NovelToon NovelToon

AKU PEMERAN UTAMA

Bab 1 : Mati?

Eleanor sedang di taman menikmati teh bersama Nora adiknya. Nora dan Eleanor sangat dekat, tentu saja Eleanor sudah seperti orang tua bagi Nora. Mereka kehilangan kedua orang tua diusia sangat dini. Pada saat orang tua mereka meninggal usia Nora baru 5 tahun sedangkan Eleanor 10 tahun. Eleanor merawat Nora dengan kasih sayang yang utuh karena adiknya sangat membutuhkan kasih sayang.

Untung saja kedua orang tua Eleanor kaya dan tidak mempunyai hutang sehingga mereka bisa hidup dengan baik.

“Kakak, aku ingin menikah dengan pria seperti kakak ipar,” ujar Nora membuat Eleanor tersenyum.

“Kenapa dengan Sean, kau bisa mendapatkan pria yang lebih baik, Nor,” jawab Eleanor membuat Nora menggelengkan kepalanya.

“Tidak kak, kakak ipar adalah tipe idealku. Bagaimana caranya mengungkapkan cinta pada kakak, dan bagaimana perlakuan lembut kak Sean pada kakak. Itu membuatku menjadi sangat senang dan bahagia.”

“Oh, kakak jangan salah paham ya. Aku ingin menikah dengan pria yang seperti kak Sean bukan kak Sean,” ujar Nora lagi membuat Eleanor terkekeh.

“Kakak mengerti, dan kakak harap kau akan bahagia selalu dengan siapapun pasanganmu,” ujar Eleanor membuat Nora bangkit dan memeluk kakak nya erat.

“Aku mencintaimu kak.”

“Aku juga.”

Begitulah percakapan antara kakak dan adik di taman sambil menikmati secangkir teh.

“Ternyata kalian disini, sayang udara semakin dingin mari hangatkan badanmu,” ujar Sean muncul sambil menyelimuti belakang Eleanor menggunkan kain.

“Aaa, Sweet sekali,” ujar Nora membuat Eleanor tersenyum lalu mencium pipi kanan Sean.

“Huh, membuat iri saja. Aku duluan kak,” ujar Nora dengan nada bercanda lalu meninggalkan Sean dan Eleanor.

“Baiklah.”

“Sayang, kita juga harus pergi. Udaranya semakin dingin, tidak baik untuk kesehatanmu,” ujar Sean lembut membuat Eleanor menganggukan kepalanya lalu bangkit dari tempat duduk.

“Ayo sayang.”

Sedangkan itu Nora menatap Eleanor dan Sean dari jendela kamarnya, setelah memastikan Eleanor dan Sean pergi dari taman Nora membaringkan diri diatas kasur.

Entah apa isi dari kepala Nora, ia sedang memikirkan sesuatu.

Sementara itu Sean dan Eleanor sudah masuk kekamar mereka, dan tentu saja mereka melakukan kegiatan yang menghangatkan satu sama lain.

“Aku mencintaimu sayang,” ujar Sean mencium kening Eleanor setelah percintaan panas mereka.

“Aku juga mencintaimu,” jawab Eleanor lalu memejamkan matanya didalam pelukan hangat Sean.

Sean bangkit dari tidurnya setelah memastikan Eleanor sudah terlelap, Sean memakai kembali pakaiannya lalu keluar dari kamar.

*

"Sayang, kamu akan menjadi ayah! Aku hamil." Eleanor berteriak keluar dari kamar mandi dan memperlihatkan test packnya.

Sean yang mendengar itu langsung berlari kearah Eleanor.

"Kya!"

Sean menggendong Eleanor dan mencium wajah Eleanor secara bertubi-tubi.

"Sayang geli," ujar Eleanor memeluk Sean erat.

"Selamat sayang, kamu akan menjadi ibu," ujar Sean menurunkan Eleanor dari gendongannya.

Sudah hampir 3 tahun usia pernikahan mereka dan Tuhan baru memberikan kepercayaan kepada mereka. Buah hati yang selama ini mereka dambakan akhirnya hadir didalam rahim Eleanor.

"Aku mencintaimu sayang dan calon anak kita," ujar Sean mencium perut datar Eleanor.

"Kami juga mencintaimu ayah."

"Kakak!" panggil Nora didepan pintu kamar Eleanor.

"Apakah aku tidak salah mendengar? Sekarang aku akan mempunyai calon keponakan?"

"Tentu saja pendengaranmu baik, kakakmu dan aku akan menjadi orang tua," jawab Sean membuat Nora langsung memeluk kakaknya.

"Selamat kakak, selamat kakak ipar. Doa terbaik untuk kalian dan calon baby," ujar Nora tersenyum.

"Terima kasih onty Nora."

"Bagaimana jika besok kita membuat pesta kecil-kecilan untuk menyambut baby?" saran Nora membuat Eleanor mengangguk setuju.

"Ide bagus sekali, bagaimana sayang? Kamu setuju kan?" tanya Eleanor pada Sean.

"Tentu saja sayang, Nora kami serahkan semuanya padamu."

"Siap laksanakan kakak ipar," ujar Nora sambil hormat pada Sean membuat ketiganya tertawa.

"Baiklah, aku akan segera menyiapkan semuanya. Kakak istirahat saja, sampai ketemu besok kakak dan kakak ipar."

Setelah kepergian Nora, Eleanor kembali berbaring ditempat tidur.

"Sayang, kamu mau makan apa?" tanya Sean membuat Eleanor menggelengkan kepalanya.

"Aku akan tidur sayang."

Setelah memastikan Eleanor tidur Sean keluar dari kamar dan bertemu seseorang.

*

Pesta kecil-kecilan dilakukan di ruang keluarga.Nora benar-benar mempesrisapkan acara kecil-kecilan menjadi mewah. Eleanor sangat bahagia dengan keluarga kecilnya. Adik yang begitu ia sayangi ada disampingnya dan juga suami yang mencintainya selalu ada disisinya, Eleanor tidak meminta banyak pada Tuhan ia hanya ingin terus tersenyum bahagia bersama keluarga tercintanya.

“Baiklah, sekali lagi selamat pada kakak dan kakak ipar karena kalian akan menjadi orang tua.” Nora berdiri lalu memeluk Eleanor.

“Karena kakak sedang mengandung, kakak harus minum susu.”

Nora menuangkan susu untuk Eleanor sedangkan dirinya dan Sean meminum wine, Eleanor tersenyum lalu memegang gelas susunya.

“Mari bersulang atas kebahagian ini, dan semoga kedepannya kita akan terus bahagia,” ujar Nora menganggat gelasnya lalu mereka bertiga bersulang.

“Kakak, sebenarnya aku juga mengandung,” ujar Nora membuat Eleanor membulatkan matanya. Hamil? Nora bahkan belum menikah.

“Tidak lucu Nora,” jawab Eleanor membuat Nora menggelengkan kepalanya.

“Aku sedang tidak bercanda kakak, aku hamil anak kak Sean.”

Bagai disambar petir ditengah bolong Eleanor tidak menyangka bahwa suami dan adiknya bermain gila dibelakangnya.

“Kalian..Uhuk...,”

Eleanor muntah darah dan tidak lama kemudian ia terjatuh dilantai. Sedangkan Sean dan Nora merasa senang seakan sudah menunggu momen kematian Eleanor. Eleanor juga merasakan ada darah yang mengalir dikakinya. Tidak, Eleanor akan kehilangan anaknya. Bagaimana ini, Eleanor menangis tanpa mengeluarkan suaranya.

“Kakak, kau sangat bodoh. Kau sungguh naif sekali. Aku beruntung kakak bisa dilenyapkan secara mudah,” ujar Nora sambil memeluk Sean.

“Akan kupastkan kau dan anakmu akan menderita di nereka kak.”

Eleanor menangis ia tidak bisa berkata-kata, mengeluarkan umpatan saja ia sudah tidak bisa. Nyawanya sudah diambang batas.

Eleanor menatap pelayan yang berdiri didekat pintu dari banyaknya pelayan disini tidak ada yang menolong Eleanor. Eleanor tersenyum kecut dalam kesakitan, ternyata orang-orang dirumah ini sudah mengetahui tentang pengkhiatan adik dan suaminya. Hanya dirinya sajalah yang tidak mengetahui itu.

“Bagaimana ini sayang, kakak belum mengucapkan selamat pada calon anak kita,” ujar Nora manja dipelukan Sean.

“Tidak apa-apa sayang, wanita busuk sepertinya tidak perlu mengucapkan selamat pada calon anak kita.”

“Semoga menderita di neraka kakak.”

Nora dan Sean tersenyum puas lalu meninggalkan Eleanor sendiri diruang keluarga. Para pelayan tidak ada yang menolongnya. Eleanor akan mati dengan mengenaskan seperti ini.

Eleanor bersumpah ia mengutuk adik dan suaminya, karena ke kebodohannya anak dan dirinya akan segera mati.

‘Tuhan, aku mohon jika Tuhan benar-benar ada kumohon aku tidak ingin mati seperti ini. Seandainya aku hidup kembali aku akan merubah takdirku.’

Tbc

Bab 2 : Mama

“TIDAK!” teriak Eleanor sambil memegang lehernya yang rasanya seperti tercekik.

“Kau sudah sadar?” tanya seorang pria membuat Eleanor terdiam. Semuanya serba putih ketika Eleanor memperhatikan sekitarnya.

“Apa ini surga?” tanya Eleanor membuat pria itu memanggil dokter.

“Pasien baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” ujar Dokter setelah memeriksa Eleanor.

Setelah Dokter pergi Eleanor bangkit dari tempat tidur ia harus memastikan kalau dirinya masih waras.

“Nona, anda masih belum boleh bergerak banyak,” ujar pria itu namun Eleanor tidak mendengarkan lalu melihat kearah jendela. Ramai, banyak pasien diluar sana.

Apakah Tuhan mengabuklkan keinginan Eleanor, tapi ini tidak masuk akal.

“Tahun berapa sekarang?” tanya Eleanor duduk dibangsal.

“Tahun 2023, tepatnya 11 Mei 2023,” jawab pria itu membuat Eleanor berpikir, artinya dirinya kembali 2 tahun kebelakang. Eleanor memegang perut datarnya, masih belum ada calon bayi didalam perutnya.

Eleanor mengepalkan kedua tangannya, ia akan membalas dendam inilah kesempatan yang Tuhan berikan padanya.

“Papa, apa Mama sudah sadar?” tanya seorang gadis kecil masuk.

“Siapa?” tanya Eleanor situasi sekarang membuatnya bingung.

“Maafkan kelancangan putri saya, dan mohon maaf sebelumnya saya yang telah membuat anda seperti ini,” ujar pria itu membuat Eleanor mengerutkan keningnya.

“Saya Liam Keith berterima kasih pada anda karena telah menyelamatkan putri saya,” ujar pria itu lagi dan Eleanor ingat sekarang ia kembali pada saat ia menyelamatkan anak pengusaha kaya raya ketika tenggelam di danau.

“Sama-sama, saya Eleanor.”

“Apa Mama tidak mengingat Cessa?” tanya gadis kecil yang berada digendongan Liam.

Eleanor ingat, anak kecil itu menganggapnya sebagai ibu. Dulu Eleanor menolak keras karena ia memang bukan ibu anak itu. Tapi sekarang walaupun dia bukan ibu dari Cessa setidaknya ada jatung ibu kandung Cessa didalam tubuhnya.

Dari kecil Eleanor memiliki penyakit jantung dan ketika ia dewasa seseorang mendonorkan padanya dan itu adalah ibu Cessa.

“Maafkan Aunty sayang, Aunty bukan mama Cessa,” ujar Eleanor membuat Cessa menangis dengan keras membuat Eleanor merasa bersalah.

“Papa, Mama jahat, hikss.”

“Cessa, Aunty El benar sayang. Mama Cessa sekarang sudah berada di surga,” ujar Liam mencoba memberi pengertian pada Cessa.

“Engga, pokoknya mama Cessa.”

Eleanor mengambil alih menggendong Cessa dengan infus masih ditangannya dan seketika Cessa diam tidak lagi menangis.

“Maafkan Aunty ya sayang, cantik tidak boleh menangis. Nanti cantiknya hilang,” ujar Eleanor membuat Cessa kembali tenang.

Eleanor menggendong Cessa hingga gadis kecil itu tertidur di gendongannya.

“Terima kasih,” ujar Liam ketika ia sudah menggendong Cessa.

“Sama-sama, sepertinya aku sudah boleh pulang. Sudah habis,” ujar Eleanor menunjuk infusnya yang sudah habis.

Setelah kembali diperiksa oleh dokter, Eleanor dinyatakan boleh pulang. Semua biaya rumah sakit Liam yang menanggung sebagai ucapan terima kasih.

“Kalau begitu aku permisi pulang, selamat malam Liam,” ujar Eleanor pamit pulang dan mengambil tas nya.

“Sekali lagi terima kasih.”​

“Sama-sama, ini kartu namaku. Nanti jika Cessa rewel jangan sungkan untuk menghubungiku,” ujar Eleanor memberikan kartu namanya. Liam tidak bisa berkata-kata ia hanya mengucapkan terima kasih.

Liam juga tidak menyangka bisa bertemu dengan Eleanor lagi, wanita yang sekarang memiliki jantung istrinya.

*

Liam membaringkan Cessa ditempat tidur, setelah itu ia langsung melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

“Cari tahu lebih lanjut tentang Eleanor Smith,” perinta Liam pada bawahannya.

“Baik Tuan.”

Sementara itu Eleanor baru saja pulang dan rumahnya terasa sangat sepi.

“Sayang, sudah pulang?” tanya Sean turun dengan terburu-buru dari lantai dua. Tampilannya sangat berantakan, sepertinya suaminya sangat terburu-buru menyambutnya pulang.

Ah, Amel. Ternyata pelayan itu yang memberitahu kepulangannya mangkanya suami sekarang dalam keadaan berantakan.

“Ada apa terburu-buru sayang?” tanya Eleanor berpura-pura bodoh.

“Aku ingin menyambutmu sayang.”

“Tapi apa ini, kau berkeringat sayang. Mandilah, aku akan istirahat sebentar,” ujar Eleanor masuk kedalam kamar.

“Tidak ingin mandi bersama sayang?” tanya Sean membuat Eleanor tersenyum.

“Tidak sayang, aku sangat lelah,” jawab Eleanor, sampai matipun Eleanor tidak akan melayani Sean lagi. Karena baginya tidak ada gunanya melayani suami yang sudah dilayani oleh orang lain apalagi orang itu tidak lain adalah adiknya sendiri. Eleanor tidak ingin berbagi, jika Sean bukan tidak memilihnya maka ia juga tidak akan memilih Sean.

Tidak mau membuang waktu, Eleanor harus membalas dendam. Tidak Eleanor akan mempermalukan kedua orang itu yang telah mengkhianatinya.

Makan malam bersama terasa hambar sekali, tidak ada percakapan yang keluar dari mulut Eleanor.

“Kakak, kakak harus memakan sayur juga nanti kak Sean akan sedih lho,” ujar Nora membuatnya tanpa sadar tersenyum sinis. Dulu Eleanor akan berpikir bahwa adiknya memang perhatian padanya, tapi tidak dengan sekarang karena Eleanor sudah tahu keburukan adik dan suaminya.

“Kakak ada apa? Apa kakak tidak enak badan, aku dengar kakak mengunjungi makam kedua orang tua kita.”

“Hm, aku sudah kenyang. Aku kekamar dulu,” ujar Eleanor bangkit dari duduknya meninggalkan Nora dan Sean yang kebingungan atas perubahan Eleanor.

“Ada apa dengan kakak? Atau jangan-jangan kakak sudah tahu tentang hubungan kita?” tanya Nora pada Sean, Sean menggelengkan kepalanya.

“Tentu tidak mungkin sayang, seperti yang kau tau kakakmu itu bodoh,” jawab Sean sambil memeluk Nora.

“Kau benar sayang, aku mencintaimu. Bagaimana kalau malam ini tidur dikamarku?”

“Seperti biasa sayang, ketika kakakmu tidur aku akan menghampirimu.”

“Kau yang terbaik sayang.”

Tanpa mereka sadari Eleanor mendengar semua percakapan keduanya, ck. Eleanor menahan air matanya agar tidak tumpah.

Bisa-bisa nya selama ini ia tinggal bersama para manusia menjijikan, dan Eleanor tidak ingin menangis sia-sia.

‘Kalian lihat saja apa yang terjadi kedepannya, aku akan membalas dendam.’

Sesuai dengan perkataan Sean tadi setelah Eleanor tertidur ia langsung mengunjungi kamar Nora dan melakukan aktivitas yang menggairahkan.

Eleanor membuka matanya ketika Sean pergi.

‘Dasar pria bajingan!’ umpat Eleanor menahan amarahnya.

Eleanor keluar dari kamar dan berjalan menuju kamar Nora, ia mengintip dari cela pintu. Mentang-mentang ia tidak tahu seharusnya mereka mengunci pintu, bodoh.

“Sayang, sebentar lagi aku akan keluar..Umm, Ahh.”

“Bareng sayang.”

“SAYANG, KAU DIMANA!” teriak Eleanor sehingga keduanya saling melepaskan diri tanpa pelepasan, dan Eleanor tersenyum puas ketika Sean terburu memakai pakaiannya.

“Apakah kau disini sayang?” tanya Eleanor menerobos masuk, sedangkan Nora mengepalkan tangannya kesal dan bersembunyi dikamar mandi karena ia tidak sempat memakai pakaiannya.

“Kenapa disini bau sekali, omong-omong mengapa kau disini sayang?” tanya Eleanor membuat Sean jadi gelagapan.

“Kak Sean, pembalutku sudah ketemu?” tanya Nora dari dalam kamar mandi.

“Ah, kau sedang membantu adiku ternyata,” ujar Eleanor membuat Sean langsung menganggukan kepalanya.

“Ini, kau bisa meminta pelayan Nor. Kalau kakak sampai salah paham bagaimana,” ujar Eleanor memberikan pembalut pada Nora.

“Maaf kak, akan ku ingat untuk lain kali.”

“Oke, sayang ayo kembali tidur.”

Omong-omong apa dimasuk akal Sean datang dan menolong Nora untuk pembalut, tapi Eleanor memilih untuk berpura-pura tidak tahu.

‘Sialan!’ umpat Nora ketika Sean dan Eleanor meninggalkan kamarnya.

Tbc

Bab 3 : Permulaan

“Kakak, bagaimana tidurmu?” tanya Nora ketika ia ikut bergabung sarapan bersama. Nora duduk disamping Sean. Astaga bagaimana bisa dulu ia tidak mengetahui hal yang sejelas ini.

“Sangat nyaman,” jawab Eleanor singkat membuat Nora merasa ada yang berbeda dengan kakaknya.

“Ada apa? Kau tidak makan?” tanya Eleanor membuat Nora langsung meminum susunya.

“Aku sedang diet kak.”

Susu, mengingatkan Eleanor akan kematiannya yang disebabkan oleh kedua orang yang ada dihadapannya sekarang.

“Pelayan, tolong ganti susu dengan kopi,” pinta Eleanor membuat pelayan langsung menyingkirkan susu dari hadapan Eleanor.

“Kakak, bukannya kau tidak meminum kopi?” tanya Nora bingung karena Eleanor meminum kopi yang baru saja dibawakan oleh pelayan.

“Mulai sekarang aku menyukainya,” jawab Eleanor cuek membuat Nora menggeram, memang ada yang aneh pada kakaknya. Tapi apa? Nora tidak tahu itu dan akan mencari tahu.

“Sayang, aku berangkat kerja dulu ya,” pamit Sean sambil mencium kening Eleanor.

“Hati-hati sayang,” ujar Eleanor tersenyum pada Sean. Ah, nyatanya suaminya memang tidak berguna.

Sean adalah yatim piatu yang sangat bekerja keras itulah yang membuat Eleanor jatuh cinta dan akhirnya menikah dengan Sean. Nyatanya pria itu hanya bekerja diperusahaannya, ya posisi Eleanor ia percayakan pada Sean.

“Kakak, aku juga sudah kenyang. Aku akan bersiap untuk bekerja,” ujar Nora beralasan. Nora bekerja sebagai model di perusahaan. Perusahaan milik keluarga Eleanor adalah perusahan yang menaungi artis dan model. Dan Nora adalaha salah satu Diva perusahaan.

Nora bergegas, bukannya kembali kekamarnya dan besiap. Ia malah keluar dan menghampiri Sean yang akan berangkat bekerja.

“Kau awasi kakakku,” perintah Nora pada Amel.

“Baik Nona.”

“Sayang, hati-hati ya,” ujar Nora sambil merapikan dasi milik Sean.

“Aku mencintaimu sayang. Aku pergi bekerja ya.” Sean mencium kening Nora.

“Sampai bertemu di kantor sayang.”

Eleanor melihat semua itu, adegan manis yang dilakukan oleh adik dan suaminya dari jendela. Eleanor bukan wanita yang kuat namun ia mencoba menguatkan hatinya agar tidak mati dengan mengenaskan. Selama ini Eleanor hanya mengurus cafe kecil nya saja. Semua hal pekerjaan diserahkan pada suaminya.

Tidak bisa dibiarkan, Eleanor akan mengambil kembali semua miliknya. Sekarang Eleanor sedang menyusun rencana yang tidak akan merugikan dirinya sendiri.

“Kakak, aku berangkat kerja ya,” pamit Nora pada Eleanor yang sedang menonton diruang keluarga.

“Hm,” jawab Eleanor tanpa menoleh pda Nora. Nora tidak ambil pusing karena ia sudah merindukan kekasihnya dan ia sangat ingin memeluk dan mencium Sean sekarang.

Setelah kepergian Nora, Eleanor masuk kedalam kamar Nora dan memasang kamera tersembunyi super kecil didalam sana. Eleanor meletakan kamera tersembunyi di vas bunga yang pas menghadap ranjang. Tidak hanya satu tapi Eleanor memasang 3 kamera yang langsung tersambung di ponselnya. Ini baru permulaan dari balas dendamnya, awal kehancuran bagi dua pengkhianat.

Pukul 10 pagi Eleanor sudah bersiap untuk berangkat ke cafe, ia merasa sesak berada didalam rumah.

“Aku akan pergi, katakan pada suamiku aku akan makan diluar.”

“Baik Nyonya.”

“Mama!” suara teriakan yang sangat Eleanor kenal, yaitu suara Cessa.

“Tuan Liam, hai cantik bagaimana kabarmu?” tanya Eleanor yang kebetulan bertemu dengan Cessa dan Liam di parkiran.

“Cessa sehat Ma.”

“Anak manis,” ujar Eleanor gemas lalu mencium kedua pipi gembul milik Cessa.

“Kebetulan sekali kita bertemu disini El, kau mau ke cafe juga?”

El? Panggilan lama yang sudah tidak pernah ia dengar lagi setelah kematian kedua orang tuanya, bahkan Nora saja tidak pernah memanggilnya ‘El’, mendengar panggilan kecilnya membuat hati Eleanor menghangat.

“Benar, kebetulan cafe itu milik saya.”

“Pas sekali, Cessa sangat ingin pergi kesana atas rekomendasi teman tk nya.”

Lebih tapatnya Liam mencari tahu semua tentang Eleanor mangkanya ia mengetahui cafe ini milik Eleanor dan Liam sengaja membawa Cessa kemari.

“Mama gendong,” ujar Cessa merentangkan membuat Eleanor langsung membawa Cessa kedalam gendongannya.

“Bareng saja El,” ujar Liam membuat Eleanor menganggukan kepalanya. Mereka sudah seperti keluarga saja sekarang.

“Mama, Cessa ingin es krim rasa stoberi dan juga cake pisang,” pinta Cessa duduk diatas pangkuan Eleanor.

“Sweety, aunty El pegal. Duduk sama papa ya,” ujar Liam lembut namun Cessa menggelengkan kepalanya.

“Aunty El akan segera bekerja sayang.”

“Tidak mau, Cessa mau makan cake bersama mama,” rengek Cessa.

“Cessa.”

“Nanti kalau Cessa duduk sendiri mama akan pergi meninggalkan Cessa.”

“Tidak apa-apa Tuan Liam,” ujar Eleanor ia membiarkan Cessa duduk diatas pangkuannya.

“Aunty tidak akan meninggalkan anak manis, sekarang makan cakemu,” ujar Eleanor ketika cake dan es krim pesanan Cessa datang.

“Cessa mau disuapi,” pinta Cessa.

Eleanor menyuapi Cessa dengan Cessa yang bercerita tentang sekolahnya hari ini, Cessa sangat ceria dan manis membuat Eleanor akan membungkus Cessa dan membawanya kerumahnya.

Setelah puas bercerita dan menghabiskan cake dan es krimnya, Cessa tidur dipelukan Eleanor.

“Cessa suka mendengar suara jantung mama,” ujar Cessa sebelum terlelap.

Eleanor tersenyum tentu saja karena ini adalah jantung ibumu, batin Eleanor.

“Berikan Cessa padaku, terima kasih El,” ujar Liam tulus dan mengambil Cessa.

“Sama-sama Tuan Liam.”

“Panggil Liam saja El.”

“Baiklah Liam.”

“Kapan-kapan kami akan kemari lagi,” ujar Liam sebelum pergi,

“Oke.”

Setelah Liam dan Cessa pergi, Eleanor masuk kedalam ruangannya.

“Bagaimana Dew? Laporan untuk bulan lalu sudah?” tanya Eleanor pada bawahannya.

“Sudah bu, ini,” jawan Dewi memberikan hasil laporan cafe bulan lalu.

Eleanor memeriksa berkas yang baru saja diberikan oleh Dewi, tidak lama kemudian Dewi masuk dengan memawa cake dan juga teh untuk Eleanor.

“Terima kasih, Dew.”

“Sama-sama bu.”

Tidak terasa hari sudah malam dan Eleanor telah melewatkan makan malam, Dewi sudah pulang karena memang cafe tutup pukul 7 malam.

Eleanor mengecek ponselnya, ia tersenyum puas karena Sean dan Nora masuk kedalam perangkapnya. Vidio percintaan yang sangat panas. Jika vidio ini tersebar karir mereka akan hancur, tapi tenang saja Eleanor akan memberi kedua nya waktu sebentar untuk bersenang-senang.

“Sayang, kau lebih mencintai Eleanor atau aku?” tanya Nora setelah percintaan yang panas.

“Tentu saja dirimu sayang.”

“Bagaimana kalau aku hamil? Apakah kau akan meninggalkan Eleanor?” tanya Nora lagi.

“Tentu saja, wanita itu setelah setahun menikah belum memberikanku anak.”

“Aku mencintaimu.”

“Aku lebih mencintaimu.”

Eleanor geli sekaligus jijik atas yang baru saja ia dengar, jadi Sean akan menceraikan dirinya jika Nora hamil. Maka akan Eleanor buat Nora segera hamil. Ia tahu obat tradisonal yang bisa membuat wanita bertambah subur. Semakin cepat Nora hamil semakin cepat rencananya dapat terlaksakan.

Setelah berkemas Eleanor langsung mengambil kunci mobilnya.

Tbc

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!