NovelToon NovelToon

PESONA OM DUREN ( Duda Keren)

BAB 1. SIAL

Buset dah, siapa yang berani parkir sembarangan disini. Jika begini kan, mobil saya tidak bisa keluar!" kesal Henderson seorang pria tampan, yang baru beberapa bulan yang lalu menyandang gelar duda. Setelah Sang istri tercinta Mauren meninggal pasca melahirkan sang putri baby Queen mengisahkan luka yang mendalam.

"Maaf ada apa ya pak? tanya seseorang yang kebetulan berada di parkiran.

"Ini motor siapa ya?

"Oh, itu motor wanita yang baru masuk kedalam. Tapi sepertinya dia hanya sebentar saja Kok." ucap seorang pria yang kebetulan ingin keluar juga dari parkiran itu.

"Aduh sudah jam berapa ini, bisa-bisa aku telat gara-gara nih motor."gerutu Henderson ketika dirinya keluar dari restoran itu, setelah selesai makan siang dan berniat untuk kembali ke kantor Samera company.

Tiba-tiba seorang gadis muda berparas cantik keluar dari dalam Restoran. Jika di perkirakan usia wanita itu paling sekitar 18 Tahun, Dengan membawa bungkusan plastik kresek yang berisikan makanan. Dengan tidak merasa bersalah, Norin langsung meraih helm miliknya yang tergantung di motor nya

"Oh, ternyata kamu pemilik motor ini?hah! kamu nyadar nggak sih, sudah membuat saya telat untuk kembali ke kantor saya!" pekik Henderson ketika melihat Norin berniat untuk memakai helm miliknya.

Norin sama sekali tidak menggubris ocehan pria tampan itu. Daripada meladeninya, buang-buang energi. Ia memilih langsung menghidupkan mesin motor miliknya, lalu melajukannya ke arah jalan raya menuju bengkel yang selama ini tempatnya untuk mengais rezeki.

"Sialan kamu!!! setelah kamu membuat aku menunggu motor kamu keluar, kamu malah pergi begitu saja tanpa meminta maaf."umpet Henderson sambil memperhatikan plat motor milik Norin. Norin mendengar umpatan pria itu, tapi ia pura-pura tidak mendengarnya dan memilih untuk pergi. Malas meladeni orang yang sudah emosi.

Setelah melakukan perjalanan kurang lebih sepuluh menit kemudian, Norin tiba di bengkel.Tampak Michael menatap kedatangan Norin yang saat ini sudah menunggu kehadiran sang teman di sana.

"Lama banget Kamu, dari mana saja?"tanya Michael penuh selidik karena sepertinya Norin pergi agak lama hari ini.

"Aku hanya sebentar kok, aku mampir ke sebuah restoran untuk membeli makanan kesukaan kakek yang sering aku temui di taman. Kebetulan aku bertemu dengan kakek itu, dan meminta aku untuk membelikannya makanan. Ya hitung-hitung pahala, aku meladeninya."ucap Norin sambil mengembangkan senyumnya.

"Ya sudah, tuh motor kami perbaiki deh, orangnya sebentar lagi datang."ujar Michael menunjuk ke arah sebuah motor CBR yang terparkir di bengkel. Rencananya akan mereka perbaiki hari ini.

Tiba-tiba seorang pria tampan datang ke bengkel tempat Norin bekerja. Pria tampan itu pemilik motor CBR Yang Akan diperbaiki oleh Norin.

Saat ini Norin sudah berpenampilan layaknya seperti laki-laki menggunakan dinas bengkelnya. Ia menggulung rambut indah dan panjangnya, dan menutup kepala dengan topi yang biasa ia gunakan.

Sehingga orang-orang selalu mengiranya seorang pria. Seringkali orang memanggilnya dengan panggilan Abang, tapi Norin tidak peduli. Yang penting baginya mengais rezeki dengan halal, menjadi seorang montir di sebuah bengkel milik sang paman.

Sebenarnya Norin bukan tidak bisa bekerja di perusahaan milik keluarganya. Tapi Norin memilih untuk bekerja di bengkel sang paman. Bertentangan dengan rencana ibunya yang ingin menjadikan Norin sebagai seorang dokter. Tapi sepertinya Norin sama sekali tidak memiliki cita-cita ke sana, dan memilih untuk menjadi seorang montir.

"Bang motor saya sudah siap diperbaiki, tidak?"tanya pria berparas tampan itu, yang kebetulan senang sekali melakukan balapan dengan geng geng motor grupnya.

"Ini, apanya yang kurang ya?"sepertinya motornya sudah bagus. Ayo dicoba dulu.

"Aku sebelumnya sudah mengatakan sama abang Michael, ingin mempercepat laju motornya.

"Masalah laju motornya sudah aman, Abang tenang saja ini, orang ahlinya."Puji Mikael memuji kemampuan Norin sebagai seorang montir handal di bengkel itu.

Pria itu mengembangkan senyumnya lalu Norin memberikan kunci motornya, agar pria itu mengetes kecepatan laju motor miliknya yang sudah dimodifikasi oleh Norin. Setelah Michael memberitahukan apa yang akan diperbaiki di motor itu.

Pria itu mencoba laju motornya, keluar dari bengkel dan melajukannya hingga beberapa Kilo meter. Dan kembali lagi ke bengkel. tampak pria itu tersenyum puas dengan kinerja yang dilakukan oleh Norin. "Luar biasa, Aku menyukai cara kerja kalian. Kalau begini pasti aku akan menang balapan esok hari."Puji pria tampan itu bersemangat karena ia esok harinya akan mengadu balapan bersama geng geng motor lainnya.

Sementara di tempat lain, tepatnya di kantor Samera company, tampak Henderson masih sangat kesal, karena wanita yang telah menghalangi jalan keluar mobilnya, membuat dirinya telat bertemu dengan kliennya di kantor.

Hingga hendarson hampir saja kehilangan proyek besar. Untung saja hendarson masih bisa menghandlenya. Hingga klien itupun luluh dan akhirnya bekerja sama dengan perusahaan yang dipimpin oleh Henderson.

Setelah selesai melakukan meeting dengan kliennya, Henderson menghubungi anak buahnya. "Cari tahu siapa pemilik plat motor yang aku kirimkan kepadamu."perintah Henderson kepada anak buahnya yang tidak dapat dibantah oleh anak buahnya.

Morris yang merupakan asisten pribadi Henderson, langsung melakukan perintah Henderson untuk mencari tahu siapa pemilik plat motor yang mengganggu Jalan sang sang bos keluar dari restoran tempat sang Bos makan siang siang itu.

Memiliki jaringan yang luas, pastilah sangat mudah bagi Morris mencari tahu siapa pemilik motor tersebut. Setelah mengetahui Siapa pemilik plat motor yang dikirimkan oleh Henderson, Morris langsung menghubungi Henderson untuk memberitahu siapa sosok pemilik plat motor tersebut.

Kring

Kring

Kring

Suara deringan ponsel milik Herderson terdengar jelas di telinganya. Henderson meraih ponsel miliknya yang terletak di atas meja kerjanya, ia melihat di layar ponselnya kalau Morris yang menghubungi dirinya. Henderson menekan tombol hijau yang ada di layar ponselnya, agar sambungan telepon selulernya tersambung kepada Morris.

"Katakan Apakah kamu sudah mengetahui siapa pemilikmu plat motor tersebut?

"Sudah tuan."

"Saya tidak mau tahu antar saya juga ke sana?"perintah Henderson kepada Morris yang tak bisa dibantah oleh Morris.

"Baik Tuan, sahutnya sambil berjalan masuk ke ruang kerja Henderson.

"Katakan Siapa nama pemilik motor itu? tanya Henderson penasaran.

"Namanya Mince Norin, setelah saya selidiki dia bekerja di sebuah bengkel yang lokasinya tidak jauh dari restoran itu.

Saya sudah mendapatkan alamat tempat kerja wanita itu. Tapi sepertinya wanita itu tinggal di bengkel itu, alamat pemilik motor tersebut bernama Norin dan tempat tinggalnya tertera di sana."ucap Morris memberitahu.

Senyum licik menyeringai di wajah Henderson, ia ingin memberikan pelajaran kepada wanita yang sudah membuatnya hampir telat masuk ke kantor, dan bertemu dengan kliennya. Henderson juga merasa kesal karena Wanita itu telah berani beraninya meninggalkannya begitu saja. Dan tidak meminta maaf sama sekali sudah membuat orang menunggu.

Bersambung.....

hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏

JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓

JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK YANG LAIN

BAB 2. PERMOHONAN TUAN SAMERA

Di meja makan, sebuah rumah mewah keluarga besar Samera sedang sarapan bersama. Namun, meskipun orangnya ada beberapa orang yang setiap paginya sarapan disana, sama sekali tidak ada pembicaraan. Yang ada hanya suara sendok dan garpu yang saling beradu disana.

Hingga akhirnya Tuan Samera angkat bicara.

"Son, bagaimana kondisi baby Queen saat ini apa dia baik baik saja." tanya Tuan Samera kepada putra sulungnya, yang saat ini menggantikan posisinya memimpin perusahaan Samera company.

"Aku lihat perkembangannya cukup bagus Pi, dan Baby sitter yang merawat Queen juga sepertinya telaten tuh menjaganya." sahut Henderson memberitahu sang ayah, kalau perkembangan putrinya yang baru berumur hampir satu tahun itu semakin hari semakin aktif.

Tuan Semera memang dapat menyaksikan perkembangan Queen Setiap harinya. Tapi ia ingin sekali mendapatkan, pendapatan dari sang putra.

"Son, bagaimanapun telatennya baby sitter yang menjaga Queen, Queen membutuhkan figur seorang ibu, yang dapat menemani tumbuh kembang cucuku.

Jadi menurut papi, tidak ada salahnya kamu, untuk membuka hati menerima seorang wanita yang menjadi pendamping hidup kamu kelak. Dan menjadi ibu untuk anak anak mu."ucap Tuan Samera. Berharap Henderson dapat membuka hatinya kembali, menerima seorang wanita yang akan menggantikan posisi Maureen Almarhumah istrinya, yang sudah menghadap sang Khaliq.

Mendengar Tuan Samera meminta kepadanya untuk kembali membuka hatinya, untuk menerima seorang wanita menjadi pendamping hidupnya, menggantikan posisi Maureen dihatinya. Henderson menjadi teringat kejadian kurang lebih sebelas yang lalu. Pasca istrinya hendak melahirkan buah hati mereka baby Queen.

Operasi persalinan yang di lakukan di sebuah rumah sakit ternama di kota ini, penuh dramatis. Bagaimana tidak tensi darah Maureen tiba-tiba saja naik, pasca operasi itu berlangsung. Untungnya sang bayi berhasil di keluarkan. Hingga terjadi pendarahan yang cukup hebat, setelah operasi itu selesai di lakukan.

Kehilangan isteri yang sangat ia cintai, membuat Henderson menutup diri membuka hati untuk wanita lain. Sehingga Tuan Samera berniat menjodohkan putra sulungnya Henderson dengan seorang gadis yang sering membantu Tuan Samera saat ia berolah raga di sebuah taman kota.

Flash back

Terdengar suara derap langkah bersahut-sahutan dengan bunyi ranjang yang didorong menuju ruang UGD. Seorang wanita cantik sedang hamil besar terlihat tengah berbaring di ranjang itu dengan raut wajah yang kesakitan. Dan seorang lelaki tampan ikut mendorong ranjang tak luput untuk menyemangati sang istri.

Pintu UGD dibuka dan ranjang segera dibawa masuk ke dalam. lelaki berbadan tegap tadi hendak ikut masuk ke dalam ruang UGD. Namun, ditahan oleh salah satu suster yang bertugas di rumah sakit itu.

"Maaf Tuan, silakan tunggu di luar saja." ujar suster itu sambil menutup pintu ruang UGD.

Lelaki yang diketahui bernama Henderson Samera itu akhirnya mengangguk dengan lemas. Lalu duduk di depan pintu ruang UGD dengan menundukkan kepala. Lelaki itu takut terjadi apa-apa dengan istrinya. Seperti yang ia baca di sebuah artikel, kalau melahirkan dengan posisi tensi darah naik, itu akan membahayakan kondisi ibu dan anak yang lagi akan proses persalinan.

Di samping karena tensi darah naik, ternyata Maureen juga menderita penyakit yang selama ini ia sembunyikan dari suaminya.

Mauren memang berniat menyembunyikan semuanya dari Henderson, karena Mauren tak ingin membuat suaminya khawatir. Tujuan utama Mauren menyembunyikan penyakitnya adalah dia dalam posisi hamil.

Mauren tidak ingin disuruh memilih untuk menggugurkan kandungannya kala itu.

Henderson meremas rambutnya sendiri mengingat romansa indah bersama istrinya, yang baru saja terjalin satu tahun pasca pernikahan mereka.

lelaki itu terlihat menitipkan air mata, ikut merasakan bagaimana sakitnya sang istri berjuang antara hidup dan mati di dalam ruang UGD.

"Ya Tuhan, berikan aku kesempatan sekali lagi untuk Mauren hidup lebih lama denganku." doa Henderson dalam hati.

Beberapa saat kemudian, ada seorang wanita Paruh baya yang berjalan tergesa-gesa menuju ke arah UGD. Henderson mengangkat wajah dan menoleh, terlihat mamanya sedang berjalan bersama Tuan Samera menuju ke arah lelaki yang saat ini berpenampilan kusut dan tak karuan.

Nyonya Carlota langsung memeluk Henderson saat melihat anaknya itu tertunduk di depan pintu ruang UGD. Hendarso membalas pelukan mamanya dan terisak.

"Bagaimana keadaan Mauren nak? tanya Nyonya Carlota saat melepas pelukannya.

"Mauren masih di dalam ma. Ditangani sama dokter,"jawab Henderson menundukkan kepalanya kembali.

"Kamu harus kuat dan tabah, berdoa saja yang terbaik untuk Mauren dan anak kamu yang sedang ia perjuangkan." ucap Nyonya Carlota kepada putra sulungnya.

"Mama tahu dari mana? maaf tadi aku buru-buru, jadi tak sempat telepon mama." ucap Henderson sambil terus menangis sesungguhkan.

"Tak apa-apa,Nak. Tadi Mama telepon sama asisten rumah tangga, katanya Mauren masuk rumah sakit dan sepertinya hendak melahirkan. Jadi Mama langsung ke sini." Jawab nyonya Carlota.

"Mauren mah,"lirih Hendarson lemas.

"Doakan yang terbaik untuk istrimu." balas nyonya Carlota yang membuat Henderson, akhirnya menyandarkan kepalanya di pundak mamanya.

Lelaki yang terkenal tegar, ini ternyata setelah mengetahui kondisi istrinya begitu memprihatinkan, ia pun akhirnya tidak berdaya. lelaki yang biasanya bersikap tegas itu ternyata jika dihadapkan dengan situasi yang seperti ini juga akan tak berdaya. Henderson bahkan merasa tak berguna sebagai seorang suami.

Dia setiap hari bersama Mauren, tapi sampai-sampai ia tak tahu sama sekali mengenai penyakit yang di idap istrinya. Dia merasa tak becus untuk menjaga Maureen selama ini. Henderson menjadi merasa bersalah.

"Henderson!" panggil seorang wanita paruh baya yang datang bersama keluarganya.

Wanita itu adalah mama mertua Henderson. dia datang bersama suaminya. Raut wajah nya menunjukkan rasa kekhawatiran terhadap keselamatan putrinya.

Henderson mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah mereka yang datang.

"Mama,"balas Henderson menatap ibu mertuanya.

"Gimana kondisi Mauren, Nak? Tanya ibu Anjani yang membuat Henderson menundukkan kepalanya. Dia bingung harus menjawab apa, karena pada kenyataannya dia gagal menjaga Tuan Putri keluarga mertuanya.

"Masih ada di dalam Ma. Dokter bilang, Mauren harus dioperasi tapi kemungkinan untuk sembuh juga sangat kecil,"lirih Henderson menatap keluarga istrinya.

"Kau itu suaminya hendarson! kenapa sampai kau tak mengetahui penderitaan dan penyakit yang diderita oleh Mauren? selama ini kau ke mana? Tanya Devano sedikit terpancing emosi. Devano adalah kakak dari Mauren

Hendarson tidak bisa menjawab apapun perkataan dari kakak iparnya. Karena memang kenyataannya dia tak berguna jadi suami. Ibu Anjani mengusap pelan bahu Devano agar bisa menahan emosinya, mengingat saat ini mereka berada di rumah sakit. Bagaimanapun juga mereka tak bisa menyalahkan Henderson sepenuhnya.

Dokter membuka pintu ruang UGD dan langsung diserbu oleh Henderson dan ibu Anjani. Dokter itu teman Henderson semasa kuliah dulu, tapi berbeda fakultas.

"Bagaimana keadaan istriku, dokter Gibran? tanya Henderson pada dokter muda itu.

"Aku akan berusaha semaksimal mungkin, ini akan aku lakukan tindakan operasi."papar sang dokter menatap semua orang yang ada di sana.

"Saya mau lihat Mauren, boleh? tanya ibu Anjani kepada dokter.

"Boleh Tante, tapi sebentar aja, ya." ucap sang dokter dan ibu Anjani hanya menganggukkan kepala.

Ibu Anjani memasuki ruang UGD dengan ditemani oleh dokter muda itu.

Terlihat Mauren sedang terbaring lemah di atas branker dengan perut yang membesar dan sedang diperiksa oleh suster.

Ibu Anjani tak kuat menahan tangis, Sehingga dia terisak, lalu dokter mengusap bahu wanita itu pelan. Mauren yang memang tadi tak sadarkan diri hanya meminjamkan mata dan tak tahu bahwa ada mamanya di dalam.

"Dokter Gibran, tante mohon selamatkan Mauren." mohon ibu Anjani di tengah isakan tangisnya.

"Aku akan berusaha keras, agar Mauren bisa selamat, sehat seperti sedia kala tante." Doakan yang terbaik untuknya, dan tante yang sabar, ya." ucap dokter Gibran.

Bersambung.....

hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏

JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓

JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK YANG LAIN

BAB 3. MAUREEN PERGI

"Mari, saya antar ke depan lagi, Tante. Setelah ini, saya akan lakukan tindakan operasi untuk Mauren." lanjut sang dokter yang mengajak Ibu Anjani untuk keluar dari ruang UGD.

Ibu Anjani menganggukkan kepala dan berjalan keluar dengan isakan tangis, yang belum juga mereda takut terjadi sesuatu kepada putri kesayangannya.

Setelah dokter itu kembali ke dalam, terlihat Mauren sudah sadar dan mengerjapkan matanya. Wanita itu menatap dokter yang dia kenal, yang juga teman suaminya sendiri.

"Dokter, Tolong selamatkan anakku saja,"pinta Mauren dengan lemah.

"Tapi Ren..."

"Aku mohon dokter. Biarkan anakku hidup dan menikmati keindahan dunia,"mohon Mauren sambil menangkupkan tangan di dada.

"Mauren, itu sama saja aku membiarkan Kau pergi. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat kalian berdua tetap bisa menikmati hidup." balas dokter namun Mauren menggelengkan kepalanya lemah.

"Apa dengan kau memilih menyelamatkanku, lalu aku akan sembuh dari penyakit ini? tidak kan? Lebih baik kau selamatkan anakku saja. Nanti, anak ini akan menjadi penguat ayahnya sampai kapanpun." mohon Mauren dengan nafas yang mulai tak teratur. Dokter Gibran hanya diam, tak menjawab apa-apa. Dokter muda itu dihadapkan dengan situasi yang sangat sulit.

"Dokter, Aku ingin menitipkan ini untukmu. Tolong berikan pada Henderson, saat operasi ini selesai, dan Aku gagal Bertahan,"ucap Mauren memberikan sebuah amplop kecil kepada dokter Gibran.

"Kau harus yakin kalau kau juga akan sehat, Mauren."

"Iya, tapi aku sudah pasrah dengan takdir yang Tuhan berikan kepadaku. Maka jika memang aku yang gagal bertahan aku mohon berikan surat ini untuk Henderson. Katakan kepadanya, kalau aku sangat sayang dan cinta kepadanya." ucap Mauren dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Dokter Gibran, aku mohon." Mauren kembali memberikan permohonannya kepada sang dokter dengan lemah.

"Baiklah,"balas dokter Gibran dengan menghembuskan nafas perlahan, lalu menoleh ke arah suster yang berjaga di sana.

"Suster, tolong siapkan alat operasi." perintah dokter Gibran pada suster yang ada di sana bersama dengan Mauren mulai memejamkan mata, karena efek obat bius yang disuntikkan oleh dokter Gibran.

Semua orang tengah cemas dengan apa yang ada di dalam ruangan. Terlebih Henderson pemuda itu berulang kali bolak-balik berjalan di depan pintu.

Nyonya Carlota mencoba menenangkan putranya agar tenang. Wanita paruh baya itu mengatakan kata-kata yang sekiranya bisa menenangkan putranya.

"Yang sabar dan tabah ya, Nak. Yang penting sekarang tetap berdoa agar Maureen bisa melewati semuanya di ruang operasi." ucap Nyonya Carlota sambil mengusap pundak Hendarson dengan lembut.

"Iya Ma."

Di kursi sebelah ada ibu Anjani yang menangis tak henti, merasakan sesak di dalam dadanya. Mengingat Sang Putri sedang berjuang di dalam sana, melamun sakit penyakit dan melahirkan seorang cucu untuk mereka.

Wanita itu takut terjadi sesuatu. Hal yang tidak diinginkan pada Putri tercintanya.

Ibu Anjani menutup wajahnya dengan telapak tangan dan menangis sesungguhkan di sana. Devano menghampiri mama dan duduk di samping wanita paruh baya itu. Devano mengudap punggung mamanya dan memeluk Ibu Anjani, agar wanita itu tenang.

Beberapa saat kemudian,Ibu Anjani terkulai lemas hingga tubuhnya hampir merosot ke bawah. Devano langsung dengan sigap menahan tubuh mamanya.

"Mama!" pekik Devano kaget dan langsung membuat semua orang menoleh.

Devano langsung membopong mamanya dan membawa ke kamar sebelah. Devano langsung memanggil dokter agar memeriksa mamanya yang jatuh pingsan. Ibu Anjani terlalu memikirkan keadaan Mauren hingga membuat Dia kehilangan kesadarannya.

"Mama Anjani kenapa Ma? tanya Henderson pada nyonya Carlota.

"Pingsan, bisa jadi karena terlalu memikirkan Mauren. Kamu harus lebih kuat ya, Nak. Jika Mauren sudah sadar, pasti akan mencari mu." ucap Nyonya Carlota agar putranya kuat dan tabah.

"Iya Ma."

"Ya Tuhan, Aku mohon selamatkan istri dan anakku. Jika Kau mendengarkan doaku aku mohon dengarkan doa Mama mertuaku."gumam Henderson Seraya memejamkan matanya.

Tanpa dia sadari, air matanya turun begitu saja dari kedua kelopak matanya. Nyonya Carlota yang tak sengaja mendengar doa anaknya hanya ikut mengaminkan doa Henderson.

Beberapa saat kemudian, Devano tampak berjalan keluar dan dari ruangan yang tadi digunakan mamanya.

Dia berjalan dengan gontai menuju keluarganya yang lain di depan pintu ruang operasi. Devano menghela nafas panjang lalu duduk di sebelah papanya,

"Bagaimana keadaannya Vano? tanya Pak Wijaya pada putranya yang baru saja duduk di samping kursinya.

"Mama hanya syok, sudah ditangani dokter, Pa. sahut Devano menoleh ke arah Pak Wijaya. Pria paruh baya itu hanya menganggukkan kepala, dan menatap pintu ruang operasi yang masih tertutup rapat.

"Semoga adik kamu baik-baik saja ya Vano,"Ucap pak Wijaya sambil mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Ia sangat khawatir terjadi sesuatu kepada putrinya.

"Amin, Pa. semoga ada keajaiban dari Tuhan untuk Mauren." balas Devano menyandarkan kepalanya di dinding.

Semua yang ada di sana, tampak panik dan khawatir terjadi sesuatu dengan Mauren. Sedangkan di ruangannya, Ibu menjadi tampak lemah dengan ditemani oleh suster. Suster itu terlihat menemani Ibu Anjani berusaha untuk menguatkan Ibu Anjani.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara tangisan bayi dari dalam ruang operasi. Tangisan itu melengking khas anak bayi yang membuat semua orang yang di luar ruang operasi mengangkat wajah dan saling pandang.

Henderson mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk. Perasaannya sudah tak enak, karena mendengar suara bayinya.

Dia memejamkan mata. Padahal dia berpesan pada dokter untuk menyelamatkan istrinya saja. Bukan dia bermaksud egois, dan membunuh anaknya, tapi bagi Dia mungkin itu yang terbaik untuk semuanya.

Pintu ruang operasi dibuka dari dalam, dan terlihat dokter Gibran keluar dan menemui semua keluarga Henderson. Dengan cepat Henderson segera bangkit dari duduknya dan menghampiri dokter Gibran yang melap keningya yang terlihat berkeringat.

"Anakku sudah lahir Gibran? tanya Henderson.

"Iya anak kalian seorang wanita. Cantik seperti mamanya." jawab Dokter Gibran.

"Berarti.. Mauren..., lirih Henderson dengan menatap dokter Gibran. Pria muda yang berpakaian khas dokter itu hanya menunduk dan menggelengkan kepala pelan.

"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin."lirih dokter Gibran.

Devano yang mengerti maksud dari permintaan maaf dokter Gibran hanya menggelengkan kepala. Dunianya serasa berhenti berputar mengingat adiknya yang sangat ia sayangi.

"Ya Tuhan," ucap Devano sambil mengusap wajahnya.

"Kenapa kau menyelamatkan anakku Gibran! aku kan, memintamu untuk menyelamatkan istriku Mauren! aku memintamu untuk menyelamatkan istriku, Gibran! bentak Henderson sambil mencengkeram kerah kemeja dokter Gibran.

"Henderson, tahan!" ucap nyonya Carlota yang tak kuat menahan tangis. Wanita paruh baya itu menahan tangan anaknya yang akan melayangkan pukulan ke arah dokter Gibran.

"Kau bilang bahwa kau adalah sahabatku, dan Mauren. Kenapa kau malah membunuh istriku, Hah! Kenapa Gibran?" amarah Hendarson semakin membara dan menggebu-gebu.

"Henderson, sabar. Ini di rumah sakit!" Devano yang juga turun tangan memegangi pundak adik iparnya.

"Kau tahu apa yang aku rasakan, Vano. sekarang aku kehilangan istriku. Istriku Vano!

"Kau pikir hanya kau yang kehilangan Mauren, Henderson! aku juga! Mauren itu adikku satu-satunya!" sahut Devano tak kalah berteriak di hadapan dokter Gibran.

Bersambung.....

hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏

JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓

JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK YANG LAIN

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!