌻🌻
...HAPPY READING......
.
.
"Bagaimana saksi? Apakah sah?" tanya Pak penghulu setelah Zayn mengucapkan ijab kabul dengan satu kali tarikan nafas tanpa ada hambatan apapun.
Sah!
Sah!
Kata-kata sah menggema di dalam kediaman rumah sederhana milik orang tua mempelai wanita.
"Sah! Saat ini mereka berdua sudah sah menjadi pasangan suami istri. Jadi mempelai wanitanya sudah boleh keluar dari kamarnya." ucap Pak lembaga adat setempat.
"Bu, sekarang Ibu jemput Shafira di kamarnya, karena dia harus menyalimi tangan suaminya dan meminta doa restu pada semua tamu yang ada di sini." ucap Pak Riki yang merupakan ayah kandung Safira Sakina Mecca.
Gadis cantik yang masih kuliah semester akhir dan biasa di panggil Fira oleh kedua orang tuanya. Fira adalah gadis yang Solehah dan mengetahui ilmu agama seperti yang sudah diajarkan oleh kedua orang tuanya dan juga saat dia menimba ilmu di salah satu pondok pesantren selama enam tahun.
"Baiklah! Ibu akan memangilnya sekarang," jawab wanita bernama Sindi, yaitu ibu kandung Safira.
Fira adalah anak satu-satunya dan tidak memiliki keluarga yang lainya lagi. Selain kedua orang tuanya, karena Pak Riki dan ibu Sindi juga sama-sama anak tunggal.
Jadi karena hal itulah kedua pasangan setengah baya itu melanjutkan perjodohan yang pernah mereka janjikan dengan Pak Rendi dan ibu Elis saat anak-anak mereka masih kecil.
Rasa khawatir pada sang putri, apabila mereka sudah tidak ada lagi di dunia ini. Membuat Pak Riki harus tega pada Safira, karena beliau sudah mengorbankan dan memutuskan keinginan anaknya yang mungkin saja memiliki laki-laki idamannya sendiri.
Akan tetapi sejauh ini Fira belum juga memperkenalkan kekasih ataupun teman laki-lakinya ke rumah. Jadi karena anaknya tidak punya kekasih saat di tanya. Pasangan suami-istri itu pun langsung menerima lamaran dari sahabat mereka.
Meskipun mereka sendiri juga tidak tahu seperti apa kelakuan laki-laki yang dianggap bisa menjadi orang yang bisa melindungi Fira setelah mereka tiada.
Safira yang sangat patuh pada ke-dua orang tuanya. Tentu tidak masalah dengan perjodohan tersebut karena dia yakin orang tuanya tidak mungkin salah memilih jodoh untuk dirinya.
Ceklek!
Suara pintu kamar Fira yang dibuka oleh ibu Sindi dengan pelan. Lalu beliau berjalan kearah sang putri yang tersenyum bahagia menyambut kedatangannya.
"Ibu," ucap Fira yang sudah gugup sejak tadi karena akan bertemu dengan pemuda yang sudah menjadi suaminya saat ini.
"Iya sayang, sekarang sudah saatnya kita keluar, karena Nak Zayn sudah sah menjadi suami mu." jawab ibu Sindi balas tersenyum juga.
"Fira gugup, Bu."
"Sudah tidak apa-apa, karena semua orang pasti akan merasakan gugup di saat mereka baru menikah." jawab wanita itu menenangkan putrinya.
"Huem," Safira pun mengangguk mengerti dan berdiri dari tempat duduknya untuk mengikuti sang ibu keluar dari kamarnya.
"Ya Allah! Tolong tenangkan hatiku. Aku sangat gugup, semoga suamiku orangnya tidak seram dan menakutkan." Do'anya di dalam hati karena Safira dan laki-laki yang menjadi pilihan orang tuanya belum pernah bertemu sama sekali.
Soalnya pada saat mereka akan dipertemukan,, tahu-tahunya Zayn memiliki pekerjaan di luar kota. Alhasil pertemuan tersebut dibatalkan. Namun, keputusan untuk acara pernikahan mereka tetap berlanjut.
"Wah pengantin wanitanya cantik sekali." puji dari orang-orang yang ikut menjadi saksi pernikahan sederhana tersebut.
Ya, pernikahan sederhana! Karena itulah syarat dari Zayn apabila orang tuanya ingin menjodohkan dia. Alhasil karena tidak ada pilihan lain, kedua orang tua pemuda itu pun mengatakan kepada Pak Riki dan ibu Sindi bahwa anaknya ingin pernikahan sederhana dulu. Sebelum mengadakan pesta besar yang pastinya dilakukan di hotel bintang lima.
Soalnya pemuda yang menikahi Fira adalah seorang pengusaha terkenal dan nomor satu di ibu kota mereka. Jadi memang betul juga alasan yang dibuat oleh Zayn.
Dia sangat sibuk, jadi untuk melakukan pesta pernikahan yang mewah. Tentu Zayn harus mengosongkan jadwal pekerjaannya yang padat. Bukan dadakan seperti sekarang yang hanya hitungan hari harus menikah.
"Iya, ya! Nak Safira terlihat sangat cantik setelah memakai riasan seperti ini. Soalnya dia kan natural sekali tidak pernah berdandan yang terlalu berlebihan." ujar salah seorang tamu yang masih bisa didengar oleh Zayn.
Sehingga membuat pemuda itu pun mengangkat kan kepala dan alangkah terkejutnya setelah melihat gadis yang sudah dia nikahi. Ternyata memakai kerudung, dan tidak seperti dalam bayangannya yang akan menikahi gadis seksi dan hot.
Jika dari segi wajah, maka Zayn akui bahwa Safira sangat cantik. Namun, apa ini! Gadis itu memakai kerudung. Begitulah kiranya yang sedang pemuda itu pikirkan di dalam otaknya saat ini.
"Sayang, sekarang ayo Salim tangan suamimu, karena dia sudah halal bagimu untuk bersentuhan." kata ibu Sindi pada putrinya yang tangannya sudah berkeringat dingin.
"Ba--baik, Bu," jawabnya terbata-bata. Namun, Fira tetap berjalan mengikuti ibu mertuanya lagi untuk bisa duduk berdekatan dengan suaminya.
Deg!
"Apakah dia suamiku? Alhamdulillah! Ternyata dia tidak seram dan menakutkan ." batin gadis itu setelah dia mengangkat pandangan matanya.
Pada saat bersamaan, Zayn juga menatap pada istrinya. Jadi pandangan mata mereka sempat bertemu. Walaupun setelah itu Zayn cepat-cepat memutuskan pandangan matanya lebih dulu.
"Ayo Nak, sekarang kamu sudah menjadi istri sah Zayn." kata wanita yang menjadi ibu mertua gadis itu.
Meskipun menahan jantungnya yang berdebar-debar. Safira pun tetap menyalimi tangan Zayn dan langsung menciumnya.
"Perasaan apa ini, kenapa aku merasakan darahku mengalir semakin deras. Dia tidak memiliki penyakit aneh kan, sehingga langsung menular padaku?" gumam pemuda itu dengan pemikiran konyolnya.
Setelah Safira mencium tangan Zayn dan duduk tepat di sebelah sang suami. Wakil Pak penghulu pun langsung membacakan doa selamat untuk pernikahan keduanya. Agar diberikan anugerah kebahagiaan untuk dunia maupun akhirat.
"Amin!" semuanya serentak mengaminkan do'a tersebut termasuk juga Zayn dan Fira.
"Sekarang waktunya kalian meminta restu pada orang-orang yang hadir. Agar pernikahan kalian berdua samawa." kata ibu Elis pada anak dan menantunya.
Zayn yang tidak bisa menolak perjodohan tersebut. Mengikuti saja apa yang dikatakan oleh orang tuanya. Dia dan Safira terlihat sangat cocok. Laki-lakinya tampan dan wanitanya sangat cantik.
Mereka berdua seperti para pengantin lainya yang meminta do'a restu pada kedua orang tuanya masing-masing. Lalu berlanjut pada para tamu.
Siapapun tidak akan tahu bahwa di dalam hatinya. Pemuda itu sudah sangat kesal harus menjalani acara yang menurutnya sangat kampungan. Akan tetapi Zayn terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan.
...BERSAMBUNG......
.
.
...Assalamualaikum Kakak Raeder semuanya. Bertemu lagi dalam kisah Hijrah Cinta Casanova. Untuk para pembaca setia Mak Author. Terima kasih banyak karena kalian sudah mau membaca karya receh ini. Tanpa kalian semua. Kami sebagai penulis bukanlah siapa-siapa....
...Apabila ada kesalahan dalam penulisan maupun penyampaiannya. Mohon dimaafkan, karena selama ini Mak belum pernah menulis novel religi. Jadi sudah pasti, ini seperti tantangan tersendiri buat Mak Author. Mohon dukungan dan bimbingannya. Jika Mak Author salah, mohon diingatkan....
...Jadi jangan lupa untuk selalu memberikan ulasannya, ya! Yaitu 👇...
Like.
Subscriber.
Komen.
Dukungan bintang lima dan hadiah lainnya. Terima kasih 🙏😘😘😘
🌻🌻🌻🌻🌻🌻
...HAPPY READING......
.
.
Setelah acara ijab Kabul selesai, lalu berlanjut pembacaan doa dan yang terakhir adalah makan bersama. Lalu semua tamu yang berasal dari sekitar rumah Fira langsung berpamitan untuk pulang ke rumahnya masing-masing.
Sekarang yang tinggal di sana adalah orang tua Zayn. Pemuda itu sendiri dan juga Fira beserta kedua orang tuanya.
"Jadi malam ini Fira akan pulang bersama kami," ucap ibu Elis pada besannya.
"Huem, iya tidak apa-apa! Kami percayakan bahwa kalian bisa menjaga Fira sama seperti kami menjaga dan menyayanginya," jawab ibu Sindi tersenyum bahagia.
"Tapi, Bu---"
"Sayang, sekarang kamu sudah menjadi seorang istri. Jadi sudah seharusnya ikut bersama, Nak Zayn. Ibu percaya kamu pasti akan bahagia bersamanya." sela wanita itu lagi yang entah mengapa begitu bersemangat dengan pernikahan sang putri.
Padahal putri mereka belum saja wisuda karena masih ada waktu kurang lebih tujuh bulan lagi, barulah Safira menyelesaikan kuliahnya yang mengambil jurusan PGSD.
"Nak Zayn, Ayah titip Fira, ya. Kami sangat yakin bahwa kamu pasti bisa menjaganya. Besok pagi rencananya kami mau pergi liburan ke kampung halaman ibu. Dan mungkin agak lama." sambung Pak Riki pada sang menantu yang terlihat sangat bahagia dengan pernikahan tersebut.
Padahal di dalam hatinya sedang menggerutu karena belum bisa pulang. Zayn sudah bosan berada di sana. Bukan tempatnya tidak nyaman. Hanya saja berdekatan dengan Safira, itu yang membuat dia tidak betah.
"Huem, Ayah tenang saja karena Saya akan menjaga Fira." dustanya yang membuat para orang tua mereka tersenyum bahagia. Termasuk Fira sendiri, dia sangat bahagia setelah mengetahui bahwa suaminya tidak hanya baik, tapi juga sangat tampan.
"Sayang, sekarang kamu pergilah mengganti pakaian biasa saja. Tidak usah memakai baju pengantinmu. Soalnya dari sini ke rumah ibu mertuamu lumayan jauh. Nanti malah tidak nyaman bila berpakaian seperti ini." titah ibu Sindi pada sang putri yang mulai malam ini akan ikut tinggal bersama suaminya.
"Iya, Bu." jawab gadis itu dengan sopan dan suara lemah lembut. Selama Safira mengganti baju pengantinnya dengan pakaian biasa saja dan membawa sedikit barang pribadi miliknya ke dalam koper kecil.
Zayn yang di luar kamar masih mengobrol bersama kedua orang tuanya sendiri dan juga mertuanya. Hal yang dibahas tentu saja masalah pekerjaan yang sedang dikerjakan oleh pemuda tampan itu.
Sejauh ini Pak Riki dan Ibu Sindi memang tidak tahu bahwa menantu mereka itu adalah seorang cassanova. Tapi tidak dengan kedua orang tua Zayn.
Sebetulnya Ibu Elis dan suaminya sudah mengetahui bagaimana anak mereka di luaran sana. Meskipun tidak tinggal serumah karena sudah hampir dua tahun kurang lebih. Zayn tinggal di rumahnya sendiri yang kebetulan tidak jauh apabila dari perusahaan mereka. Dengan alasan itulah dia awalnya bisa tinggal terpisah dengan orang tuanya.
Padahal hanya ingin mendapatkan kebebasan. Hidupnya yang suka pergi ke Club malam untuk menikmati para wanita pilihan yang akan dia jadikan penghangat ranjang.
Itu semua Zayn lakukan sebagai bentuk pelampiasan kekecewaannya pada Rani mantan kekasihnya, yang berselingkuh dengan salah satu sahabat pemuda itu sendiri.
Disaat Zayn ingin melamar Rani untuk dijadikan istrinya. Malah hari itu juga baru diketahui jika Rani sedang melakukan hubungan suami istri di Apartemen yang dibelikan olehnya untuk sang kekasih.
Lalu untuk menutupi rasa malu dan bersalahnya terhadap Zayn. Rani dan selingkuhannya pun pindah ke luar negeri dan entah seperti apa kehidupan mereka sekarang, karena semenjak itu Zayn tidak pernah lagi ingin tahu tentang wanita itu.
Semenjak itulah dia menghancurkan hidupnya sendiri dengan bersenang-senang bersama para wanita yang masih perawan. Dengan bayaran yang fantastik dan juga bisa menikmati tubuh atletis Zayn siapa pula wanita yang tidak mau.
Akan tetapi Zayn selalu bermain dengan aman, karena dia tidak ingin memiliki keturunan bersama para wanita-wanita ja l4ng diluar sana.
Pemuda itu sudah tidak percaya lagi dengan namanya cinta. Apalagi pada gadis yang terlihat lugu seperti Safira. Gadis yang sekarang sialnya sudah menjadi istrinya sahnya.
Kleek!
Suara pintu kamar yang ditutup oleh Shafira. Lalu gadis itu pun berjalan mendekati orang tuanya yang sedang mengobrol di ruang tengah rumah tersebut.
"Sayang, kenapa malah membawa barang? Kamu tidak perlu membawa apapun, karena di sana Mama sudah menyiapkan semua kebutuhanmu." ucap ibu Elis pada sang menantu.
Tadi ketika Fira akan kembali ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Wanita setengah baya itu sedang mengobrol bersama besannya laki-lakinya. Jadi tidak dengar dan beliau pun memang lupa tidak mengatakan sejak tadi. dia sudah menyiapkan keperluan sang menantu di kediaman mereka.
"Ini hanya sedikit, Ma. Hanya barang yang penting-penting saja, termasuk juga peralatan untuk Fira kuliah." jawab gadis itu yang kembali duduk bersebelahan dengan ibunya.
"Ya sudah! Jika Fira telah siap untuk kita bawa. Maka lebih baik kita pulang sekarang, karena hari sudah maju ke malam dan perjalanan kita pun cukup jauh." ucap Pak Rendi sambil melihat jam pada pergelangan tangannya.
"Iya, Pa. Soalnya Zayn juga ada pekerjaan yang harus diselesaikan," timpal pemuda itu malah langsung bersemangat ketika akan pergi dari sana.
"Riki, Sindi, kami akan pulang sekarang. Terima kasih karena kalian mau memberikan Fira untuk menjadi putri kami. Nanti apabila Zayn tidak sibuk. Biar mereka bergantian menginap di sini lagi." ucap Pak Rendi menyalimi tangan besannya.
"Oh, baiklah! Kalau begitu pulangnya hati-hati. Bila sudah sampai, tolong segera kabari kami." Pak Riki yang tahu bahwa rumah besan mereka cukup jauh dari sana. Mungkin akan menghabiskan waktu kurang lebih empat puluh menit. Hanya mengiyakan, di saat sang menantu akan pulang membawa putrinya.
"Sindi, kami pulang dulu, ya. Sekali lagi terima kasih dan maaf karena kami terpaksa harus membawa Fira tinggal bersama kami, karena Zayn sangat sibuk." ucap ibu Elis ikut berpamitan.
"Ibu, Ayah, Saya mohon izin untuk membawa Fira tinggal bersama kami. Dan... seperti yang dikatakan oleh papa Saya tadi, bila ada waktu senggang dan tidak sibuk. Maka kami pasti akan ke sini lagi." ucap Zayn paksa harus ikut berbohong.
"Iya, Nak. Bawalah Fira bersamamu. Sekarang dia sudah menjadi istrimu dan sudah jadi tanggung jawabmu untuk mengingatkan dia. Apabila Fira melakukan kesalahan yang akan menjerumuskan ayah dan kamu di akhirat nanti. Tapi tolong ajarkan dia degan cara baik, bukan menggunakan kekerasan." pesan Pak Riki yang di iyakan saja oleh Zayn.
"Ayah, Ibu... Fira mohon Izin dulu, untuk mengikuti Mas Zayn. Nanti jika di izinkan, Fira akan sering-sering pulang untuk melihat keadaan Ibu dan Ayah." meskipun berat rasanya harus meninggalkan kedua orang tuanya. Namun, demi berbakti kepada sang suami. Safira pun terpaksa harus mengikuti Zayn dan kedua mertuanya.
"Iya, Nak! Pergilah! Ikuti kemanapun suamimu mengajak, selagi itu baik. Jadilah istri yang berbakti dan ingat pesan-pesan Ibu selama ini. Kamu harus berbakti pada suamimu, carilah pahala dengan menjadi istri yang Sholehah." pesan Ibu Sindi seraya melepaskan pelukan mereka.
Andaikan beliau dan suaminya tahu, seperti apa kelakuan sang menantu. Apa bila diluar sana. Maka pasti tidak akan pernah menjodohkan Safira dengan anak sahabat mereka.
Sebab meskipun orang tuanya baik. Belum tentu juga putra-putrinya memiliki akhlak baik, seperti kedua orang tuanya. Hal itulah yang terjadi pada Zayn. Meskipun kedua orang tuanya bukanlah orang yang begitu mengetahui tentang agama. Akan tetapi mereka memiliki akhlak yang terpuji.
...BERSAMBUNG......
🌻🌻🌻🌻🌻🌻
...HAPPY READING......
.
.
Selama dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya. Zayn tidak berbicara sepatah katapun. Pemuda itu seakan sibuk dengan dunianya sendiri. Sehingga mengabaikan Safira yang duduk di bangku sebelahnya.
Mereka berdua memang tidak satu mobil dengan Tuan Rendi dan Nyonya Elis. Tapi menaiki mobil terpisah, hanya saja ada sopir pribadi yang membawa mobil tersebut. Sedangkan keduanya sama-sama duduk di belakang. Akan tetapi dengan jarak sekitar setengah meter di antara berdua.
"Mas Zayn kenapa seperti tidak suka padaku? Tidak sama seperti masih di rumah ayah dan ibu."
Gumam Safira sebelum dia beristigfar karena sudah memiliki pemikiran suudzon pada suaminya sendiri.
"Astaghfirullah! Ya Allah, tolong ampuni aku yang berprasangka tidak baik pada suami hamba sendiri. Mas Zayn pasti lelah karena sejak tadi siang belum ada waktu buat istirahat."
Gadis cantik itu kembali bergumam di dalam hatinya. Soalnya mau mengajak Zayn bicara lebih dulu dia tidak berani.
Soalnya saat masih di rumah kedua orang tua Fira. Pemuda itu tidak menunjukkan wajah dingin seperti sekarang. Makanya Safira memiliki pemikiran seperti itu.
"Huem!" Zayn berdehem sebelum menelepon seseorang, yang awalnya dikira sang istri ingin berbicara dengannya.
Tttddd!
Ttttddd!
📱 Zayn : "Aku masih dalam perjalanan pulang. Tidak! Besok malam saja, karena malam ini aku masih ada urusan di rumah." ucap Zayn yang entah pada siapa karena Fira tidak tahu. Namun, yang jelas adalah seorang laki-laki juga.
Meskipun tidak terlalu jelas apa yang dibicarakan oleh orang yang ditelepon suaminya. Tapi Fira tahu bahwa suaranya adalah laki-laki.
📱 Zayn : "Iya, iya! Ck, kapan aku suka memakai barang yang bekas? Aku selalu memakai yang ORI." decak pemuda itu yang semakin membuat Safira penasaran. Siapa orang yang ditelepon oleh sang suami.
📱Zayn : "Huem, kalau kau sudah tahu kenapa masih bertanya. Brengsek! Haa... haa.. mau secantik apapun, aku tetap tidak mau memakai barang bekas." tawa pemuda itu lagi yang membuat Fira langsung menoleh kearah suaminya setelah Zayn mengatakan meskipun cantik. Dia tetap tidak mau memakai barang bekas.
Entah siapa yang dia telepon sehingga berbicara seperti itu. Sehingga Safira menelan Saliva nya sendiri dan kembali bergumam.
"Shafira, beristigfar lah... jangan asal menebak. Mana mungkin Mas Zayn seperti yang dia bicarakan. Tidak-tidak! Ini pasti akunya yang salah dengar."
Si cantik Safira kembali membuang pemikiran kotor yang akan menimbulkan masalah nantinya. Sampai-sampai dia mengelengkan kepalanya berulangkali dan hal tersebut membuat Zayn menoleh kearahnya.
Namun, pemuda tampan itu masih juga berbicara lewat sambungan teleponnya. Akan tetapi setelah itu Zayn kembali membuang arah pandangan matanya.
📱 Zayn : "Terserah kau saja. Atur sendiri, karena aku tidak ingin repot. Kau hubungi saja asisten pribadi ku. Huem! Iya! Baiklah! Sudah dulu karena aku baru saja tiba dirumah." ucap pemuda tersebut langsung menyimpan kembali ponselnya kedalam saku jas yang ia pakai.
"Ayo turun!" ajaknya begitu mobil mereka sudah sampai. Jika Zayn ada si sopir yang membuka pintu mobilnya. Sedangkan Safira hanya turun sendiri.
Zayn tidak ada niatan sedikitpun membukakan pintu untuk sang istri. Dia seakan berbicara pada pelayan saja.
Untungnya Safira hanya mengagguk saja, karena dia memang bukanlah gadis manja. Meskipun kedua orang tuanya bukan seorang pengusaha seperti Tuan Rendi ayah mertuanya.
Tapi keluarganya tidak pernah kekurangan uang. Keluarga Pak Riki adalah keluarga sederhana. Mereka tidak mengejar duniawi karena tahu jika kehidupan kekal hanya diakhirat.
Jadi setiap bulannya Pak Riki mengajarkan Istri dan putri semata wayangnya. Untuk berbagi rezeki mereka ke panti asuhan. Beliau adalah donatur tetap di beberapa tempat panti asuhan yang ada di ibukota B.
"Zayn, mana Fira? Kenapa kamu hanya sendirian?" tanya Nyonya Elis melihat putranya masuk sendiri, karena dia dan suaminya sudah datang sejak sepuluh menit lalu.
"Ada! Masih di luar, nanti juga akan menyusul sendiri," jawab pemuda itu degan suara datarnya.
"Astaghfirullah, Nak. Kamu tidak boleh seperti itu. Ini adalah pertama kalinya Fira datang ke rumah kita. Tentu dia akan malu apabila masuk sendiri." seru wanita baya itu seraya berdiri dari tempat duduknya untuk menyusul sang menantu yang katanya masih berada di luar.
Namun, baru saja beliau berjalan beberapa langkah. Sudah terdengar suara langkah kaki sang menantu.
"Assalamualaikum," ucap Fira mengucapkan salam terlebih dahulu. Sebelum kakinya melangkah masuk ke dalam rumah sang mertua. Tidak seperti Zayn yang asal masuk saja.
"Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh! Ayo, sayang masuk!" ajak Nyonya Elis menuntun tangan menantunya agar ikut duduk bersama mereka di ruang keluarga.
Ya, sekarang mereka lagi duduk di ruang keluarga. Belum masuk ke kamar masing-masing untuk istirahat karena hampir seharian harus menyambut tamu dari sekitar rumah Safira.
"Fira, ayo duduklah!" titah Tuan Rendi karena ada hal yang ingin beliau sampaikan.
"Iya, Pa. Terima kasih," jawab gadis itu menundukkan sedikit kepalanya dan diapun duduk di sofa panjang. Sedangkan Zayn sudah duduk di sofa single lebih dulu. Tanpa menawarkan istrinya untuk duduk ataupun sekedar berbasa-basi. Malah orang tuanya yang menawarkan.
"Begini Nak, kamu kan masih kuliah yang tempatnya cukup jauh dari sini. Jadi papa ingin kamu berangkatnya menggunakan mobil yang sudah Papa sediakan beserta sopirnya." ucap Tuan Rendi karena beliau sudah tahu dari sahabat sekaligus besannya. Bahwa Safira selalu berangkat menggunakan taksi.
Bukan kedua orang tuanya tidak mampu membelikan mobil untuk sang putri. Hanya saja sifat sederhana gadis itu yang tidak suka mengumbar harta yang dimiliki. Jadinya menolak berangkat kuliah menggunakan mobil sendiri.
"Papa tahu kamu mungkin tidak akan nyaman dengan keputusan Papa ini. Tapi ini semua untuk kebaikan mu, dan baikan kita semua. Di luar sana, keluarga kita memiliki begitu banyak orang yang tidak suka dengan keberhasilan suamimu. Jadi Papa hanya takut apabila mereka melampiaskannya kepada istri Zayn, yaitu kamu." jelas beliau membuat Safira langsung mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Zayn.
Soalnya sejak tadi gadis itu hanya duduk mendengarkan dengan kepala sedikit tertunduk, karena sudah kebiasaan Safira apabila sedang mendengarkan nasehat orang tuanya. Dia tidak berani mengangkat kepala.
"Kamu terima saja, ini untuk kebaikan mu dan agar tidak menyusahkan aku apabila kamu sampai diculik oleh musuh-musuh ku." ucap Zayn yang membuat hati Safira terasa nyeri mendengarnya.
Deg!
"Kenapa Mas Zayn berbicara seperti ini? Apakah dia sedang marah, atau memang cara bicaranya yang kasar?" gumam Safira menahan rasa sesak di hatinya.
Bila tidak ada kedua mertuanya di sana. Mungkin gadis itu sudah meneteskan air mata. Fira tidak pernah mendengar kata-kata kasar dari kedua orang tuanya. Jadi sudah pasti mendengar ucapan suaminya. Dia langsung membeku.
"Zayn, apa yang kamu kat---"
"Agh, sudahlah! Zayn sangat lelah mau istirahat. Mana begitu banyak pekerjaan yang tidak selesai gara-gara pernikahan ini." sela pemuda itu berdiri dengan kasar langsung pergi dari sana menuju tangga, karena kamarnya berada di lantai dua rumah tersebut.
...BERSAMBUNG......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!