Namaku Dewi, aku terlahir dari keluarga sederhana. Ibuku seorang guru sedangkan Ayahku seorang satpam di bawah naungan aperatur negara. Aku anak pertama dari 3 bersaudara. Dewi anaknya sedikit cuek tapi dia penyayang, sangat perhatian, juga bisa dijadikan teman yang baik. Tapi, tidak dengan permaslahan percintaannya karena banyak lika liku yang dia jalani sampai dia menemukan empu yang punya hatinya.
Ini kisahku
Awalnya Dewi tak tau apa itu yg namanya cinta, karena bagi dia cinta itu akan merugikan hidupnya kelak. Ketika dia bertemu dengan seseorang yang mendekatinya untuk berkenalan dan menghiasi hari-harinya baru dia mengerti ada getara aneh yang menyapa dirinya, mungkinkah ini yang dinamakan cinta?
Suatu hari dia menerima pesan dari teman sekolahnya bahwa seseorang yang bernama Dani menunggunya untuk berjumpa di tepi rel kereta api yang selalu di lakukan setiap bertemu dengannya. Entah berapa lama aku dekat dengannya, sampai aku pernah kehilangan dia tanpa aku sadari. Mungkin Dewi merasa Dani sudah tidak perduli lagi terhadapnya, jadi dia seakan tak percaya kalau Dani menunggunya di tempat biasa mereka bertemu. Setelah bertemu dan bercerita merekapun memutuskan untuk tidak saling berhubungan lagi, karena Dani akan pergi jauh.
Beberapa tauhun berlalu... Setelah kejadian itu Dewi tak pernah lagi perduli akan rasa cinta. Kini dia sudah beranjak remaja, dia melanjutkan sekolahnya kejenjang lebih tinggi lagi.
Aku melanjutkan sekolahku dari SD ke SMP swasta di daerah dekat rumahku dan tak sengaja aku bertemu dengan seseorang. Feri namanya anak perumahan depan sekolah yang terkenal humoris dan baik hati. Aku dan Feri satu sekelas di satu sekolah swasta di daerah tersebut. Tanpa aku sadari, Feri selalu memperhatikanku saat aku belajar. Aku sih, orangnya cuek gak menghiraukan siapa yang memerhatikanku. Tapi, waktu itu Dewi terkejut dengan lemparan kertas yang dilempar Feri padanya, karena Dewi lagi serius memperhatikan guru.
Setelah mendapatkan kertas itu Dewipun membaca tulisan yang ada pada kertas tersebut, dia kaget ternyata tulisan yang ada dalam kertas tersebut adalah kata-kata pernyataan cinta dari Feri. Seketika Dewi melirik ke arah orang yang melempar kertas tadi. Dia merasa aneh saat membaca isi dari kertas yang dilempar Feri.
"Sejak kapan dia menyukaiku?" Gumamku, Dewi tak menyangka kalau Feri menyukai dia. Sebenarnya sejak jauh dari Dani dan memutuskan tidak berhubungan lagi, dialah orang yang bisa mengganti posisi kekasih cinta monyetnya terdahulu. Karena Feri bisa meluluhkan hati Dewi yang saat itu sedang hampa.
Tak berselang lama dari lemparan kertas tersebut merekapin mulai bersama dan menjalin hubungan mengalir seperti layaknya air mengalir, mereka menjalani hubungan apa adanya makanya jarang sekali cekcok ataupun saling menyakiti. Karena cinta mereka sangat tulus dan benar-benar apa adanya.
Kini Dewi setiap harinnya selalu sekolah paling awal. Karena jika datang paling awal pasti akan ketemu dengan Feri lebih lama. Makanya Dewi pergi sekolah awal banget, diapun meminta izin buat berangkat sekolah pada ibunya.
"Mah, aku berangkat", Dewi berpamitan kepada ibunya.
"Ya, nak." Sekitika juga ibunya mengiyakan anaknya.
Ibunya tak ada pikiran apa-apa Dewi selalu pergi awal waktu.
Dewipun berlalu, dia naik kerndaraan umum yang menuju sekolahnya.
Hari ini aku akan bertemu pujaan hatiku, apakah dia merindukanku? Atau mungkin dia biasa aja. Dewi terlalu bucin dibuatnya.
Tak berapa lama Dewipun sampai di gank yang menuju sekolahnya. Tampaklah pujaan hatinya di depan rumahnya, "Hai sayang, apa kau sudah siap pergi kesekolah? " Tanyanya pada Dewi sambil melayangkan ciuman di pucuk kepala dan kemudian tersenyum, aku hanya menganggukan kepala. Merekapun berangakt bersama ke sekolah, dan belajar dengan baik.
Tak berapa lama tahunpun berlalu, satu tahun sudah Dewi dan Feri menjalani hubungan tanpa ada huru hara dihubungan mereka.
Setelah satu tahun bersama, Dewi sedih karena dia dan Feri tak bisa bersama lagi, Sebab Feri memilih pindah sekolah mengikuti ibunya, ke kota lain dan sekolah di kota tersebut. Dewi sedikitnya kecewa dan sedih, namun dia tetap harus melanjutkan semuanya tanpa Feri karena tak selamanya cinta selalu ada menurut Dewi.
Dua tahun kemudian
Hari ini awal Dewi duduk di kelas 3, emm tak terasa waktu berlalu. Namun, rasa yang tertinggal masih ada tapi tak mungkin dia berlarut-larut dalam rasa itu. Kini Dewi menyukai seseorang yang ada di kelas lain namun sayangnya, dia sudah memiliki seseorang dan dia adalah teman sekolahku sendiri. Tak ada yang tau apa yang kini aku rasakan, kecuali hanya teman dekatku yang tau perasaanku.
Apa yang aku rasakan? Sri dan Mimin mengetahuinya. Mereka teman sekelasku, mereka tau aku menyukai Sandi, anak kelas lain. Tapi, sayang dia sudah mempunyai kekasih yang diibaratkan saingan buatku.
Saat itu jam istirahat, Sri berlari kedalam kelas dan bermaksud menemuiku. Sambil tergesa-gesa Sri menghampiriku. "Dewi, apa kau tau?" Dewi hanya mengerutkan dahi. "Memangnya kenapa Sri, apa ada yang gawat?" Dewi dengan penasarannya. "Emm, Apa kau tau, Sandi memberikan sebuah cincin kepada Nita?" Dengan kagetnya Dewi tertunduk.. "Apakah benar seperti itu?" Gumam Dewi, dan hanya menampakkan senyum pada Sri. "Memangnya kenapa? Kan dia bukan siapa-siapa aku, jadi mengapa aku harus tau urusannya?", "kau yakin Wi, kau tidak cemburu dengan yang dilakukan Sandi terhadap Nita?" Pertanyaan Sri membuat Dewi geram, seakan dia ingin memakannya. "Buat apa aku cemburu, toh dia bukan siapa-siapa aku," walau Dewi berkata seperti itu, Sri tau kalau Dewi kecewa dan juga marah.
Tak lama kelulusan sekolah pun sampai pada waktunya. Setelah kejadian itu, Dewi tidak pernah tau dan tidak memikirkan Sandi. Walau begitu, rasa untuk sandi tak pernah hilang dari hatinya.
Memandang indah wajahmu
Mengagumi setiap lentik matamu
Membayangkan senyuman manismu
Yang tak bisa ku miliki
Mendengar keluh kesahmu
Menerima segala kekuranganmu
Merasakan setiap kesedihanmu
Dimanakah aku di dalam hatimu
Ku hanya bisa diam, menyimpan perasaan
Di dalam sebuah ruang yang ku sebut rindu
Cintaku dalam diam, tentang sebuah harapan
Doakan kau bahagia meski tak bersamaku
Ku tak berhak tuk paksakan hatimu
Jikalau kau tahu
Yang ku rasakan saat ini
Memaksakan hatiku ini
Tuk terus mencintai walau tak miliki
Menelan pahit kenyataan
Ku terima segala kemungkinan
Demua yang telah digariskan, ku ikhlaskan
Namun dimanakah aku di dalam hatimu
Ku hanya bisa diam, menyimpan perasaan
Di dalam sebuah ruang yang ku sebut rindu
Cintaku dalam diam, tentang sebuah harapan
Foakan kau bahagia meski tak bersamaku
Ku hanya bisa diam (di dalam sebuah ruang) yang ku sebut rindu
Vintaku dalam diam (doakan kau bahagia) meski tak bersamaku
Ku tak berhak tuk paksakan hatimu, ku tak berhak tuk miliki cintamu
Begitulah Dewi mengungkapkan isi hatinya lewat nyanyian yang menghibur dirinya saat ini. Ketika dia merasa cintanya tidak akan mungkin terbalas oleh orang yang dia suka. Makanya Dewi mencintai Sandi dalam diam. Dewi berharap suatu hari dia akan bertemu dengan Sandi atau dengan orang yang benar-benar tulus mencintai Dewi siapapun itu.
Bersambung
Dukung ya ceritaku ini supaya bisa aku up terus, jangan lupa ya like, komen, vote, dan nilai yang banyak ya supaya saya makin semanagat, moodnya lagi bagus ni. Di tunggu ya dukungannya jangan sampai salah cerita ya. Mudah-mudahan ini awal yang baik untuk aku membuka keinginanku yang terpendap yaitu bisa membuat novel walau menurutku belum bisa di sebut penulis
Tahunpun berlalu, masalah Sandi sudah Dewi lupakan. Kini dia harus menjalani hidupnya, dan juga mengemban tugas sebagai pelajar. Karena dia tak mau mengecewakan kedua orang tuanya, maka dari itu Dewi fokus dengan sekolahnya. Walau kadang mencuri-curi waktu untuk sekedar nongkrong di tempat biasa dia berbincang dan menunggu teman-temannya.
Tempat nongkrong anak STM
Biasanya kita anak sekolah, sebelum pulang ke rumah kita semua nongkrong di pusat jajanan. Ada yang sengaja menunggu temannya, ada juga yang hanya sekedar jajan, dan apalagi ada yang menunggu kekasihnya yang beda sekolah.
Siang itu pulang sekola Dewi nongkrong di tempat biasa. Dewi menunggu teman-temannya untuk pulang bareng. Karena biasnya dia dan teman-teman satu angkot bersama, jadi kita saling menunggu satu sama lain. Kebersamaan bagi kita adalah hal yang paling utama, dibandingkan dengan yang lain. Makanya mereka rela saling menunggu walau memakan waktu yang begitu lama, karena jalanan yang tak bisa di tebak macet atau tidaknya.
Ketika Dewi sedang meninggu datanglah Rena, dan dia mendekati Dewi.
"Wi, kok masih disini?" Tanya Rena.
Rena adalah teman Dewi saat Dewi masih di SMP.
"Emm ya, aku menunggu seseorang," jawabku pada Rena.
Dewi menunggu Hendra anak STM yang sekarang dekat dengan dia. Karena sering pulang bareng, tapi kami tidak sampai berduaan. Malahan kita semua semobil seperti itu tiap harinya kami rame-rame dengan teman-temannya. Karena bagi dia bersama teman-teman lebih indah dan akan terus bersama walau kadang jarang bareng.
Setelah lama menunggu, orang yang dinanti datang bersama teman-temannya. Dewi menyambutnya seperti biasa tidak saantusian menyanbut teman-temannya. Kadang gantian Hendra sering menunggu kepulangan Dewi dari sekolahnya, karena yang sering menunggu adalah Hendra.
Setelah rasa lengkap personilnya maka kami semua pulang bersama dengan angkot langganan kami, karena Dewi lebih suka kebersamaan dari pada di antar jemput. Karena jika begitu dia seperti tak punya teman saja.
Beberapa bulanpun berlalu, Dewi menjalani hubungan dengan Hendra. Namun tanpa disadari Dewi, ibunya tidak menyutujui hubungannya. Dewi tau kalau hubunganya dengan Hendra tak disetujui ibunya, itu dari salah satu teman STMnya sendiri. Hubungan Dewi dan Hendra tak bisa lama pada akhirnya, hubungan mereka harus kandas karena ibunya Dewi. Entah apa yang membuat ibunya tidak pernah mengungkapkan alasannya sampai saat ini.
Seperti biasa Dewi menjalankan aktivitasnya, sekolah tanpa memikirkan beban yang dia hadapi. Sepulang sekolah, seperti biasa Dewi diam ditempat kumpul anak-anak, dia tak mau menunjukkan keluh kesah yang dia rasakan saat ini setelah putus dari Hendra. Tak disangka Dewi melihat Hendra dan temannya sendiri sedang jalan bersama, Dewi menyadari semua itu ketika kedua teman SMPnya itu sering nongkrong di tempat biasa dia dan yang lainnya menunggu jemputan langganannya. Saat ini dia hanya ingin meyakinkan saja isu yang beredar bukan hanya hoax. Kalau Hendra dan temannya itu menjalin hubungan.
"Ternyata berita itu bukan omong kosong belangan, ternyata mereka menjalin hubungan. Ada kemungkinan ketika aku masih bersamanya, dia mendekati Hendra." Gumam dewi
Dewi bersikap biasa saja ketika mereka berdua lewat. Dewi menyungingkan senyumannya, walau hati terasa sakit. Akhirnya, Dewi dan Fitri pulang berdua tanpa teman-temannya. Fitri kaget melihat orang yang mendekati mereka berdua, cuma dia tak mau berpikir apa-apa. Takutnya Dewi merasa sakit, jadi dia tidak enak mau bertanya. Tapi, dia sangat penasaran sama kisahnya dewi saat ini.
"Wi, kamu baik-baik sajakan?" Tuturnya, Dewi hanya menganggukkan kepalanya tanpa ada kata-kata lain.
Keesokan harinya setelah kejadian itu, Dewi dan Fitri seperti biasa melakukan aktivitas sebagai anak sekolah. Dia seperti biasa menunggu teman-temannya di tempat biasa dia nongkrong. Karena setelah hubungannya kandas, Dewi tak pernah dekat dengan siap-siapa lagi jadi dia merasa bebas melakukan apa saja. Tak sengaja dia berdiri di trotoar di tempat menunggu teman-temannya. Dewi melihat kendaraan umum lewat, seperti biasa dewi kepo untuk melihat siapa saja yang ada dalamnya. Dewi kaget, ternyata di dalam mobil ada seseorang yang dulu pernah singgah di hatinya. Mereka saling pandang dan menyungkingkan senyuman satu sama lain. Sedikit terobati rasa kecewa dia oleh orang yang tak disangka akan dia lihat lagi.
Sandi...
Nama yang pernah singgah di hati Dewi, tanpa Sandi sadari sedikit memperlihatkan rona bahagianya. Tak ada kabar antara mereka, dan Dewipun tidak mencari tau karena menurutnya dia tak akan penting bagi Sandi.
Hari minggupun datang, disambut oleh Dewi yang ingin menikmati liburnya dengan berolahraga ke lapang yang biasa dijadikan tempat berolahraga. Dewi mengajak adiknya berolahraga ke lapang disebrang jalan rumahnya, karena dia tak mau sendirian pergi ke sana maka dari itu dia mengajak adiknya.
Hanya sekedar untuk melepas penatnya selama seminggu dia bersekola, dan menghilangkan penat didadanya yang selama ini dia pendam. Berlarilah dia, tanpa sadar ada yang mengikuti selama dia berolahraga karena menurutnya itu orang-orang yang sedang berolahraga saja.
Andrilah yang mengikitu Dewi dari belakang karena dia penasaran pada Dewi dari SMP dulu. Andri adalah teman SMPnya tapi, Dewi tak menghiraukannya karena dia ingin fokus berolahraga. Karena bagi dia berolahraga dengan fokus itu lebih baik.
Beberapa hari berlalu setelah kejadian di hari minggu, teman SMPku Mimin mengajak kerumahnya untuk berkunjung kerumahnya dan akupun meminta izin pada ibuku untuk pergi kerumahnya. Walau malas tapi apa daya Dewi jenuh di rumah akhirnya, Dewi sampai di rumah Mimin.
"Wi, mau minum apa?" Kata Mimin.
"Emm, g usah santai aja," sahut Dewi
"Wi, ada yang mau kesini. Emm temen smp kita. Oh ya, katanya kamu mau belajar maen gitar?" Mimin tersenyum, tanpa Dewi sadari dia punya rencana mendekatkan Dewi dan Andri. "Ya Min, aku mau belajar gitar. Apa ada yang mau mengajariku?" Dewi berbicara sambil mengambil gelas yang diberikan Mimin. Tak lama orang yang ditunggu datang yaitu Andri.
Dewi kaget, dia bingung kenapa ada Andri ke rumah Mimin ada apa gerangan. Andri dan Dewi saling tegur sapa. "Hallo Dewi, apa kabar?" Seraya duduk dekat Dewi dengan menenteng gitar. Dewi tersenyum, dan dia melihat Andri membawa gitar. "Kenapa dia membawa gitar, apa Mimin sengaja memanggilnya?" Gumam Dewi. Tak berselang lama mereka saling bercanda gurau, Mimin membicarakan maksudnya ke Andri bahwa Dewi ingin belajar memainkan gitarnya.
Namun Dewi bingung kenpa harus Andri yang mengajarinya, kenapa tidak Mimin saja. Hari-hari berganti dewi selalu kerumah Mimin untuk belajar gitar dengan Andri, namun kali ini tak biasanya andri mengajarkan gitar diposisi belakang, seperti memeluk Dewi. Dewi kaget, namun disadarkan dengan bisikan Andri. "Tenang aku tidak akan apa-apakan kamu". Dewi hanya diam saja
Bersambung
MAAFKAN SAYA YA KALAU NOVELNYA AGAK TIDAK NYAMBUNG, SEBAGAI PEMULA AKU MINTA MAAF, JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN VOTE YA BIAR AKU SEMANGAT. BIAR AKU TAK SIA-SIA MENGAJUKAN KONTRAKNYA TERIMA KASIH 😊
Setelah Andri membisikan kata-kata itu kepada Dewi, Dewi diam seperti patung karena tak menyangka Andri akan berkata seperti itu pada dia. Tak sempat menjawab, tiba-tiba Andri memegang tangannya Dewi.
Dewi menantap Andri dengan perasaan yang aneh, entah dia mulai merasakan getaran cinta atau tidak setelah sekian lama berpisan dengan hendra. Andri sadar dengan tatapan Dewi dari ujung matanya. Sebenarnya Dewi ragu dengan pernyataan cinta yang dibisikan ketelinga dia.
"Wi, aku mencintaimu dari sejak SMP. Namun aku takut dan ragu mengungkapkannya, karena aku takut kau tak menghiraukannya. Karena waktu itu kamu sedang bersama orang lain." Tegasnya dan diulangi lagi kata-kata yang dibisikan tadi.
CUP...
Tak sadar Andri langsung mengecup bibirnya dewi, karena tatapan Dewi membuat dia tergugah baginya tanpa jawaban Dewi dia tak akan memaksanya karena baginya sudah dekat dengan Dewi sudah membuatnya bahagia. Namun kata-kata tadi membuat Dewi tak habis pikir karena tak Dewi ketahui bahwa Andri sudah mencintainya sejak dulu. Sepontan Dewi mendorong andri yang sedari tadi menatapnya. Karena dia kaget dan terbelalak ketika Andri mengecup bibirnya.
"Apa yang kau lakukan? Aku hanya minta mengajariku bukan mencuimku," Dewi memarahi Andri, tanpa sadar butiran bening turun dari sudut mata Dewi. Andripun yang melihatnya langsung menggenggam tangan Dewi yang ingin lari dari andri. "Wi, maafkan aku, bukan maksud aku untuk melakukan itu.
Tapi, aku harap kamu mengerti atas perlakuanku tersebu". Ucap Andri, Dewi tak menghiraukan dia hanya diam. "Wi, aku mohon bicaralah.. aku tak bisa tanpamu Dewi". Ucap Andri sekali lagi, Dewi sambil terisak. "Bukan seperti ini yang aku mau, jika mencintaiku tidak perlu seperti ini". Merekapun tediam...
"Apa yang harus katakan, sejujurnya cintamu terbalas olehku tapi caramu membuatku takut dan kaget sehingga aku tak yakin kalau kamu menyatakan cinta padaku. Maka dari itu aku tak pernah menjelaskan apa yang ku rasasakan padamu. " Gumam Dewi dalam hati
Satu minggu setelah kejadian itu Andri menyuruh Mimin untuk menemuiku. Karena Andri ingin menjelaskan semuanya yang terjadi pada Andri dan dia, sebab Andri tak mau Dewi salah paham dengan semuanya yang menyebabkan Dewi pergi darinya. Makanya Andri menyuruh Mimin untuk ke rumah Dewi dan membawanya datang ke rumahnya, karena Miminlah yang bisa membantunya.
Kedatangan Mimin kerumahku mengejutkat, karena dia tidak tau kalau temannya itu akan datang ke rumahnya. "Tidak biasanya Mimin ke sini." Gumam Dewi membuat dia mengerutkan dahi yang lagi bingung.
Dengan menampilkan senyuman yang menyambut kedatangan temannya, Dewi di hampiri Mimin. Sekedar basa basi dia menyapa temannya karena dia tak mau terlalu lama berbicara dengan temannya itu.
"Haii Dewi," dengan menyungkingkan senyuman Mimin dipersilahkan masuk. Karena dia tak tega membiarkan temnnya itu berdiri saja di depan pintu. "Masuk dan silahlan duduk Min, mau minum apa? Apa ada hal penting sampai kamu kerumahku? " Ucap Dewi dengan menyelidiki maksud temannya itu datang kerumahnya dengan tiba-tiba.
"Emm tidak udah Wi, sebenarnya aku kesini atas perintah ibunya Andri, tapi aku ragu kau akan datang bersamaku ke rumahnya. Katanya dia ingin menjelaskan sesuatu kepadamu, makanya dia menyuruhku ke sini. Makanya aku datang ke rumah mu tiba-tiba karena Andri terserang demam, kata ibunya andri menolak semua makanan yang di buatnya. sampai-samai ibunya bingung harus bagaimana lagi, karena dia mengigau terus-terusan memanggil namamu." Ucap Mimin dengan sendu, mendengar ucapan Mimin membuat Dewi menunduk diam seribu bahasa, dalam hatinya bergejolak tak percaya mengapa sampai seperti itu. Apa benar yang dikatakan temnnya itu? Atau akal-akala Andri saja supaya aku menemiunya. Setelah banyak pertimbangan akhitnya Dewi menyepakati untuk datang menemui Andri.
"Baiklah Min aku akan ikut denganmu, sebenyar aku siap-siap dulu. Tunggu saja aku tak akan lama, sambil dimakan ya cemilannya soalnya cuma itu saja." Setelah berbicara itu kepada Mimin, Dewipun bergegas kekamarnya mengganti pakaiannya dan berpamitan kepada ibunya untuk pergi menemui temannya yang lagi sakit, itu alasan dewi pada ibunya.
Merekapun datang ke rumah Andri namun, mereka tidak bisa menemui Andri dkarenakan andri dibawa keluarganga ke rumah sakit. Karena, penyakitnya semakin parah dengan keterangan yang di dengar dari sodara Andri. Dewipun murung dia merasa bersalah akan kelakuannya pada Andri. Tak menunggu lama Mimin dan Dewi pergi ke rumah sakit yang di sebutkan sodaranya, tak beselang lama Dewi dan Mimin sampai di rumah sakit yang dituju. Mimin melihat ibunya andri yang mau masuk keruangan.
"Selamat siang tante?" Ucap Mimin seraya melihat Dewi dengan tatapan tajam namun, menyunggingkan senyuman terpaksa. "Min, ini yang Dewi?" Ucapnya, seakan ingin mengintrograsi Dewi. "Iya, benar tante." Jawab Mimin.
Ditariklah tangan Dewi secara perlahan oleh ibunya Andri. Walau marah pada Dewi, setidaknya Dia ada di sini bisa menyadarkan Andri. "Mari masuklah, Andri akan bahagia jika kau datang." Ucap ibu Andri, yang membuat Dewi bernafas lega. Dilihatlah orang yang dicintai Dewi terbaring dengan selang infus ditangannya. "Dia belum sadarkan diri dari tadi pagi, aku tak tau harus bagaimana." Ibunya berbicara sambil terisak.
Dewi menarik nafas seakan rasa bersalahnya semakin nemekan. "Bolehkah aku melihatnya," seraya Dewi berjalan ke arah andri dengan isyarat anggukan ibunya. duduklah Dewi disebelah Andri dengan lirih Dewi memegang Andri. "Dri, kenapa kamu sampai begini, apa ini perbuatanku?" Tanpa sadar butiran putih hendarat ditangan Andri yang sedang tidur. Dewi yang menatan andri dengan sendu, dia merasakan gerakan tangan Andri. "Kau sudah sadar Dri?" Seraya Dewi mengusap pipinya. Melihat sekilas mata Andri terbuka, dan melihat sekeliling. "Dewi?" Ucapnya lirih. "Sudah jangan memaksa ingin bangun, aku tak akan kemana-mana." Ucap dewi, mendekati Andri yang ingin bangun.
Ibu Andri dan Mimin sengaja keluar mereka tidak mau mengganggu antara mereka yang memiliki kesalah pahaman, yang membuat Andri masuk rumah sakit. "Wi.." Ucap Andri, sepontan Dewi mendaratkan kecupan pada bibir Andri. "Maaf..." Ucap dewi, dengan tatapan Andri yang menyunggikan senyuman, membuat muka Dewi memerah. "Terina kasih kau datang padaku, maafkan waktu itu bukan maksudku bermaksud seperti itu tapi, aku hanya ingin menunjukan cintaku dengan tindakan. Apa kau bersedia menjadi perempuan yang mengisi hari-hariku Wi?" Ucapnya, Dewi tersenyum dan menganggukan kepalaya seraya mengiyakan kertanyaan dari Andri. Keduanyapun berpelukan dan tak sengaja andri mengecup lagi bibirnya Dewi yang terkagetkan, dengan kedatangan Mimin dan ibunya.
Bersambung
EMM MAAF YA KALAU MISALNYA MASIH ADA KEKURANGAN MASIH BELAJAR. JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, DAN VOTE YA!!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!