Seorang pria yang sangat tampan pergi ke apartemennya di mana apartemen tersebut diberikan untuk kekasihnya. Pria tampan tersebut habis melakukan perjalanan bisnis dari luar negri dan ingin memberikan kejutan untuk kekasihnya.
Pria tampan tersebut masuk ke dalam apartemen karena dirinya tahu nomer pin apartemennya.
'Pasti kekasihku sangat kaget karena aku mengatakan akan pulang dua hari lagi.' Ucap pemuda tampan tersebut dalam hati sambil membawa satu buket bunga mawar merah dan kalung berlian.
Pemuda tampan tersebut berjalan dengan perlahan menuju ke kamar kekasihnya namun Dirinya sangat terkejut mendengar dua suara menjijikan di mana saling bersahutan.
"Sayang, terus ... Ahhhhhhh." Ucap gadis tersebut sambil mengeluarkan suara merdunya.
Pemuda tampan tersebut diam membatu karena dirinya sangat familiar dengan suara tersebut.
Brak
Setelah bisa menguasai hatinya pemuda tampan tersebut menendang pintu kamarnya dan matanya membulat sempurna melihat kekasihnya berada di bawah sedangkan pria yang menjadi musuh bisnisnya berada di atas.
Pemuda tampan tersebut langsung menjatuhkan bunga mawar tersebut kemudian berjalan ke arah mereka di mana pria tersebut menarik tombak sakti nya kemudian turun dari ranjang untuk memakai celana boxer nya.
"Dasar brengs*k!" Bentak pemuda tampan tersebut sambil mengeluarkan pistolnya dari saku jasnya.
Dor
"Akhhhhhhhh...." Teriak pria tersebut.
Bruk
Pemuda tampan tersebut menarik pelatuknya sambil diarahkan ke kening pria tersebut kemudian menembak nya membuat pria tersebut berteriak kesakitan dan langsung ambruk seketika dengan tubuh kejang-kejang lalu menghembuskan nafas terakhirnya.
"Akhhhhhhhh..." Teriak gadis tersebut dengan wajah ketakutan sambil menutupi tubuh polos nya dengan menggunakan selimut.
"Aku sebenarnya ingin memberikan kejutan untukmu tetapi yang ada aku mendapatkan kejutan darimu." Ucap pemuda tampan tersebut dengan nada dingin.
"Javier, maafkan aku." Mohon gadis tersebut sambil mengeluarkan air mata buayanya agar dirinya tidak di tembak.
"Tidak ada maaf untuk seorang pengkhianat." Ucap Javier sambil mengarahkan pistol nya ke arah kening gadis tersebut.
"Sayang, maafkan aku ... pria itu memaksanya agar melakukan hubungan suami istri." Ucap gadis tersebut berbohong.
"Aku tidak percaya karena aku mendengar jelas suara menjijikkan dari mulut mu itu." Ucap Javier sambil tersenyum menyeringai.
Dor
Akhhhhhhhh...." Teriak gadis tersebut.
Bruk
Javier menarik pelatuknya sambil diarahkan ke kening kekasihnya kemudian menembak nya membuat kekasihnya tersebut berteriak kesakitan dan langsung ambruk seketika dengan tubuh kejang-kejang lalu menghembuskan nafas terakhirnya.
Javier langsung menghubungi orang kepercayaannya yang bernama Kevin untuk mengurus ke dua jenasah yang barusan di bunuhnya.
Sejak kejadian tersebut Javier sangat membenci semua gadis, siapa saja yang mendekatinya akan mati di tembak oleh Javier.
xxxxxxxxxx
"Tuan, besok ada acara ulang tahun pernikahan Tuan Leon dengan Nyonya Renata di negara S, apakah Tuan akan datang?" Tanya Kevin yang berkerja sebagai sekretaris sekaligus tangan kanannya.
"Tentu saja datang." Jawab Javier.
"Kalau begitu, saya pamit Tuan." Pamit Kevin.
Javier hanya menganggukkan kepalanya kemudian Kevin pergi meninggalkan ruangan Javier sedangkan Javier kembali mengecek dokumen yang menumpuk.
Pagi berganti siang, siang berganti sore, sore berganti malam dan malam pun berganti pagi, begitu seterusnya.
Kini Javier dan Kevin pergi untuk menghadiri acara ulang tahun pernikahan Tuan Leon dengan Nyonya Renata.
Hanya membutuhkan waktu dua jam, mereka sampai di negara tujuan. Mereka mendapatkan tempat penginapan di hotel karena acara ulang tahun pernikahan Tuan Leon dengan Nyonya Renata di hotel milik Tuan Leon dan diadakan pada malam hari.
Javier dan Kevin mendapatkan dua kamar, Javier dan Kevin membuka koper mereka dan memasukkan pakaiannya ke dalam lemari. Setelah beres Javier dan Kevin keluar dari kamarnya.
"Setelah ini kita mau melakukan apa?" tanya Javier.
"Bagaimana kalau Kita jalan - jalan?" Tanya Kevin memberikan usulan.
"Bagus juga idemu," jawab Javier.
"Terima kasih Tuan. Oh ya kita jalan kemana, Tuan?" tanya Kevin.
"Kemana saja." Jawab Javier.
"Baik Tuan." jawab Kevin.
Javier dan Kevin berjalan dengan santai sambil menikmati udara segar hingga tanpa sengaja Javier dan Kevin melihat dua orang gadis cantik sedang berkelahi dengan dua orang preman.
Javier dan Kevin yang ingin membantu terpaksa membatalkan niatnya karena ke dua gadis cantik tersebut ternyata berhasil mengalahkan ke dua preman tersebut.
Ke dua gadis tersebut memberikan tas milik seorang nenek kemudian berjalan ke arah mereka.
"Sore kak," sapa ke dua gadis cantik tersebut dengan serempak sambil tersenyum ke arah Javier dan Kevin.
Javier dengan wajah polosnya menatap ke arah samping kanan dan kiri kemudian ke arah belakang kemudian kembali menatap ke arah ke dua gadis tersebut.
"Kalian menyapa ku?" tanya Javier sambil menunjuk ke dadanya.
Kevin hanya diam mendengarkan Javier berbicara dengan ke dua gadis tersebut.
"Benar kak, memang siapa lagi," jawab gadis pertama sambil tersenyum.
"Boleh kita kenalan?" tanya gadis pertama.
"Tidak," jawab Javier dengan singkat dan padat.
Tanpa menunggu jawaban dari ke dua gadis tersebut, Javier pergi meninggalkan ke dua gadis tersebut dengan diikuti oleh Kevin.
Kepergian ke dua pria tampan itu membuat ke dua gadis tersebut saling menatapnya dengan tatapan bingung.
"Sombong banget," ucap gadis pertama.
"Sudahlah lebih baik kita masuk ke dalam hotel tubuhku sangat lengket," ucap gadis ke dua sambil berjalan ke arah lobby hotel.
Javier dan Kevin mendengar ucapan gadis pertama karena pendengaran mereka sangat tajam jadi walau mereka berjalan agak jauh Javier dan Kevin masih bisa mendengar percakapan ke dua gadis tersebut tapi mereka tidak memperdulikannya asalkan tidak mengusik mereka dan keluarganya.
Tanpa sepengetahuan mereka dua pasang mata menatapnya dengan tatapan tajam kemudian masuk ke dalam lobby hotel untuk menginap di hotel tersebut.
Javier dan Kevin berkeliling menikmati suasana di kota tersebut tanpa memperdulikan tatapan lapar para gadis dan para wanita setelah lelah mereka kembali ke hotel untuk memesan makanan.
Namun semua meja sudah penuh dan hanya ada dua kursi kosong di mana meja tersebut ada empat kursi. Di mana dua kursi tersebut sudah isi oleh dua gadis yang tadi ditemui oleh Javier dan Kevin.
"Tuan Muda Javier semua meja penuh dan hanya ada dua kursi kosong itu," ucap Kevin sambil menunjuk ke arah meja kosong.
"Kita makan di luar saja," ucap Javier yang tidak mau duduk bersama ke dua gadis tersebut.
Salah satu gadis tersebut yang tadi mengajaknya berkenalan tapi Javier dan Kevin tidak mau karena mereka anti dengan para gadis ataupun wanita.
"Baik Tuan." Jawab Kevin patuh.
Kini Javier dan Kevin pergi ke restoran yang berada di sebrang, Javier memesan makanan agak banyak membuat Kevin menatap Javier dengan tatapan bingung.
"Tuan Muda Javier tidak salah pesan makanan sebanyak itu?" tanya Kevin penasaran.
"Tidak," jawab Javier singkat.
Hening
Hening
"Aku tahu kenapa Tuan muda Javier memesan makanan sebanyak itu," ucap Kevin tiba - tiba setelah beberapa saat mereka saling terdiam.
"Apa?" tanya Javier penasaran sambil menaikkan salah satu alis matanya.
"Pasti gara - gara ke dua gadis tadi makanya Tuan memesan makanan sebanyak ini," tebak Kevin.
"Tidak juga, sudahlah aku tidak mau membicarakan mereka," ucap Javier.
"Memang kenapa Tuan?" tanya Kevin kepo.
"Bikin tidak naf*u makan," jawab Javier.
Kevin hanya tersenyum melihat Javier yang terlihat dengan jelas wajah kesalnya terhadap ke dua gadis tersebut.
Mereka makan dalam diam hingga setengah jam kemudian makanan yang di meja habis tanpa sisa.
Mereka melanjutkan percakapannya hingga setengah jam kemudian mereka sudah selesai mengobrol dan mereka pergi dari restoran tersebut menuju ke arah hotel tempat mereka menginap.
Detik, menit dan jam berjalan dengan cepatnya dan tidak terasa acara ulang tahun pernikahan Tuan Leon dengan Nyonya Renata sudah di mulai. Javier dan Kevin bersama rekan bisnis lainnya kini sudah berada di ruang pesta.
Javier dan Kevin tidak sengaja bertemu kembali dengan ke dua gadis tersebut begitu pula sebaliknya namun Javier dan Kevin tidak memperdulikan keberadaan mereka hingga seorang pria paruh baya sekaligus rekan bisnisnya bersama putrinya mendekati Javier.
"Selamat malam Tuan - Tuan," Sapa seorang pria paruh baya.
"Malam." Jawab Kevin singkat yang menjawab sapaan pria paruh baya tersebut.
'Si*l, sombong banget, lihat saja nanti jika putriku sudah menikah denganmu maka putriku akan membuatmu miskin dan saat itu juga Aku serta putriku akan menendang mu." ucap pria paruh baya tersebut dalam hati sambil menahan amarahnya.
"Kenal kan ini putri semata wayangku namanya Loren." Ucap pria tersebut memperkenalkan putrinya.
"Hallo." Ucap Loren sambil mengulurkan tangannya.
Javier membalas uluran tangannya setelah beberapa saat mereka melepaskan uluran tangannya.
Javier mengobrol dengan Loren dan entah kenapa Javier merasa nyaman mengobrol, mungkin karena Loren di ajak bicara nyambung mengenai bisnis.
Hingga Ayahnya Loren yang bernama Robert ijin pergi meninggalkan tempat tersebut untuk menemui rekan bisnis lainnya dan tanpa curiga sedikitpun Javier dan Kevin menganggukkan kepalanya.
Robert berjalan ke arah ruangan khusus para pelayan untuk menemui seorang pelayan dan membisikkan sesuatu sambil memberikan beberapa lembar uang dan pelayan itu pun menganggukkan kepalanya tanda setuju dan Robert pun pergi meninggalkan ruangan khusus para pelayan tersebut menuju ke tempat pesta.
Robert kembali ke tempat semula di mana Javier mengobrol dengan Loren sambil tersenyum membuat Javier dan Loren ikut membalas senyumannya.
Mereka kembali mengobrol hingga tidak berapa lama datang seorang pelayan sambil membawa empat gelas yang berisi anggur dan menawarkan ke mereka.
Javier, Kevin, Robert dan Loren menerima gelas yang berisi anggur dari pelayan tersebut kemudian bersulang.
Prang
Ketika Kevin hendak meminumnya seorang gadis tidak sengaja menabrak tangan Kevin hingga gelas yang di pegang oleh Kevin jatuh ke lantai dan langsung pecah berhamburan.
Hal itu membuat Kevin menatap tajam ke arah gadis tersebut namun matanya membulat sempurna begitu pula dengan Javier pasalnya gadis yang dibencinya ternyata yang menabraknya adalah Bela.
"Kamu lagi .... kamu lagi," omel Javier sambil memutar bola matanya dengan malas.
"Matamu buta ya!" Omel Kevin sambil membersihkan jasnya yang basah terkena cipratan anggur.
"Maaf aku tidak sengaja karena aku lagi mencari sahabatku," ucap Bela merasa bersalah.
"Kevin, sudahlah, bersihkan jas mu di toilet," ucap Javier sambil menatap kesal ke arah Bela begitu pula dengan Robert dan Loren.
Kevin hanya bisa mendengus kesal sambil menatap tajam ke arah Bela membuat Bela menundukkan kepalanya. Kevin berjalan ke arah kamar mandi sambil menyenggol bahu Bela membuat Bela mundur dan terasa sekali bahunya sakit.
Bela hanya bisa menghembuskan nafasnya perlahan kemudian pergi untuk mencari sahabatnya yang bernama Adira sedangkan Kevin mengobrol kembali dengan Robert dan Loren sambil sekali - kali meminum anggur tersebut begitu pula dengan dua orang tersebut.
Setengah jam kemudian Kevin sudah selesai dari kamar mandi dan berjalan mendekati Javier yang masih mengobrol dengan Robert dan Loren namun mata Kevin mengawasi mereka berdua.
'Kenapa aku merasakan kalau mereka berdua ada niat jahat dengan Tuan Muda Javier?' Tanya Kevin dalam hati.
Namun ketika mereka asyik mengobrol tiba - tiba tubuh Javier terasa panas membuat Javier membisikkan sesuatu ke asisten pribadinya yang bernama Kevin.
'Kevin, kok tubuhku terasa panas ya?' tanya Javier sambil menarik dasinya yang terasa seperti tercekik.
'Masa sih Tuan? Saya tidak merasa panas,' bisik Kevin mengikuti Javier yang juga berbisik.
'Benar tubuhku terasa panas, tubuhku terasa seperti terbakar,' bisik Javier kembali.
'Kalau begitu kita ke kamar saja,' Usul Kevin sambil masih berbisik.
'Baik,' jawab Javier singkat sambil berbisik melepaskan dasinya.
"Ada apa Tuan?" tanya Robert dan Loren serempak dan pura - pura tidak tahu.
"Tuan Muda Javier lagi tidak enak badan, kami pamit mau ke kamar," ucap Kevin yang menjawab ucapan mereka berdua.
"Biarkan putriku yang menemaninya," ucap Robert.
"Maaf Tuan, biar saya saja yang menemani." tolak Kevin.
"Memang kenapa kalau putriku menemaninya?" tanya Robert dengan tatapan kesal begitu pula dengan Loren sambil mengikuti langkah mereka.
"Tidak perlu, urus saja urusan Tuan," jawab Kevin yang merasa kalau Robert dan Loren ada hubungannya yang terjadi dengan Javier.
Javier dan Kevin pergi meninggalkan tempat tersebut sedangkan Robert dan Loren menatapnya dengan tatapan kesal.
"Daddy, bagaimana ini?" Tanya Loren yang melihat mereka berdua berjalan meninggalkan acara.
"Gara-gara gadis si alan menabrak gelas Kevin jadi gagal." Ucap Robert dengan nada kesal terhadap Bela sambil mengingat beberapa saat.
Robert menyuruh pelayan memasukkan obat tidur untuk Kevin agar tidak menggagalkan rencananya namun karena ulah Bela membuat rencananya gagal.
Untuk Javier, Robert memberikan obat perang sang dosis tinggi dan berhasil namun sayang Kevin menghalanginya.
"Daddy, aku akan ikuti pria itu." Ucap Loren sambil berjalan mengikuti langkah Kevin dengan langkah cepat.
"Usul yang bagus, kita ikuti mereka." Ucap Robert.
Mereka mengikuti langkah Javier dan Kevin hingga mereka berhenti tepat di depan lift. Mereka melihat Kevin menekan tombol lift membuat mereka bersembunyi tidak jauh dari Javier dan Kevin.
"Mereka menuju ke lantai atas kita ikuti mereka, Daddy akan mengurus Kevin dan Kamu tidur bersama Javier. " ucap Robert.
"Tapi kita naik apa, Dad? Soalnya mereka menggunakan lift," ucap Loren.
"Kita naik tangga saja dengan berlari," ucap Robert sambil berlari menuju ke arah anak tangga dengan diikuti oleh putrinya bernama Loren.
Ting
Pintu lift terbuka Javier dan Kevin keluar dari kotak persegi empat tersebut dan berjalan di lorong yang sangat sepi karena semua yang menempati kamar di lantai tersebut sedang menikmati pesta.
"Berhenti!!!" teriak Robert dan Loren bersamaan dengan nafas memburu karena habis berlari.
Javier dan Kevin serempak menghentikan langkahnya kemudian membalikkan badannya, Javier menatap Loren dengan tatapan berbeda sedangkan Kevin menatap tajam ke arah Robert dan Loren.
"Ada apa?" Tanya Kevin dengan nada dingin.
"Maaf, aku ingin menemani Tuan Javier karena sepertinya Tuan Javier sakit." Jawab Loren sambil tersenyum namun dalam hatinya menahan amarahnya.
"Tuan Javier tidak sakit, maaf kalian pergilah!" Usir Kevin.
'Maaf Tuan, lebih baik Tuan mandi air dingin untuk menghilangkan hawa panas di tubuh Tuan.' Bisik Kevin.
Javier hanya menganggukkan kepalanya kemudian membalikkan badannya meninggalkan mereka bertiga menuju ke arah kamarnya.
"Kamu hanya seorang pegawai rendahan jangan mencampuri urusan kami." Ucap Robert.
"Walau saya orang rendahan tapi saya orang kepercayaan Tuan Javier jadi apapun yang terjadi dengan keadaan Tuan Javier maka saya bertanggung jawab." Ucap Kevin dengan nada tegas.
"Tapi ..." Ucapan Loren terpotong oleh Kevin.
"Kalian berdua pergilah sebelum aku memanggil para bodyguard ku." ucap Kevin dengan nada mengancam.
Mereka berdua hanya bisa menahan amarahnya kemudian pergi meninggalkan Kevin sendirian. Kevin membalikkan badannya dan berjalan ke arah kamar Javier.
Ceklek
Kevin membuka pintu kamar Javier kemudian masuk ke dalam namun Javier tidak ada di ranjang. Kevin mendengar suara gemericik air dan Kevin tahu kalau Javier sedang mandi untuk mendinginkan wortel importnya.
Tok tok tok
"Tuan." Panggil Kevin sambil mengetuk pintu.
Ceklek
Kevin memberanikan diri membuka pintu dan melihat Javier sedang mandi air dingin dengan menggunakan shower.
"Tubuhku sangat panas dan juga dingin, apa yang harus aku lakukan?" Tanya Javier.
"Jalan satu-satunya Tuan Muda melakukan hubungan suami istri." Jawab Kevin.
"Apa tidak ada cara lain?" Tanya Javier.
"Maaf Tuan, bisa saja memanggil dokter tapi kota ini terpencil dan agak lama kalau memanggil dokter." Jawab Kevin.
"Kalau begitu, cari gadis yang masih tersegel dan berikan uang yang sangat banyak." Ucap Javier.
"Baik Tuan." Jawab Kevin sambil membalikkan badannya.
Kevin keluar dari kamar tersebut hingga mereka bertemu dengan Adira dan Bela.
"Tunggu, kalau boleh tahu siapa nama Nona?" Tanya Kevin.
"Namaku Adira ," jawab Adira dengan wajah bingung.
"Namaku Bela," ucap Bela ikut memperkenalkan dirinya sambil tersenyum manis menatap wajah tampan Kevin.
"Aku Kevin." Jawab Kevin ikut memperkenalkan dirinya.
"Kak Kevin." ucap Bela.
"Ada yang bisa aku bantu Kak?" tanya Adira bersamaan namun ucapannya berbeda.
"Apakah Nona Adira sudah menikah?" Tanya Kevin.
"Jangankan menikah punya kekasih saja belum, sama sepertiku." Jawab Bela yang menjawab pertanyaan Kevin.
"Nona Adira, boleh aku meminta bantuan?" Tanya Kevin tanpa memperdulikan ucapan Bela.
"Selama aku bisa bantu, aku akan bantu." Jawab Adira.
"Kalau aku pasti bisa bantu, Kak Kevin minta bantuan apa?" Tanya Bela sambil masih berusaha tersenyum walau dalam hatinya sangat kesal karena Kevin sama sekali tidak memperhatikan dirinya.
"Maaf, aku bicara dengan Nona Adira jadi bisakah Nona pergi?" Tanya Kevin yang kesal dengan Bela.
"Kenapa aku di usir?" Tanya Bela balik bertanya.
"Maaf bukannya aku mengusir mu tapi saat ini aku ingin bicara dengan Nona Adira." Jawab Kevin sambil menahan amarahnya.
'Rasanya ingin aku lempar ke laut.' Sambung Kevin dalam hati.
"Bela, Kak Kevin ingin bicara denganku dan sepertinya penting." Ucap Adira.
Tanpa menjawab Bela pergi meninggalkan mereka berdua sambil menahan amarahnya terhadap Kevin terlebih pada Adira yang tidak tahu apa-apa.
"Ada yang bisa aku bantu Kak?" Tanya Adira setelah melihat Bela sudah pergi.
"Aku tidak tahu tadi aku melihat wajah Tuan Javier memerah sepertinya sakit," ucap Kevin tanpa mengatakan kalau Javier terkena obat perang sang.
'Maaf Nona, aku terpaksa tidak mengatakan dengan jujur karena jika aku mengatakannya sudah bisa dipastikan Nona akan menolaknya.' Sambung Javier dalam hati.
"Boleh aku melihatnya?" tanya Adira.
"Boleh," jawab Kevin sambil berjalan ke arah kamar Javier.
"Kenapa tidak memanggil dokter?" Tanya Adira sambil berjalan mengikuti langkah Kevin.
"Sudah tapi katanya dua jam lagi jadi sambil menunggu dokter datang Nona bisa membantu Tuan Javier." Jawab Kevin berbohong.
'Aduh Tuan, aku terpaksa berbohong terus.' Sambung Kevin dalam hati.
Tok Tok Tok
Ceklek
Kevin mengetuk pintu sebanyak tiga kali kemudian Kevin membuka pintu kamar Javier dengan lebar agar Adira masuk ke dalam kamar Javier di mana Javier masih mandi air dingin.
"Tuan Javier kemana?" Tanya Adira sambil masuk ke dalam kamar pribadi Javier.
"Ada di kamar mandi, tolong di lihat." Ucap Kevin sambil memundurkan langkah kakinya dengan perlahan.
"Eh ... Kak Kevin mau kemana?" Tanya Adira sambil membalikkan badannya.
"Maaf Kakak ingin menunggu dokter di depan pintu, tolong di lihat apakah Tuan Javier baik - baik saja atau tidak." Jawab Kevin berbohong lagi.
"Baik Kak." Ucap Adira sambil membalikkan badannya tanpa ada rasa curiga sedikitpun.
Ceklek
Adira berjalan ke arah kamar mandi kemudian membuka pintu kamar mandi bersamaan Kevin menutup pintu kamar tersebut kemudian menguncinya dari luar.
Sesaat Adira diam membatu melihat tubuh polos Javier sedangkan Javier yang merasa diperhatikan memalingkan wajahnya ke arah pintu kamar mandi.
"Ngapain kamu kesini?" tanya Javier sambil mematikan kran shower kemudian berjalan ke arah Adira.
"Aku di suruh Kak Kevin untuk menolong Kak Javier." Jawab Adira jujur sambil memundurkan tubuhnya dengan wajah ketakutan.
Tanpa menjawab Javier berjalan ke arah Adira membuat Adira berjalan mundur hingga akhirnya Adira memasang kuda-kuda.
Bugh
Duag
Bugh
Duag
Bruk
Adira memukul dan terkadang menendang Javier membuat Javier ikut memukul dan menendang hingga Javier melihat ada kesempatan memukul tengkuk Adira membuat tubuh Adira ambruk dan tidak sadarkan diri.
Grep
Javier langsung memeluk tubuh Adira agar tidak terjatuh kemudian Javier menggendongnya ala bridal style dan berjalan menuju ke arah ranjang.
Javier yang sudah tidak bisa menahan hasratnya melempar tubuh Adira ke ranjang kemudian mengarahkan tangannya ke arah pakaian Adira.
Sretttt
Sretttt
Javier menarik pakaian Adira hingga akhirnya tubuh Adira polos tanpa sehelai benangpun. Javier menaiki tubuh Adira kemudian mencium bibir Adira dengan rakusnya. Ciuman Javier terasa kaku karena baru pertama kali melakukannya sedangkan Adira masih setia memejamkan matanya.
Tidak berapa lama tubuh mereka menyatu membuat Javier tersenyum. Senyuman pertama untuk seorang gadis yang tidak di sadari oleh Javier karena selama ini Javier tidak pernah memberikan senyuman tulus walau dengan gadis yang disukainya Javier tidak pernah tersenyum dengan tulus hanya berwajah datar dan dingin.
"Sttttt.... Sakit!!!" Rintih Adira ketika tubuhnya disatukan sambil memaksakan membuka matanya.
Javier yang sudah tidak bisa menahannya akibat pengaruh obatnya yang sangat kuat membuat Javier tidak memperdulikan rintihan kesakitan Adira
"Aku mohon, ini sakit sekali tolong lepaskan." Mohon Adira sambil mendorong tubuh kekar Javier namun tenaganya kalah jauh.
Tanpa menjawab Javier memberikan pemanasan kembali hingga rasa perih berganti rasa nikmat barulah Javier menggoyangkan pinggulnya secara berulang kali hingga setengah jam kemudian keluarlah lahar dari tombak sakti milik Javier dan sengaja dimasukkan ke dalam rahim Adira.
Setelah beberapa saat Javier menarik tombak saktinya kemudian menggulingkan tubuhnya ke arah samping sedangkan Adira hanya memejamkan matanya dengan air mata tidak berhenti keluar.
'Jika kak Javier tidak bertanggung jawab dan aku hamil, apa yang harus aku lakukan?' tanya Adira dalam hati sambil membalikkan badannya dan menutupi tubuh polosnya dengan menggunakan selimut.
'Aku tidak mungkin menggugurkannya karena dosaku akan semakin bertambah banyak,' sambung Adira dalam hati.
'Jika kak Javier tidak bertanggung jawab aku akan pergi dari kehidupannya agar rasa sakit ku berkurang," Sambung Adira dalam hati.
'Mungkin sudah takdirku kekasihku di rebut sahabat baikku dan kini harta yang selama ini aku jaga direnggut paksa oleh pria yang baru aku kenal hanya karena aku takut terjadi sesuatu dengan Kak Javier." sambung Adira dalam hati sambil memejamkan matanya.
Rasa penyesalan yang teramat sangat karena memperdulikan Javier yang sedang sakit, membuat Adira kehilangan harta berharganya. Adira hanya bisa menangis dan menangis sedangkan Javier tidak perduli asalkan hasratnya sudah terpenuhi.
Tidak membutuhkan waktu lama Adira tidur dengan pulas dengan mata bengkak karena habis menangis sedangkan Javier yang melihat Adira membalikkan badannya hanya diam kemudian ikut memejamkan matanya dan tidak berapa lama ikut tertidur dengan pulas.
Dua jam kemudian Javier merasakan tubuhnya panas kembali dan ingin melakukan hubungan suami istri membuat Javier menarik selimut Adira dan membuangnya secara asal membuat Adira memaksakan membuka matanya.
"Apa yang kak Javier lakukan?" tanya Adira dengan wajah terkejut.
"Obatnya berkerja kembali," jawab Javier sambil menaiki tubuh Adira.
"Obat apa?" Tanya Adira sambil mendorong tubuh Javier tapi tenaganya kalah jauh.
Tanpa menjawab Javier menyatukan kembali tubuhnya membuat Adira kembali memejamkan matanya sambil menggenggam seprai untuk menahan rasa perih hingga setengah jam kemudian barulah Javier berhenti bersamaan tombak saktinya mengeluarkan laharnya.
Javier menarik tombak saktinya kemudian menggulingkan tubuhnya ke arah samping sedangkan Adira hanya diam namun air matanya tidak berhenti keluar.
Empat kali Javier melakukan hubungan suami istri setelah itu Javier tumbang begitu pula dengan Adira yang tubuhnya terasa tidak bertulang dan mereka pun tidur dengan pulas dan tanpa sadar mereka saling berpelukan dan memberikan kehangatan masing-masing.
Malam berganti pagi perlahan Adira membuka matanya namun matanya membulat sempurna karena dirinya memeluk Javier membuat Adira melepaskan pelukannya membuat Javier terusik tidurnya.
"Kenapa kamu ada di sini? Apa yang kita lakukan?" tanya Javier dengan wajah terkejut.
Ketika Javier merasakan tubuhnya polos membuat Javier membuka selimutnya dan ternyata benar sedangkan Adira hanya diam hal itu membuat Javier menatap Adira dengan tatapan membunuh.
"Kak Javier kemungkinan terkena obat perang sang dan ...." ucapan Adira terpotong oleh Javier.
"Dan kamu dengan sengaja menyerahkan tubuhmu agar aku mau menikah denganmu? Benar bukan?" tanya Javier sambil tersenyum menyeringai.
"Aku bukan wanita seperti i..." ucapan Adira kembali terpotong oleh Javier.
"Aku tidak akan bertanggung jawab apalagi mau menikah denganmu karena aku tahu kamu wanita licik, berapa yang kamu minta?" tanya Javier sambil bangun dari ranjang untuk mengambil dompetnya yang tergeletak di meja dekat ranjang.
Duar Duar
Bagai petir di siang hari itu yang dirasakan oleh Adira membuat Adira mengeluarkan kembali air mata sambil berusaha bangun dan turun dari ranjang sambil memunguti pakaiannya namun pakaiannya robek.
Adira mengambil pakaian milik Javier kemudian memakainya sambil menahan rasa perih pada bagian privasinya.
"Ini aku berikan kartu kredit gold dan aku rasa cukup membeli mahkotamu dan menggugurkan kandungan mu jika nanti kamu hamil." ucap Javier sambil melemparkan kartu kredit gold miliknya ke arah wajah Adira tanpa memperdulikan kemejanya dikenakan oleh Adira.
"Tidak perlu," jawab Adira sambil berjalan ke arah pintu kamar milik Javier dengan perasaan hancur.
"Cih... Aku tidak percaya kalau kamu tidak mau, apa masih kurang?" tanya Javier dengan nada menghina.
"Simpan saja uang kak Javier," jawab Adira sambil membalikkan badannya dan menatap wajah tampan Javier dengan wajah penuh kecewa.
Adira membalikkan badannya lalu membuka pintu kamarnya dan berjalan ke arah lorong menuju ke kamarnya bersamaan Kevin membuka pintu kamarnya. Kevin sangat terkejut dengan wajah sembab Adira.
"Ada apa Nona?" tanya Kevin.
"Tidak ada apa - apa, aku ingin berjalan ke arah kamarku," ucap Adira sambil tersenyum menutupi kesedihannya sambil menahan rasa perih pada bagian privasinya di tambah hatinya yang sangat hancur.
"Aku akan temani Nona," ucap Kevin yang tidak tega melihat cara jalan Adira.
Adira hanya diam dan terus berjalan dengan pikiran kosong membuat Kevin tidak tega dan membantu Adira berjalan hingga Adira berhenti di depan pintu.
Adira menggesek kartu akses setelah terdengar bunyi klik barulah Adira masuk ke dalam kamarnya sedangkan Kevin membalikkan badannya.
"Kak Kevin, jangan ceritakan apa yang telah terjadi semalam. Biarkan Kak Javier menganggap diriku perempuan jahat atau perempuan yang tidak tahu diri." Pinta Adira.
"Memang kenapa Nona?" Tanya Kevin dengan wajah bingung.
"Katakan saja yang baru saja aku katakan." Ucap Adira sambil menutup pintu kamarnya.
Kevin hanya menganggukkan kepalanya sedangkan Adira menangis di balik pintu membuat Kevin semakin merasa bersalah karena secara tidak langsung telah menghancurkan masa depan Adira.
Setelah puas menangis Adira masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket sekaligus membersihkan tubuhnya yang sangat kotor.
Hingga setengah jam kemudian Adira sudah selesai mandi dan memakai pakaian santai. Adira menghubungi seseorang untuk datang setelah selesai Adira menyimpan ponselnya ke dalam tasnya.
Semua pakaian dimasukkan ke dalam koper sedangkan pakaian kotor dimasukkan di dalam kantong plastik untuk dimasukkan ke dalam koper agar tidak tercampur.
"Sebenarnya selain reuni Aku ingin menikmati pemandangan di sini sambil menyelesaikan pekerjaan kantor tapi ternyata ..." Ucap Adira menggantungkan kalimatnya sambil kembali mengeluarkan air matanya.
'Apa yang akan Aku katakan sama Mommy, Daddy dan ke tiga kakakku? Oma, Opa, Mommy, Daddy, Kak Rey, Kak Ray dan Kak Adara serta keluarga besar ku maafkan adikmu ini yang telah membuat malu keluarga.' ucap Adira dalam hati.
Setelah dirinya tenang, Adira menghapus air matanya dengan kasar kemudian Adira berjalan keluar dari kamarnya menuju ke arah lift namun ketika mereka melewati tangga dua orang gadis yang sejak tadi menunggu kedatangan Adira dengan sengaja mendorong Adira.
"Akhhhhhhhh...." Teriak Adira.
Tubuh Adira terguling - guling hingga jatuh ke lantai dua dengan darah keluar dari kepala, hidung dan mulut. Tiba-tiba salah satu dari gadis tersebut yang tadi mendorong Adira di mana pakaiannya banyak noda darah berbaring di samping Adira yang berusaha untuk berdiri.
Teriakan Adira terdengar jelas oleh Javier dan Kevin yang kebetulan mereka sedang membuka pintu kamar mereka untuk keluar dari kamarnya masing-masing.
xxxxxxxxxx Flash Back On xxxxxxxx
Sepeninggal Adira, Javier masuk ke dalam kamar mandi namun hati kecilnya merasa bersalah terhadap Adira membuat Javier berdecak kesal kemudian mandi dengan secepat kilat, setelah selesai mandi Javier memakai pakaian santai juga secepat kilat.
Sedangkan Kevin setelah membantu mengantar Adira ke kamarnya, Kevin berjalan ke arah kamarnya untuk bersiap membereskan barang-barangnya. Setelah selesai Kevin berjalan ke arah kamar milik Javier.
Tok Tok Tok
Ceklek
Seperti biasa Kevin mengetuk pintu sebanyak tiga kali dan tanpa menunggu jawaban Kevin membuka pintu kamar milik Javier bersamaan terdengar suara teriakan Adira.
xxxxxxxxx Flash Back Off xxxxxxxx
Javier langsung membalikkan badannya dan berjalan ke arah sumber suara dengan langkah lebar.
"Siapa yang berteriak?" Tanya Javier yang sudah memakai pakaian santai ketika melihat Kevin melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah tangga.
"Saya mendengar suara teriakan seorang wanita" jawab Kevin.
"Apa???" teriak Javier dengan wajah terkejut.
Javier dengan langkah cepat menyusul Kevin hingga mereka berada di tangga dan melihat apa yang telah terjadi.
Serempak mata mereka membulat sempurna karena melihat seorang gadis tergeletak dengan pakaiannya banyak bercak darah sedangkan Adira mengecek leher gadis tersebut namun mereka melihat kalau Adira ingin mencekik gadis tersebut.
Bruk
"Loren!" Teriak seorang pria sambil berlari kemudian mendorong tubuh Adira dengan kasar hingga terbentur tembok.
"Apa salah putri ku? Kamu gadis sangat jahat!" Teriak pria tersebut sambil menggendong Loren ala bridal style dan di bawa pergi oleh pria tersebut.
"Adira, Aku dan Loren adalah sahabat baikmu tapi kenapa kamu jahat mendorong Loren? Padahal Loren itu sangat baik padamu." ucap Bela sambil menatap Adira dengan wajah pura-pura sedih.
Adira terdiam namun hatinya sangat kecewa dan hidupnya hancur sebanyak tiga kali pertama dirinya kehilangan harta berharganya yang selama di jaganya, ke dua dirinya di rendahkan oleh Javier dan yang ke tiga Bela yang dianggap sahabatnya tega memfitnah dirinya.
'Kepala, tubuh dan bagian privasi ku sangat sakit dan perih seperti tidak bertulang. Bela tidak menolongku tapi malah menuduhku yang bukan-bukan.' ucap Adira dalam hati.
'Ketika sahabatku Loren merebut kekasihku dan sahabatku Bela memfitnahku hatiku sakit tapi kenapa hatiku lebih sangat sakit ketika aku sudah kehilangan harta berhargaku dan direndahkan oleh Kak Javier?' Tanya Adira dalam hati dengan mata berkaca-kaca.
'Jika aku masih diberikan kesempatan untuk hidup aku ingin melupakan semua yang menyakitkan ini.' Ucap Adira dalam hati.
'Oma, Opa, Mommy, Daddy, Kak Rey, Kak Ray, Kak Adara dan semuanya maafkan Aku yang sudah membuat kalian malu.' Ucap Adira dalam hati.
Adira adalah putri ke empat sekaligus putri bungsu dari pasangan Daddy Rico dengan Mommy Karen.
Perasaan kecewa yang teramat sangat terhadap ke dua sahabatnya di mana Loren merebut kekasihnya dan Bela yang memfitnah nya di tambah perkataan Javier membuat Adira ingin melupakannya dan tidak ingin mengenal mereka.
'Seandainya saja bisa, Aku ingin melupakan apa yang telah terjadi saat ini. Melupakan Kak Javier, Bela dan Loren orang yang telah membuatku terluka namun tidak berdarah.' Ucap Adira dalam hati.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!